TIPE – TIPE PANTAI

Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu menjadi:

  1. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
  2. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan menjadi:
    1. Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
    2. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.
  3. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai.  Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.

Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:

  1. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).
  2. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach.
  3. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai mangrove.

Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:

  1. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.
  2. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.

Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai. Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen berukuran butir lempung sampai gravel. Kemudian, berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi:

  1. Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel (diameter butir > 2 mm).
  2. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir (0,5 – 2 mm).
  3. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material berukuran lempung sampai lanau, diameter < 0,5 mm).

Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya itu juga mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di lingkungan pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan kondisi energi menengah. Di Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya diojumpai di kawasan pantai selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai bernergi rendah umumnya di kawasan pantai utara yang menghadap ke Laut Jawa.

Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Beach (daerah pantai)

Yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang turun.

2. Shore line (garis pantai)

Jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa dicapai.

3. Coast (pantai)

Daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat pengaruh air laut.

B. KLASIFIKASI PANTAI

Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus laut.

Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

  1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)

Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.

Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:

a. Lembah sungai yang tenggelam

Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.

b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam

Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.

c. Bentuk pengendapan sungai

Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.

1. Bentuk pengendapan glasial

Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.

2. Bentuk permukaan hasil diastrofisme

Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.

3. Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api

Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar

2.Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)

Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:

1. Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat

Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).

2. Terdapatnya teras-teras gelombang

Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.

3. Terdapatnya gisik (beaches)

Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.

4. Terdapatnya laut terbuka

Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.

5. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)

Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.

3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)

Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).

  1. Pantai Majemuk (Compound shorelines)

Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.

1. Dapatkah hujan es terjadi didaerah tropis?

Hail hanya akan terbentuk pada awan cumulonimbus (Cb) yang topnya melewati freezing level (ketinggian dimana suhu udaranya 0o C atau sekitar 16.000 kaki di wilayah Indonesia). Untuk terjadinya Cb kondisi udara (cuaca) harus mendukung dengan labilnya lapisan udara sehingga mudah terjadi proses konveksi ditambah harus ada suplai uap air yang cukup sehingga massa udara yang terangkat oleh proses konveksi mengandung uap air yang banyak dan akan mempermudah terbentuknya awan cumulus yang berkembang menjadi awan Cb.

Gambar 1. (a) Penampang vertikal struktur awan dan echoe radar sebuah thunderstorm supercell di Colorado bagian timur laut. Penampang sejajar dengan arah gerakan awan, melalui pusat draft yang paling kuat. Reflektivitas radar ditunjukan dengan arsiran tebal dan tipis. C-130, QA, DC-6 dan B menunjukan lokasi empat pesawat yang dilengkapi instrument fisika awan. Panah tebal menunjukan vektor angin yang diukur dengan dua pesawat. Tanda panah yang pendek dan tipis mengitari pinggiran vault mengindikasikan lintasan hail. Garis tipis adalah streamlines aliran udara relatif terhadap awan, dan yang di sebelah kanan menunjukan profil komponen angin searah dengan gerakan badai. (b) Bagian vertikal berhubungan dengan gambar (a). Lintasan 1, 2, dan 3 menunjukan tiga posisi pertumbuhan hail. Transisi dari 2 ke 3 berhubungan dengan masuknya kembali sebuah embryo hail ke dalam updraft paling kuat sebelum lintasan naik-turun yang terakhir dimana hail tumbuh besar, terutama bila hail berkembang dekat batas vault seperti yang ditunjukan oleh lintasan 3. Sementara yang kecil kemungkinannya menjadi hail akan tumbuh di lokasi yang lebih jauh dari vault dan mengikuti lintasan berbentuk titik. Butir awan yang tumbuh dalam pusat updraft akan terbawa ke atas dan keluar ke dalam anvil sepanjang lintasan

bertanda o sebelum butir-butir tersebut mencapai ukuran presipitasi. (Diambil dari Houze, 1993)

.           Hujan berupa butiran es ini disebut hail, dan dapat terjadi di daerah tropis.

Pertumbuhan awan Cb bila disertai updraft yang kuat maka hail dapat terbentuk. Menurut Rogers (1979), updraft masuk pada level bawah dan naik ke zona yang disebut “vault” (berbentuk melengkung). Akibat kuatnya updraft di zona vault, butir air tidak mampu membesar sampai ukuran yang dapat dideteksi radar. Bila presiptasi terbentuk di atas level vault, shear angin pada  level tersebut akan menghalangi jatuhnya presipitasi ke zona vault dan memutuskan sirkulasi. Menurut Houze (1993) updraft kuat (10- 40 m/s) dalam supercell memungkinkan terbentuknya hail yang sangat besar. Penampang vertikal dari sebuah supercell dapat dilihat dalam Gb. 1 yang menunjukan sturktur Cb dan tiga tahapan pertumbuhan hail besar Hail akan terbentuk bila partikel es atau butir air hujan yang membeku tumbuh/berkembang dengan menyerap butir-butir awan kelewat dingin. Awan Cb mengandung partikel es dan butir air besar. Hal penting yang perlu dicatat dalam pertumbuhan/pembesaran hail adalah panas laten pembekuan yang dilepaskan saat butir air yang diserap membeku. Akibat panas laten tersebut, suhu dari hail yang tumbuh akan lebih hangat beberapa derajat dibanding suhu awan di sekitarnya. Suhu keseimbangan antara hail dan awan akan tercapai bila total panas yang dilepaskan akibat pembekuan (baik dari fasa air ke padat maupun dari fasa gas ke fasa padat) sama dengan panas yang diserap oleh awan akibat konduksi. Dengan dicapainya keseimbangan suhu maka tidak ada lagi transfer panas dari hail ke lingkungannya. Laju pertumbuhan hail dapat ditentukan dengan menjumlahkan laju pertumbuhan aibat penyerapan butir air dan laju pertumbuhan akibat sublimasi (Rogers, 1979).

Hujan es akan terjadi bila kondisi atmosfer mendukung pertumbuhan thunderstorm yang merusak karena disertai guntur dan kilat, hujan deras, angin kencang (downburst) dan batu es (hail).Hujan es (hail) di daerah tropis, akan terjadi bila batu es yang turun bersifat kering dan memiliki ukuran yang cukup besar saat keluar dari dasar awan. Hal ini mengingat bahwa suhu udara permukaan cukup tinggi dan batu es masih bisa mempertahankan bentuknya dengan ukuran sekitar 3 mm dalam diameter saat sampai permukaan tanah, sementara dalam perjalannya (jatuh bebas) dari dasar awan sampai tanah batu es harus menyusut ukurannya akibat kontak dengan suhu udara yang cukup tinggi.

Hail tidak sama dengan salju. Curahan ini berasal dari awan Cumulonimbus (Cb) . Awan CB merupakan awan dengan ketinggian dasar yang sangat rendah dan puncaknya menjulang tinggi akibat pemanasan permukaan yang menyebabkan penguapan berjalan intensif.

Awan jenis lain yaitu Cirrus, yang juga mengandung kristal es. Bedanya Cirrus yang berbentuk seperti serabut atau bulu-halus tidak menyebabkan hujan, sehingga tidak membawa hail.

