Dalam Seminar Peningkatan Relevansi Metode Penelitian
Geografi tanggal 24 Oktober 1981 Prof. Bintarto dalam papernya berjudul Suatu
Tinjauan Filsafat Geografi mengemukakan definisi Geografi sebagai berikut:
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang
menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan,
ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan
pembangunan (Bintarto, 1984).
Seminar dan lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP
Semarang kerjasama dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi:
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbedaan dan persamaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks
keruangan.
Menurut wikipedia :
Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik
dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani
yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau
"menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang
terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak
hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan
tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang."
Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Geografer menggunakan empat pendekatan:
* Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang
kemudian dibahas secara global
* Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah
tertentu atau lokasi di atas planet.
* Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan
populasinya.
* Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada
wilayah geografis tertentu.
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada
abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang
berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes
dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan
bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh
permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan
informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius
Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini
berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf
terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis
terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya
yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau
fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia
sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang
hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam
kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut
ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian
diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Definisi 1: Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan
sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu
pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya
masing-masing.
Definisi 2: “Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan
oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial
Interaction.
Definisi 3: Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di
muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia
mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
Definisi 4: Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin
menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan’.
Definisi 5: Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan
lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan
kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan
dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami
perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli
tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut
adalah mengkaji:
1. bumi sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional
(kewilayahan).
Berikut ini beberapa definisi Geografi menurut para ahli :
1. Erastothenes (abad ke-1)
geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran
mengenai bumi.
2. Claudius Ptolomaeus (abad ke-2)
Geografi adalah suatu penyajian dengan peta dan sebagian pemukaan bumi yang
menunjukkan kenampakan umum yang terdapat padanya
3. Preston e James
Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena
banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk
beralih pada studinya masing-masing.
4. Lobeck (1939)
Gegografi adalah suatu studi tentang hubungan – hubungan yang ada antara
kehidupan dengan lingkungan fisiknya.
5. Frank Debenham (1950)
Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan penafsiran terhadap persebaran
fakta, menemukan hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik,
menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia dan alam.
6. Ullman (1954)
Geografi adalah interaksi antar ruang
7. Maurice Le Lannou (1959)
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
8. James Fairgrive (1966)
Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir
kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga
berpendapat bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari
berbagai aspek dan gejala geografi.
9. Strabo (1970)
Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan
hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian di sebut
Konsep Natural Atrribut of Place.
10. Paul Claval (1976)
Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
11. Prof. Bintarto (1981)
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang
bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta
permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk
kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
12. Hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1988)
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
13. Depdikbud (1989)
Geografi merupakan suatu ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora,
fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi.
14. Herioso Setiyono (1996)
Geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungannya dan merujuk pada pola persebaran horisontal
dipermukaan bumi.
15. Bisri Mustofa (2007)
Geografi merupakan ilmu yang menguraikan tentang permukaan bumi, iklim,
penduduk, flora, faquna serta basil-basil yang diperoleh dari bumi.
16. Wikipedia
Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik
dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani
yaitu gê (”Bumi”) dan graphein (”menulis”, atau “menjelaskan”).
17. Harstone
Geografi adalah sebuah ilmu yang menampilkan relitas deferensiasi muka bumi
seperti apa adanya,tidak hanya dalam arti perbedaan – perbedaan dalam hal
tertentu, tetapi juga dalam arti kombinasi keseluruhan fenomena di setiap
tempat, yang berbeda dari keadaanya di tempat lain.
18. Jhon Alexander
Geografi merupakan disiplin ilmu yang menganalisis variasi keruangan dalam
veriabel kawasan-kawsandan hubungan antar variabel – variabel keruangan.
19. Ferdinand von Richthoven
Geografi adalah ilmu yang mempelajari gejala dan sifat pemukaan bumi dan
penduduknya, disusun menurut letaknya, menerangkan baik tentang terdapatnya
gejala – gejala dan sifat – sifat itu.
20. Ellsworth Hunthington.
Fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya, sedangkan posibilisme memandang manusia
sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang
hidupnya.
Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan
lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan
kelingkungan dalam konteks keruangan.
Claudius Ptolomaeus mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui
peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus
mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara
umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas
Ptolomaeus’.
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia mengemukakan dalam
bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
Menurut para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf
Indonesia (IGI) melalui seminar dan lokakarya nasional di Semarang, telah
bersepakat mengenai objek studi geografi. Menurut IGI objek geografi adalah:
Objek material (merupakan sasaran atau yang dikaji dalam studi geografi. Objek
studi geografi adalah lapisan-lapisan bumi atau tepatnya fenomena geosfer) dan
objek formal (bersangkut-paut dengan bahan kajian, maka objek formal geografi
bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode
atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah)
Menurut Eratosthenes goegrafi berarti ilmu pengetahuan yang melukiskan dan
menggambarkan tentang keadaan bumi
Menurut Ptolemeus geografi merupakan suatu penyajian sebagian atau seluruh
permukaan bumi.
Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai induk
dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu
mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing.
“Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman
(1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction.
Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin menjelaskan gejala
gejala dari segi hubungan keruangan’
Karl Ritther, geografi adalah suatu telaah mengenai bumi sebagai tempat tinggal
manusia
* Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata
geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
* Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta
dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
* John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi
sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
* Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita,
makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan
tempat rekreasi yang kita nikmati.
* Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur bumi dalam ruang dan waktu.
* Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan,
ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan
timbal balik antara manusia dan habitatnya.
* Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang
* Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah
kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi
* Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala
gejala dari segi hubungan keruangan
* Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di
Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan
dalam konteks keruangan.
* UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai:
1. satu agen sintesis
2. satu kajian perhubungan ruang
3. sains dalam penggunaan tanah
Definisi Geografi
Dari Belajar Geografi
Berikut merupakan kumpulan Definisi Geografi yang dimuat dari berbagai sumber
- Berdasar Kosa Kata
geo berarti bumi dan graphein berarti lukisan, Geografi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari lukisan tentang bumi.
- Drs. R. Bintarto (dosen Fak. Geografi UGM, dalam buku Penuntun Geografi Sosial)
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang menceritakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk serta memperlajari corak khas mengenai kehidupan dan mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Geografi adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi.
- Drs. N. Daldjoeni (berdasar buku Pengantar Geografi)
Geografi yaitu uraian tentang bumi dengan segenap isinya yakni manusia ditambah dengan dunia hewan dan dunia tumbuh-tumbuhan.
- Hasil Pertemuan Ilmiah Tahunan Ahli Geografi, Semarang 1988
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geografi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
- Ferdinand Von Richthoven (1833)
Ilmu Bumi ialah ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan sifat permukaan bumi, serta penduduknya disusun menurut letaknya dan terdapat berbarengan dan timbal balik dari sifat-sifat serta gejala-gejala tersebut.
- James dan Martin Herodotus
Geografi menggambarkan latar belakang ilmiah, semacam panggung tempat berlangsungnya peristiwa-peristiwa sejarah sehingga memperoleh makna.
Semua gejala dan bentuk - bentuk alam dengan umat manusia mengorganisasikannya dalam suatu kerangka dasar asosiasi geografi yang khas tentang tanah dan manusia pada permukaan bumi.
Suatu Ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dari berbagai sifat (beraneka musim) dipermukaan bumi.
Geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional tentang sifat variabel di permukaan bumi.
Geografi adalah selalu ingin menjelaskan gejala-gejala dari segi hubungan keruangan.
Geography as the study of man-environment system from the view point of spatial relationship and spatial processes.
Geography is a board and integerating disclipine that bring together important aspect of both physical and social sciences as well as on the humanities.
The study geography in term of location and spaces on the earth and they have made much use of quantitative methods and computer.
Geography is knowledge of land and people and their interrelations.
Geography in the science of places, concerned with qualities and potentialities of countries.
Geography is for everyone and that is full of interest at every stage and that it is practical subject.
Geography is organized knowledge of the earth as the world of man it deals with organics and the organics phenomena. Not for their own sake as they help understand the earth as the plain where people live, work meet and migle transformine its surface in this habitat.
The function of geography is to train future to imagine accurately the condition of the great world stage and so to help them to think sanely about political and social problem in the world arround.
Definisi
geografi menurut beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:
1. Seminar dan lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP
Semarang kerjasama dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi:
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbedaan dan persamaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks
keruangan.
2. Depdikbud. 1989, menyatakan bahwa:Geografi merupakan suatu ilmu tentang
permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari
bumi.
3. Setiyono, Herioso. 1996, menyatakan bahwa:Geografi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya dan
merujuk pada pola persebaran horisontal dipermukaan bumi.
4. Mustofa, Bisri. 2007, menyatakan bahwa:Geografi merupakan ilmu yang
menguraikan tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, faquna serta
basil-basil yang diperoleh dari bumi.
5. Menurut wikipedia :Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan
atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal
dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein
("menulis", atau "menjelaskan").
6. Menurut Harstone tokoh geografi Amerika dalam buku pengantar Filssafat
geografi,Geografi adalah sebuah ilmu yang menampilkan relitas deferensiasi muka
bumi seperti apa adanya,tidak hanya dalam arti perbedaan – perbedaan dalam hal
tertentu, tetapi juga dalam arti kombinasi keseluruhan fenomena di setiap
tempat, yang berbeda dari keadaanya di tempat lain.
7. Menurut Jhon alexander :
8. Geografi merupakan disiplin ilmu yang menganalisis variasi keruangan dalam
veriabel kawasan-kawsandan hubungan antar variabel – variabel keruangan.
9. Lobeck 1939:Gegografi adalah suatu studi tentang hubungan – hubungan yang
ada antara kehidupan dengan lingkungan fisiknya.
10. Ferdinand von Richthoven 1833 – 1905:Geografi adalah ilmu yang mempelajari
gejala dan sifat pemukaan bumi dan penduduknya, disusun menurut letaknya,
menerangkan baik tentang terdapatnya gejala – gejala dan sifat – sifat itu.
11. Claudius Ptolemous Abad ke – 2:Geografi dalah suatu penyajian dengan peta
dan sebagian pemukaan bumi yang menunjukkan kenampakan umum yang terdapat
padanya
Pengertian Geografi
- Prof. Bintarto : Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
- Claudius Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
- Erastothenes : geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
- Ellsworth Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
- Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
- Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
- John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
- Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
- Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
- Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
- Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
- Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
- Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
- UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.
15. Kata Geografi berasal dari bahasa Yunani :
16. Geo : bumi
17. Graphein : tulisan
18. Perhatian tentang ilmu geografi bukan hanya berhubungan dengan fisik alamiah bumi dan bagian-bagian alam semesta yang berpengaruh terhadap bumi saja, tetapi meliputi semua fenomena yang ada di permukaan bumi baik fenomena fisik maupun fenomena sosial. Pada dasarnya inti dari kajian ilmu Geografi adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan, berikut ini beberapa definisi tentang hakikat, konsep dan batasan geografi :
19. 1. Strabo (1970): Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian di sebut Konsep Natural Atrribut of Place.
20. 2. Preston E. James (1959): Geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang selalu dimulai dari keadaan permukaan bumi, kemudian beralih pada studinya masing-masing.
21. 3. Frank Debenham (1950): Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan penafsiran terhadap persebaran fakta, menemukan hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik, menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia dan alam.
22. 4. James Fairgrive (1966) : Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga berpendapat bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan gejala geografi.
23. 5. Prof. Bintarto (1981) Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
24. 6. Hasil Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang pada 1988; Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
25. Dari pendapat di atas terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai definisi geografi, tetapi pada dasarnya semua ahli sepakat adanya elemen-elemen yang sama sebegai berikut :
26. 1. Geografi termasuk ilmu pengetahuan bumi (earth science) dengan objek permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia dan lingkungan tempat manusia dapat mengubah dan membangunnya.
27. 2. Geografi memperhatikan persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya.
28. 3. Dalam ilmu Geografi terdapat unsur-unsur utama, antara lain jarak, interaksi, gerakan dan persebaran.
Perkembangan dan Pengertian Geografi
Develovment and Definition of Geography
Perkembangan Geografi
Develovment of Geography
Geografi pertama kali dikemukakan oleh Erathotenes dalam tulisannya berjudul
Geografika.
Geography was first proposed by Erathotenes in his writing titled Geografika.
Dalam tahap selanjutnya, pengetahuan Geografi dikembangkan oleh Copernicus. Ia
berpendapat bahwa bumi bukan merupakan pusat peredaran benda- benda langit,
mataharilah yang menjadi pusat peredaran benda- benda langit. Teori tersebut
dinamakan Heliosentris.
In the next stage, geographical knowledge was developed by copernicus. He
argued that earth was not the center of revolution of celestial bodies, but the
sun. The theory was called Heliocentric Theory.
Pada abad pertengahan Bernadus Veranus membagi geografi menjadi 2 yaitu
Geografi generalis ( litosefer, hidrosfer, atmosfer, dan bentuk muka bumi)
Geografi spesialis (penduduk dan sosial)
In the middle age, Bernadus Veranus divided Geography into two parts as
below:
Generalist Geography( Lithosphere, hydrosphere, atmosphere, and shape of
earth’s surface.
Specialist Geography ( Demographic and Social)
Pada awal abad ke dua sebelum masehi, muncul tokoh geografi yang bernama
Claudius Ptolemaeus, beliau mengartikan Geografi adalah suatu penyajian dari
sebagian atau seluruhnya permukaan bumi melalui peta. Sumbangan yang paling
berharga darinya yaitu usahanya untuk membuat peta yang terkenal dengan atlas
ptolemaeus.
In the beggining of 2nd century, a figure in Geography named Claudius
Ptolemaeus emerged, he difined geography as an explanation of some or all of
earth’s surface through the map. The most valuable contribution from him was his
effort to make a map known as Ptolemaeus’s map.
Dalam perkembangan selanjutnya muncul dua pandangan dalam geografi, yaitu fisis
determinis( Ratzel, Huntington, Karl Richter) dan posibilis( Paul Vidal de La
Blanche)
In the next stage, two points of view in Geography developed, they are Fisis
determinis ( Ratzel, Huntington, Karl Richter) and posibilis ( Paul Vidal de La
Blanche).
Pengertian Geografi
The definition of Geography
JAMES
Geografi adalah ilmu yang melihat keteraturan gejala- gejala alam sehingga
memberikan karakteristik suatu tempat. Selanjutnya ia menyatakan bahwa geografi
menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk melihat persamaan dan
perbedaan suatu tempat dengan tempat lain.
Geography is a science that sess regularity of natural phenomena so it gives
characteristics of a place. Than he states that geography corresponds to
activity that is related to efforts to see similarities and differences of one
place to another place.
BARLOW
Geografi adalah ilmu yang mempelajari proses- proses yang berhubungan dengan
lingkungan dan gejala- gejala serta pola- pola terkait yang dibahas.
Geography is science that studies about procecces that related to
environment and phenomena, also related patterns that are discussed.
BINTARTO
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menceritakan dan menerangkan sifat bumi,
menganalisis gejala alam dan penduduk; mempelajari corak yang khas dalam
kehidupan dan berusaha mencari fungsi unsur- unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Geography is science that tells and explains about earth’s surface, analyzes
natural and demographical phenomena; learns specifics characteristic in life
and tries to find the function of earth’s elements in space and time.
Hasil Seminar Lokakarya Semarang ( 1988).
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dan
interakasi antara manusia dalam lingkungannya dengan sudut pandang kelingkungan
dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
Geography is science that studies geospheric similarities and differences
and the interaction between humans an their environment point of view in
spatial and regional contexts.
Pengertian
Geografi
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada
abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang
berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes
dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Definisi 1: |
Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing. |
Definisi 2: |
“Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction. |
Definisi 3: |
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine. |
Definisi 4: |
Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan’. |
Definisi 5: |
Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. |
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut adalah mengkaji:
1. bumi
sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional
(kewilayahan).
Pengertian Geografi
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada
abad ke-1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang
berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes
dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan
bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh
permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan
informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus
dibukukan, diberi nama 'Atlas Ptolomaeus'.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini
berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf
terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis
terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya
yang terkenal adalah "Gen re de vie". Perbedaan kedua faham tersebut,
kalau fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia
sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang
hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam
kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut
ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian
diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Definisi 1: Preston e James berpendapat bahwa, "Geografi dapat diungkapkan
sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan" karena banyak bidang ilmu
pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya
masing-masing.
Definisi 2: "Geografi adalah interaksi antar ruang". Definisi ini
dikemukakan oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial
Interaction.
Definisi 3: Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di
muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia
mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
Definisi 4: Paul Claval (1976) berpendapat bahwa 'Geografi selalu ingin
menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan'.
Definisi 5: Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan
lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan
kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan
dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami
perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli
tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut
adalah mengkaji:
1. bumi sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional
(kewilayahan).
Sejak manusia Iahir di dunia, manusia sangat bergantung pada alam lingkungannya. Manusia membutuhkan alam untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena didorong kebutuhan hidupnya tersebut. manusia berusaha untuk memanfaatkan alam. Hal inilah menuntut manusia untuk mengenal alam sehingga lahirlah studi geografi.
Istilah geografi pertama kali dikemukakan oleh Eratothenes (176:194 sm). Kata geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo dan graphien.Geo berarti bumi dan graphien berarti sesuatu yang ditulis, digambar, atau dijelaskan. Jadi Geografi berarti Ilmu pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, menuliskan  tentang bumi.
Dalam geografi kita akan mempelajari segala sesuatu yang tampak di permukaan bumi, baik bentuk kehidupan, kenampakan permukaan bumi dengan segala gejala-gejalanya maupun faktor-faktor yang mempengaruhi [if !mso]>
mempengaruhinya, seperti benda-benda di luar angkasa, keadaan dan benda-benda di dalam bumi maupun di permukaan bumi. Oleh karena itu, definisi geografi secara luas adalah ilmu yang mempelajari bumi bagian dalam, permukaan bumi, dan atas (luar angkasa) secara keseluruhan yang berinteraksi dengan alam lingkungannva. Supaya pandangan tentang geografi itu lebih luas berikut ini beberapa pendapat para ahli geogarfi.
