3. Apakah yang dimaksud dengan tradewind?
Tradewind atau angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang). Di dekat khatulistiwa, angin pasat (trade wind) menggerakkan permukaan air ke arah barat.
- Apa pengaruh lapisan inversi terhadap pencemaran udara ?
Pencemaran udara dapat dikatakan sebagai kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak property atau keadaana dimana masuknya zat-zat beracun ke dalam atmosfer yang sangat merugikan dan berbahaya bagi kehidupan manusia atau hewan, merusak harta milik dan tanaman.
Udara bermuatan asap yang bergerak naik juga bisa terhenti karena adanya “katub” atau lapisan inversi yang memiliki suhu lebih tinggi. Lapisan inversi terjadi karena udara panas berada di atas udara dingin dan membentuk kabut yang akhirnya bercampur dengan asap. Apabila lapisan inversi tipis, asap masih dapat menembus dan terus bergerak naik. Seperti halnya ketinggian lapisan pembauran, di mana suhu dan tekanan udara yang bergerak telah lama dengan udara di sekelilingnya, ketinggian lapisan inversi juga sangat menentukan kualitas kabut-asap di udara.
Kondisi udara pada umumnya mengalami turbulensi karena adanya gerakan-gerakan udara (angin), namun pada saatnya terjadi pula stabilitas atmosfer. Udara dalam kondisi stabil akan mengakibatkan stagnasi dan akumulasi asap apabila terjadi kebakaran, apalagi kebakaran bahan-bahan organis yang masih agak basah seperti halnya biomassa yang berasal dari hutan, kebun, atau usaha budidaya pertanian lainnya. Massa udara yang mengandung kabut-asap akan tetap terkumpul dekat permukaan bumi dan tidak dapat bergerak lebih tinggi karena tidak terjadi gerakan udara vertikal.
Sebaliknya, udara yang bergerak ke atas saat terjadi turbulensi dalam keadaan atmosfer tidak stabil akan dapat membawa dan menyebarkan asap ke udara bebas. Gejala ini sering ditandai dengan adanya awan kumulus. Secara vertikal, kabut dapat dibedakan dari awan, yang juga merupakan akumulasi uap air di udara, karena posisinya yang lebih dekat dengan permukaan bumi
Tingkat polusi gas rumah kaca yang tinggi di suatu kawasan dapat mengganggu suhu di lapisan atmosfer hingga menimbulkan fenomena inversi, yaitu terjadinya kenaikan suhu di lapisan atmosfer atas karena penumpukan gasrumah kaca(GRK) tersebut,terutama CO2. Lapisan inversi dalam lingkungan atmosfer yang tercemar biasanya terjadi pada sore hingga malam hari.
Namun, pada pagi hingga siang hari, dengan adanya penyinaran matahari yang menyebabkan penguapan air, maka konsentrasi gas rumah kaca akan berkurang hingga inversi hilang. Inversi bisa muncul kembali setiap hari bila pola pencemaran terus berlanjut dan kondisi cuaca secara umum mendukungnya
Contoh dari pencemaran udara antara lain terdapat di cekungan Los Angles, di daerah sini dispersi vertical pencemar dibatasi oleh lapisan inversi dispersi lateral dibatasi oleh gunung-gunung tinggi ke arah utara dan timur. Contoh lain didaerah lembah meuse Belgia tahun 19930 dan di Sonora Pensylvania tahun 1948 serta London tahun 1952. Dari contoh daerah-daerah diatas pencemaran udara disebabkan oleh asap belerang dioksida fluor dan bahan bahan yang lain. Besar skala pencemaran udara disebabkan oleh factor-faktor antara lain :
1. FAKTOR ANGIN, factor ini menyebabkan seberapa luaskan dan seberapa cepat pencemaran ini menyebar ke dalam lingkunganan. Angin yang bergolak kuat menyebabkan konsentrasi pencemar menjadi encer, sedangkan angin reda bergolaknya lemah menyebabkan konsentrasi pencemar menjadi pekat.
2. TINGGI CAMPURAN, gaya apung termal menetukan ketebalan lapisan campuran konvektif. Jika suatu paket udara dipanasi oleh radiasi matahari pada permukaan bumi, maka suhunya lebih panas dari lingkungan .