Uap air di udara akibat pemanasan permukaan kemudian berkondensasi atau mengembun menjadi awan. Di dalam awan CB, udara masih naik ke atas sehingga membentuk puncak yang tinggi. Puncak awan yang tinggi inilah yang menyebabkan es terbentuk. Di lapisan terbawah atmospher kita, yaitu troposfir, suhu udara semakin rendah ketika udara semakin jauh dari permukaan. Suhu di puncak awan CB dapat melewati suhu titik beku air nol derajat. Di daerah subtropis dimana siklon atau badai terjadi dari awan Cb, hail dapat menyerang angin kencang dalam badai.

Sama dengan pembentukan tetes air, pembentukan butiran juga dimulai dengan adanya inti kondensasi. Inti kondensasi merupakan tempat ‘melekatnya” uap air sehingga dapat mengalami pengembunan. Inti konsensasi dapat berupa debu atau molekul garam. Mungkin ibu-ibu ingat jika menaruh garam di tempat terbuka, lama kelamaan garam tersebut akan menjadi basah. Butir es terjadi jika awan yang sudah mengandung tetes air sangat dingin. Jika butir es terbentuk, maka ia dapat menangkap tetes air lain sehingga butirannya semakin besar dan akhirnya jatuh karena tidak dapat tertahan arus udara ke atas di dalam awan.

Hail dapat menyebabkan kerugian karena dapat merusak genteng, atap kaca, jendela kaca, kenderaan dan tanaman pertanian. Hujan es tidak hanya bisa terjadi di daerah subtropis saja, tapi bisa juga terjadi diwilayah di ekuator (tropis).Hujan es merupakan salah satu bentuk presipitasi (curahan) selain, hujan (rain) dan gerimis (drizzle), embun (dew), salju (snow) dan kabut (fog).

Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat dingin di atmosfer pada lapisan di atas freezing level. Es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran besar. Karena ukurannya, walaupun telah turun ke aras yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya mencair.

Proses lain yang dapat menyebabkan hujan adalah riming, dimana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Karena terjadi pengembunan yang mendadak maka terjadilah es dengan ukuran yang besar.

Proses kondensasi dan pembentukan awan di daerah tropis dan di daerah lintang menengah dan tinggi mempunyai perbedaan yang menyolok. Di daerah tropis umumnya proses kondensasi dan pembentukan awan dapat terjadi pada suhu tinggi (>0 0C) melalui pengangkatan udara atau konveksi yang diakibatkan oleh pemanasan yang kuat. Sedang di daerah lintang menengah dan tinggi proses yang terjadi umumnya karena adanya front yaitu pertemuan massa udara panas dan massa udara dingin1.

Cuaca di daerah tropis ditandai dengan perubahan yang cepat dan mendadak. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti adanya garis ekuator dimana gaya coriolli mendekati nol, adanya ITCZ, ridge dan through, awan-awan konvektif, sel hadley dan sirkulasi walker.

Kondensasi terjadi pada berbagai kondisi seperti perubahan volume udara, suhu, tekanan dan kelembaban, apabila :

-          Udara didinginkan sampai titik embunnya meskipun volumenya tetap.

-    Volume udara bertambah tanpa ada penambahan panas karena udara didinginkan melalui ekspansi adiabatik.

-          Perubahan suhu dan volume mengurangi kapasitas kebasahan udara.

Di daerah tropis pembentukan awan terjadi pada suhu tinggi dan dengan kelembaban yang tinggi juga. Dengan demikian awan yang terbentuk mempunyai kandungan air-cair tinggi.

http://darma168.blogspot.com/2008/04/hail-si-hujan-es-yang-buat-kaget.html

http://dayant.blog.friendster.com/2008/01/proses-fisis-pembentukan-awan-dan-hujan-tropis/

HUBUNGAN TIMBAL BALIK MANUSIA DENGAN ALAM

Interaksi manusia dengan lingkungannya yang sudah terjalin sejak ribuan tahun menghasilkan sejumlah bentuk strategi adaptasi. Pada awalnya manusia bertahan dengan strategi adaptasi pengumpul-berburu, kemudian dilanjutkan dengan perladangan-perkebunan, seterusnya dengan peternakan. Setelah itu berkembang pertanian intensif, dan strategi yang terakhir adalah dengan cara kehidupan industri. Strategi perladangan-pekebunan sering dianggap sebagai awal dari peradaban, karena manusia mulai menandai wilayah yang dipakai dan dimiliki bagi kelangsungan hidupnya. Manusia tidak merubah bentang alam (lingkungan) di tahap berburu-meramu, namun mulai merubah dalam skala kecil di tahap perladangan, serta peternakan. Pada bentuk strategi adaptasi kedua perubahan bentang alam sedikit terjadi dan ada keterbatasan oleh musim. Pada tahap pertanian intensif manusia mulai merubah lingkungan dan memanfaatkan prinsip grafitasi untuk mendistribusikan air melalui sistem irigasi. Keterbatasan oleh musim membuat manusia mampu menandai saat menanam yang tepat dengan melihat pada posisi bintang seperti Orion. Saat produksi pangan bisa dismpan dan saat proses produksi-distribusinya terkendali maka kotapun lahir. Pembangunan kota sering merubah bentang alam dan bertujuan melawan pembatasan dari musim. Pada strategi adaptasi manusia yang terakhir yaitu industri manusia sudah bisa mengurangi keterbatasan dari musim dan iklim. Namun kota dan industri sudah meninggalkan proses alamiah dan mematikan indera manusia dalam interaksinya dengan lingkungan. Manusia mampu menerapkan informasi melalui rencana dan blue print-nya untuk produksi-distribusi, namun mengabaikan faktor penentu dari lingkungan. Faktor penentu ini adalah iklim dan keadaan topografis dari lokasi kegiatan industrinya.

Daniel Chira yang ahli lingkungan dan WL Thomas ahli geografi-budaya mengambil pendapat para antropolog-arkeolog yang menyatakan bahwa perladangan-perkebunan di Asia diawali di daerah sekitar Timur-tengah dan Selatan Asia yaitu di India, dan Asia Tenggara. Yehudi Cohen dan Phillip Kottak yang antropolog melihat bahwa perladangan adalah langkah awal manusia yang mulai merubah lingkungannya walaupun dalam skala yang kecil. Sebagai suatu sistem produksi makanan, strategi adaptasi perladangan mengambil lahan secukupnya. Para peladang tetap menyediakan atau menyisakan lahan untuk penanaman di masa depan sekaligus untuk memulihkan kesuburannya kembali. Dalam hal ini Otto Soemarwoto pernah mengingatkan pentingnya melaksanakan “prinsip secukupnya” dalam pemanfaatan sumberdaya lahan. Hadirnya lahan (ruang) yang di-cadang-kan, menunjukkan pemanfaatan yang bersifat protektif. Di kalangan peladang sering ada daerah terlarang yang harus selalu di lindungi dan samasekali tak boleh dijamah, dan umumnya berada di sekitar mata air. Sifat protektif (preservation principle) sebagai prinsip dari perladangan ini, sering tidak terlihat dan diabaikan oleh orang luar. Ahli filsafat Australia yaitu Warwick Fox memilah interaksi manusia dengan lingkungannya dalam beberapa pola. Pola interaksi pertama manusia mengeksploitasi lingkungan semaksimal mungkin. Pola kedua manusia memanfaatkan lingkungannya dengan prinsip konservasi untuk produksi. Pola ketiga manusia memanfaatkan lingkungannya dengan prinsip protektif untuk menjaga keautentikan dari sebuah sumberdaya alam.