- Drs. Bintarto, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang menceritakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas kehidupan dan mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu,
- Dr. I Made Sandy, geografi adalah ilmu yang burusaha menceritakankan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi.
- Drs. Nathanael Daljoeni, geografi adalah uraian tentang bumi dengan segenap isinya yakni manusia ditambah dengan dunia hewan dan dunia tumbuh-tumbuhan.
- Ullman (1954), geografi adalah interaksi antar ruang.
- Abler (1971), geografi mengkaji struktur dan proses fenomena dan permasalahan dalam ruang. Berkaitan dengan itu geografi selalu berbicara dengan peta untuk mengkaji struktur keruangan suatu permasalahan..
- hasil seminar dan lokakarya di Semarang tahun 1988 geografi adalah ilmu yang rnempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer dengan sudut pandang kewilayahan, kelingkungan dalam konteks keruangan.
- Frank Debenham. Menurut Debenharn tugas para ahla geografl adalah sebagai berikut.
- menafsirkan agihan atau persebaran gejala dan fakta fenomena geografi.
- menemukan hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan fisik.
- Menjelaskan interaksi antara manusia dan lingkungan,
- R. Hartshorne. Geografi bertujuan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel dari permukaan bumi.
- E. A. Ackerman. Geografi bertujuan rnengetahui pengertian tentang sistem yang berinteraksi secara cepat mencakup semua budaya manusia dan lingkungan alamiahnya di permukaan bumi
- P. Haggett. Geografi memberikan perhatian terutarma pada sistem ekologi dan sistem keruangan. Pada sistem ekologi berkaitan dengan manusia dan lingkungannya, sedangkan pada sistem keruangan berkaitan dengan hubungan antar wilayah.
- M Yeates. Geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dari berbagai sifat yang beraneka ragam di pennukaan bumi.
- Strabo. Geografi erat kaitannya dengan karakteristik tertentu suatu tempat dan memperhatikan juga hubungan antara berbagai ternpat secara keseluruhan.
- Bintarto. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis keadaan alam dan penduduk. serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari. unsur bumi dalam ruang dan waktu
Berdasarkan pengertian di atas berarti geografi memiliki dua aspek pokok, yaitu aspek fisik dan aspek sosial. Aspek fisik berhubungan dengan gejala geosfer, yaitu pelapisan yang terdapat di atas permukaan bumi yang meliputi fenomena litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer. dan antroposfer.
Aspek sosial berhubungan dengan kegiatan manusia secara sosial, ekonorni. dan
budaya.
Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena
fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa
Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau
"menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang
terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak
hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan
tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang."
Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Sejarah Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi
geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari
Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari
Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan
karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu
tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis
pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno
sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya
selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut
Merah dan Teluk Persi.
Pada Jaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu
Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan
perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama jaman
Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk
mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis
oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh
terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap
dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris
dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai
sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar jaman ini adalah Kosmos:
sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak
ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan
botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama:
determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi
kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik
manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik
deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan
Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas
menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya
perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih
cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu
menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak
ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat
generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak
membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan
geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared
Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan
tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi
deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi
menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan
oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai
ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran
Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa",
menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum
tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi
positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika
- sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan
utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang
penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik
atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar
belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia
(seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan
tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial
Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet
merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada
namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir
dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori
pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari
hubungan keruangan.
Metode
Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta
sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan
analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi
Geografis (SIG) yang berbasis komputer.
Geografer menggunakan empat pendekatan:
* Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang
kemudian dibahas secara global
* Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah
tertentu atau lokasi di atas planet.
* Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan
populasinya.
* Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada
wilayah geografis tertentu.
Geografi fisik
Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi
untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk
memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain.
Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.
Topik terkait: atmosfer - kepulauan - benua - gurun - pulau - bentuk muka bumi
- samudera - laut - sungai - danau - ekologi - iklim - tanah - geomorfologi -
biogeografi - garis waktu geografi, paleontologi - paleogeografi - hidrologi.
Geografi manusia
Cabang geografi manusia, atau politik/budaya - juga disebut antropogeografi
yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena
dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia
lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia.
Bisa dibagi menjadi: geografi ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik),
geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi
militer.
Topik terkait: Negara-negara di dunia - negara - bangsa - negara bagian -
perkumpulan individu - provinsi - kabupaten - kota - kecamatan
Geografi manusia-lingkungan
Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang
hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya
berinteraksi. walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang,
masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar
manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan:
ekologi budaya dan politik dam penelitian resiko-bencana.
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada sekitar
tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat
kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal
Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah
lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu
Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural
and Regional Development Planning (RRDP).
Ekologi budaya dan politik
Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan
pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia
beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan (sustainability)
kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa
geografer menggunakan aspek geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan
alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia.
|
* Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata
geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
* Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta
dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
* John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi
sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
* Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita,
makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan
tempat rekreasi yang kita nikmati.
* Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur bumi dalam ruang dan waktu.
* Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan,
ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan
timbal balik antara manusia dan habitatnya.
* Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang
* Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah
kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi
* Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala
gejala dari segi hubungan keruangan
* Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di
Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan
dalam konteks keruangan.
* UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai:
1. satu agen sintesis
2. satu kajian perhubungan ruang
3. sains dalam penggunaan tanah
1. Regional
Pengertian dari regional yaitu wilayah
yang jelasl
teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif tergantung
konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri adalah secara
sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan terutama di bidang
ekonomi.
(http://farizhp.blogspot.com/2008/04/region-regionalisme-regionalisasi.html)
l
Berdasarkan pengertian geografi.suatu wilayah dengan karakteristik tertentu
yang dapat dibedakan dengan wilayah lainnya disebut regional.
(http://cezhar.wordpress.com/2008/01/24/konsep-wilayah/)
Regionall adalah sebuah daerah yang
dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada masa lampau,
seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam,
misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme,
batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan
berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan
adalah batas nasional. (http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah)
Suatu wilayah adalah daerahl
tertentu yang di dalamnya tercipta homogenitas struktur ekonomi dan sosial
sebagai perwujudan kombinasi antara faktor lingkungan dan demografis. (Prof.
Dr. Sumarmi, M.Pd dalam Geografi Pengembangan Wilayah)
Regional adalah wilayah tempat tinggal
manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya. (N. Daljuni)l
2. Geografi
l
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi)
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein
("menulis", atau "menjelaskan").
(http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi)
Istilah geografi untukl
pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke-1. Menurut
Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau
penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli
geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar
pengetahuan geografi. (http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
l
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan
bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh
permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan
informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius
Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
(http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
l
Preston e James (1959) berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai
induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan
selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing
(http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
l
“Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman
(1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction.
(http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
l
Menurut hasil SEMLOK (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan
sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
(http://www.g-excess.com/id/pengertian/pengertian_geografi.html)
l
Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita,
makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan
tempat rekreasi yang kita nikmati. (http://asysyuravoice.blogspot.com/2007/09/geografi-sosial-sebagai-bagian-ilmu.html)
l
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur bumi dalam ruang dan waktu.
(http://asysyuravoice.blogspot.com/2007/09/geografi-sosial-sebagai-bagian-ilmu.html)
l
Strabo (1970) Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakteristik
tertentu, dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan, Konsep itu disebut
Natural Attribute of Place.
James Fairgrivel (1969) geografi memiliki
nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir kritis dan
bertanggung jawab terhadap kemajuan – kemajuan di dunia, dan peta menjadi alat
yang sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan
gejala geografi.
3. Geografi Regional
l
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan
tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi
deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi
menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan
oleh Richard Hartshorne.
(http://djunijanto.wordpress.com/materi/perkembangan-sejarah-geografi/)
l
Geografi regional yaitu studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang
pada suatu wilayah tertentu baik secara lokal negara maupun wilayah yang luas
seperti benua. Geografi regional mempelajari hubungan yang bertautan antara
aspek – aspek fisik dengan aspek – aspek manusia dan kaitan keruangan di suatu
wilayah (region) tertentu. (Mustofa, Bisri. Inung Sektiyawan. 2008. KAMUS
LENGKAP GEOGRAFI. Panji Pustaka:Yogyakarta)
Geografi, Geografi Lingkungan, dan Proses Hidrologis
A. GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI
1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan
Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
- Where is it?
- Why is it there?
- So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:
- The
spatial tradition
Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this trend was not without its critics, the James article is often seen as a fence-mending effort within the discipline. - The
area studies tradition
Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language or langauges spoken in the region being studied and they will develop an understanding of both the natural physical features and of the human activities and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to study specific problems or questions about the region. - The
man-land tradition
Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century, geographers have sought to understand how the natural environment either determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most geographers would now use the term "human-environment" to describe this tradition. - The
Earth sciences tradition
Many geography programs in the United States emerged from geology departments, and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers -- even if they focus on human geography -- receive some training in such physical geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants.
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks.
Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.
Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).
2. Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya.
Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
3. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
- Prinsip
Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut. - Prinsip
Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah. - Prinsip
Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll. - Prinsip
Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
4. Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
- bumi sebagai planet
- variasi cara hidup
- variasi wilayah alamiah
- makna wilayah bagi manusia
- pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
- wilayah atau regional
- lapisan hidup atau biosfer
- manusia sebagai faktor ekologi dominan
- globalisme atau bumi sebagai planet
- interaksi keruangan
- hubungan areal
- persamaan areal
- perbedaan areal
- keunikan areal
- persebaran areal
- lokasi relatif
- keunggulan komparatif
- perubahan yang terus menerus
- sumberdaya dibatasi secara budaya
- bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.
5. Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.
6. Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
- Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
- Pitogeografi yang mempelajari tanaman
- Zoogeografi yang mempelajarai hewan
- Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
- Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
- Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
- Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
- Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
- Geografi Manusia
- Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
- Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
- Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
- Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
- Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
- Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.
8. Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
- obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
- pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
- pendekatan keruangan,
- pendekatan kelingkungan, dan
- pendekatan kompleks wilayah
Apa sih Geografi itu?
Banyak sekali definisi Geografi, tapi jika secara harafiah Geografi terbentuk dari kata Geo yang artinya Bumi dan Grafi yaitu tulisan atau bisa diartikan Ilmu. Jadi tidak salah jika orang orang menganggap Geografi ini ”hanya” ilmu tentang bumi saja, dimana definisi bumi ini juga “hanya” dipahami sebatas fisik bumi (batuan, benua, laut, iklim dll). Padahal seluruh aktivitas kehidupan yang terjadi di bumi bisa kita “geografi-kan”. Berikut adalah definisi paling sederhana dari Geografi :
Geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas bumi, Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang.” Geografi selain mempelajari hal-hal baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia, juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi. Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan sistem informasi geografis (SIG) yang berbasis komputer. Geografer menggunakan empat pendekatan:
Sistematis – Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
Regional – Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.
Deskriptif – Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
Analitis – Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.
Jadi bisa disimpulkan sendiri, bahwa Geografi begitu lekat dengan kehidupan kita, mungkin saja kita memang sengaja atau tidak sengaja dalam aktivitas sehari hari berpikir seperti seorang Geografer, itu membuktikan bahwa secara tidak sadar Geografi sudah tertanam di otak kita suka ataupun tidak. Jadi masih mau menanyakan apa itu Geografi?
Geografi
Pergertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang menpelajari/menkaji bumi dan segala sesuatunya yang ada diatasnya seperti penduduk ,flora dan fauna,iklim,udara dan segala interaksi yang berada pada ruang,region,waktu.
Asal kata dari geografi berasal dari bahasa yunani yaitu geos yang artinya bumi dan grafein yang artinya melukisakan,menceritakan atau menguraikan tentang bumi atau geosfer.pergertian geografi menurut para ahli sangatlah bermacam- macam sesuai dengan kemampuan masing,karena tiap para ahli memadang geografi secara berbeda - beda.berikut ini akan disampaikan geografi menurut pendapat para ahli :
1. Prof. Bintarto : Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
2. Claudius Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
3. Erastothenes : geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
4. Ellsworth Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
5. Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
6. Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
7. John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
8. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
9. Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
10. Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
11. Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
12. Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
13. Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
14. UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.
sumber :http://djunijanto.wordpress.com/materi/pengertian-geografi
Pengertian Konsep Geografi
Konsep geografi(Nursid Sumaatmadja) adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala konkret tentang Geografi. Pada dasarnya konsep geografi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut
1.Konsep Geografi secara Denotatif
Konsep Geografi secara denotative dapat menjelaskan berbagai pengertian gejala Geografi berdasarkan definisi atau kamus. Contoh : Erosi merupakan proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di atas permukaan bumi.
2. Konsep Geografi secara Konotatif
Konsep Geografi konotatif memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan arti secara harfiah. Di dalamnya menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan konsep yang dibahas antara lain persebarannya, faktor pendorongnya, jenisnya, dan proses pembentukannya. Konsep Geografi bermanfaat untuk membimbing kita dalam berfikir dari sudut pandang Geografi. Berikut ini akan dijelaskan tiga pendapat yang mengungkapkan tentang konsep Geografi :
Konsep Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI)
1. Konsep Lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer dan konsep yang digunakan untuk menjawab pertannyaan where(dimana) terjadinya fenomena. Konsep lokasi dibagi atas : - Lokasi Absolut Lokasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur, dan sifatnya tetap. Contoh : Indonesia terletak di 6˚LU - 11˚LS dan 95˚BT - 141˚ BT - Lokasi Relatif Lokasi yang artinya berubah-ubah karena dipengaruhi daerah sekitar. Contoh : Bagi seseorang yang tinggal di kec. Kepanjen, lokasi Stadion Kanjuruhan tidaklah jauh. Namun menurut orang yang tinggal di kec. Batu lokasi Stadion kanjuruhan cukup jauh.
2. Konsep Jarak yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas : - Jarak absolute : satuan panjang yang diukur dengan kilometer. -Jarak Relatif : jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu.
Konsep jarak berkaitan dengan lokasi, kehidupan social, ekonomi, dan bersifat relative. Jarak juga berpengaruh terhadap harga dan nilai barang. Contoh : o Harga tanah akan semakin mahal jika jaraknya berdekatan dengan jalan raya o Harga produksi pertanian akan lebih mahal di pasar yang letaknya jauh dari dari pusat produksi dari pada pasar yang letaknya lebih dekat dengan tempat produksi
3. Konsep Keterjangkauan Menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya. Contoh: Daerah yang terletak dipedalaman hutanyang lebat akan terisolir dari daerah luar karena tidak adanya akses untuk menuju kesana.
4. Konsep Pola Pola adalah sesuatu yang berulang sehingga menampakkan suatu bentuk yang konsisten. Konsep pola berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer di permukaan bumi. seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain. Contoh: Pola permukiaman penduduk biasanya terkait dengan ketersediaan SDA, sungai, jalan, dan bentuk lahan.\
5. Konsep Morfologi Menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Dengan konsep morfolofi, orang akan mudah memperkirakan potensi lahan tertentu. Contoh : Daerah pegunungan cocok digunakan untuk pertanian dan perkebunan
6. Konsep Aglomerasi atau Konsep Mengelompok Berkaitan dengan kecenderungan penyebaran obyek geografi di permukaan bumi. Pengelompokan fenomena di suatu kawasan biasanya karena adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif Contoh : - Adanya daerah kumuh dan daerah elit - Pengelompokan industry disuatu tempat (aglomerasi industri) - Didaerah pedesaan, pemukiman akan mengelompok di dekat lahan pertanian atau dekat dengan sumber air.
7. Konsep Nilai Guna Konsep nilai guna, yaitu nilai sesuatu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lokasi, jarak, dan keterjangkauan. Manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Konsep Interaksi atau Interdependensi Menyatakan bahwa sesuatu yang ada di permukaan bumi terkait dengan objek lain dan tidak dapat berdiri sendiri. Contoh : interaksi antara desa dengan kota, orang kota membutuhkan bahan pangan dari desa dan sebaliknya orang desa membutuhkan alat-alat elektronik dan alat-alat produksi dari kota. i) Konsep Diferensiasi Areal Konsep diferensiasi areal, yaitu konsep yang memandang bahwa tidak ada suatu ruang di permukaan bumi yang sama. Pasti suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. daerah-daerah yang terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
9. Konsep Keterkaitan Ruang Memandang bahwa setiap kehidupan di suatu ruang tidak terlepas dari kehidupan di ruang sekitarnya. Konsep ini hampir sama dengan konsep interaksi, perbedaannya pada lingkup yang lebih luas. Jadi dapat diartikan sebagai, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat. Contoh: Daerah pantai penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, karena dekat laut. Ruang Kota Jakarta terkait dengan ruang Kota Bandung. Setiap akhir pekan, jalur atau jalan sekitar Puncak-Bogor selalu macet karena banyak orang Jakarta yang ingin berlibur di Bandung.
Konsep Geografi Menurut Henry J.Warman
Henry J.Warman mengemukakan 15 konsep Geografi yang dapat dipergunakan sebagai landasan untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terrdapat di permukaan bumi. Dengan demikian, dapat dipahami adanya hubungan sebab-akibat, hubungan fungsi, proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah Geografi yang terrdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :
1) Konsep Regional (Regional concept).
2) Konsep Ruang Kehidupan (Life layer concept).
3) Konsep manusia sebagai makhluk yang paling dominan (Man ecological dominant concept).
4) Konsep Global (Globalism concept).
5) Konsep Interaksi Keruangan (Spatial interaction concept).
6) Konsep Hubungan Antartempat (Areal relationship concept).
7) Konsep tempat yang sama (Areal likenesses concept).
8) Konsep perbedaan tempat (Areal differences concept).
9) Konsep keunikan tempat (Areal uniquenesses concept).
10) Konsep persebaran lokasi (Areal distribution concept).
11) Konsep lokasi relative (Relative location concept).
12) Konsep perbandingan keuntungan (Comperative advantage concept).
13) Konsep perubahan yang terus-menerus (Perpetual transformation concept).
14) Konsep penetapan sumber budaya (Culturally defined resources concept).
15) Konsep Bumi bulat pada bidang datar (Round Earth on flat paper concept).