3. STABILITAS ATMOSFER, untuk kebutuhan penelitian dan rekayasa dapat dikatakan dengan pengamatan meteorology permukaan.
4. JENIS KEPULAN ASAP
5. JENIS SUMBER PENCEMAR
6. GRADIEN SUHU VERTIKAL, inversi berbahaya menurut LEBEDENSKY adalah jika, inversi suhu permukaan sekurang-kurangnya 300 meter, yang kedua apabila inversi suhu atas dengan ketinggian tidak lebih dari 1.000 meter.
7. TINGGI CAMPURAN
8. CURAH HUJAN
9. KABUT
10. RADIASI MATAHARI, parameter ini digunakan sebagai pembanding radiasi didaerah yang tercemar dan di daerah yang bersih
Thermal inversion (=pembalikan suhu) merupakan masalah khusus bagi kotakota dengan iklim panas dan dingin. Dalam keadaan penyebaran normal, gas-gas pencemar yang panas akan timbul disaat mereka datang dan kontak dengan masa udara yang dingin, pada ketinggian yang lebih tinggi.
TERAPAN IKLIM PADA KEHIDUPAN
Iklim merupakan factor peubah bebas lingkungan yang berpengaruh langsung pada setiap kegiatan dipermukaan tanah. Kadang kala keterbatasan data iklim menyebabkan kejadian luar biasa (banjir secara tiba-tiba) sukar diramalkan secara tepat. Curah hujan yang sering terjadi berkepanjangan, kadang kala tidak dianggap sebagai ancaman, tetapi hujan berintensitas tinggi yang terjadi dalam rentang waktu cukup lama (terutama didaera hup-land) harusdicermati. Apalagi tapak berada di kawasan berlereng, maka penetapan pintu air yang secara aman apat melancarkan drainase dan pembuangan air, mutlak masuk ke dalam petimbangan. Disamping itu, pencermatan terhadap usaha- usaha pengawetan tanah dan air di daerah atasan (up-land) menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan perencanaan.
Peranan Iklim dalam Kehidupan
Perlu Anda ketahui bahwa iklim merupakan salah satu faktor yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Karena iklim mempunyai peranan yang
besar terhadap kehidupan seperti dalam bidang pertanian, transportasi
atau perhubungan, telekomunikasi, dan pariwisata. Untuk mengetahui
peranan apa saja yang diberikan terhadap kehidupan.
a. Peranan Iklim Di Bidang Pertanian
Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya masyarakat agraris yang bergerak di sektor pertanian, sifat-sifat iklim seperti suhu, curah hujan, dan musim sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Faktor-faktor iklim seperti cuaca dan iklim benar-benar dipertimbangkan dalam mengembangkan pertanian. Kondisi suhu, curah hujan dan pola musim sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian. Misalnya, padi sangat cocok dibudidayakan di daerah yang bersuhu udara panas dengan curah hujan yang cukup tinggi. Tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan cocok dibudidayakan di daerah sedang sampai sejuk dengan intensitas curah hujan tidak setinggi pada tanaman padi. Begitu pula di bidang perikanan atau kelautan, faktor iklim seperti cuaca, suhu, dan musim sangat berpengaruh, baik terhadap para nelayan maupun ikan yang akan di tangkap. Pada umumnya para nelayan mengerti benar tentang keadaan cuaca, terutama yang behubungan dengan angin dan musim. Dengan pengetahuan yang dimiliki mereka tahu kapan datangnya angin musim barat dan angin musim timur. Pada saat berhembus angin barat mereka sangat berhati-hati dalam menangkap ikan di laut. Karena musim angin barat sering menimbulkan gelombang besar yang membahayakan mereka. Dan mereka juga tahu mengenai tanda-tanda alam seperti akan datangnya badai yang besar, sehingga mereka tidak akan turun ke laut untuk menangkap ikan.