Manusia sebagaimana makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber air, gunung, laut, atau udara. Bencana lumpur lapindo yang kunjung usai, banjir Jakarta, Adam Air, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya selalu menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.
Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. . Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.

Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis, alam adalah barang dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap alam. Menurtnya, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya, manusia yang religius akan menyadari adanya keterkaitan antara dirinya dan alam lingkungan. Manusia seperti ini akan memandang alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa dieksploitasi secara sewenang-wenang.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan masyarakat dalam peran serta dalam audit lingkungan, yaitu prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan lingkungan sering dikenal dengan 5 R Plus. R yang pertama adalah replace – ganti bahan baku/ teknologi proses. Hal yang berkaitan dengan upaya untuk mencegah pencemaran atau kerusakan lingkungan akibat dari sumber kegiatan. Kedua, reduce – dengan cara mengendalikan pencemaran atau sumber perusakan lingkungan melalui cara menguurangi beban pencemaran dan/atau dengan melakukan penghematan sumber daya. R ketiga adalah recycle – daur ulang limbah. Prinsip ini untuk mengurangi pencemaran saat proses melalui pemanfaatan limbah. Keempat, adalah reuse – gunakan kembali limbah hasil produksi. R kelima adalah recovery – melakukan pemulihan akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Untuk itu, ada hal lain, yaitu membuang limbah secara aman dan memenuhi peraturan
Prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan tersebut hakekatnya mensyaratkan perubahan perilaku manusia dalam kaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam. Secara teoritis empirik kemudian dikenal langkah-langkah untuk membuat prinsip-prinsip tersebut menjadi instrumen normatif dan prosedural, seperti pembentukan gerakan moral, pemberian insentif ekonomi, merumuskan kebijakan dan penegakan hukum, pengembangan teknologi sampai pengupayaan Good Governance. Dalam konteks mengusahakan perubahan perilaku ini peranserta masyarakat menjadi penting.

Dalam kerangka Audit Lingkungan hal-hal tentang pengelolaan lingkungan yang diuraikan di atas tetap diacu. Namun, dalam hal ini arah pengelolaan lingkungan sebatas arah proyek, bukan ekosistem atau dalam satuan administrasi pemerintahan ( kabupaten, propinsi, nasional ) maupun global. Artinya, peranserta masyarakat di sini lebih berkenaan dengan kaitan tindakan perorangan atau sejumlah orang yang diorganisir atau tidak terorganisir berinteraksi dengan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan dalam usahanya setelah kegiatan usaha atau suatu kegiatan berjalan pada tahap operasi dan penanggung jawabnya berusaha menilai tingkat ketaatan opearsinya itu terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan sebelumnya.

Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan alam adalah memperhatkan standar dan kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan.
Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu memperhatikan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan Misalnya kasus, dalam sebuah tambang emas, biasa digunakan bahan-bahan kimia untuk memisahkan kandungan emas dari zat-zat lainnya. Sisa-sisa bahan kimia ini bila dibuang begitu saja ke laut, akan menyebabkan tercemarnya air laut dan teracuninya makhluk hidup di laut. Akibatnya, manusia tidak dapat memanfaatkan makhluk-makhluk laut untuk kehidupannya.

Hubungan antara manusia dengan lingakungan alam ini sangat berkaitan dan berkesinambungan terus menerus, kaya ikan hidup diair, jika keluar dari air, hanya beberapa menit saja ikan akan mati. Begitu juga jika airnya tercemari oleh racun yang terus menerus, juga dari limbah industri hasil kreasi manusia ada sebagian ikan mati, maka eko sistem air di kolam/sungai/danau/ laut, akan terganggu, lama kelamaan produksi ikan berkurang. Jika begitu kita, manusia ini, tidak bisa makan ikan sehat lagi. Apalagi jika saudara kita yang propesinya nelayan, cara tangkap ikannya menggunakan bom ( diledakan dalam air laut ), akan sangat cepat sekali merusak lingkungan habitat ikan di laut yang akibatnya kehidupan regenerasi ikan akan berkurang, malahan untuk jenis ikan tertentu akan punah. Jadi ada budaya nelayan kita dalam menangkap ikan itu sangat merusak lingkungan hidup para ikan. Jadi kita sebagai makhluk sosial, harus hidup bermasyarakat saling mengingatkan untuk kebaikan lingkunan hidup kita ini dari kehancuran yang kebanyakan akibat ulah kita sendiri.

Perilaku manusia khususnya terhadap lingkungan sangatlah besar, baik dari segi positif dan negatifnya. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman supaya tidak ketinggalan dengan yang lain, tetapi kadang-kadang manusia itu sendiri lupa dengan lingkungan sekitar, sehingga menyebabkan permasalahan bagi lingkungan tersebut maupun manusia lain. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain, kerusakan lingkungan yang meliputi krisis energi, pemanasan global dan efek rumah kaca, penipisan ozon,pengaruh pada kualitas air, tanah,udara, dan kerusakan ekologi dan ekosistem.

Inilah salah satu hasil perbuatan manusia yang merusak lingkungan

Pengelolaan sumberdaya alam untuk pembangunan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek. Karena itu perlu ditetapkan strategi pengelolaan yang menjamin keberlanjutan, keadilan dan berdaya guna tinggi. Upaya untuk meraih strategi tersebut dijembatani dengan pembekalan para pelaku secara berkesinambungan.

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :

1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial

Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.

Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.

Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.

2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu

Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :

1. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.
2. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
3. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.
4. Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di kamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri.
Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, oleh sebab itu dalam makalah ini dicoba diungkap secara umum sebagai gambaran potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah.

3. Apakah yang dimaksud dengan tradewind?

Tradewind atau angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.

Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang). Di dekat khatulistiwa, angin pasat (trade wind) menggerakkan permukaan air ke arah barat.


  1. Apa pengaruh lapisan inversi terhadap pencemaran udara ?

Pencemaran udara dapat dikatakan sebagai kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak property atau keadaana dimana masuknya zat-zat beracun ke dalam atmosfer yang sangat merugikan dan berbahaya bagi kehidupan manusia atau hewan, merusak harta milik dan tanaman.