Konsep Geografi Menurut
Getrude WippleGetrude Wipple kemudian menyederhanakan 15 konsep tersebut
menjadi lima konsep utama,
yaitu sebagai berikut :
a. Bumi sebagai sebuah planet (The Earth as a planet).
b. Keragaman cara hidup (Varied ways of living).
c. Keragaman region alam (Varied natural regions).
d. Arti manfaat region bagi manusia (Significance of region to man).
e. Peranan lokasi dalam
memahami berbagai kejadian didunia (The importance of location in understanding
world
affairs).
Kata
Geografi berasal dari bahasa Yunani :
Geo : bumi
Graphein : tulisan
Perhatian tentang ilmu geografi bukan hanya berhubungan dengan fizik
alamiah bumi dan bagian-bagian alam semesta yang berpengaruh terhadap bumi
saja, tetapi meliputi semua fenomena yang ada di permukaan bumi baik fenomena
fizik maupun fenomena budaya. Pada dasarnya inti dari kajian ilmu Geografi
adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan, berikut ini
beberapa definisi tentang hakikat, konsep dan batasan geografi :
1. Strabo (1970): Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik
tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian
di sebut Konsep Natural Atrribut of Place.
2. Preston E. James (1959): Geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu
pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang selalu dimulai dari
keadaan permukaan bumi, kemudian beralih pada pengajian masing-masing.
3. Frank Debenham (1950): Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan
penafsiran terhadap persebaran fakta, menemukan hubungan antara kehidupan
manusia dengan lingkungan fizik, menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia
dan alam.
4. James Fairgrive (1966) : Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat
mendidik manusia untuk berfikir kritis dan bertanggung jawab terhadap
kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga berpendapat bahwa peta sangat penting untuk
menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan fenomena geografi.
5. Prof. Bintarto (1981) Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di
permukaan bumi, baik yang bersifat fizik maupun yang berkaitan kehidupan
makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan ruang, lingkungan, dan
regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
6. Hasil Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang pada
1988; Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan.
Dari pendapat di atas terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai definisi
geografi, tetapi pada dasarnya semua ahli sepakat adanya elemen-elemen yang
sama sebagai berikut :
1. Geografi termasuk ilmu pengetahuan bumi (earth science) dengan objek
permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia dan lingkungan tempat manusia
dapat mengubah dan membangunnya.
2. Geografi memperhatikan persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia
dengan lingkungannya.
3. Dalam ilmu Geografi terdapat unsur-unsur utama, antara lain jarak,
interaksi, gerakan dan persebaran.
Definisi geografi menurut 10 pakar geografi?
* Menurut
Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau
penggambaran mengenai bumi.
* Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta
dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
* John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi
sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
* Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita,
makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan
tempat rekreasi yang kita nikmati.
* Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur bumi dalam ruang dan waktu.
* Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan,
ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan
timbal balik antara manusia dan habitatnya.
* Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang
* Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah
kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi
* Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala
gejala dari segi hubungan keruangan
* Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di
Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan
dalam konteks keruangan.
* UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai:
1. satu agen sintesis
2. satu kajian perhubungan ruang
3. sains dalam penggunaan tanah
Istilah Geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Beberapa definisi Geografi yang dikemukakan para ahli geografi, antara lain sebagai berikut.
1. Bintarto (1977)
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifatsifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsurunsur bumi dalam ruang dan waktu. Di sini dijelaskan bahwa geografi tidak hanya mempelajari alam (bumi) beserta gejala-gejalanya, tetapi geografi juga mempelajari manusia beserta semua kebudayaan yang dihasilkannya.
2. Vernor E. Finch dan Glen Trewartha (1980)
Geografi adalah deskripsi dan penjelasan yang menganalisis permukaan bumi dan pandangannyatentang hal yang selalu berubah dan dinamis, tidak statis dan tetap. Dari pengertian di atas Vernor & Glen menitikberatkan pada aspek fisik yang ada di bumi yang selalu berubah dari masa ke masa. Contoh:
a. Perubahan cuaca maupun iklim pada suatu tempat atau wilayah.
b. Perubahan kesuburan tanah akibat dari proses erosi dan pelapukan yang
sangat tinggi.
3. Hartshorne (1960)
Geografi adalah ilmu yang berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel permukaan bumi. Dalam pandangan Hartshorne, geografi adalah suatu ilmu yang mampu menjelaskan tentang sifat-sifat variabel permukaan bumi secara teliti, beraturan, dan rasional. Contoh, seorang ahli geografi setelah melakukan analisis kewilayahan mampu membagi suatu wilayah menjadi beberapa satuan lahan yang potensial maupun lahan yang tidak potensial. Pembagian ini didasarkan pada beberapa parameter kebumian yang sesuai dengan syarat-syarat peruntukannya.
4. Yeates (1963)
Geografi adalah ilmu yang memerhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai sifat yang beraneka ragam di permukaan bumi. Dalam pandangan Yeates, geografi adalah ilmu yang berperanan dalam perkembangan suatu lokasi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada di permukaan bumi dengan tidak mengenyampingkan alasan-alasan yang rasional.
5. Alexander (1958)
Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan alam pada aktivitas manusia. Dalam pandangan Alexander inilah mulai dibahas tentang hubungan timbal balik antara aktivitas manusia serta pengaruhnya terhadap lingkungan alam. Contoh, penebangan hutan yang tidak terkendali oleh manusia mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan dan penggundulan hutan, yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.
6. Karl Ritther (1859)
Geografi adalah suatu telaah mengenai bumi sebagai tempat hidup manusia. Dalam kajiannya, studi geografi mencakup semua fenomena yang terdapat di permukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang terkait dengan kehidupan manusia, termasuk aktivitas manusia juga turut dibahas. Contohnya, sungai adalah bagian dari alam anorganik yang mempunyai kaitan langsung dengan kehidupan manusia.
7. Von Ricthoffen (1905)
Geografi adalah studi tentang gejala dan sifat-sifat permukaan bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letaknya, dan mencoba menjelaskan hubungan timbal balik antara gejala-gejala dan sifat tersebut.
8. Paul Vidal de La Blace (1915)
Geografi adalah studi tentang kualitas negara-negara, di mana penentuan suatu kehidupan tergantung bagaimana manusia mengelola alam ini.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya ilmu geografi terpusat pada gejala geosfer dalam kaitan hubungan persebaran dan interaksi keruangan.
Bila kita perhatikan, terdapat suatu kesan bahwa definisi geografi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan tingkat keluasan ilmu geografi saat definisi itu dikemukakan. Namun, jika dicermati lebih jauh terdapat suatu kesamaan sudut pandang dari para ahli tersebut, mereka memandang permukaan bumi sebagai lingkungan yang memengaruhi kehidupan manusia, di mana manusia mempunyai pilihan untuk membangun atau merusaknya.
Persamaan pandang yang lain adalah adanya suatu perhatian dari definisi geografi yang menelaah tentang persebaran manusia dalam ruang dan keterkaitan manusia dengan lingkungannya. Jelaslah di sini bahwa kajian ilmu geografi yang paling utama adalah menelaah bumi dalam konteks hubungannya dengan kehidupan manusia.
Keragaman definisi geografi mengindikasikan arah objek materialnya yang
beragam. Kejelasan obyek material dan formal suatu disiplin ν diperlukan untuk
lebih menjamin eksistensinya. Obyek material geografi hams dapat dijabarkan
sehingga tampak jelas cabang ν geografi dan ilniu bantunya.Salah sate definisi
geografi yang dapat menekankan kejelasan obyek materialnya
"Geografi adalah jinni yang rnempelajari .fenotnena permukaan burnt, yaitu
ruangan di permukaan bumi yang terbentuk oleh unsur geosfer ( litosfer,
attnosfer, hidrosfer, pedosfer, biosfer, dan antroposfer). yang benipa wilayah
dan isi wilayah, dipelajari dengan pendekatan keruangan, ekologikal, dan
kompleks wilayah untuk keperluan pengelolaan wilayah".
Kata kunci: objek material, fenomena permukaan bumi, wilayah
1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan
Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat
berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu
kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang
sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu
menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi
pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini
menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng
identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi
para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat
jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu
pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”.
Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata
geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan
tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti
geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde
(Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
* Where is it?
* Why is it there?
* So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:
1. The spatial tradition
Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement
of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both
the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this
trend was not without its critics, the James article is often seen as a
fence-mending effort within the discipline.
2. The area studies tradition
Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive
descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in
the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language
or langauges spoken in the region being studied and they will develop an
understanding of both the natural physical features and of the human activities
and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to
study specific problems or questions about the region.
3. The man-land tradition
Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century,
geographers have sought to understand how the natural environment either
determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the
physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most
geographers would now use the term “human-environment” to describe this
tradition.
4. The Earth sciences tradition
Many geography programs in the United States emerged from geology departments,
and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers —
even if they focus on human geography — receive some training in such physical
geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants.
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks.
Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.
Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).
2. Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya.
Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
3. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
1. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan
bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber
air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran
air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
2. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara
aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara
aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek
manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir
terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat
terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena
kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
3. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara
aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan.
Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran,
interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji
penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang
itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan
bentuk.
4. Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
1. bumi sebagai planet
2. variasi cara hidup
3. variasi wilayah alamiah
4. makna wilayah bagi manusia
5. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
1. wilayah atau regional
2. lapisan hidup atau biosfer
3. manusia sebagai faktor ekologi dominan
4. globalisme atau bumi sebagai planet
5. interaksi keruangan
6. hubungan areal
7. persamaan areal
8. perbedaan areal
9. keunikan areal
10. persebaran areal
11. lokasi relatif
12. keunggulan komparatif
13. perubahan yang terus menerus
14. sumberdaya dibatasi secara budaya
15. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.
5. Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.
6. Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
1. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
2. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
3. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
4. Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
1. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan
hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan
geografi tata guna lahan
2. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial,
dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi
dan komunikasi) geografi politik
3. Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di
permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala
prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di
permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu
keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
2. Geografi Manusia
1. Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan
manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan,
aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas
sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan,
geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi
ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
2. Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya
keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan
jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3. Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya
berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek
keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri,
perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya,
faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat
struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi
pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan
komunikasi.
4. Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya
adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan
regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar
perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif
luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan
internasional.
5. Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan
dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang
dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk
permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
3. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia
dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan
integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.
8. Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang
meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah
konsep- konsep Geografi
1. Lokasi,
adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer.
Konsep lokasi dibagi atas :
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan
sifatnya berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua
tempat. Terdiri antara atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut
ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau
alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau
fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan
dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukkan bentuk
muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran
rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan
fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih
memberi dampak positif.
7. Nilai Kegunaan, manfaat yang
diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama
pada semua orang.
8. Interaksi Interdependensi,
keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi antara desa
dengan kota.
9. Diferensiasi Area, daerah-daerah
yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak
yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan
antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.
Konsep Geografi
1. Globalisme
Konsep ini terwujud dari hasil studi tentang bumi sebagai suatu bentuk
“sphaira” atau bola, dan bumi sebagai bagian dari tata-surya. Bentuk bumi
seperti itu (speroid), peredarannya, dan hubungannya dengan matahari,
menghasilkan kejadian-kejadian penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
yang lain. Inklinasi sumbu-sumbu dan revolusi bumi mengelilingi matahari
menghasilkan musim dan zona iklim; rotasi bumi menimbulkan gejala siang-malam,
mempengaruhi gerakan air dan udara. Studi tentang globe sebagai model
(miniatur) dari bumi memberikan dasar pengertian tentang grid-paralel dan
meridian, yang selanjutnya memberikan pengertian tentang waktu, letak
geografis, hakikat skala, distorsi peta.
Pengetahuan tentang hubungan bumi-matahari, grid, skala, distorsi peta itu
sangat mendasar bagi geografi.
2. Diversitas dan Variabilitas
Gejala-gejala permukaan bumi tidak sama dan tidak tersebar merata, menimbulkan
kebedaan atau diversitas dari tempat ke tempat. Ada tiga buah konsep penting
yang berkaitan dengan pengertian diversitas tersebut, yaitu pola, kebedaan
areal, dan regionalisasi.
a. Pola
Gejala-gejala alam yang tersebar tidak merata pada permukaan bumi membentuk
aneka ragam pola yang digambarkan pada peta dalam berbagai ragam skala.
Contohnya : pola iklim dunia, pola persebaran gunung-api, pola pengaliran
sungai Jeneberang, pola okupasi manusia (berladang, bertani, berdagang,
industri), pola pemukiman, pola lalu-lintas, dsb. Pola-pola dari berbagai ragam
gejala tersebut dapat digolong-golongkan dan dipelajari secara sistematis.
Gabungan dari berbagai macam pola di suatu tempat atau wilayah akan menentukan
ciri-ciri tertentu dan memberikan corak khas dari berbagai area. Keadaan areal
yang berbeda-beda tersebut menjadi perhatian para ahli geografi.
b. Kebedaan Areal
Kebedaan areal merupakan konsep dasar geografi. Pada umumnya kebedaan areal
tersebut mengacu kepada variabilitas dari permukaan bumi. Tidak ada dua tempat
atau kawasan di dunia ini yang identik sama.
Geografi terwujud karena hasrat manusia untuk mengerti tentang kebedaan
(diversitas) dari permukaan bumi, yaitu kebedaan areal. Dunia ini terdiri dari
tempat-tempat dan kawasan yang berbeda satu sama lain sebagai akibat dari
kejadian paduan (konfigurasi) gejala-gejala yang berada di atasnya.
c. Regionalisasi
Sungguhpun tidak ada dua tempat yang persis sama, namun ada wilayah-wilayah
geografis yang sedikit-banyak memiliki kesamaan. Wilayah yang relatif sama atau
homogen itu disebut kawasan atau region.
Lingkup kawasan (region) ditentukan oleh dasar alasan yang berbeda-beda,
tergantung tujuan penyelidikan. Ada yang dasarnya kesamaan tunggal, misalnya
penduduk; ada yang berdasarkan kesamaan jamak seperti iklim, vegetasi serta
pertanian. Kawasan juga dapat disatukan berdasarkan intensitas hubungan.
Kawasan fungsional demikian itu, contohnya sebuah pusat perdagangan di sebuah
kota. Batas-batas kawasan merupakan zona yang relatif sempit (jadi bukan
garis), dimana beberapa gejala atau kombinasi beberapa gejala menandai batas
tersebut. Kedudukan batas-batas kawasan dapat berubah-ubah dari tempat ke
tempat. Regionalisasi merupakan alat untuk dapat melakukan deskripsi dan
memiliki pengertian tentang aneka-ragam kawasan dalam kurun waktu tertentu.
Adapun geografi yang mempelajari kawasan atau region tersebut diberi nama
Geografi Wilayah atau Geografi Regional.
3. Lokasi Keruangan dan Areal
a. Ruang-bumi
Aristoteles percaya bahwa ruang merupakan kondisi logis bagi tercapainya
gejala-gejala. Newton menganggap ruang sebagai “wadah” dari obyek. Berkley
melihat ruang sebagai konsep mental berdasarkan koordinasi penglihatan dan
pendengaran kita. Leibniz mengartikan nilai sebagai suatu gagasan yang kita
ciptakan agar dapat menstruktur hubungan di antara obyek-obyek yang kita
pelajari. Bila obyek ditiadakan, maka ruang akan lenyap. Jadi menurut Leibniz,
ruang bersifat subyektif dan relatif. Pernyataan kita tentang ruang sangat
berbeda-beda berdasarkan latar-belakang ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Bagi geografi, yang dimaksud dengan ruang ialah ruang bumi, dan yang diartikan
sebagai “wadah” dari gejala-gejala maupun sebagai ciri dari obyek atau
gejala-gejala yang secara subyektif kita ciptakan. Ruang bumi diisi oleh segala
macam benda, obyek, atau gejala material dan non material yang terwujud pada
permukaan bumi. Asosiasi yang kompleks dari perwujudan berbagai gejala material
dan non material itu merupakan hasil dari proses perubahan yang kontinyu
(berkelanjutan) merupakan hasil proses dari urutan-urutan kejadian. Ada proses
fisik, proses biotik, dan juga proses budaya. Proses-proses tersebut saling
berinteraksi membentuk aneka ragam paduan (konfigurasi) gejala pada permukaan
bumi, merupakan sistem manusia-lingkungan (men-environment system) yang disebut
juga sebagai sistem keruangan (spatial system).
b. Situs
Situs (site) erat hubungannya dengan suatu gejala pada suatu letak fisis
(physical setting) pada areal yang ditempatinya. Karena itu untuk mengerti
tentang situs perlu pula mengerti tentang gejala-gejala fisis yang terdapat
pada setiap kawasan atau region.
Gejala-gejala yang biasanya diselidiki oleh geografer dalam menguraikan dan
menilai suatu situs ialah:
1) Bentuk-bentyuk permukaan (dataran rendah, pebukitan, pegunungan, lembah,
plato, pulau, semenanjung, dsb.).
2) Perairan (perairan air sungai dan air laut, drainage, sungai, danau, rawa,
lautan, dsb.).
3) Iklim (suhu, kelembaban, angin, curah hujan).
4) Tanah dan materi tanah.
5) Vegetasi (hutan, padang rumput, sabana, mangrove, dsb.).
6) Mineral (minyak bumi, batubara, emas, dsb.).
7) Situasi (situation), menjelaskan gejala dalam hubungannya dengan gejala
lain. Misalnya hubungan tempat dengan tempat. Dalam hal ini diperlukan konsep
jarak dan arah, juga hubungan fungsional antar tempat atau wilayah.
Isi lokasi bukanlah sekedar posisi atau kondisi atau situasi arah dan jarak
yang menyangkut tempat atau wilayah, tetapi juga menyangkut persebaran dari
gejala-gejala pada permukaan bumi
c. Ketersangkutpautan (interelatedness)
Para ahli geografi percaya akan adanya kebersangkut-pautan di antara
tempat-tempat pada permukaan bumi dan gejala-gejala pada suatu area.
Istilah-istilah seperti interdependensi, interkoneksi, interaksi keruangan, dan
assosiasi areal menguraikan dan menjelaskan saling hubungan antar tempat dan
antar gejala pada permukaan bumi.