Iklim merupakan salah satu persyaratan
pokok untuk keberhasilan usaha pertanian. Indonesia dipengaruhi oleh
iklim tropis, iklim laut, dan iklim muson dengan temperatur rata-rata
260C dan perbedaan temperatur antara bulan terpanas dan terdingin kurang
dari 10C. Iklim laut di daerah tropis menyebabkan banyak hujan.
Ada batasan yang tegas antara musim penghujan dan musim kemarau. Apabila
semuanya berjalan wajar dan normal, maka di Indonesia akan mengalami 6
bulan musim hujan dan 6 bulan musim kemarau. Musim hujan diperkirakan
jatuh pada bulan Oktober-April dan musim kemarau pada bulan
April-Oktober. Perpindahan antara musim hujan dan musim kemarau atau
sebaliknya disebut musim pancaroba. Namun demikian, akibat peristiwa
alam kadang terjadi penyimpangan, yang biasa disebut dengan salah musim.
Pertanian di Indonesia biasanya didasarkan pada perkiraan musim. Artinya bagi tanaman-tanaman yang tidak tahan hujan akan ditanam pada musim kemarau, sedangkan bagi tanaman yang menyukai air akan ditanam pada musim penghujan. Akibat hal tersebut maka sering dijumpai hasil yang melimpah pada saat panen raya, sebaliknya di saat tidak musim akan kesulitan mencari hasil pertanian tersebut. Hal ini tidak menjadi masalah bagi hasil pertanian yang tahan disimpan, namun bagi hasil pertanian yang mempunyai sifat ‘perishable’ mau tidak mau harus segera dikonsumsi, kecuali dibuat sebagai bahan olahan yang tahan lama.
Pertanian maju sudah menggabungkan antara kondisi iklim secara alamiah dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Namun demikian ada 4 hal penting yang perlu diperhatikan dalam pertanian maju hubungannya dengan kondisi iklim adalah :
1. Penyesuaian
2. Peramalan
3. Modifikasi
4. Substitusi
Penyesuaian dengan keadaan cuaca dan
iklim didiskripsi dengan baik dan usaha bercocok tanam disesuaikan
dengan keadaan iklim suatu wilayah. Dengan memanfaatkan cara ini maka
akhirnya dapat ditemukan pusat-pusat usaha pertanaman tanaman-tanaman
yang memerlukan iklim sangat khusus. Dengan usaha penyesuaian ini biaya
mengusahakan secara nisbi dengan sendirinya rendah akan tetapi fluktuasi
hasil tiap kesatuan waktu akan besar. Ini disebabkan karena yang
disebut penyesuaian adalah menyesuaikan kepada keadaan rata-rata dan
bukan kepada semua kejadian. Keadaan ektreem tetapa akan ada dan
terjadi. Sehingga kalau ada suatu hari cuacanya ekstreem hasil tanaman
akan kurang baik atau dapat gagal. Peluang 75% untuk berhasil dari suatu
pemanfaatan anasir cuaca/iklim umumnya sudah dianggap memadai.
Peramalan meliputi peramalan cuaca berjangka pendek, menengah, atau
panjang. Merupakan salah satu usaha untuk mengurangi resiko kegagalan
usaha pertanian. Peramalan-peramalan yang baik, diikuti tindakan yang
tepat akan sangat membantu mengurangi resiko kerusakan hasil karena
cuaca atau mencegah pemborosan. Peramalan yang benar terhadap awal
mulainya musim hujan akan sangast menolong perencanaan penanaman. Kalau
diramalkjan malam hari akan hujan lebat, maka perlu menunda pemupukan,
penyemprotan hama, dan sebagainya. Secara umum, peramalan jangka pendek
akan sangat membantu taktik pelaksanaan sedangkan peramalan jangka
panjang akan membantu strategi pelaksanaan.
Modifikasi terhadap adanya anasir iklim yang kurang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berbagai hal bisa dilaksanakan dalam hal modifikasi ini, misalnya dengan pemberian naungan, pembuatan hujan buatan, pemulsaan, pengolahan tanah, dan sebagainya. Beberapa contoh modifikasi
1. Radiasi
Memperbesar : pemangkasan, memperlebar jarak tanam, mengurangi
wiwilan, menanam tanaman yang berdaun kecil.