Udara bermuatan asap yang bergerak naik juga bisa terhenti karena adanya “katub” atau lapisan inversi yang memiliki suhu lebih tinggi. Lapisan inversi terjadi karena udara panas berada di atas udara dingin dan membentuk kabut yang akhirnya bercampur dengan asap. Apabila lapisan inversi tipis, asap masih dapat menembus dan terus bergerak naik. Seperti halnya ketinggian lapisan pembauran, di mana suhu dan tekanan udara yang bergerak telah lama dengan udara di sekelilingnya, ketinggian lapisan inversi juga sangat menentukan kualitas kabut-asap di udara.

Kondisi udara pada umumnya mengalami turbulensi karena adanya gerakan-gerakan udara (angin), namun pada saatnya terjadi pula stabilitas atmosfer. Udara dalam kondisi stabil akan mengakibatkan stagnasi dan akumulasi asap apabila terjadi kebakaran, apalagi kebakaran bahan-bahan organis yang masih agak basah seperti halnya biomassa yang berasal dari hutan, kebun, atau usaha budidaya pertanian lainnya. Massa udara yang mengandung kabut-asap akan tetap terkumpul dekat permukaan bumi dan tidak dapat bergerak lebih tinggi karena tidak terjadi gerakan udara vertikal.

Sebaliknya, udara yang bergerak ke atas saat terjadi turbulensi dalam keadaan atmosfer tidak stabil akan dapat membawa dan menyebarkan asap ke udara bebas. Gejala ini sering ditandai dengan adanya awan kumulus. Secara vertikal, kabut dapat dibedakan dari awan, yang juga merupakan akumulasi uap air di udara, karena posisinya yang lebih dekat dengan permukaan bumi

Tingkat polusi gas rumah kaca yang tinggi di suatu kawasan dapat mengganggu suhu di lapisan atmosfer hingga menimbulkan fenomena inversi, yaitu terjadinya kenaikan suhu di lapisan atmosfer atas karena penumpukan gasrumah kaca(GRK) tersebut,terutama CO2. Lapisan inversi dalam lingkungan atmosfer yang tercemar biasanya terjadi pada sore hingga malam hari.

Namun, pada pagi hingga siang hari, dengan adanya penyinaran matahari yang menyebabkan penguapan air, maka konsentrasi gas rumah kaca akan berkurang hingga inversi hilang. Inversi bisa muncul kembali setiap hari bila pola pencemaran terus berlanjut dan kondisi cuaca secara umum mendukungnya

Contoh dari pencemaran udara antara lain terdapat di cekungan Los Angles, di daerah sini dispersi vertical pencemar dibatasi oleh lapisan inversi dispersi lateral dibatasi oleh gunung-gunung tinggi ke arah utara dan timur. Contoh lain didaerah lembah meuse Belgia tahun 19930 dan di Sonora Pensylvania tahun 1948 serta London tahun 1952. Dari contoh daerah-daerah diatas pencemaran udara disebabkan oleh asap belerang dioksida fluor dan bahan bahan yang lain. Besar skala pencemaran udara disebabkan oleh factor-faktor antara lain :

1. FAKTOR ANGIN, factor ini menyebabkan seberapa luaskan dan seberapa cepat pencemaran ini menyebar ke dalam lingkunganan. Angin yang bergolak kuat menyebabkan konsentrasi pencemar menjadi encer, sedangkan angin reda bergolaknya lemah menyebabkan konsentrasi pencemar menjadi pekat.

2. TINGGI CAMPURAN, gaya apung termal menetukan ketebalan lapisan campuran konvektif. Jika suatu paket udara dipanasi oleh radiasi matahari pada permukaan bumi, maka suhunya lebih panas dari lingkungan .

3. STABILITAS ATMOSFER, untuk kebutuhan penelitian dan rekayasa dapat dikatakan dengan pengamatan meteorology permukaan.

4. JENIS KEPULAN ASAP

5. JENIS SUMBER PENCEMAR

6. GRADIEN SUHU VERTIKAL, inversi berbahaya menurut LEBEDENSKY adalah jika, inversi suhu permukaan sekurang-kurangnya 300 meter, yang kedua apabila inversi suhu atas dengan ketinggian tidak lebih dari 1.000 meter.

7. TINGGI CAMPURAN

8. CURAH HUJAN

9. KABUT

10. RADIASI MATAHARI, parameter ini digunakan sebagai pembanding radiasi didaerah yang tercemar dan di daerah yang bersih

Thermal inversion (=pembalikan suhu) merupakan masalah khusus bagi kotakota dengan iklim panas dan dingin. Dalam keadaan penyebaran normal, gas-gas pencemar yang panas akan timbul disaat mereka datang dan kontak dengan masa udara yang dingin, pada ketinggian yang lebih tinggi.

TERAPAN IKLIM PADA KEHIDUPAN

Iklim merupakan factor peubah bebas lingkungan yang berpengaruh langsung pada setiap kegiatan dipermukaan tanah. Kadang kala keterbatasan data iklim menyebabkan kejadian luar biasa (banjir secara tiba-tiba) sukar diramalkan secara tepat. Curah hujan yang sering terjadi berkepanjangan, kadang kala tidak dianggap sebagai ancaman, tetapi hujan berintensitas tinggi yang terjadi dalam rentang waktu cukup lama (terutama didaera hup-land) harusdicermati. Apalagi tapak berada di kawasan berlereng, maka penetapan pintu air yang secara aman apat melancarkan drainase dan pembuangan air, mutlak masuk ke dalam petimbangan. Disamping itu, pencermatan terhadap usaha- usaha pengawetan tanah dan air di daerah atasan (up-land) menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan perencanaan.

Peranan Iklim dalam Kehidupan
Perlu Anda ketahui bahwa iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena iklim mempunyai peranan yang besar terhadap kehidupan seperti dalam bidang pertanian, transportasi atau perhubungan, telekomunikasi, dan pariwisata. Untuk mengetahui peranan apa saja yang diberikan terhadap kehidupan.

a. Peranan Iklim Di Bidang Pertanian

Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya masyarakat agraris yang bergerak di sektor pertanian, sifat-sifat iklim seperti suhu, curah hujan, dan musim sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Faktor-faktor iklim seperti cuaca dan iklim benar-benar dipertimbangkan dalam mengembangkan pertanian. Kondisi suhu, curah hujan dan pola musim sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian. Misalnya, padi sangat cocok dibudidayakan di daerah yang bersuhu udara panas dengan curah hujan yang cukup tinggi. Tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan cocok dibudidayakan di daerah sedang sampai sejuk dengan intensitas curah hujan tidak setinggi pada tanaman padi. Begitu pula di bidang perikanan atau kelautan, faktor iklim seperti cuaca, suhu, dan musim sangat berpengaruh, baik terhadap para nelayan maupun ikan yang akan di tangkap. Pada umumnya para nelayan mengerti benar tentang keadaan cuaca, terutama yang behubungan dengan angin dan musim. Dengan pengetahuan yang dimiliki mereka tahu kapan datangnya angin musim barat dan angin musim timur. Pada saat berhembus angin barat mereka sangat berhati-hati dalam menangkap ikan di laut. Karena musim angin barat sering menimbulkan gelombang besar yang membahayakan mereka. Dan mereka juga tahu mengenai tanda-tanda alam seperti akan datangnya badai yang besar, sehingga mereka tidak akan turun ke laut untuk menangkap ikan.