1) Assosiasi areal
Assosiasi areal menyatakan identifikasi kepada hubungan sebab akibat
(kausalitas) antara gejala manusia dengan lingkungan fisiknya, yang menimbulkan
ciri-ciri yang berbeda-beda pada berbagai tempat dan wilayah. Preston James
menganggap konsep ini sebagai inti dari mana teori-teori geografi terbentuk.
Penekanan dari konsep assosiasi ialah menunjuk kepada adanya kombinasi atau
paduan (konfigurasi) dari gejala-gejala yang dapat menimbulkan kebedaan dari
tempat ke tempat. Contoh sederhana dari peristiwa ini ialah hubungan antara
persebaran penduduk dengan faktor kelembaban lingkungan.
2) Interaksi keruangan
Merupakan saling hubungan antara gejala-gejala pada tempat-tempat dan area-area
yang berbeda-beda di dunia. Semua tempat pada permukaaan bumi itu diikat oleh
kekuatan alam dan manusia (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia). Terjadi
gerak dari gejala-gejala tersebut dari tempat ke tempat; udara, air laut,
tumbuhan dan hewan, serta manusia. Setiap kejadian berkenaan dengan hal itu
akan mencerminkan adanya interaksi antar tempat. Manusia sebagai “pencipta”
ilmu dan teknologi mampu berinteraksi dan bergerak dalam ruang secara leluasa
melalui komunikasi dan transportasi. Migrasi dan bentuk-bentuknya misalnya
terjadi di mana-mana dan menimbulkan dampak baik positif maupun negatif
terhadap kehidupan sosio-budaya manusia. Semua itu menimbulkan
peredaran/sirkulasi gejala-gejala secara intensif di seluruh ruang di dunia.
(a) Peredaran atau sirkulasi : menyangkut gerak dari gejala fisik, manusia,
barang, dan gagasan (ide) ke seluruh penjuru dunia. Meliputi antara lain difusi
kebudayaan, distribusi, perdagangan, migrasi, komunikasi dan lain sebagainya.
(b) Interdependensi : Merupakan bentuk saling-hubungan karena peredaran
gejala-gejala. Dalam interdependensi, kadar ikatannya lebih kuat dan lebih
nyata daripada peristiwa interrelasi. Dunia sekarang sebenarnya merupakan
masyarakat-masyarakat dunia dengan saling ketergantungan yang kuat di antara
negara-negara (Asean, MEE, PBB).
(c) Perubahan : Salah satu aspek paling penting di dalam geografi dunia ialah
ciri dinamika dari gejala-gejala. “Panta Rhei” kata Heraklites, yang artinya
“semua mengalir”. Memang di dunia ini tidak ada yang diam mutlak; apakah itu
gejala alami maupun gejala buatan manusia. Manusia bersama alam mengubah
ciri-ciri dari bumi.
Geografi merupakan studi tentang masa kini. Tetapi untuk mengetahui masa
sekarang, perlu mengetahui pula masa lalu (sejarah). Dalam hal ini geografi
melakukan rekonstruksi kejadian-kejadian. Perubahan yang tercantum pada peta
menunjuk kepada perubahan tempat dan wilayah pada permukaan bumi.
Erat hubungannya dengan konsep perubahan, ialah konsep proses. Proses ialah
kejadian yang berurutan yang menimbulkan perubahan, dalam batas waktu tertentu.
Permukaan bumi ini menjadi begitu kompleks karena adanya proses-proses dalam
berbagai tingkat dan tempo (Preston James). Ada tiga macam proses, yaitu proses
fisik, proses biotik, dan proses sosial. Di dalam geografi ketiga macam proses
tersebut dalam kenyataannya adalah satu proses utuh; penggolongan tersebut
(analisis kategori) hanya berlaku dalam penyelidikan dan kajian saja.
e. Wilayah Kebudayaan
Salah satu konsep dari Geografi modern ialah menyangkut penyesuaian dan
pengawasan manusia (kontrol) terhadap lingkungan fisiknya. Keputusan yang diambil
manusia tentang penyesuaian dan pengawasan terhadap lingkungan fisis tersebut
sangat ditentukan oleh pola kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing
masyarakat. Kebudayaan dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Secara
sempit sebagai aspek yang menarik seperti kesenian, tata-krama, ilmu dan
teknologi. Secara luas kebudayaan diartikan sebagai hasil dari daya akal atau
daya budi manusia yang merupakan keseluruhan yang kompleks menyangkut
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, hukum dan lain-lain. Kemampuan
atau kebiasaan yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat (E.B.Taylor).
Di dalam Geografi, kebudayaan diartikan secara luas. Herskovits mengartikannya
sebagai “man-made part of the environment”, sedang C.Kluckhohn sebagai “way of
live”. P.V. de la Blache menyebutnya sebagai “genre de vie”, yaitu tipe-tipe
proses produksi yang dipilih manusia dari kemungkinan-kemungkinan yang
diberikan oleh tanah, iklim, dan ruang yang terdapat pada suatu wilayah atau
kawasan, serta tingkat kebudayaan (dalam arti sempit) di wilayah tersebut.
(buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing
mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli
sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi
(space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan
di muka bumi.
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu melihat satu kesatuan
komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan
bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi
keruangan di wilayah yang bersangkutan. Geografi pun mengajarkan kearifan
teknologi dalam mengelola alam lingkungan hidupnya manusia.
KONSEP GEOGRAFI
Konsep adalah pengertian-pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep essensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapkan atau menggambarkan corak abstrak fenomena essensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
1. Konsep Lokasi
Terdapat dua pengertian lokasi yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Yang dimaksud dengan lokasi absolut adalah lokasi yang berhubungan dengan posisi menurut koordinat garis lintang dan garis bujur. Contoh : Indonesia terletak diantara 60 LU-110 LU dan diantara 950 BT-1410 BT.
Sedangkan yang dimaksud dengan lokasi relatif adalah lokasi berdasarkan lingkungan sekitarnya. Contoh : Indonesia terletak antara Benua Asia dan Australia.
2. Konsep Jarak
Dalam kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi jarak dapat diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam satuan panjang kilometer dan jarak waktu yang diukur dengan satuan waktu(jarak tempuh).
3. Konsep Keterjangkauan/Accessibility
Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau dipengaruhi oleh lokasi, jarak dan kondisi tempat. Misalnya, suatu daerah pedalaman yang hanya terdapat jalan setapak tentu merupakan daerah yang sulit dapat dijangkau.
4. Konsep Pola
Pola merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola adalah pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau sungai.
5. Konsep Geomorfologi
Yang dimaksud geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi. Ilmu geografi tidak terlepas dari bentuk-bentuk permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, lembah dan dataran. Hal inilah yang menyebabkan permukaan bumi merupakan obyek studi geografi.
6. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkait dengan aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan kawasan industri, pusat perdagangan dan daerah pemukiman.
7. Konsep Perbedaaan Wilayah
Terdapat perbedaan antara wilayah satu dengan wilayah lain. Perbedaan ini kemudian menimbulkan suatu hubungan atau interaksi suatu wilayah dengan wilayah lainnya.
8. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu sumber bersifat relatif.
Misalnya pantai mempunyai nilai kegunaan yang tinggi sebagai tempat rekreasi bagi warga kota yang selalu hidup dalam keramaian, kebisingan dan kesibukan.
9. Konsep Interaksi
Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara suatu gejala dengan gejala lainnya. Contohnya adalah perbedaan kondisi antara daerah pedesaan dan perkotaan yang kemudian dapat menimbulkan suatu kegiatan interaksi seperti halnya penyaluran kebutuhan pangan, arus urbanisasi maupun alih tehnologi.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu keterkaitan keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu wilayah dengan ketebalan lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur dengan kesulitan air.
PENDEKATAN GEOGRAFI
a) Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan adalah suatu metode analisis yang menekankan pada eksistensi ruang yang berfungsi untuk mengakomodasi kegiatan manusia.
Contoh :
Pada musim hujan Jakarta banjir, karena tiada sejengkal tanahpun yang dapat untuk peresapan air, lahan untuk pemukiman, kantor dan jalan selain itu penduduknya membuang sampah di saluran air.
b) Pendekatan Ekologi/kelingkungan
Pendekatan ekologi (ecological approach) merupakan metodelogi untuk mendekati , menelaah dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan ekologi diarahkan kepada hubungan manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungannya.
Contoh :
Daerah Jakarta banjir karena hutan didaerah Bogor/puncak terjadi penggundulan hutan
c) Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis geografi dalam pendekatan kompleks wilayah mempelajari fenomena atau kejadian berdasarkan hubungan aspek-aspek suatu wilayah tertentu yang berkaita dengan wilayah lainnya. Artinya, permasalahan yang dikaji dalam pendekatan kompleks wilayah adalah permasalahan keruangan komplek antar wilayah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya pada satu ruang wilayah tertentu.
Contoh :
Untuk mengatasi banjir di Jakarta, Pemda DKI bekerjasama dengan Pemda daerah sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) untuk memperbaiki DAS dan menggalakkan penghijauan.
Sebagai ilmu, geografi mempunyai konsep yang membedakannya dengan ilmu lain. Berikut ini sepuluh konsep geografi.
1. Konsep Lokasi.
Konsep lokasi ini terbagi menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut terkait dengan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif yaitu lokasi suatu tempat yang dilihat dari wilayah lain.
2. Konsep Jarak.
Konsep ini mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun kepentingan pertahanan.
3. Konsep Keterjangkauan.
Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, namun juga medan.
4. Konsep Pola.
Pola ini berkaitan dengan susunan, bentuk, atau persebaran fenomena dalam ruang muka Bumi.
5. Konsep Morfologi.
Konsep ini terkait dengan pembentukan morfologi muka Bumi.
6. Konsep Aglomerasi
Konsep aglomerasi menjelaskan mengapa suatu fenomena geografi cenderung mengelompok.
7. Konsep Nilai Kegunaan
Konsep ini berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah. Tiap wilayah mempunyai potensi yang bisa dikembangkan, sehingga nilai kegunaanya optimal.
8. Konsep Interaksi/interdependensi
Interaksi merupakan hubungan saling atau timbal balik antarbeberapa hal.
9.Konsep Diferensiasi Areal
Konsep ini mempertegas bahwa antara satu tempat dengan tempat yang lain memiliki perbedaan.
10.Konsep Keterkaitan Ruangan
Perbedaan potensi wilayah antara yang satu dengan yang lain akan mengakibatkan atau mendorong terjadinya interaksi berupa pertukaran barang, manusia, ataupun budaya.
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi)
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein
("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang
terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak
hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan
tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang."
Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Sejarah Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi
geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari
Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari
Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan
karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu
tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis
pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno
sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya
selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut
Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu
Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan
perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman
Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk
mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis
oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh
terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap
dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris
dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai
sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos:
sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak
ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan
botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama:
determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi
kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik
manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik
deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan
Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas
menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya
perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih
cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu
menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak
ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat
generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak
membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan
geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared
Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan
tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi
deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi
menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan
oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai
ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran
Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa",
menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum
tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme
dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika -
sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan
utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang
penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik
atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar
belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti
Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat.
Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx
Konsep adalah pengertian-pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep
essensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapkan
atau menggambarkan corak abstrak fenomena essensial dari obyek material bidang
kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen penting dalam
memahami fenomena yang terjadi.
1. Konsep Lokasi
Terdapat dua pengertian lokasi yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Yang
dimaksud dengan lokasi absolut adalah lokasi yang berhubungan dengan posisi
menurut koordinat garis lintang dan garis bujur. Contoh : Indonesia terletak
diantara 60 LU-110 LU dan diantara 950 BT-1410 BT.
Sedangkan yang dimaksud dengan lokasi relatif adalah lokasi berdasarkan
lingkungan sekitarnya. Contoh : Indonesia terletak antara Benua Asia dan
Australia.
2. Konsep Jarak
Dalam kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi
jarak dapat diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam
satuan panjang kilometer dan jarak waktu yang diukur dengan satuan waktu(jarak
tempuh).
3. Konsep Keterjangkauan/Accessibility
Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau dipengaruhi oleh lokasi,
jarak dan kondisi tempat. Misalnya, suatu daerah pedalaman yang hanya terdapat
jalan setapak tentu merupakan daerah yang sulit dapat dijangkau.
4. Konsep Pola
Pola merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola
adalah pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau
sungai.
5. Konsep Geomorfologi
Yang dimaksud geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi. Ilmu geografi tidak terlepas dari bentuk-bentuk permukaan bumi,
seperti pegunungan, perbukitan, lembah dan dataran. Hal inilah yang menyebabkan
permukaan bumi merupakan obyek studi geografi.
6. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkait
dengan aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan kawasan industri, pusat
perdagangan dan daerah pemukiman.
7. Konsep Perbedaaan Wilayah
Terdapat perbedaan antara wilayah satu dengan wilayah lain. Perbedaan ini
kemudian menimbulkan suatu hubungan atau interaksi suatu wilayah dengan wilayah
lainnya.
8. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu sumber bersifat relatif.
Misalnya pantai mempunyai nilai kegunaan yang tinggi sebagai tempat rekreasi
bagi warga kota yang selalu hidup dalam keramaian, kebisingan dan kesibukan.
9. Konsep Interaksi
Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara suatu
gejala dengan gejala lainnya. Contohnya adalah perbedaan kondisi antara daerah
pedesaan dan perkotaan yang kemudian dapat menimbulkan suatu kegiatan interaksi
seperti halnya penyaluran kebutuhan pangan, arus urbanisasi maupun alih
tehnologi.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu
keterkaitan keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu
wilayah dengan ketebalan lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur
dengan kesulitan air.
Banyak ahli geografi mengajarkan dan terus mencari konsep yang relevan atas
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan geografi ini penting untuk memahami apa saja
yang kita kerjakan setiap hari atau pada saat-saat tertentu, dan bagaimana
kegiatan rutin sehari-hari (seperti berangkat ke tempat kerja/sekolah)
mempengaruhi lingkungan sekeliling kita (misalnya kemacetan, atau polusi udara
yang memberi sumbangan pada pemanasan global). Penekanan ini membawa kegiatan
sehari-hari pada konteks yang lebih besar - terutama konteks keruangan -
sehingga meningkatkan kesadaran kita pada kegiatan dan kehidupan pribadi, dan
konteks sosio-spatial mulai dari skala kecil (lingkungan tempat tinggal) sampai
skala besar (global). Kita sering beranggapan bahwa kita tidak perlu
mempelajari geografi karena toh kita sudah "tahu". Praktisi geografi
yang naif menganggap "Geografi lebih banyak merupakan pengetahuan
umum" - mereka bahkan menunjukkan bahwa pengetahuan geografi mereka yang
naif adalah salah atau sangat tidak lengkap (lihat saja kuis-kuis yang banyak
di televisi seperti "Kuis Siapa Berani" atau "Who Wants to be a
Millionaire"). Banyak orang tidak ingin mempercayai bahwa mereka harus
mengetahui konsep geografi seperti lokasi, pengenalan tempat, penghitungan
jarak, persebaran dan konteks regional. Untuk menggambarkan kelemahan keadaan
ini, penulis akan memberikan contoh yang menunjukkan bahwa ternyata masyarakat
menerapkan geografi - bahkan jika mereka tidak tahu bahwa mereka melakukannya.
Berikut adalah daftar kegiatan yang kita semua lakukan.
Hal-hal berbau geografis yang anda lakukan :
1.Memilih di mana anda tinggal.
2.Memilih bagaimana atau lewat mana anda pergi ke tempat kerja.
3.Mencari di mana pasar, supermarket, pertokoan, dokter atau sekolah terdekat.
4.Memilih tempat berlibur dan bagaimana cara pergi ke sana.
5.Memahami perubahan lingkungan lokal dan global sehingga mempengaruhi jenis pakaian
apa yang anda akan bawa/beli jika anda akan mengunjungi suatu tempat.
6.Pada sebuah perjalanan yang panjang dengan kendaraan sendiri, memperkirakan
di mana kota yang cukup besar sehingga anda akan bisa mencari penginapan untuk
beristirahat.
7.Mengetahui dimana restoran masakan etnis/negara tertentu berada dalam sebuah
kota.
8.Mengetahui lokasi yang disebutkan pada siaran berita baik nasional maupun
internasional.
9.Menyiapkan materi-materi yang dibutuhkan untuk pergi ke suatu tempat
(nasional maupun internasional) misalnya untuk pekerjaan.
10.Berjalan-jalan di sekitar rumah dan kembali dengan selamat.
11.Mencari mobil anda di tempat parkir.
12.Berjalan di rumah anda dalam keadaan gelap - misalnya karena mati listrik -
tanpa menabrak perabotan atau tembok.
13.Mencari jalan kembali ke hotel di kota yang baru pertama kali anda kunjungi.
14.Mencari di mana tempat rekreasi.
15.Memilih tim olahraga (sepakbola, basket) yang anda sukai.
16.Memilih koran yang akan anda beli.
17.Mengerti akan interaksi internasional dan aliran barang yang membuat barang
konsumsi anda tetap segar di toko langganan anda.
18.Mengetahui apakah Padang lebih utara atau selatan dibandingkan Samarinda.
19.Mengerti mengapa sulit membangun rumah di tempat berlereng dengan tanah yang
tidak stabil.
20.Bertanya-tanya kenapa orang tetap saja tinggal di tempat yang sering
kebanjiran, kebakaran, gempa bumi, emisi listrik tegangan tinggi atau terkena
polusi industri.