Memperkecil : naungan, tumpangsari, menanam tanaman berdaun lebar,
mempersempit jarak tanam.
2. Temperatur
Memperbesar : guludan, menutup tanah dengan plstik tembus cahaya.
Memperkecil : naungan, pemulsaan.
3. Kelembaban
Memperbesar : naungan, menyiram, pemulsaan, menutup dengan plastik hitam.
Memperkecil : memangkas daun, memperjarang jarak tanam, pembakaran jerami.
4. Angin
Memperbesar : memperlebar jarak tanam, menanam tanaman berdaun kecil.
Memperkecil : naungan, shelter.
Substitusi bertujuan untuk mengganti anasir-anasir cuaca/iklim yang pada
saat diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi di suatu wilayah.
Misalnya dengan irigasi akan dapat menolong apabila hujan tidak datang
atau tidak mencukupi. Kalau substitusi ini dapat dilaksanakan dengan
baik, maka dapat menjamin adanya kepastian hasil.
Danau doline Saptosari, Gunung Kidul
Danau doline ini merupakan cekungan pada bentanglahan karst yang terbentuk akibat adanya depresi karena terjadinya penyumbatan pada ponor oleh material sedimen.. Cekungan ini biasanya merupakan gabungan dari doline-doline yang mengalami erosi lateral sehingga terbenntuk cekungan yang lebih luas. Terjadinya penyumbatan ponor atau tempat lolosnya air diakibatkan oleh adanya material hasil erosi didaerah sekitar dan terakumulasi di titik yang rendah seperti cekungan yaitu doline kemudian ketika hujan, air yang jatuh kepermukaan akan tertahan dipermukaan ( tidak meresap kebawah ) sehingga terbentuk genangan.
Batuan disini di dominasi oleh batugamping sehingga proses geomorfologi yang terjadi adalah adanya erosi dan sedimentasi hasil pelapukan dari batugamping. Tanahnya merupakan tanah terrarossa atau mediteran yang berwarna merah bertekstur lempung debuandan PH rendah yang dimanfaatkan untuk budidaya ketela.
Gambar . Fenomena danau doline dan pemanfaatannya
Seperti tampak pada gambar kondisi hidrologinya adalah dijumpainya air permukaan berupa danau yang debitnya cukup besar dimana intensitas pasang surutnya tergantung pada intensitas hujan. Air ini biasanya oleh warga dimanfaatkan untuk mandi mencuci, sumber air untuk ternak dan untuk empat memancing. Kalau airtanahnya diperkirakan tersimpan dalam sungai bawah tanah yaitu air melalui ponor akan langsung masuk pada sistem sungai bawah tanah. Ekosistem bentanglahan terumbu karang yang dominan di pantai selatan Gunung Kidul. Adapun flora yang banyak terdapat di daerah ini adalah jati, akasia, dan ketela, sedangkan faunanya adalah ikan.
Daerah ini termasuk dalam kategori desa dengan usaha rata-rata penduduk adalah pertanian lahan kering seperti palawija. Sebenarnya jika dilakukan pengelolaan dengan melihat potensinya maka kawasan ini dapat dikembangkan wisata untuk daerah karst yaitu sebagai wisata pemancingan karena sangat jarang sekali doline dan memungkinkan untuk menarik para wisatawan. Jumlah penduduk relative kecil dan didominasi oleh penduduk usia tua dan anak-anak karena para pemudanya banyak yang bermigrasi kekota untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Hal ini tentu saja akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan daerah namun daerah ini lebih baik jika dibanding dengan di Panggang.
Pola permukiman cenderung mengelompok dengan jarak antara satu rumah dengan yang lain agak jarang dengan ciri bangunan ada yang permanen ada juga yang non permanen dan kulitas yang belum cukup baik. Mata pencaharian adalah sebagai peladang dengan pendapatan yang tidak telalu tinggi, namun daerah ini berpotensi untuk pengembangan ekonomi terpadu. Kondisi pendidikannya juga cukup tinggi yaitu ada sarjana dari strata 1 sampai strata 3 yang berasal dari daerah ini. Selain itu tradisi kearifan local untuk tujuan koservasi seperti untuk mencegah penebangan pohon maka disekeliling pohon ditaburi dengan beras kuning dan diberi sesajen. Daerah ini merupakan kawasan budidaya yang penggunaan lahannya untuk permukiman dan pertanian tanaman semusim.