Iklim merupakan salah satu persyaratan pokok untuk keberhasilan usaha pertanian. Indonesia dipengaruhi oleh iklim tropis, iklim laut, dan iklim muson dengan temperatur rata-rata 260C dan perbedaan temperatur antara bulan terpanas dan terdingin kurang dari 10C. Iklim laut di daerah tropis menyebabkan banyak hujan.
Ada batasan yang tegas antara musim penghujan dan musim kemarau. Apabila semuanya berjalan wajar dan normal, maka di Indonesia akan mengalami 6 bulan musim hujan dan 6 bulan musim kemarau. Musim hujan diperkirakan jatuh pada bulan Oktober-April dan musim kemarau pada bulan April-Oktober. Perpindahan antara musim hujan dan musim kemarau atau sebaliknya disebut musim pancaroba. Namun demikian, akibat peristiwa alam kadang terjadi penyimpangan, yang biasa disebut dengan salah musim.

Pertanian di Indonesia biasanya didasarkan pada perkiraan musim. Artinya bagi tanaman-tanaman yang tidak tahan hujan akan ditanam pada musim kemarau, sedangkan bagi tanaman yang menyukai air akan ditanam pada musim penghujan. Akibat hal tersebut maka sering dijumpai hasil yang melimpah pada saat panen raya, sebaliknya di saat tidak musim akan kesulitan mencari hasil pertanian tersebut. Hal ini tidak menjadi masalah bagi hasil pertanian yang tahan disimpan, namun bagi hasil pertanian yang mempunyai sifat ‘perishable’ mau tidak mau harus segera dikonsumsi, kecuali dibuat sebagai bahan olahan yang tahan lama.

Pertanian maju sudah menggabungkan antara kondisi iklim secara alamiah dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Namun demikian ada 4 hal penting yang perlu diperhatikan dalam pertanian maju hubungannya dengan kondisi iklim adalah :

1. Penyesuaian
2. Peramalan
3. Modifikasi
4. Substitusi

Penyesuaian dengan keadaan cuaca dan iklim didiskripsi dengan baik dan usaha bercocok tanam disesuaikan dengan keadaan iklim suatu wilayah. Dengan memanfaatkan cara ini maka akhirnya dapat ditemukan pusat-pusat usaha pertanaman tanaman-tanaman yang memerlukan iklim sangat khusus. Dengan usaha penyesuaian ini biaya mengusahakan secara nisbi dengan sendirinya rendah akan tetapi fluktuasi hasil tiap kesatuan waktu akan besar. Ini disebabkan karena yang disebut penyesuaian adalah menyesuaikan kepada keadaan rata-rata dan bukan kepada semua kejadian. Keadaan ektreem tetapa akan ada dan terjadi. Sehingga kalau ada suatu hari cuacanya ekstreem hasil tanaman akan kurang baik atau dapat gagal. Peluang 75% untuk berhasil dari suatu pemanfaatan anasir cuaca/iklim umumnya sudah dianggap memadai.
Peramalan meliputi peramalan cuaca berjangka pendek, menengah, atau panjang. Merupakan salah satu usaha untuk mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian. Peramalan-peramalan yang baik, diikuti tindakan yang tepat akan sangat membantu mengurangi resiko kerusakan hasil karena cuaca atau mencegah pemborosan. Peramalan yang benar terhadap awal mulainya musim hujan akan sangast menolong perencanaan penanaman. Kalau diramalkjan malam hari akan hujan lebat, maka perlu menunda pemupukan, penyemprotan hama, dan sebagainya. Secara umum, peramalan jangka pendek akan sangat membantu taktik pelaksanaan sedangkan peramalan jangka panjang akan membantu strategi pelaksanaan.

Modifikasi terhadap adanya anasir iklim yang kurang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berbagai hal bisa dilaksanakan dalam hal modifikasi ini, misalnya dengan pemberian naungan, pembuatan hujan buatan, pemulsaan, pengolahan tanah, dan sebagainya. Beberapa contoh modifikasi

1. Radiasi

Memperbesar : pemangkasan, memperlebar jarak tanam, mengurangi
wiwilan, menanam tanaman yang berdaun kecil.
Memperkecil : naungan, tumpangsari, menanam tanaman berdaun lebar,
mempersempit jarak tanam.

2. Temperatur

Memperbesar : guludan, menutup tanah dengan plstik tembus cahaya.
Memperkecil : naungan, pemulsaan.

3. Kelembaban

Memperbesar : naungan, menyiram, pemulsaan, menutup dengan plastik hitam.
Memperkecil : memangkas daun, memperjarang jarak tanam, pembakaran jerami.

4. Angin

Memperbesar : memperlebar jarak tanam, menanam tanaman berdaun kecil.
Memperkecil : naungan, shelter.
Substitusi bertujuan untuk mengganti anasir-anasir cuaca/iklim yang pada saat diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi di suatu wilayah. Misalnya dengan irigasi akan dapat menolong apabila hujan tidak datang atau tidak mencukupi. Kalau substitusi ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka dapat menjamin adanya kepastian hasil.

Danau doline Saptosari, Gunung Kidul

Danau doline ini merupakan cekungan pada bentanglahan karst yang  terbentuk akibat adanya depresi karena terjadinya penyumbatan pada ponor oleh material sedimen.. Cekungan ini biasanya merupakan gabungan dari doline-doline yang mengalami erosi lateral sehingga terbenntuk cekungan yang lebih luas. Terjadinya penyumbatan ponor atau tempat lolosnya air diakibatkan oleh adanya material hasil erosi didaerah sekitar dan terakumulasi di titik yang rendah seperti cekungan yaitu doline kemudian ketika hujan, air yang jatuh kepermukaan  akan tertahan dipermukaan ( tidak meresap kebawah ) sehingga terbentuk genangan.

Batuan disini di dominasi oleh batugamping sehingga proses geomorfologi yang terjadi adalah adanya erosi dan sedimentasi hasil pelapukan dari batugamping. Tanahnya merupakan tanah terrarossa atau mediteran yang berwarna merah bertekstur lempung debuandan PH rendah yang dimanfaatkan untuk budidaya ketela.

Gambar . Fenomena danau doline dan pemanfaatannya

Seperti tampak pada gambar kondisi hidrologinya adalah dijumpainya air permukaan berupa danau yang debitnya cukup besar dimana intensitas pasang surutnya tergantung pada intensitas hujan. Air ini biasanya oleh warga dimanfaatkan untuk mandi mencuci, sumber air untuk ternak dan untuk empat memancing. Kalau airtanahnya diperkirakan tersimpan dalam sungai bawah tanah yaitu air melalui ponor akan langsung masuk pada sistem sungai bawah tanah. Ekosistem bentanglahan terumbu karang yang dominan di pantai selatan Gunung Kidul. Adapun flora yang banyak terdapat di daerah ini adalah jati, akasia, dan ketela, sedangkan faunanya adalah ikan.