Penulis mencoba menjabarkan beberapa konsep geografi dan konsep spatial dari
daftar di atas menjadi sebagai berikut :
1.Masalah Lokasi : Di mana saya parkir ? Mungkin ini pertanyaan yang paling
sering (dan menjengkelkan) dijumpai dan merupakan salah satu pengenalan lokasi
- hal mendasar dalam geografi.Geografi adalah ilmu yang menekankan pada lokasi
dan tempat. Mempelajari pola kota-kota di Jawa Tengah, perladangan di
Kalimantan, pertambangan emas di Afrika Selatan atau sumber berjangkitnya
penyakit di Jakarta secara esensi sama dengan mencari lokasi sekolah untuk anak
anda, toko, tempat rekreasi, masjid, gereja, dan restoran. Kita menyerap
informasi ini secara visual dari siaran berita televisi atau iklan, kita
mendapatkan deskripsi tertulis dari koran, jurnal, majalah, kita mendengar
lewat siaran radio, atau mungkin mendapatkan informasi itu dari teman, tetangga
atau karena melihat langsung saat melewati tempat-tempat itu. Informasi yang
kita serap tentang tempat dan lokasinya itu geografis - merujuk pada suatu
tempat. Saat kita terlibat percakapan tentang suatu peristiwa yang sedang hangat,
kita mengutip informasi yang diambil dari memori otak kita, atau yang sudah
diolah dengan proses informasi spatial. Ini membutuhkan integrasi dari sejumlah
informasi spatial yang berbeda sehingga memberikan pengertian yang lebih baik
atas suatu masalah. Jadi, dimana anda parkir tadi ? Apakah dekat dengan tanda
tertentu ? Apakah di blok atau lantai tertentu ? Apakah dekat dengan pintu
masuk tempat parkir ? Apakah menghadap jalan atau menghadap gedung ? Apakah
dekat atau jauh dengan pintu masuk gedung ? Dari mana anda masuk ke gedung
tersebut ? Dari mana keluarnya ? Untuk menjawab pertanyaan ini melibatkan
pencarian pada "mental map" yang sudah terbentuk dari pengalaman anda
atau dari yang anda lihat. Dan apa yang lebih simbolis pada pemikiran geografis
dari pada membuat (pada memori anda) dan menggunakan peta untuk memecahkan
masalah lokasi anda ? Fakta sederhana ini mengubah dunia teknologi informasi.
Informasi menjadi ber-"georeferensi" pada derajat yang terus
meningkat: mempelajari sifat keruangan inilah yang merupakan jantung dari Ilmu
Informasi Geografis, dan teknologi SIG/GIS menggunakan metafora geografis dan
keruangan sebagai antarmuka dan mesin pencari atas data yang bisa diakses
secara digital.
2.Meng-overlay sejumlah informasi : Mencari tempat untuk tinggal adalah hal
yang diperlukan semua orang. Keterlibatan geografi menjadi sangat penting dalam
hal ini. Di mana anda mencari ? Dalam konteks hubungan lokasional antara tempat
tinggal dan tempat kerja, geograf mendapatkan bahwa kedekatan spatial ke tempat
kerja sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, selebihnya dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, sosial dan hambatan lainnya. "Ketidakcocokan
spatial" terjadi jika seseorang harus tinggal jauh dari tempat dia kerja -
misalnya seseorang harus tinggal jauh dipinggir atau bahkan di luar kota karena
tidak mampu menyewa atau membeli rumah yang dekat dengan tempat kerjanya.
Bahkan keadilan sosial didasarkan atas konsep geografis dan informasi
geografis.
Di Amerika Serikat, jika kita ingin mencari tempat tinggal, agen dari perumahan
akan bertindak sebagai perantara yang membantu memberikan beberapa alternatif
(untuk disewa atau dibeli). Mereka mempelajari ekonomi, sosial, budaya, usia,
pendapatan dan karakteristik keluarga calon pembeli dan mencocokkannya dengan
kualitas rumah dan karakteristik lingkungan. Tetapi jika kita lihat lagi, ada
sejumlah paradoks geografis yang menarik. Misalnya, harga tanah di sebagian
besar daerah yang terletak di pusat kota sangat tinggi karena lokasinya dan
kemudahannya mencapai daerah lainnya di kota tersebut. Tetapi ternyata bagian
pusat kota lebih banyak dihuni oleh penduduk yang berpendapatan sedikit. Mereka
rela tinggal di areal tempat tinggal yang sempit dan berdesak-desakan beberapa
keluarga (pada suatu apartemen atau rumah). Paradoksnya - seperti dinyatakan
oleh ilmuwan regional William Alonso sekitar lima puluh tahun yang lalu -
adalah di banyak kota penduduk yang berpendapatan sedikit menempati daerah yang
paling mahal dan terpaksa menggunakan sedikit tempat dengan basis perkapita,
sehingga menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di bagian itu, sedangkan
penduduk yang berpendapatan tinggi tinggal di daerah yang lebih murah ke arah
pinggir kota tetapi lebih luas, sehingga kepadatan penduduk di daerah itu
(pinggir kota) menjadi lebih rendah dibanding di pusat kota. Hasilnya adalah
"gradien kepadatan" penduduk menurut jarak dari pusat kota dan satu
dari generalisasi yang banyak digunakan oleh para geograf tentang fenomena
distribusi spatial - bahwa kejadian dari banyak hubungan menunjukkan
pengurangan menurut jarak atau penurunan frekuensi atas jarak dari pusatnya.
Generalisasi ini juga berlaku pada frekuensi migrasi, panggilan/penggunaan
telepon, dan banyak kegiatan lainnya.
Hasilnya adalah kepadatan penduduk yang tinggi di bagian paling tengah kota dan
kepadatan rendah di pinggir kota - fakta yang mudah diamati dari kehidupan
sehari-hari tetapi kita tidak sadar bahwa itu termasuk geografi. Geograf atau
ahli geografi, mencoba memahami lingkungan kota dan membakukan "pengetahuan
umum" ini dengan membangun teori dan membuat kebijakan darinya. Dengan
demikian, kejadian sehari-hari yang "kita semua tahu", tetapi
membutuhkan pengetahuan yang formal untuk menyatakan dan mempengaruhi kebijakan
kota, mencapai kelengkapan dengan menanyakan pertanyaan geografi sederhana - di
mana orang tinggal dan mengapa di sana ?
3.Di mana saya ? Mengetahui di mana anda berada sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain, tidak mengetahui di mana anda berada berarti
anda tersesat. Seorang penglaju yang menggunakan KRL mungkin tidak akan begitu
peduli di mana dia berada saat dalam perjalanan. Tetapi lupa akan sebuah
penanda yang menjadi petunjuk lokasi secara absolut atau relatif di mana dia
berada akan membuat perjalanannya menjadi kacau - misalnya terlewat atau
mungkin belum sampai tetapi sudah turun - dan memaksa untuk mencari tahu lagi
untuk mencapai tujuan. Contoh lainnya, mengetahui di mana anda berada, mencari
arah ke tempat fasilitas umum, memilih aktivitas (misalnya, daerah/bank/toko
mana yang harus dikunjungi), kegiatan sosial (misalnya, Apakah sekarang lebih
dekat ke rumah teman atau ke bioskop ?), atau kegiatan lainnya baik sudah atau
belum direncanakan yang bergantung pada pengetahuan anda atas lokasi anda
berada.
1. Erastothenes
(abad ke-1)
geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran
mengenai bumi.
2. Claudius Ptolomaeus (abad ke-2)
Geografi adalah suatu penyajian dengan peta dan sebagian pemukaan bumi yang
menunjukkan kenampakan umum yang terdapat padanya
3. Preston e James
Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena
banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk
beralih pada studinya masing-masing.
4. Lobeck (1939)
Gegografi adalah suatu studi tentang hubungan – hubungan yang ada antara
kehidupan dengan lingkungan fisiknya.
5. Frank Debenham (1950)
Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan penafsiran terhadap persebaran
fakta, menemukan hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik,
menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia dan alam.
6. Ullman (1954)
Geografi adalah interaksi antar ruang
7. Maurice Le Lannou (1959)
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
8. James Fairgrive (1966)
Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir
kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga
berpendapat bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari
berbagai aspek dan gejala geografi.
9. Strabo (1970)
Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan
hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian di sebut
Konsep Natural Atrribut of Place.
10. Paul Claval (1976)
Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
11. Prof. Bintarto (1981)
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang
bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya
melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan
program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
12. Hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1988)
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
13. Depdikbud (1989)
Geografi merupakan suatu ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora,
fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi.
14. Herioso Setiyono (1996)
Geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungannya dan merujuk pada pola persebaran horisontal
dipermukaan bumi.
15. Bisri Mustofa (2007)
Geografi merupakan ilmu yang menguraikan tentang permukaan bumi, iklim,
penduduk, flora, faquna serta basil-basil yang diperoleh dari bumi.
16. Wikipedia
Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik
dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani
yaitu gê (”Bumi”) dan graphein (”menulis”, atau “menjelaskan”).
17. Harstone
Geografi adalah sebuah ilmu yang menampilkan relitas deferensiasi muka bumi
seperti apa adanya,tidak hanya dalam arti perbedaan – perbedaan dalam hal
tertentu, tetapi juga dalam arti kombinasi keseluruhan fenomena di setiap
tempat, yang berbeda dari keadaanya di tempat lain.
18. Jhon Alexander
Geografi merupakan disiplin ilmu yang menganalisis variasi keruangan dalam
veriabel kawasan-kawsandan hubungan antar variabel – variabel keruangan.
19. Ferdinand von Richthoven
Geografi adalah ilmu yang mempelajari gejala dan sifat pemukaan bumi dan
penduduknya, disusun menurut letaknya, menerangkan baik tentang terdapatnya
gejala – gejala dan sifat – sifat itu.
20. Ellsworth Hunthington.
Fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya, sedangkan posibilisme memandang manusia
sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang
hidupnya.
Geografi, Geografi Lingkungan, dan Proses Hidrologis
A. GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI
1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan
Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
- Where is it?
- Why is it there?
- So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:
- The
spatial tradition
Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this trend was not without its critics, the James article is often seen as a fence-mending effort within the discipline. - The
area studies tradition
Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language or langauges spoken in the region being studied and they will develop an understanding of both the natural physical features and of the human activities and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to study specific problems or questions about the region. - The
man-land tradition
Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century, geographers have sought to understand how the natural environment either determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most geographers would now use the term "human-environment" to describe this tradition. - The
Earth sciences tradition
Many geography programs in the United States emerged from geology departments, and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers -- even if they focus on human geography -- receive some training in such physical geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants.
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks.
Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.
Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).
2. Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya.
Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
3. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
- Prinsip
Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut. - Prinsip
Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah. - Prinsip
Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll. - Prinsip
Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
4. Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
- bumi sebagai planet
- variasi cara hidup
- variasi wilayah alamiah
- makna wilayah bagi manusia
- pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
- wilayah atau regional
- lapisan hidup atau biosfer
- manusia sebagai faktor ekologi dominan
- globalisme atau bumi sebagai planet
- interaksi keruangan
- hubungan areal
- persamaan areal
- perbedaan areal
- keunikan areal
- persebaran areal
- lokasi relatif
- keunggulan komparatif
- perubahan yang terus menerus
- sumberdaya dibatasi secara budaya
- bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.
5. Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.
6. Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
- Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
- Pitogeografi yang mempelajari tanaman
- Zoogeografi yang mempelajarai hewan
- Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
- Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
- Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
- Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
- Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
- Geografi Manusia
- Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
- Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
- Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
- Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
- Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
- Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.
8. Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
- obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
- pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
- pendekatan keruangan,
- pendekatan kelingkungan, dan
- pendekatan kompleks wilayah
4. Kata Geografi berasal dari bahasa Yunani :
5. Geo : bumi
6. Graphein : tulisan
7. Perhatian tentang ilmu geografi bukan hanya berhubungan dengan fisik alamiah bumi dan bagian-bagian alam semesta yang berpengaruh terhadap bumi saja, tetapi meliputi semua fenomena yang ada di permukaan bumi baik fenomena fisik maupun fenomena sosial. Pada dasarnya inti dari kajian ilmu Geografi adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan, berikut ini beberapa definisi tentang hakikat, konsep dan batasan geografi :
8. 1. Strabo (1970): Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian di sebut Konsep Natural Atrribut of Place.
9. 2. Preston E. James (1959): Geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang selalu dimulai dari keadaan permukaan bumi, kemudian beralih pada studinya masing-masing.
10. 3. Frank Debenham (1950): Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan penafsiran terhadap persebaran fakta, menemukan hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik, menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia dan alam.
11. 4. James Fairgrive (1966) : Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga berpendapat bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan gejala geografi.
12. 5. Prof. Bintarto (1981) Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
13. 6. Hasil Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang pada 1988; Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
14. Dari pendapat di atas terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai definisi geografi, tetapi pada dasarnya semua ahli sepakat adanya elemen-elemen yang sama sebegai berikut :
15. 1. Geografi termasuk ilmu pengetahuan bumi (earth science) dengan objek permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia dan lingkungan tempat manusia dapat mengubah dan membangunnya.
16. 2. Geografi memperhatikan persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya.
17. 3. Dalam ilmu Geografi terdapat unsur-unsur utama, antara lain jarak, interaksi, gerakan dan persebaran.
Pada hakikatnya studi geografi adalah pengkajian keruangan tentang fenomena dan masalah kehidupan manusia yang disusun dari hasil obeservasi dengan melakukan analisis fenomena manusia, fenomena alam serta persebaran dan interaksinya dalam ruang. untuk menunjukkan dan menjelaskan fenomena di permukaan bumi diawali dengan mengajukan 6 (enam) pertanyaan pokok, yaitu what, where, when, why, who(m) dan how (5W1H).
Pertanyaan pokok tersebut untuk menjelaskan:
1. Fenomena apa yang terjadi
2. Di mana fenomena itu terjadi
3. Kapan fenomena tersebut terjadi
4. Mengapa fenomena itu terjadi
5. Siapa saja yang mengalami
6. Bagaimana usaha-usaha mengatasi
Rhoads Murphey (1966) dalam bukunya The Scope of Geography menjelaskan bahwa pokok-pokok ruang lingkup ilmu geografi adalah :
1. Persebaran dan keterkaitan antara penduduk di permukaan bumi dan aspek-aspek keruangan, serta usaha manusai untuk memanfaatkannya.
2. Interelasi antara manusia dengan lingkungan fisik sebagai bagian dari studi perbedaan wilayah.
3. Kerangka wilayah dan analisis wilayah secara khusus.
D. Biosfer
Merupakan sistem kehidupan paling besar karena merupakan gabungan ekosistem yang ada di planet bumi. Sistem mencakup seluruh makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
E. Antroposfer
Adalah lapisan manusia dan kehidupannya di permukaan bumi. Dalam hal ini geografi mempelajari persebaran aneka budaya dan ragam fisik manusia dalam ruang (wilayah).
2. Obyek Formal Geografi
Adalah sudut pandang atau cara pandang dan cara berpikir mengenai obyek material yaitu dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di permukaan bumi dari sudut pandang keruangan. Ada tiga hal pokok untuk mempelajari obyek formal geografi, yaitu :
A. Pola persebaran fenomena di permukaan bumi
B. Interaksi dan integrasi antar fenomena
C. Perkembangan yang terjadi pada fenomena tersebut.
Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji, yaitu :
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam mengkaji fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan keruangan, yaitu :
a. Pendekatan Topik
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari topik tertentu yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di suatu wilayah dengan cara mengkaji :
- penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)
- media penyebarannya
- proses penyebaran
- intensitasnya
- interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.
Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah penyakit yang terjadi.
b. Pendekatan Aktivitas
Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai aktivitas yang terjadi. Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan persebaran dan interelasinya dengan gejala-gejala geosfer.
c. Pendekatan Regional
Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region sebagai ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas.
2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di lingkungan tertentu, yaitu :
- hubungan antar makhluk hidup
- hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya
Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.
3. Pendekatan Kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).
KONSEP-KONSEP ESSENSIAL GEOGRAFI
1. Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas :
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.
7. Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi antara desa dengan kota.
9. Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.
Ilmu geografi mengalami perkembangan dalam sudut pandangnya, secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Geografi Ortodoks
Bidang kajiannya adalah suatu wilayah (region) dan analisis terhadap sifat sistematiknya, meliputi :
a. Geografi Fisik
Mempelajari tentang gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air dan udara dengan segala prosesnya. Ilmu penunjang geografi fisik antara lain geologi, geomorfologi, pedologi, meteorologi, klimatologi dan oseanograsi.
b. Geografi Manusia
Mempelajari tentang kependudukan, aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budaya. Ilmu penunjang geografi manusia antara lain geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi perdesaan dan geografi perkotaan.
c. Geografi Regional
Mempelajari perwilayahan, misalnya daerah tropik, arid, kutub. Kajian ini menitikberatkan pada kultur suatu wilayah misalnya Afrika Utara, Eropa Barat, Asia Utara.
d. Geografi Teknik
Kajian ini merupakan kajian geograi yang lebih bersifat teknis dan babyak memanfaatkan teknologi dan metode-metode penelitian. lmu penunjang pada kajian ini misalnya Sistem Informasi Geografis, Kartografi, Penginderaan Jauh
2. Geografi Terintegrasi
Merupakan kajian geografi dengan pendekatan terpadu, yaitu integrasi elemen-elemen geografi sistematik yang terdiri dari geografi fisik dan geografi manusia dengan geografi regional. Dalam mengkaji suatu fenomena/gejala alam menggunakan pendekatan analisis keruangan, ekologi dan wilayah.
Willian Kirk menyusun struktur lingkungan geografi menjadi 2, yaitu :
1. Aspek Fisikal
Aspek fisikal geografi meliputi :
a. Aspek Topologi
Membahas hal-hal yang berkenaan dengan letak atau lokasi suatu wilayah, bentuk muka buminya, luas area dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri khas tertentu.
b. Aspek Biotik
Membahas karakter fisik dari manusia, hewan dan tumbuhan
c. Aspek Non Biotik
Membahas tentang tanah, air dan atmosfer (termasuk iklim dan cuaca)
2. Aspek NonFisik
Aspek ini menitikberatkan pada kajian manusia dari segi karakteristik perilakunya. Pada aspek ini manusia dipandang sebagai fokus utama dari kajian geografi dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan perilaku manusia dengan lingkungannya. Beberapa kajian pada aspek ini antara lain :
a. Aspek Sosial
Membahas tentang adat, tradisi, kelompok masyarakat dan lembaga sosial.
b. Aspek Ekonomi
Membahas tentang industri, perdagangan, pertanian, transportasi, pasar dan sebagainya
c. Aspek Budaya
Membahas tentang Pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan lain-lain.
d. Aspek Politik
Misalnya membahad tantang kepartaian dan pemerintahan.
BEBERAPA ILMU PENUNJANG GEOGRAFI ANTARA LAIN :
- Geomorfologi : ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk permukaan bumi dan penafsirannya tentang proses terbentuknya.