Permasalahan mungkin dapat muncul pada bentuklahan ini cukup banyak yaitu permasalahan pengambilan kayu jati untuk pemanfaatan ekonomi yang kan menyebabkan pendangkalan dolin sehingga perlu pengendalian konservasi secara insitu, pencemaran air danau oleh limbahh dari detergen, sabun dari warga sekitar dan adannya akumulasi pupuk hasil dari pertanian yang tidak terurai yang akan menurunkan kualitas air. Hal ini tentu perlu perhatian dari pemerintah untuk pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Dampak lain yang dapat terjadi masyarakat karena kualitas air yang menurun adalah terganggunya masalah kesehatan karena kandungan detergen dan pupuk yang terlarut tidak dapat kelura dari system. Hal ini disebabkan karena danau dolin merupakan system tertutup dimana air yang masuk tidak dapat keluar.
Bentanglahan Karst Gunung Sewu
Daerah Gunungsewu merupakan perbukitan kerucut karst yang berada di zona fisiogafik Pegunungan Selatan Jawa Tengah – Jawa Timur, dan secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY.
Daerah Gunungsewu merupakan perbukitan kerucut karst yang berada di
zona fisiogafik Pegunungan Selatan Jawa Tengah – Jawa Timur, dan secara
administratif termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY. Daerah ini
senantiasa menderita kekeringan di musim kemarau, karena air permukaan
yang langka. Diperkirakan terdapat cukup banyak air di bawah tanah,
terbukti dari banyak dijumpainya sungai-sungai bawah permukaan.
Geomorfologi Daerah Gunungsewu, berdasarkan morfogenetik dan
morfometriknya dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan, yaitu Satuan
Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Kerucut
Karst, dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Secara umum karstifikasi di
daerah ini sudah mencapai tahapan dewasa.
Lapisan paling bawah stratigafi Daerah Gunungsewu berupa endapan vulkanik yang terdiri dari batupasir tufaan, lava, dan breksi, yang dikenal sebagai Kelompok Besole. Di atas batuan basal tersebut, secara setempat-setempat didapatkan napal Formasi Sambipitu, serta batugamping tufaan dan batugamping lempungan Formasi Oyo. Di atasnya lagi dijumpai batugamping Gunungsewu Formasi Wonosari yang dianggap merupakan lapisan pembawa air. Di bagian paling atas, berturut-turut terdapat napal Formasi Kepek, endapan aluvial dan endapan vulkanik Merapi.
Daerah : Panggang, Gunung Kidul
Daerah ini terletak di kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta yang merupakan bentukan asal solusional berupa polye. Daerah ini memiliki relief yang berbukit dengan kandungan batugamping yang tebal dengan struktur berlapis dengan batuan dasar (basement) berupa batu breksi dan bagian atas berupa batugamping . Proses pembentukan daerah ini adalah melalui pengangkatan dasar laut dangkal ( zona litoral ) karena adanya pengaruh tenaga endogen atau tektonik. Polye ini sendiri terbentuk karena adanya gua bawah tanah yang runtuh atau ambles karena tidak mampu menahan bebannya sendiri. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah ini adalah berupa erosi dan pelapukan pada batugamping sehingga lapies lapuk dan berubah menjadi tanah mediteran atau terrarosa. Tanah didaerah ini berupa tanah terrarosa atau mediteran yang bercampur dengan robakan batugamping kasar, perkembangan tanah tidak terlalu dominan karena didaerah ini jarang terjadi hujan. Tanah ini sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur dan memiliki kejenuhan basa lebih dari 50 %, bertekstur lempung debuan namun kondisi tanahnya masih dapat diusahakan untuk kepentingan pertanian lahan kering.