Daerah ini termasuk dalam kategori desa dengan usaha rata-rata penduduk adalah pertanian lahan kering seperti palawija. Sebenarnya jika dilakukan pengelolaan dengan melihat potensinya maka kawasan ini dapat dikembangkan wisata untuk daerah karst yaitu sebagai wisata pemancingan karena sangat jarang sekali doline dan memungkinkan untuk menarik para wisatawan.  Jumlah penduduk relative kecil dan didominasi oleh penduduk usia tua dan anak-anak karena para pemudanya banyak yang bermigrasi kekota untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Hal ini tentu saja akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan daerah namun daerah ini lebih baik jika dibanding dengan di Panggang.

Pola permukiman cenderung mengelompok dengan jarak antara satu rumah dengan yang lain agak jarang dengan ciri bangunan ada yang permanen ada juga yang non permanen dan kulitas yang belum cukup baik. Mata pencaharian adalah sebagai peladang dengan pendapatan yang tidak telalu tinggi, namun daerah ini berpotensi untuk pengembangan ekonomi terpadu. Kondisi pendidikannya juga cukup tinggi yaitu ada sarjana dari strata 1 sampai strata 3 yang berasal dari daerah ini. Selain itu tradisi kearifan local untuk tujuan koservasi seperti untuk mencegah penebangan pohon maka disekeliling pohon ditaburi dengan beras kuning dan diberi sesajen. Daerah ini merupakan kawasan budidaya yang penggunaan lahannya untuk permukiman dan pertanian tanaman semusim.

Permasalahan mungkin dapat muncul pada bentuklahan ini cukup banyak yaitu permasalahan pengambilan kayu jati untuk pemanfaatan ekonomi yang kan menyebabkan pendangkalan dolin sehingga perlu pengendalian konservasi secara insitu, pencemaran air danau oleh limbahh dari detergen, sabun dari warga sekitar dan adannya akumulasi pupuk hasil dari pertanian yang tidak terurai yang akan menurunkan kualitas air. Hal ini tentu perlu perhatian dari pemerintah untuk pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Dampak lain yang dapat terjadi masyarakat karena kualitas air yang menurun adalah terganggunya masalah kesehatan karena kandungan detergen dan pupuk yang terlarut tidak dapat kelura dari system. Hal ini disebabkan karena danau dolin merupakan system tertutup dimana air yang masuk tidak dapat keluar.

Bentanglahan Karst Gunung Sewu

Daerah Gunungsewu merupakan perbukitan kerucut karst yang berada di zona fisiogafik Pegunungan Selatan Jawa Tengah – Jawa Timur, dan secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Daerah Gunungsewu merupakan perbukitan kerucut karst yang berada di zona fisiogafik Pegunungan Selatan Jawa Tengah – Jawa Timur, dan secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY. Daerah ini senantiasa menderita kekeringan di musim kemarau, karena air permukaan yang langka. Diperkirakan terdapat cukup banyak air di bawah tanah, terbukti dari banyak dijumpainya sungai-sungai bawah permukaan.
Geomorfologi Daerah Gunungsewu, berdasarkan morfogenetik dan morfometriknya dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan, yaitu Satuan Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Kerucut Karst, dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Secara umum karstifikasi di daerah ini sudah mencapai tahapan dewasa.

Lapisan paling bawah stratigafi Daerah Gunungsewu berupa endapan vulkanik yang terdiri dari batupasir tufaan, lava, dan breksi, yang dikenal sebagai Kelompok Besole. Di atas batuan basal tersebut, secara setempat-setempat didapatkan napal Formasi Sambipitu, serta batugamping tufaan dan batugamping lempungan Formasi Oyo. Di atasnya lagi dijumpai batugamping Gunungsewu Formasi Wonosari yang dianggap merupakan lapisan pembawa air. Di bagian paling atas, berturut-turut terdapat napal Formasi Kepek, endapan aluvial dan endapan vulkanik Merapi.

Daerah                       : Panggang, Gunung Kidul

Daerah ini terletak di kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta yang merupakan bentukan asal solusional berupa polye. Daerah ini memiliki relief yang berbukit dengan kandungan batugamping yang tebal dengan struktur berlapis dengan batuan dasar (basement) berupa batu breksi dan bagian atas berupa batugamping . Proses pembentukan daerah ini adalah melalui pengangkatan dasar laut dangkal ( zona litoral ) karena adanya pengaruh tenaga endogen atau tektonik. Polye ini sendiri terbentuk karena adanya gua bawah tanah yang runtuh atau ambles karena tidak mampu menahan bebannya sendiri. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah ini adalah berupa erosi dan pelapukan pada batugamping sehingga lapies lapuk dan berubah menjadi tanah mediteran atau terrarosa. Tanah didaerah ini berupa tanah terrarosa atau mediteran yang bercampur dengan robakan batugamping kasar, perkembangan tanah tidak terlalu dominan karena didaerah ini jarang terjadi hujan.  Tanah ini sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur dan memiliki  kejenuhan basa lebih dari 50 %, bertekstur lempung debuan namun kondisi tanahnya masih dapat diusahakan untuk kepentingan pertanian lahan kering.

Kondisi hidrologi daerah ini adalah tidak dijumpainya air permukaan karena sebagian besar air yang jatuh ke permukaan langsung masuk kedalam tanah karena batuannya porus, sehingga hampir sebagian besar tersimpan dalam sungai bawah tanah.  Penduduk didaerah ini menggunakan air dari hasil pemompaan sungai Bribin yang disalurkan melalui pipa-pipa dengan memanfaatkan tenaga gravitasi dan juga menggunakan PAH  atau penampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jenis flora yang terdapat daerah ini adalah ketela, jati, kelapa, jagung, kacang tanah dan padi gogo. Jenis tanaman ini ditanam pada bagian yang tanahnya sudah berkembang atau pada cekungan-cekungan yang biasanya terisi oleh tanah terrarosa/mediteran.

Pada gambar tampak bahwa penggunaan lahan didaerah ini didominasi oleh pertanian lahan kering yaitu sebagai tegalan dan sawah tadah hujan dengan ditanami ketela, jagung dan padi. Penggunaan lahan seperti ini biasanya terbatas pada cekungan-cekungan seperti polye dimana pada cekungan tersebut terdapat material hasil pelapukan batugamping yang berkembang menjadi tanah terrarosa sehingga lahan dapat diusahakan. Penduduk setempat sudah berusaha menyesuaikan dengan kondisi alam yang kurang mendukung dengan berbagai percobaan tanaman yaitu mencari tanaman yang cocok untuk bentuklahan seperti ini.

Daerah ini termasuk dalam kategori pedesaan yang usaha utamanya adalah pertanian lahan kering. Penduduknya didominasi oleh penduduk usia tua dan anak-anak karena banyaknya migrasi keluar dari daerah ini. Karena pertumbuhan penduduk yang lambat maka umlah penduduknya menjadi sedikit. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka migrasi keluar dan kondisi lingkungan alam yang tidak mendukung untuk perkembangan penduduk. Pola permukiman didaerah ini berpola menggerombol tetapi menyebar dengan bentuk yang sederhana dan kualitas yang belum cukup baik.