- Meteorologi : ilmu yang mengkaji tentang cuaca yang meliputi ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan, suhu udara, angin dan per-awanan.
- Klimatologi : ilmu yang mempelajari tentang iklim, yang meliputi sebab terjadinya, pengaruhnya terhadap bentuk fisik dan kehidupan di suatu wilayah.
- Biogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi dan menentukan pola persebarannya.
- Antropogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran manusia di permukaan bumi dalam hubungannya dengan lingkungan geografi.
- Hidrologi : ilmu yang mempelajari tentang fenomena air di bumi yang meliputi sirkulasi, distribusi, bentuk, serta sifat fisik dan kimianya.
- Oseanografi : Ilmu yang mempelajari fenomena lautan yang meliputi sifat air laut, gerakan air laut dan pasang surut air laut.
- Kartografi : ilmu yang mempelajari tentang peta meliputi tentang pembuatan, jenis dan pemanfaatannya.
- Demografi : ilmu yang mempelajari tentang kependudukan meliputi jumlah, pertumbuhan, komposisi dan migrasi penduduk.
- Pedologi : ilmu yang mempelajari tentang tanah, meliputi proses pembentukan, jenis-jenis dan persebarannya.
- Pengideraan Jauh : ilmu yang mempelajari gejala/fenomena geografi pada suatu alat dengan menggunakan bantuan media penginderaan jauh tanpa melakukan kontak secara langsung terhadap lokasi yang diamati.
- SIG (Sistem Informasi Geografi) : ilmu yang mempelajari tentang tata cara membuat peta secara komputasi dengan tahap-tahap input data, proses dan manajemen data, dan output data.
13. Prinsip-prinsip dalam ilmu Geografi antara lain :
14. 1. Prinsip Penyebaran
15. Merupakan prinsip dasar dalam mengkaji setiap gejala dan fakta geografi, baik gejala alam maupun manusia. Prinsip ini memandang bahwa setiap gejala dan fakta di permukaan bumi tersebar secara tidak merata antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Suatu gejala geografi bisa terlhat terkumpul dalam jumlah yang padat dan banyak, tetapi di satu tempat lain terlihat sangat jarang dan sedikit.
16. Misalnya : persebaran pola permukiman penduduk
17. 2. Prinsip Interelasi
18. Digunakan untuk melihat pola hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya, meliputi hubungan antara :
19. a. Faktor fisik dengan faktor fisik lainnya
20. Misal : hubungan antara mata air panas dengan energi panas bumi di sekitar gunung berapi
21. b. Faktor fisik dengan faktor manusia
22. Misal : hubungan antara manusia dengan cara bertani di lahan miring dengan membuat terasering (sengkedan)
23. c. Faktor manusia dengan faktor manusia lainnya.
24. Misal : mengkaji tentang kehidupan di desa dengan jenis mata pencaharian
25. Dengan memperhatikan pola hubungan antar gejala dan fakta geografi pada suatu wilayah, akan dapat diketahui karakteristik gejala-gejala tersebut secara kualitatif. Dengan bantuan ilmu statistik, hubungan antar fenomena dapat di analisa/diukur secara kuantitatif
26. 3. Prinsip Deskripsi
27. Merupakan prinsip yang menggambarkan lebih jauh terhadap persebaran dan hubungan interelasi antara fakta dan gejala di permukaan bumi. Untuk menyajikan gejala secara komprehensif dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan 5W1H, sedangkan bentuk penyajiannya dapat berupa kata-kata, tulisan, tabel, grafik dan peta.
28. 4. Prinsip Keruangan (Korologi)
29. Merupakan prinsip yang meninjau gejala, fakta dan masalah geografi dari penyebaran, interelasi dan interaksinya dalam ruang. Ruang dalam sudut pandang geografi adalah permukaan bumi secara keseluruhan yang membentuk suatu fungsi.
30. Ilmu geografi dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan hubungan antar gejala permukaan bumi, misalnya :
31. 1. Bidang Pertanian
32. Pertanian merupakan sistem keruangan yang terdiri dari aspek fisik dan manusia. Aspek fisik antara lain : lahan, iklim, air dan udara. Aspek manusia meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi dan ekonomi masyarakat. Analisis hubungan antara aspek fisik dengan manusia pada bidang pertanian bermanfaat untuk menyusun sistem diversifikasi tanaman pada lahan pertanian, yang penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan agar produktivitas tetap tinggi
33. 2. Bidang Industri
34. Merupakan tinjauan terhadap aspek industri pada hubungan antara aspek fisik dan manusia. Aspek fisik yang bepengaruh terhadap kegiatan industri misalnya lahan, bahan baku dan sumber daya energi. Sedangkan aspek manusia yang penting untuk kegiatan industri adalah tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen dan pasar. Hasil analisis hubungan digunakan untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan industri. Sebagai contoh untuk memeratakan persebaran penduduk maka sebaiknya pemerintah pengarahkan penemapatan lokasi industri di daerah yang masih jarang penduduknya.
Prinsip dan Konsep Dasar Geografi
A. Prinsip geografi ada 4, yaitu :
1. Prinsip Penyebaran
Gejala geografi baik tentang alam, tumbuhan, hewan, dan manusia yg tersebar
secara tidak merata di muka bumi.
Contoh : Timah di Pulau Bangka, pohon bakau di pantai.
2. Prinsip Interelasi
Hubungan yg saling terkait antara gejala yg satu dgn gejala yg lain dlm satu
ruang tertentu.
Contoh : hutan gundul terjadi karena penebangan liar.
3. Prinsip Korologi ( Keruangan )
Bahwa setiap prinsip ini gejala – gejala, fakta – fakta, dan masalah – masalah
geografi ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dan
hubungan itu terdapat pada ruang tertentu. Contoh : Padi hidup subur di daerah
dataran rendah.
4. Prinsip Deskriptif
Prinsip untuk memberikan pelajaran atau gambaran lebih jauh tentang gejal –
gejala, atau masalah – masalah yg diselidiki dlm bentuk tulisan atau kata –
kata yg dapat dilengkapi dgn : diagram, grafik, table, gambar, dan peta.
B. Konsep dasar geografi yg esensial, ada 10 yaitu :
1. Konsep Lokasi : Letak suatu tempat di permukaan bumi.
1.1. Lokasi Absolut : Tempatnya tetap.
1.2. Lokasi relative : tempatnya bias berubah karena factor tertentu.
2. Konsep jarak : Jark antara tempat satu ke tempat lain.
2.1. Jarak Absolut : Diukur dgn satuan ukuran.
2.2. Jarak relative : Dikaitkan factor waktu ekonomi dan psikologis.
3. Konsep keterjangkauan :
Hub. Antara satu tempat dgn tempat yg lain, dikaitkan dgn sarana dan prasarana
angkutan.
4. Konsep pola :
Berkaitan dgn persebaran fenomena geosfer di permukaan bumi.
Contoh : Persebaran flora dgn fauna.
5. Konsep Morfologi :
Berkaitan dgn fauna bentuk permukaan bumi, sebagai akibat tenaga eksogen dan
endogen.
Contoh : Pegunungan, lembah, dataran rendah.
6. Konsep Aglomerasi :
Pemusatan penimbunan suatu kawasan
contoh : kawasan industri, pertanian, pemukiman.
7. Konsep nilai kegunaan :
Suatu nilai guna tempat –tempat di bumi.
Contoh : tempat wisata.
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi :
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala di muka bumi.
Contoh : Antara desa dgn kota.
9. Konsep Deferensiasi Areal:
Fenomena yg berbeda antara tempat yg satu dgn yg lain.
Contoh : Areal pedesaan khas dan corak persawahan.
10. Konsep keterkaitan keruangan :
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dgn fenomena lain.
Contoh : daerah pantai pada umumnya bermata pencaharian nelayan.
1. Konsep Lokasi
Konsep ini berkaitan dengan letak suatu tempat di permukaan bumi.
Konsep ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Lokasi Absolut : Lokasi yang
tetap dan tidak berubah ubah.
Contoh: Suatu tempat dilihat dari garis lintang dan garis bujur.
b. Lokasi Relatif : Lokasi yang
berubah dipengaruhi oleh faktor tertentu.
Contoh: Bali dulu termasuk waktu indonesia bagian barat, sekarang termasuk
waktu wilayah indonesia tengah.
2. Konsep Jarak
Konsep ini berkaitan dengan Jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Konsep ini terbagi menjadi dua yaitu:
• Jarak Absolut: Jarak yang diukur dengan satuan ukur
Contoh: jakarta sampai ke karawang = 63km
• Jarak Relatif: Jarak yang berkaitan dengan faktor waktu, ekonomi,dll.
Contoh: Satu jam pelajaran = 45 menit
3. Konsep Keterjangkauan
Hubungan antara satu tempat dengan satu tempat yang lain dikaitkan dengan
keadaan permukaan bumi dan tersedianya sarana dan prasarana angkutan atau alat
komunikasi. (Mudah/Sulitnya suatu lokasi untuk dijangkau).
Contoh : Sarana angkutan kota terhadap kehidupan manusia
4. Konsep Pola
Konsep ini berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer dipermukaan bumi.
Contoh: Persebaran jenis flora,fauna,dll
5. Konsep Morfologi
Konsep ini berkaitan dengan bentuk pemukaan bumi, sebagai akibat dari tenaga
endogen dan eksogen.
Contoh: Pegunungan, lembah,dll yang dimanfaatkan bagi kehidupan manusia
6. Konsep Aglomerasi
Konsep ini berkaitan dengan pemusatan, penimbunan, pengelompokan pada suatu
tempat atau kawasan.
Contoh : Kawasan industri, pertanian, pemukiman.
7. Konsep Nilai Kegunaan
Konsep ini berkaitan dengan nilai guna tempat-tempat dipermukaan bumi berkaitan
dengan manfaat dari fenomena yang ada dan bersifat relatif
Contoh : Nilai guna daerah pegunungan, laut, sungai, bagi setiap orang.
8. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala dimuka bumi.
Contoh : Perbedaan desa dan kota
9. Konsep Deferensi Areal (Perbedaan Wilayah)
Fenomena yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Konsep ini
berkaitan dengan perbedaan corak antara wilayah dipermukaan bumi dengan
ciri-ciri khusus yang membedakan dengan daerah lain atau disebut region.
Contoh: Corak khas wilayah pedesaan
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain disuatu tempat atau
ruang.
Contoh: Daerah pantai pendudukya bermata pencaharian sebagai nelayan karena
dekat laut.
Dari seminar peningkatan kualitas pengajaran geografi ini dihasilkan rumusan geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.Jika kita perhatikan beberapa definisi atau pengertian dan sejarah perkembangan geografi dari masa ke masa selalu mengalami perkembangan. Namun, apabila kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut terutama dalam mengkaji:
- Bumi sebagai tempat tinggal,
- hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi),
- dimensi ruang dan dimensi historisnya, serta
- pendekatan, yaitu meliputi pendekatan spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan), dan regional (kewilayahan).
Berdasarkan adanya kesamaan dalam titik pandang kajian dan geografi, maka muncul konsep esensial. Konsep ini akan mengungkapkan dan memberikan gambaran corak abstrak dari suatu fenomena yang dikaji dalam suatu ilmu.
Bernard Varen atau lebih dikenal dengan Varenius adalah seorang geograf asal Jerman. Anehnya, dia adalah lulusan Ilmu Kedokteran Universitas Leiden, Belanda. Dalam bukunya, “Geographia Generalis”, ia mengatakan bahwa geografi adalah campuran dari matematika yang membahas kondisi Bumi beserta bagian-bagiannya juga tentang benda-benda langit lainnya. Dalam buku itu juga, Varenius membagi geografi menjadi dua, yaitu:
a. Geografi Umum
Bagian ini membahas karakteristik Bumi secara umum, tidak tergantung oleh keadaan suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum mencakup tiga bagian, yaitu:
- Terestrial, merupakan pengetahuan tentang Bumi secara keseluruhan, bentuk, dan ukurannya.
- Astronomis, membicarakan hubungan Bumi dengan bintang-bintang yang merupakan cikal bakal ilmu Kosmografi.
- Komparatif, menyajikan deskripsi lengkap mengenai Bumi, letak, dan tempat-tempat di permukaan Bumi.
b. Geografi Khusus
Bagian ini mendeskripsikan tentang wilayah tertentu menyangkut wilayah luas maupun sempit. Bagian ini terdiri atas tiga aspek, yaitu:
- Atmosferis yang secara khusus membicarakan iklim.
- Litosferis yang secara khusus menelaah permukaan Bumi meliputi relief, vegetasi, dan fauna dari berbagai negeri.
- Manusia yang membicarakan keadaan penduduk, perniagaan, dan pemerintahan dari berbagai negeri.
Geografi yang merupakan Induk dari semua ilmu pengetahuan yang berkembang menjadi berbagai ilmu pengetahuan baik IPA maupun IPS, tapi lucunya di Indonesia justru dianggap mata Pelajaran yang tidak Penting!
PENGERTIAN GEOGRAFI :1) Istilah Geografi diperkenalkan oleh Erastothenes kira-kira 1 abad Sebelum Masehi. Pada awalnya,istilah Geografi masih menceritakan kesan-kesan penjelajahan dari berbagai penjuru bumi, tanpa memperhatikan ketepatan letaknya di muka bumi. Kelompok semacam ini di kenal dengan aliran logografi. 2)Pengetahuan Geografi yang membandingkan data Geografi & karakteristik Wilayah merupakan salah satu perkembangan dari ilmu Geografi yang di sebut Comparative geography. Salah satu tokoh penganutnya adalah Karl Ritter. 3)Thales(640-546 SM) adalah seorang ilmuwan Yunani kuno yang telah berusaha mendokumentasikan berbagai macam keterangan yang berkaitan dengan Geografi.Ia meneliti dan menggali berbagai informasi Geografi dengan melakukan perjalanan ke berbagai tempat.
Di IKIP Semarang dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi pada tahun 1988, IGI (Ikatan Geografi Indonesia) merumuskan bahwa Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam kontek keruangan. SEDANGKAN PENGERTIAN GEOGRAFI MODERN: Geografi modern adalah Geografi terpadu(integrated geografi) yang mempunyai ciri menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleksitas wilayah. ANALISIS SUATU MASALAH YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KERUANGAN DAPAT DI LAKUKAN DENGAN PERTANYAAN 5W 1H SEBAGAI BERIKUT: 1)WHAT(APA), 2)WHEN(KAPAN), 3)WHERE(DIMANA), 4)WHY(MENGAPA), 5)WHO(SIAPA), & HOW(BAGAIMANA)
OBJEK GEOGRAFI ADALAH GEOSFER DENGAN TIGA PENDEKATAN YAITU : 1).Pendekatan keruangan(spatial). 2).Pendekatan kelingkungan(ekologi). 3)'Pendekatan kewilayahan(Regional).
Perkataan Geografi berasal dari bahasa Yunani:Geo berarti Bumi dan Graphien berarti Tulisan atau Gambaran. Jadi secara harfiah, Geografi berarti tulisan tentang Bumi. Oleh karena itu, Geografi sering juga disebut ilmu bumi.
Secara garis besar, seluruh objek kajian Geografi dapat dibedakan atas dua aspek utama, yaitu aspek fisik dan aspek sosial. Aspek fisik meliputi aspek Kimiawi, Biologis, Astronomis, dan sebagainya, sedangkan aspek sosial meliputi aspek Antropologis, Politis, Ekonomis, dan sebagainya.
ILMU PENUNJANG GEOGRAFI ATAU CABANG-CABANG DARI ILMU GEOGRAFI ADALAH:1). GEOLOGI, 2). GEOFISIKA, 3). METEOROLOGI, 4). ASTRONOMI, 5). BIOGEOGRAFI, 6). GEOMORFOLOGI, 7). HIDROGRAFI, 8). OSEANOGRAFI, 9).PALEONTOLOGI, 10). ANTROPOGEOGRAFI, 11). GEOGRAFI MATEMATIK, 12). GEOGRAFI HISTORIK, 13). GEOGRAFI REGIONAL, 14). GEOGRAFI POLITIK, 15). GEOGRAFI FISIK, 16). GEOGRAFI MANUSIA.
FUNGSI PELAJARAN GEOGRAFI ADALAH: a). Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan. b). Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan Geografi. c). Menumbuhkan sikap, kesadaran, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman sosial-budaya masyarakat.
TUJUAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELIPUTI TIGA ASPEK,YAITU PENGETAHUAN,
KETERAMPILAN DAN SIKAP.
I.PENGETAHUAN:a). Mengembangkan Konsep dasar Geografi yang berkaitan dengan
pola keruangan dan proses-prosesnya. b). Mengembangkan pengetahuan sumber daya
alam, peluang, dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan. c). Mengembangkan Konsep
dasar Geografi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara
atau dunia. II.KETERAMPILAN:a). Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan
fisik, lingkungan sosial dan lingkungan binaan. b). Mengembangkan keterampilan
mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek
keruangan. c). Mengembangkan Keterampilan Analisis, Sintesis, kecenderungan,
dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala Geografis. III.SIKAP:a).
Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena Geografi yang terjadi di
lingkungan sekitar. b). Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab
terhadap kualitas lingkungan hidup. c). Mengembangkan kepekaan terhadap
permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya. d). Mengembangkan sikap toleransi
terhadap perbedaan sosial Budaya. e). Mewujudkan rasa cinta tanah air dan
persatuan bangsa.
PRINSIP-PRINSIP GEOGRAFI: a). prinsip persebaran, yaitu suatu gejala yang tersebar tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang alam, tumbuhan, hewan dan Manusia. b). prinsip interrelasi, yaitu suatu hubungan yang saling terkait dalam ruang, antara gejala yang satu dengan yang lain. c). prinsip deskripsi, yaitu penjelasan lebih jauh mengenai gejala-gejala yang diselidiki/dipelajari. Deskripsi, selain disajikan dengan tulisan atau kata-kata, dapat juga dilengkapi dengan diagram, grafik, tabel, gambar dan peta. d). prinsip korologi, yaitu gejala, fakta, ataupun masalah geografi di suatu tempat yang di tinjau sebarannya, interrelasinya, interaksinya, dan integrasinya dalam ruang tertentu, sebab ruang itu akan memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala tersebut.