Kondisi hidrologi daerah ini adalah tidak dijumpainya air permukaan karena sebagian besar air yang jatuh ke permukaan langsung masuk kedalam tanah karena batuannya porus, sehingga hampir sebagian besar tersimpan dalam sungai bawah tanah. Penduduk didaerah ini menggunakan air dari hasil pemompaan sungai Bribin yang disalurkan melalui pipa-pipa dengan memanfaatkan tenaga gravitasi dan juga menggunakan PAH atau penampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jenis flora yang terdapat daerah ini adalah ketela, jati, kelapa, jagung, kacang tanah dan padi gogo. Jenis tanaman ini ditanam pada bagian yang tanahnya sudah berkembang atau pada cekungan-cekungan yang biasanya terisi oleh tanah terrarosa/mediteran.
Pada gambar tampak bahwa penggunaan lahan didaerah ini didominasi oleh pertanian lahan kering yaitu sebagai tegalan dan sawah tadah hujan dengan ditanami ketela, jagung dan padi. Penggunaan lahan seperti ini biasanya terbatas pada cekungan-cekungan seperti polye dimana pada cekungan tersebut terdapat material hasil pelapukan batugamping yang berkembang menjadi tanah terrarosa sehingga lahan dapat diusahakan. Penduduk setempat sudah berusaha menyesuaikan dengan kondisi alam yang kurang mendukung dengan berbagai percobaan tanaman yaitu mencari tanaman yang cocok untuk bentuklahan seperti ini.
Daerah ini termasuk dalam kategori pedesaan yang usaha utamanya adalah pertanian lahan kering. Penduduknya didominasi oleh penduduk usia tua dan anak-anak karena banyaknya migrasi keluar dari daerah ini. Karena pertumbuhan penduduk yang lambat maka umlah penduduknya menjadi sedikit. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka migrasi keluar dan kondisi lingkungan alam yang tidak mendukung untuk perkembangan penduduk. Pola permukiman didaerah ini berpola menggerombol tetapi menyebar dengan bentuk yang sederhana dan kualitas yang belum cukup baik.
Gambar Pemanfaatan lahan pada polye di kawasan karst Gunung Sewu
Kegiatan ekonomi di wilayah ekosistem bentanglahan karst harus ekstra hati-hati mengingat sifat batuan yang sangat porus dan memiliki permeabilitas sekunder yang mampu meneruskan aliran air limbah ke segala arah mengikuti retakan diaklas. Tingkat ekonomi didaerah ini tergolong masih rendah karena banyaknya penduduk yang keluar daerah untuk mencari pekerjaan yang baru. Rata-rata penduduk disini bermatapencaharian sebagai peladang atau petani lahan kering. Adapun tanaman yag diusahakan adalah berupa jati, ketela, dan padi gogo. Kondisi pendidikan dan kesehatannya relative masih rendah terlihat dari masih sedikitnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang ada didaerah ini. Adat-istiadat atau tradisi masih dipertahankan seperti kepercayaan terhadap mitos-mitos, namun daripada itu karena kondisi alam yang tidak mendukung kehidupan, banyak penduduk yang bunuh diri karena keputusasaan mereka dalam menghadapi kondisi alam yang sangat keras.
Bahaya lingkungan karst (karstic environmental hazard) yang ditandai oleh adanya bencana kekeringan secara periodik (5 – 9 bulan) yang berakibat pada kesulitan air untuk tanaman, hewan dan manusia. Kekurangan pangan dan gizi bisa terjadi dan mengganggu kesehatan manusia terutama di musim kemarau panjang. Produktivitas lahan pertanian sangat terbatas dan pendapatan masyarakat rendah sehingga dijumpai beberapa keluarga prasejahtera (miskin)
Namun daripada itu banyak permasalahan yang muncul di daerah ini seperti keterbatasan SDA untuk pengembangan permukiman dan pertanian, krisis air bersih,banyaknya migrasi keluar khususnya penduduk usia produktif sehingga pengembangan ekonomi sangat lambat, dan juga banyaknya kasus bunuh diri karena tekanan ekonomi.Bahaya lingkungan sosial terjadi oleh pengaruh bahaya lingkungan fisikal. Apabila penduduk di lingkungan karst mengalami kesulitan air, pangan, dan penghasilan maka ada kemungkinan mengalami stres dan rentan terhadap penyakit dan kematian.