Gambar  Pemanfaatan lahan pada polye di kawasan karst Gunung Sewu

Kegiatan ekonomi di wilayah ekosistem bentanglahan karst harus ekstra hati-hati  mengingat  sifat  batuan  yang  sangat  porus  dan  memiliki  permeabilitas sekunder  yang  mampu meneruskan  aliran  air  limbah  ke  segala  arah mengikuti retakan  diaklas.  Tingkat ekonomi didaerah ini tergolong masih rendah karena banyaknya penduduk yang keluar daerah untuk mencari pekerjaan yang baru. Rata-rata penduduk disini bermatapencaharian sebagai peladang atau petani lahan kering. Adapun tanaman yag diusahakan adalah berupa jati, ketela, dan padi gogo. Kondisi pendidikan dan kesehatannya relative masih rendah terlihat dari masih sedikitnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang ada didaerah ini. Adat-istiadat atau tradisi masih dipertahankan seperti kepercayaan terhadap mitos-mitos, namun daripada itu karena kondisi alam yang tidak mendukung kehidupan, banyak penduduk yang bunuh diri karena keputusasaan mereka dalam menghadapi kondisi alam yang sangat keras.

Bahaya lingkungan karst (karstic environmental hazard) yang ditandai oleh adanya bencana kekeringan secara periodik (5 – 9 bulan) yang berakibat pada kesulitan air untuk tanaman, hewan dan manusia. Kekurangan pangan dan gizi bisa terjadi dan mengganggu kesehatan manusia terutama di musim kemarau panjang. Produktivitas lahan pertanian sangat terbatas dan pendapatan masyarakat rendah sehingga dijumpai beberapa keluarga prasejahtera (miskin)

Namun daripada itu banyak permasalahan yang muncul di daerah ini seperti keterbatasan SDA untuk pengembangan permukiman dan pertanian, krisis air bersih,banyaknya migrasi keluar khususnya penduduk usia produktif sehingga pengembangan ekonomi sangat lambat, dan juga banyaknya kasus bunuh diri karena tekanan ekonomi.Bahaya lingkungan sosial terjadi oleh pengaruh bahaya lingkungan fisikal. Apabila penduduk di lingkungan karst mengalami kesulitan air, pangan, dan penghasilan maka ada kemungkinan mengalami stres dan rentan terhadap penyakit dan kematian.



Hubungan siklus orbit bumi terhadap iklim
Bagikan
Dari analisis 1,2 juta tahun terakhir, Geolog di University of California Santa Barbara Lorraine Lisiecki mengklaim telah menemukan pola hubungan perubahan teratur siklus orbit bumi terhadap iklim. Temuan ini dilaporkan dalam jurnal ilmiah Nature Geoscience.

Lisiecki menganalisis suhu inti (core) sedimen laut dari 57 lokasi di seluruh dunia. Dengan menganalisis sedimen, para ilmuwan dapat membuat bagan iklim bumi selama jutaan tahun di masa lalu.

Lisecki menghubungkan iklim dengan catatan sejarah orbit bumi. Ia memperoleh data orbit bumi terhadap matahari berubah bentuk setiap 100 ribu tahun. Orbit ini menjadi lebih baik atau lebih lonjong pada interval waktu itu.

Bentuk orbit yang dikenal sebagai eksentritas. Satu aspek yang terkait adalah siklus 41 ribu tahun di kemiringan sumbu bumi. Glasiasi Bumi juga terjadi setiap 100 ribu tahun.

Lesiecki menemukan waktu perubahan iklim dan eksentrisitas terjadi bersama-sama. »Hubungan yang jelas antara waktu perubahan di orbit dan mengubah iklim bumi merupakan bukti kuat hubungan antara keduanya,” Lisiecki menyimpulkan. »Hal ini tidak mungkin bahwa peristiwa-peristiwa ini tak akan terkait satu dengan lainnya.”

Selain menemukan hubungan antara perubahan dalam bentuk orbit dan awal glasiasi, Lisiecki menemukan korelasi mengejutkan. Dia menemukan siklus glasial terbesar terjadi selama perubahan terlemah di eksentrisitas orbit bumi dan sebaliknya.

Dia menemukan perubahan kuat orbit bumi berhubungan dengan perubahan iklim lemah. »Ini mungkin berarti iklim bumi memiliki ketidakstabilan internal di samping sensitivitas terhadap perubahan dalam lintasan,” kata Lisiecki.

Dia menyimpulkan pola perubahan iklim selama satu juta tahun terakhir mungkin melibatkan interaksi rumit antara bagian-bagian berbeda dari sistem iklim, serta tiga sistem orbital berebda, yakni eksentrisitas obrit, kemiringan, dan presesi atau perubahan orientasi sumbu.

Kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Peta mulai ada dan digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat. Pada awal abad ke 2 (87 M – 150 M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama “Atlas Ptolomaeus”.

Istilah peta diambil dari bahasa Inggris yaitu map. Kata itu berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa. Dengan demikian, peta adalah gambar, akan tetapi tidak semua gambar adalah peta.

Penggunaan skala pada peta merupakan perbandingan antara bidang gambar dengan permukaan bumi sebenarnya. Permukaan bumi tidak mungkin digambar sesuai ukuran aslinya, sehingga harus diperkecil dengan perbandingan tertentu. Karena peta sebagai gambaran permukaan bumi pada sebuah bidang datar, sedangkan bumi merupakan benda berbentuk bola maka untuk membuat

peta, baik sebagian maupun seluruh permukaan bumi harus menggunakan teknik proyeksi tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan teknik pembuatan peta disebut kartografi, sedangkan orang yang ahli membuat peta disebut kartografer.

Pada awalnya, pembuatan peta hanya untuk menggambarkan permukaan bumi yang bersifat umum. Setelah itu, peta berkembang sehingga menggambarkan hal-hal khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembuat dan pengguna peta. Dengan demikian, peta yang biasa kamu temukan sangat benyak jenisnya. Banyaknya jenis peta tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya tujuan pembuatan peta, jenis simbol dan skala yang digunakan, atau kecenderungan penonjolan bentuk fenomena yang akan digambarkan. Dari sekian banyak jenis peta, pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu berdasarkan isi peta dan skala peta.

Menurut isi peta, dibedakan atas peta umum dan peta khusus.
1. Peta umum, adalah peta yang menggambarkan seluruh penampakan yang ada di permukaan bumi, baik bersifat alamiah (misalnya sungai, danau, gunung, laut, hutan, dan lain-lain) maupun budaya atau buatan manusia (misalnya: batas wilayah, jalan raya, kota, pelabuhan udara, perkebunan, dan lain-lain). Contoh peta umum antara lain: peta dunia, peta korografi, peta rupa bumi dan peta topografi.
2. Peta khusus disebut pula peta tematik, adalah peta yang menggambarkan atau menyajikan informasi penampakan tertentu (spesifik) di permukaan bumi. Pada peta ini, penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan sesuai tema yang dinyatakan pada judul peta. Beberapa contoh peta tematik antara lain: peta iklim, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran penduduk, dan lain-lain.