EMPAT HAL PENTING DALAM GEOGRAFI:1). PENCITRAAN(DESCRIPTION). 2). PENJELASAN(EXPLANATION). 3). PENGANALISAAN(ANALYSIS). DAN 4). PENERAPAN(APPLICATION).
CONTOH PENERAPAN PRINSIP GEOGRAFI:Daerah Pantai dengan penghasilan utama ikan sedangkan daerah Pegunungan merupakan daerah dengan penghasilan Utama Sayur mayur, Perbedaan Potensi inilah yang disebut PERSEBARAN. Kalau Perbedaan penghasilan ini menyebabkan terjadinya hubungan antara orang daerah Pantai dengan orang daerah Pegunungan dengan Tujuan saling melengkapi keperluan dari berbagai aspek kehidupan baik secara Fisik maupun secara sosial maka hubungan inilah yang di sebut INTERRELASI, Dan setiap hubungan baik berupa Relasi maupun Interrelasi akan menimbulkan cerita atau DISKRIPSI, Cerita atau DISKRIPSI diyakini kebenarannya jika di dukung oleh fakta-fakta yang benar atau KOROLOGI.
INTERAKSI SDM & SDA : Sumber Daya Manusia(SDM) & Sumber Daya Alam(SDA). Kita semua ketahui bahwa Kemajuan suatu Negara sangat tergantung dengan Interaksi SDM dengan SDA. Kekayaan SDA harus diikuti kemampuan SDM untuk mengolah & mengelolanya, karena Kekayaan SDA yang melimpah tanpa diiringi SDM yang berkualitas maka kekayaan alam itu tidak bermanfa'at. Contoh: Kota yang paling potensial di Amerika Serikat adalah kota Orlando,dengan kemampuan SDMnya mampu menjadikan Amerika Serikat sebagai Negara yang kaya Raya! Pada hal Potensi kota Orlando itu setara dengan potensi kabupaten Sintang,Kalimantan Barat pada hal Kabupaten Sintang bukan merupakan Kabupaten yang paling potensial untuk wilayah Kalimantan Barat.dan di Indonesia Kabupaten yang lebih potensial daripada Kabupaten Sintang itu Banyak hanya saja SDMnya belum mampu mengolah SDAnya sendiri alias minta Tolong dengan tenaga ahli dari luar negeri.
PENGOLAHAN SUMBER DAYA ALAM OLEH TENAGA AHLI ASING: Ibarat kita merupakan sebuah keluarga yang ingin belajar membuat kue dan minta tolong tetangga yang pandai membuat kue, Tetangga yang pandai membuat kue itu datang ke rumah kita tidak membawa apa-apa! Jadi dari Bahan,cetakan kue semua milik kita! tapi setelah kue itu masak maka separuh cetak kita berikan kepada Tetangga yang pandai membuat kue tadi sebagai tanda terima kasih,hal itu sangat wajar Kalau ada usaha kita untuk belajar(alih teknologi)! Kalau tidak ada usaha alih teknologi alias minta tolong terus menerus berapa kerugian yang kita terima? Yang lebih parah selama ini sudah Banyak Anak bangsa yang di utus sebagai duta bangsa dalam rangka alih teknologi, tapi setelah di lapangan tidak diakui bangsa kita sendiri! Dengan bukti Gaji tenaga kerja luar Negeri lebih tinggi di banding tenaga kerja dalam Negeri dalam Posisi atau Pangkat yang sama.
Hakekat Geografi
1. Konsep Geografi
a. Lokasi
Lokasi adalah posisi suatu obyek di permukaan bumi, lokasi terbagi atas lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah lokasi yang berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur Misalnya, Indonesia terletak di antara 6° LU–11° LS dan antara 95° BT–141° BT .Sedangkan lokasi relatif adalah lokasi yang dipengaruhi oleh kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan keberadaan sarana transportasi dengan daerah sekitarnya. Misalnya, Indonesia terletak di antara dua samudra dan dua benua, serta dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia.
b. Jarak
Jarak dibagi menjadi jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan jarak yang ditarik garis lurus antara dua titik. Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yang sesungguhnya. Jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan tertentu misalnya rute, waktu, biaya, kenyamanan dsb. Misalnya jarak Jakarta ke Bandung 180 km atau Jakarta – Bandung dapat ditempuh dalam waktu 3 jam melewati Puncak. Kedua hal ini merupakan contoh jarak relatif berdasarkan pertimbangan rute dan waktu.
c. Keterjangkauan
Keterjangkauan merupakan konsep geografi yang berkaitan dengan kemudahan sarana dan prasarana untuk mencapai suatu tempat
d. Pola
Pola adalah sesuatu yang berulang sehingga menampakan suatu bentuk tertentu yang konsisten, misalnya pemukiman yang memanjang di tepi aliran sungai bisa kita sebut sebagai pola pemukiman memanjang sungai.
e. Morfologi
Morfologi adalah konsep geografi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk muka bumi, contohnya: lembah, bukit, gunung dll.
f. Aglomerasi
Konsep Aglomerasi yaitu pola-pola pengelompokan/konsentrasi. Misalnya sekelompok penduduk asal daerah sama, masyarakat di kota cenderung mengelompok seperti permukiman elit, pengelompokan pedagang dan sebagainya. Di desa masyarakat rumahnya menggerombol/mengelompok di tanah datar yang subur
g. Nilai Kegunaan
Nilai Kegunaan adalah konsep geografi yang berkaitan dengan nilai guna dari suatu tempat yang berbeda beda..
h. Interaksi & Interpendensi
Konsep Interaksi dan Interdependensi yaitu keterkaitan dan ketergantungan suatu tempat dengan tempat lainnya. Misalnya antara kota dan desa sekitarnya terjadi saling membutuhkan.
i. Diferensiasi Area
Diferensiasi area adalah konsep geografi yang memandang bahwa setiap tempat memiliki karakteristik atau ciri yang berbeda.
j. Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan adalah konsep geografi yang menunjukan adanya keterkaitan antar wilayah, baik alam maupun sosial. Contoh tanaman teh biasanya berada di daerah pegunungan, pohon kelapa biasanya berada di dataran rendah.
2. Prinsip-Prinsip Geografi
- Prinsip Persebaran/Distribusi
Prinsip Persebaran adalah prinsip geografi yang berkenaan dengan persebaran gejala di permukaan bumi yang cenderung tersebar tidak merata.
- Prinsip Interelasi
Prinsip Interelasi adalah prinsip geografi yang berkenaan dengan hubungan timbal balik (interelasi) antara gejala yang satu dan gejala yang lainnya.
- Prinsip Deskripsi
adalah prinsip geografi yang berkenaan dengan pemaparan (deskripsi) suatu gejala di permukaan bumi baik melalui tulisan, tabel, diagram, peta, atau video.
- Prinsip Korologi
Prinsip Korologi (keruangan) adalah prinsip geografi
yang berkenaan dengan kajian gejala, fakta, dan masalah geografi ditinjau dari
aspek persebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang (permukaan bumi)
yang membentuk suatu integritas atau kesatuan tertentu
3. Pendekatan Geografi
a. Pendekatan Keruangan (spasial)
Pendekatan keruangan artinya geografi selalu melihat ruang dalam pengertian tiga dimensi, yaitu atas (atmosfer), bawah (litosfer), dan luasan (hidrosfer, biosfer, dan antroposfer)
b. Pendekatan Kelingkungan (ekologi)
Pendekatan kelingkungan artinya geografi selalu melihat bagaimana hubungan dan keterkaitan antara aspek fisikal dan makhluk hidup lainnya pada ruang permukaan bumi
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan Kompleks Wilayah artinya geografi selalu melihat ruang sebagai wadah yang memiliki keunikan atau perbedaan dengan wilayah lainnya sebagai hasil interelasi dan integrasi antara aspek fisik dan manusia yang berada di dalamnya.
Dalam Definisi Geografi dari Seminar dan Lokakarya Pertemuan Ilmiah Tahunan Ahli Geografi di Semarang pada tahun 1988 ditegaskan bahwa, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geografi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Menilik kepada definisi tersebut sangat jelas bahwa obyek utama dari ilmu geografi adalah konteks keruangan.
Sejarah Geografi
Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada awal perkembangan geografi adalah Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melakukan perjalanan menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang melakukan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal adalah dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan bahwa pad dasarnya bumi itu bulat dan Eratosthenes telah mampu menghitung keliling Bumi dengan hanya berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir bangsa Romawi.
Pada abad pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam mengembangkan ilmu geografi seperti Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun.
Kemudian pada abad ke-17 hingga abad ke-19 Ilmu geografi semakin menunjukkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh dengan menjadi bagian kurikulum yang lengkap di berbagai universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya adalah Bernard Varen (1622-1650) atau yang dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt (1769–1859) dikenal sebagai peletak dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918) asal Prancis merupakan pelopor posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geography yang berisi konsep man-land relation.
Ilmu Geografi selama abad ke-20 di Barat melewati empat fase utama :
- Determinisme lingkungan
Teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.
- Geografi regional.
Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
- Revolusi kuantitatif
usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
- Geografi kritis
Muncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi. Beberapa ahli yang beraliran ini diantaranya Yi-Fu Tuan, Karl Marx dengan pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.
Obyek Studi Geografi
Obyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni:
Objek Material
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:
- Litosfer (lapisan keras),
Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
- Atmosfer (lapisan udara),
Terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
- Hidrosfer (lapisan air),
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
- Biosfer (lapisan tempat hidup),
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
- Pedosfer (lapisan tanah),
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.
Objek Formal
Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,
- Aspek Keruangan,
Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai kepentingan.
- Aspek Kelingkungan,
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
- Aspek Kewilayahan,
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
- Aspek Waktu
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
Ruang Lingkup Geografi
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:
- Kajian terhadap wilayah (regional);
- Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah;
- Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya
Pendekatan Ilmu Geografi
Dalam geografi terpadu, para ahli geografi tidak hanya memfokuskan kajiannya pada objek material, tetapi lebih menekankan pada sudut pandang keilmuannya. Menurut Peter Hagget untuk menemukan masalah geografi, maka digunakan tiga bentuk pendekatan, yaitu :
- Pendekatan Keruangan
Fenomena geografi berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dan mempunyai pola keruangan/spasial tertentu (spatial structure).
- Pendekatan Ekologi
Fenomena geografi membentuk suatu rangkaian yang saling berkaitan di dalam sebuah sistem, dengan manusia sebagai unsur utamanya.
- Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis kompleks wilayah merupakan perpaduan antara analisis keruangan dan analisis ekologi.
Konsep Esensial Geografi
Para Ahli Geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan tahun 1988 menghasilkan sepuluh konsep esensial geografi, yaitu:
- Konsep Lokasi
Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok konsep lokasi dibedakan menjadi Lokasi Absolut dan Lokasi Relatif
- Konsep Jarak
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan perhitungan keuntungan berkaitan antar lokasi.
- Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan berhubungan dengan kemudahan interaksi dan caranya antar lokasi
- Konsep Morfologi
Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi.
- Konsep Aglomerasi
Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan.
- Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu tidak sama, tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan.
- Konsep Pola
Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi.
- Konsep Deferensiasi Areal
Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam ataupun kehidupan.
- Konsep Interaksi/ Interdependensi
Interaksi adalah kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat lainnya.
- Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang.
Prinsip-Prinsip Geografi
Dalam studi geografi Nursid Sumaatmadja membagi menjadi empat prinsip utama,
- Prinsip persebaran,
Bahwa gejala, kenampakan, dan masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebarannya sangat bervariasi.
- Prinsip interrelasi,
Bahwa antara komponen atau aspek-aspek lingkungan geografi senantiasa ada hubungan timbal balik atau saling keterkaitan satu sama lain.
- Prinsip deskripsi,
Merupakan cara pemaparan hasil pengkajian studi geografi terhadap gejala, fenomena atau masalah yang ada.
- Prinsip korologi,
Merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip di atas.
Struktur Ilmu Geografi
Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi beberapa percabangan,
Geografi Fisik
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik,
- Geologi
- Geomorfologi
- Meteorologi dan Klimatologi
- Hidrologi
- Oceanografi
- Biogeografi
- Kosmografi
- Pedologi
Geografi Manusia
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi manusia,
- Geografi Ekonomi
- Demografi
- Geografi Politik
- Etnografi
- Geografi Sosial
- Geografi Industri
- Geografi Pariwisata
- Geografi Sejarah
- Geografi Pertanian
- Geografi Transportasi
Geografi Regional
Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas,
- Geografi Regional berdasar Zonasi
Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa, Geografi Kota
- Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara, Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia
Geografi Teknik
Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi teknik terbagi atas,
konsep- konsep Geografi
1. Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena
geosfer. Konsep lokasi dibagi atas :
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan
sifatnya berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat,
sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan
sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola
pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan
eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang
adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.
7. Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada
makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain,
misalnya interaksi antara desa dengan kota.
9. Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama
lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan
wilayah yang lainnya.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur
yang lain pada suatu tempat.
Konsep Geografi
1. Globalisme
Konsep ini terwujud dari hasil studi tentang bumi sebagai suatu bentuk
“sphaira” atau bola, dan bumi sebagai bagian dari tata-surya. Bentuk bumi
seperti itu (speroid), peredarannya, dan hubungannya dengan matahari, menghasilkan
kejadian-kejadian penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain.
Inklinasi sumbu-sumbu dan revolusi bumi mengelilingi matahari menghasilkan
musim dan zona iklim; rotasi bumi menimbulkan gejala siang-malam, mempengaruhi
gerakan air dan udara. Studi tentang globe sebagai model (miniatur) dari bumi
memberikan dasar pengertian tentang grid-paralel dan meridian, yang selanjutnya
memberikan pengertian tentang waktu, letak geografis, hakikat skala, distorsi
peta.
Pengetahuan tentang hubungan bumi-matahari, grid, skala, distorsi peta itu
sangat mendasar bagi geografi.
2. Diversitas dan Variabilitas
Gejala-gejala permukaan bumi tidak sama dan tidak tersebar merata, menimbulkan
kebedaan atau diversitas dari tempat ke tempat. Ada tiga buah konsep penting
yang berkaitan dengan pengertian diversitas tersebut, yaitu pola, kebedaan
areal, dan regionalisasi.
a. Pola
Gejala-gejala alam yang tersebar tidak merata pada permukaan bumi membentuk
aneka ragam pola yang digambarkan pada peta dalam berbagai ragam skala.
Contohnya : pola iklim dunia, pola persebaran gunung-api, pola pengaliran
sungai Jeneberang, pola okupasi manusia (berladang, bertani, berdagang,
industri), pola pemukiman, pola lalu-lintas, dsb. Pola-pola dari berbagai ragam
gejala tersebut dapat digolong-golongkan dan dipelajari secara sistematis.
Gabungan dari berbagai macam pola di suatu tempat atau wilayah akan menentukan
ciri-ciri tertentu dan memberikan corak khas dari berbagai area. Keadaan areal
yang berbeda-beda tersebut menjadi perhatian para ahli geografi.
b. Kebedaan Areal
Kebedaan areal merupakan konsep dasar geografi. Pada umumnya kebedaan areal
tersebut mengacu kepada variabilitas dari permukaan bumi. Tidak ada dua tempat
atau kawasan di dunia ini yang identik sama.
Geografi terwujud karena hasrat manusia untuk mengerti tentang kebedaan
(diversitas) dari permukaan bumi, yaitu kebedaan areal. Dunia ini terdiri dari
tempat-tempat dan kawasan yang berbeda satu sama lain sebagai akibat dari
kejadian paduan (konfigurasi) gejala-gejala yang berada di atasnya.
c. Regionalisasi
Sungguhpun tidak ada dua tempat yang persis sama, namun ada wilayah-wilayah
geografis yang sedikit-banyak memiliki kesamaan. Wilayah yang relatif sama atau
homogen itu disebut kawasan atau region.
Lingkup kawasan (region) ditentukan oleh dasar alasan yang berbeda-beda,
tergantung tujuan penyelidikan. Ada yang dasarnya kesamaan tunggal, misalnya
penduduk; ada yang berdasarkan kesamaan jamak seperti iklim, vegetasi serta
pertanian. Kawasan juga dapat disatukan berdasarkan intensitas hubungan.
Kawasan fungsional demikian itu, contohnya sebuah pusat perdagangan di sebuah
kota. Batas-batas kawasan merupakan zona yang relatif sempit (jadi bukan
garis), dimana beberapa gejala atau kombinasi beberapa gejala menandai batas
tersebut. Kedudukan batas-batas kawasan dapat berubah-ubah dari tempat ke
tempat. Regionalisasi merupakan alat untuk dapat melakukan deskripsi dan
memiliki pengertian tentang aneka-ragam kawasan dalam kurun waktu tertentu.
Adapun geografi yang mempelajari kawasan atau region tersebut diberi nama
Geografi Wilayah atau Geografi Regional.
3. Lokasi Keruangan dan Areal
a. Ruang-bumi
Aristoteles percaya bahwa ruang merupakan kondisi logis bagi tercapainya
gejala-gejala. Newton menganggap ruang sebagai “wadah” dari obyek. Berkley
melihat ruang sebagai konsep mental berdasarkan koordinasi penglihatan dan
pendengaran kita. Leibniz mengartikan nilai sebagai suatu gagasan yang kita
ciptakan agar dapat menstruktur hubungan di antara obyek-obyek yang kita
pelajari. Bila obyek ditiadakan, maka ruang akan lenyap. Jadi menurut Leibniz,
ruang bersifat subyektif dan relatif. Pernyataan kita tentang ruang sangat
berbeda-beda berdasarkan latar-belakang ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Bagi geografi, yang dimaksud dengan ruang ialah ruang bumi, dan yang diartikan
sebagai “wadah” dari gejala-gejala maupun sebagai ciri dari obyek atau
gejala-gejala yang secara subyektif kita ciptakan. Ruang bumi diisi oleh segala
macam benda, obyek, atau gejala material dan non material yang terwujud pada
permukaan bumi. Asosiasi yang kompleks dari perwujudan berbagai gejala material
dan non material itu merupakan hasil dari proses perubahan yang kontinyu
(berkelanjutan) merupakan hasil proses dari urutan-urutan kejadian. Ada proses
fisik, proses biotik, dan juga proses budaya. Proses-proses tersebut saling
berinteraksi membentuk aneka ragam paduan (konfigurasi) gejala pada permukaan
bumi, merupakan sistem manusia-lingkungan (men-environment system) yang disebut
juga sebagai sistem keruangan (spatial system).
b. Situs
Situs (site) erat hubungannya dengan suatu gejala pada suatu letak fisis
(physical setting) pada areal yang ditempatinya. Karena itu untuk mengerti
tentang situs perlu pula mengerti tentang gejala-gejala fisis yang terdapat
pada setiap kawasan atau region.