Menurut skala yang dibuat, peta dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Peta kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai dengan 1 : 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah.
2. Peta skala besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi
3. Peta skala sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000 sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi.
4. Peta skala kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.
5. Peta geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia

MARS




Ketika bebatuan padat terkena tempaan angin, hujan dan es, maka bebatuan tersebut terurai menjadi partikel partikel yang lebih kecil. Jika partikel-partikel tersebut terurai sampai sampai sedemikian kecilnya, maka partikel-partikel tersebut akan berubah menjadi suatu materi yang biasa disebut “Pasir”.
Karena pasir terbentuk dari dari bahan-bahan mineral penyusun bebatuan, maka mineral jenis apapun dapat kita temukan dalam struktur pasir ini. mineral dasar penyusun pasir adalah ‘quartz’ (kuarsa), di katakan demikian karena sifatnya yang sangat keras dan jumlahnya yang melimpah. Kuarsa adalah Kristal silicon dioksida bentuk heksagonal. beberapa jenis pasir hampir 99 persen tersusun atas materi kuarsa ini. Mineral lainnya terkadang ditemukan pula di dalam pasir seperti halnya feldspar(pembentuk batuan hablur), kalsit, mika (mineral silikat), bijih-bijih besi, sejumlah kecil garnet (batu akik merah), turmalin dan topaz

Ketika bebatuan padat terkena tempaan angin, hujan dan es, maka bebatuan tersebut terurai menjadi partikel partikel yang lebih kecil. Jika partikel-partikel tersebut terurai sampai sampai sedemikian kecilnya, maka partikel-partikel tersebut akan berubah menjadi suatu materi yang biasa disebut “Pasir”.
Karena pasir terbentuk dari dari bahan-bahan mineral penyusun bebatuan, maka mineral jenis apapun dapat kita temukan dalam struktur pasir ini. mineral dasar penyusun pasir adalah ‘quartz’ (kuarsa), di katakan demikian karena sifatnya yang sangat keras dan jumlahnya yang melimpah. Kuarsa adalah Kristal silicon dioksida bentuk heksagonal. beberapa jenis pasir hampir 99 persen tersusun atas materi kuarsa ini. Mineral lainnya terkadang ditemukan pula di dalam pasir seperti halnya feldspar(pembentuk batuan hablur), kalsit, mika (mineral silikat), bijih-bijih besi, sejumlah kecil garnet (batu akik merah), turmalin dan topaz.
Tau tidak Orang pertama yang berhasil membuat peta-peta bagi para pedagang yang melakukan perjalanan dari Negara satu ke Negara lainnya, dia adalah GERHARD KREMER (1512-1594) yang dijuluki Gerardus Mercator Pada tahun 1569, Kremer membuat sebuah peta dunia dengan menggunakan peralatan, yang akhirnya terkenal dengan sebutan Proyeksi Mercator.
Bukan hal yang mustahil untuk menggambar permukaan melengkung bola dunia secara akurat di atas sehelai kertas yang datar.Kramer menunjukkan bagaimana cara untuk menggambar bentuk melingkar bolaBumi dalam bentuk silinder,yang dapat dibentangkan untuk menunjukkan peta bumi dalam keadaan datar. Namun demikian,peta semacam ini dapat mengubah ukuran Negara-negara yang berada di belahan bumi paling utara dan selatan, tetapi dengan cara membagi bumi seperti segmen-segmen ‘kupasan kulit jeruk’maka ukuran Negara-negara tersebut akan lebih mendekati ukuran sebenarnya.
Peradaban manusia kemungkinan telah membuat pete-peta kasar bahkan sebelum mereka mulai menggunakan bahasa tertulis pada sekitar 5.500 tahun silam. sebuah peta adalah gambar yang mewakili suatu daerah sedemikian rupa untuk membantu dalam pencarian tempat atau untuk memehahami sifat-sifat dari daerah yang dipetakan.
Banyak peta yang menampilkan tempat-tempat atau kondisi-kondisi di bumi. Peta dapat juga menggambarkan planet-planet lain, Bulan,atau posisi bintang-bintang di ruang angkasa. Seiring waktu,peta menjadi semakin akurat karena manusia telah menjelajahi dunia dan menciptakan cara-cara yang lebih baik dalam pembuatan peta. Pada abad ke 20,manusia mulai menggunakan pesawat terbang dan pesawat ruang angkasa untuk mengamati bumi dan benda-benda ruang angkasa. observasi semacam ini memungkinkan manusia membuat peta-peta yang lebih akurat dari yang sebelumnya. Pada akhir abad ke-20, para ahli membuat peta,atau kartografer,telah membuat sebagian besar peta dengan bantuan computer

Bumi melakukan dua gerakan,yaitu gerakan berputar pada porosnya dan gerakan mengelilingi matahari. Perputaran bumi pada porosnya atau rotasi bumi, menyebabkan terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang,serta pergantian siang dan malam. Satu kali rotasi Bumi sebenarnya memerlukan waktu 23 jam,56 menit,dan 4,091 detik. Waktu rotasi ini sedikit beragam karena pengaruh dari gesekan dari gelombang samudera dan berbagai perubahan di kulit bumi.

Bumi juga bergerak mengelilingi matahari,atau disebut juga evolusi bumi. Karena bumi mengelilingi matahari dalam orbit,atau lintasan ,yang berbentuk elips,maka jarak bumi dan Matahari memiliki keragaman. Bumi dan semua Planet bergerak pada orbitnya masing-masing dalam kecepatan yang tergantung pada jarak plant-planet itu dari matahari. Sebuah plnet bergerak lebih cepat saat berada lebih dekat dari matahari daripada saat berada lebih jauh. Kecepatan Bumi mengelilingi matahari beragam di antara sekitar 30,25 km per detik sampai sekitar 29,3 km per detik.
Agar kita mengalami pergantian terang dan gelap pada sekitar jam-jam yang sama di seluruh dunia, maka kita menyesuaikan jam. Jika Anda tidak berbuat demikian, Anda mungkin saja menemukan fajar terbit pada jam 10 pagi, saat Anda tiba di tempat yang jauh setelah melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, padahal Anda yakin bahwa jam tangan Anda selalu tepat dan tidak rusak.
Pada tahun 1884 zona-zona waktu untuk seluruh dunia ditetapkan, diukur dari GreenWich di London. Tiap zona waktu yang berada di timur dan di barat GreenWich memiliki waktu yang berbeda. Tiap zona waktu berselisih satu jam dari zona waktu yang tepat di sampingnya,ke timur sejam lebih lambat dan ke barat sejam lebih cepat. Salah satu contoh perbedaan waktu itu,misalnya,saat waktu masih menunjukkan jam 12 siang di Inggris,waktu sudah menunjukkan jam 10 malam di Sydney, Australia.

Make a Free Website with Yola.