Gejala-gejala yang biasanya diselidiki oleh geografer dalam menguraikan dan
menilai suatu situs ialah:
1) Bentuk-bentyuk permukaan (dataran rendah, pebukitan, pegunungan, lembah,
plato, pulau, semenanjung, dsb.).
2) Perairan (perairan air sungai dan air laut, drainage, sungai, danau, rawa,
lautan, dsb.).
3) Iklim (suhu, kelembaban, angin, curah hujan).
4) Tanah dan materi tanah.
5) Vegetasi (hutan, padang rumput, sabana, mangrove, dsb.).
6) Mineral (minyak bumi, batubara, emas, dsb.).
7) Situasi (situation), menjelaskan gejala dalam hubungannya dengan gejala
lain. Misalnya hubungan tempat dengan tempat. Dalam hal ini diperlukan konsep
jarak dan arah, juga hubungan fungsional antar tempat atau wilayah.
Isi lokasi bukanlah sekedar posisi atau kondisi atau situasi arah dan jarak
yang menyangkut tempat atau wilayah, tetapi juga menyangkut persebaran dari
gejala-gejala pada permukaan bumi
c. Ketersangkutpautan (interelatedness)
Para ahli geografi percaya akan adanya kebersangkut-pautan di antara
tempat-tempat pada permukaan bumi dan gejala-gejala pada suatu area.
Istilah-istilah seperti interdependensi, interkoneksi, interaksi keruangan, dan
assosiasi areal menguraikan dan menjelaskan saling hubungan antar tempat dan
antar gejala pada permukaan bumi.
1) Assosiasi areal
Assosiasi areal menyatakan identifikasi kepada hubungan sebab akibat
(kausalitas) antara gejala manusia dengan lingkungan fisiknya, yang menimbulkan
ciri-ciri yang berbeda-beda pada berbagai tempat dan wilayah. Preston James
menganggap konsep ini sebagai inti dari mana teori-teori geografi terbentuk.
Penekanan dari konsep assosiasi ialah menunjuk kepada adanya kombinasi atau
paduan (konfigurasi) dari gejala-gejala yang dapat menimbulkan kebedaan dari
tempat ke tempat. Contoh sederhana dari peristiwa ini ialah hubungan antara
persebaran penduduk dengan faktor kelembaban lingkungan.
2) Interaksi keruangan
Merupakan saling hubungan antara gejala-gejala pada tempat-tempat dan area-area
yang berbeda-beda di dunia. Semua tempat pada permukaaan bumi itu diikat oleh
kekuatan alam dan manusia (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia). Terjadi
gerak dari gejala-gejala tersebut dari tempat ke tempat; udara, air laut,
tumbuhan dan hewan, serta manusia. Setiap kejadian berkenaan dengan hal itu akan
mencerminkan adanya interaksi antar tempat. Manusia sebagai “pencipta” ilmu dan
teknologi mampu berinteraksi dan bergerak dalam ruang secara leluasa melalui
komunikasi dan transportasi. Migrasi dan bentuk-bentuknya misalnya terjadi di
mana-mana dan menimbulkan dampak baik positif maupun negatif terhadap kehidupan
sosio-budaya manusia. Semua itu menimbulkan peredaran/sirkulasi gejala-gejala
secara intensif di seluruh ruang di dunia.
(a) Peredaran atau sirkulasi : menyangkut gerak dari gejala fisik, manusia,
barang, dan gagasan (ide) ke seluruh penjuru dunia. Meliputi antara lain difusi
kebudayaan, distribusi, perdagangan, migrasi, komunikasi dan lain sebagainya.
(b) Interdependensi : Merupakan bentuk saling-hubungan karena peredaran
gejala-gejala. Dalam interdependensi, kadar ikatannya lebih kuat dan lebih
nyata daripada peristiwa interrelasi. Dunia sekarang sebenarnya merupakan
masyarakat-masyarakat dunia dengan saling ketergantungan yang kuat di antara
negara-negara (Asean, MEE, PBB).
(c) Perubahan : Salah satu aspek paling penting di dalam geografi dunia ialah
ciri dinamika dari gejala-gejala. “Panta Rhei” kata Heraklites, yang artinya
“semua mengalir”. Memang di dunia ini tidak ada yang diam mutlak; apakah itu
gejala alami maupun gejala buatan manusia. Manusia bersama alam mengubah
ciri-ciri dari bumi.
Geografi merupakan studi tentang masa kini. Tetapi untuk mengetahui masa
sekarang, perlu mengetahui pula masa lalu (sejarah). Dalam hal ini geografi
melakukan rekonstruksi kejadian-kejadian. Perubahan yang tercantum pada peta
menunjuk kepada perubahan tempat dan wilayah pada permukaan bumi.
Erat hubungannya dengan konsep perubahan, ialah konsep proses. Proses ialah
kejadian yang berurutan yang menimbulkan perubahan, dalam batas waktu tertentu.
Permukaan bumi ini menjadi begitu kompleks karena adanya proses-proses dalam
berbagai tingkat dan tempo (Preston James). Ada tiga macam proses, yaitu proses
fisik, proses biotik, dan proses sosial. Di dalam geografi ketiga macam proses
tersebut dalam kenyataannya adalah satu proses utuh; penggolongan tersebut
(analisis kategori) hanya berlaku dalam penyelidikan dan kajian saja.
e. Wilayah Kebudayaan
Salah satu konsep dari Geografi modern ialah menyangkut penyesuaian dan
pengawasan manusia (kontrol) terhadap lingkungan fisiknya. Keputusan yang
diambil manusia tentang penyesuaian dan pengawasan terhadap lingkungan fisis
tersebut sangat ditentukan oleh pola kebudayaan yang dimiliki oleh
masing-masing masyarakat. Kebudayaan dapat diartikan secara sempit dan secara
luas. Secara sempit sebagai aspek yang menarik seperti kesenian, tata-krama,
ilmu dan teknologi. Secara luas kebudayaan diartikan sebagai hasil dari daya
akal atau daya budi manusia yang merupakan keseluruhan yang kompleks menyangkut
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, hukum dan lain-lain. Kemampuan
atau kebiasaan yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat (E.B.Taylor).
Di dalam Geografi, kebudayaan diartikan secara luas. Herskovits mengartikannya
sebagai “man-made part of the environment”, sedang C.Kluckhohn sebagai “way of
live”. P.V. de la Blache menyebutnya sebagai “genre de vie”, yaitu tipe-tipe
proses produksi yang dipilih manusia dari kemungkinan-kemungkinan yang
diberikan oleh tanah, iklim, dan ruang yang terdapat pada suatu wilayah atau kawasan,
serta tingkat kebudayaan (dalam arti sempit) di wilayah tersebut.
(buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing
mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli
sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi
(space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan
di muka bumi.
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu melihat satu kesatuan
komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan
bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi
keruangan di wilayah yang bersangkutan. Geografi pun mengajarkan kearifan
teknologi dalam mengelola alam lingkungan hidupnya manusia.
Konsep adalah pengertian-pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep
essensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapkan
atau menggambarkan corak abstrak fenomena essensial dari obyek material bidang
kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen penting dalam
memahami fenomena yang terjadi.
1. Konsep Lokasi
Terdapat dua pengertian lokasi yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Yang
dimaksud dengan lokasi absolut adalah lokasi yang berhubungan dengan posisi
menurut koordinat garis lintang dan garis bujur. Contoh : Indonesia terletak
diantara 60 LU-110 LU dan diantara 950 BT-1410 BT.
Sedangkan yang dimaksud dengan lokasi relatif adalah lokasi berdasarkan
lingkungan sekitarnya. Contoh : Indonesia terletak antara Benua Asia dan
Australia.
2. Konsep Jarak
Dalam kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi
jarak dapat diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam
satuan panjang kilometer dan jarak waktu yang diukur dengan satuan waktu(jarak
tempuh).
3. Konsep Keterjangkauan/Accessibility
Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau dipengaruhi oleh lokasi,
jarak dan kondisi tempat. Misalnya, suatu daerah pedalaman yang hanya terdapat
jalan setapak tentu merupakan daerah yang sulit dapat dijangkau.
4. Konsep Pola
Pola merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola
adalah pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau
sungai.
5. Konsep Geomorfologi
Yang dimaksud geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi. Ilmu geografi tidak terlepas dari bentuk-bentuk permukaan bumi,
seperti pegunungan, perbukitan, lembah dan dataran. Hal inilah yang menyebabkan
permukaan bumi merupakan obyek studi geografi.
6. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkait
dengan aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan kawasan industri, pusat
perdagangan dan daerah pemukiman.
7. Konsep Perbedaaan Wilayah
Terdapat perbedaan antara wilayah satu dengan wilayah lain. Perbedaan ini
kemudian menimbulkan suatu hubungan atau interaksi suatu wilayah dengan wilayah
lainnya.
8. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu sumber bersifat relatif.
Misalnya pantai mempunyai nilai kegunaan yang tinggi sebagai tempat rekreasi
bagi warga kota yang selalu hidup dalam keramaian, kebisingan dan kesibukan.
9. Konsep Interaksi
Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara suatu
gejala dengan gejala lainnya. Contohnya adalah perbedaan kondisi antara daerah
pedesaan dan perkotaan yang kemudian dapat menimbulkan suatu kegiatan interaksi
seperti halnya penyaluran kebutuhan pangan, arus urbanisasi maupun alih
tehnologi.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu
keterkaitan keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu
wilayah dengan ketebalan lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur
dengan kesulitan air.
Banyak ahli geografi mengajarkan dan terus mencari konsep yang relevan atas
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan geografi ini penting untuk memahami apa saja
yang kita kerjakan setiap hari atau pada saat-saat tertentu, dan bagaimana
kegiatan rutin sehari-hari (seperti berangkat ke tempat kerja/sekolah)
mempengaruhi lingkungan sekeliling kita (misalnya kemacetan, atau polusi udara
yang memberi sumbangan pada pemanasan global). Penekanan ini membawa kegiatan
sehari-hari pada konteks yang lebih besar - terutama konteks keruangan -
sehingga meningkatkan kesadaran kita pada kegiatan dan kehidupan pribadi, dan
konteks sosio-spatial mulai dari skala kecil (lingkungan tempat tinggal) sampai
skala besar (global). Kita sering beranggapan bahwa kita tidak perlu
mempelajari geografi karena toh kita sudah "tahu". Praktisi geografi
yang naif menganggap "Geografi lebih banyak merupakan pengetahuan
umum" - mereka bahkan menunjukkan bahwa pengetahuan geografi mereka yang
naif adalah salah atau sangat tidak lengkap (lihat saja kuis-kuis yang banyak di
televisi seperti "Kuis Siapa Berani" atau "Who Wants to be a
Millionaire"). Banyak orang tidak ingin mempercayai bahwa mereka harus
mengetahui konsep geografi seperti lokasi, pengenalan tempat, penghitungan
jarak, persebaran dan konteks regional. Untuk menggambarkan kelemahan keadaan
ini, penulis akan memberikan contoh yang menunjukkan bahwa ternyata masyarakat
menerapkan geografi - bahkan jika mereka tidak tahu bahwa mereka melakukannya.
Berikut adalah daftar kegiatan yang kita semua lakukan.
Hal-hal berbau geografis yang anda lakukan :
1.Memilih di mana anda tinggal.
2.Memilih bagaimana atau lewat mana anda pergi ke tempat kerja.
3.Mencari di mana pasar, supermarket, pertokoan, dokter atau sekolah terdekat.
4.Memilih tempat berlibur dan bagaimana cara pergi ke sana.
5.Memahami perubahan lingkungan lokal dan global sehingga mempengaruhi jenis
pakaian apa yang anda akan bawa/beli jika anda akan mengunjungi suatu tempat.
6.Pada sebuah perjalanan yang panjang dengan kendaraan sendiri, memperkirakan
di mana kota yang cukup besar sehingga anda akan bisa mencari penginapan untuk
beristirahat.
7.Mengetahui dimana restoran masakan etnis/negara tertentu berada dalam sebuah
kota.
8.Mengetahui lokasi yang disebutkan pada siaran berita baik nasional maupun
internasional.
9.Menyiapkan materi-materi yang dibutuhkan untuk pergi ke suatu tempat
(nasional maupun internasional) misalnya untuk pekerjaan.
10.Berjalan-jalan di sekitar rumah dan kembali dengan selamat.
11.Mencari mobil anda di tempat parkir.
12.Berjalan di rumah anda dalam keadaan gelap - misalnya karena mati listrik -
tanpa menabrak perabotan atau tembok.
13.Mencari jalan kembali ke hotel di kota yang baru pertama kali anda kunjungi.
14.Mencari di mana tempat rekreasi.
15.Memilih tim olahraga (sepakbola, basket) yang anda sukai.
16.Memilih koran yang akan anda beli.
17.Mengerti akan interaksi internasional dan aliran barang yang membuat barang
konsumsi anda tetap segar di toko langganan anda.
18.Mengetahui apakah Padang lebih utara atau selatan dibandingkan Samarinda.
19.Mengerti mengapa sulit membangun rumah di tempat berlereng dengan tanah yang
tidak stabil.
20.Bertanya-tanya kenapa orang tetap saja tinggal di tempat yang sering
kebanjiran, kebakaran, gempa bumi, emisi listrik tegangan tinggi atau terkena
polusi industri.
Penulis mencoba menjabarkan beberapa konsep geografi dan konsep spatial dari
daftar di atas menjadi sebagai berikut :
1.Masalah Lokasi : Di mana saya parkir ? Mungkin ini pertanyaan yang paling
sering (dan menjengkelkan) dijumpai dan merupakan salah satu pengenalan lokasi
- hal mendasar dalam geografi.Geografi adalah ilmu yang menekankan pada lokasi
dan tempat. Mempelajari pola kota-kota di Jawa Tengah, perladangan di
Kalimantan, pertambangan emas di Afrika Selatan atau sumber berjangkitnya
penyakit di Jakarta secara esensi sama dengan mencari lokasi sekolah untuk anak
anda, toko, tempat rekreasi, masjid, gereja, dan restoran. Kita menyerap
informasi ini secara visual dari siaran berita televisi atau iklan, kita
mendapatkan deskripsi tertulis dari koran, jurnal, majalah, kita mendengar
lewat siaran radio, atau mungkin mendapatkan informasi itu dari teman, tetangga
atau karena melihat langsung saat melewati tempat-tempat itu. Informasi yang
kita serap tentang tempat dan lokasinya itu geografis - merujuk pada suatu
tempat. Saat kita terlibat percakapan tentang suatu peristiwa yang sedang
hangat, kita mengutip informasi yang diambil dari memori otak kita, atau yang
sudah diolah dengan proses informasi spatial. Ini membutuhkan integrasi dari
sejumlah informasi spatial yang berbeda sehingga memberikan pengertian yang
lebih baik atas suatu masalah. Jadi, dimana anda parkir tadi ? Apakah dekat
dengan tanda tertentu ? Apakah di blok atau lantai tertentu ? Apakah dekat
dengan pintu masuk tempat parkir ? Apakah menghadap jalan atau menghadap gedung
? Apakah dekat atau jauh dengan pintu masuk gedung ? Dari mana anda masuk ke
gedung tersebut ? Dari mana keluarnya ? Untuk menjawab pertanyaan ini
melibatkan pencarian pada "mental map" yang sudah terbentuk dari
pengalaman anda atau dari yang anda lihat. Dan apa yang lebih simbolis pada
pemikiran geografis dari pada membuat (pada memori anda) dan menggunakan peta
untuk memecahkan masalah lokasi anda ? Fakta sederhana ini mengubah dunia
teknologi informasi. Informasi menjadi ber-"georeferensi" pada
derajat yang terus meningkat: mempelajari sifat keruangan inilah yang merupakan
jantung dari Ilmu Informasi Geografis, dan teknologi SIG/GIS menggunakan
metafora geografis dan keruangan sebagai antarmuka dan mesin pencari atas data
yang bisa diakses secara digital.
2.Meng-overlay sejumlah informasi : Mencari tempat untuk tinggal adalah hal
yang diperlukan semua orang. Keterlibatan geografi menjadi sangat penting dalam
hal ini. Di mana anda mencari ? Dalam konteks hubungan lokasional antara tempat
tinggal dan tempat kerja, geograf mendapatkan bahwa kedekatan spatial ke tempat
kerja sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, selebihnya dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, sosial dan hambatan lainnya. "Ketidakcocokan
spatial" terjadi jika seseorang harus tinggal jauh dari tempat dia kerja -
misalnya seseorang harus tinggal jauh dipinggir atau bahkan di luar kota karena
tidak mampu menyewa atau membeli rumah yang dekat dengan tempat kerjanya.
Bahkan keadilan sosial didasarkan atas konsep geografis dan informasi
geografis.
Di Amerika Serikat, jika kita ingin mencari tempat tinggal, agen dari perumahan
akan bertindak sebagai perantara yang membantu memberikan beberapa alternatif
(untuk disewa atau dibeli). Mereka mempelajari ekonomi, sosial, budaya, usia,
pendapatan dan karakteristik keluarga calon pembeli dan mencocokkannya dengan
kualitas rumah dan karakteristik lingkungan. Tetapi jika kita lihat lagi, ada
sejumlah paradoks geografis yang menarik. Misalnya, harga tanah di sebagian
besar daerah yang terletak di pusat kota sangat tinggi karena lokasinya dan
kemudahannya mencapai daerah lainnya di kota tersebut. Tetapi ternyata bagian
pusat kota lebih banyak dihuni oleh penduduk yang berpendapatan sedikit. Mereka
rela tinggal di areal tempat tinggal yang sempit dan berdesak-desakan beberapa
keluarga (pada suatu apartemen atau rumah). Paradoksnya - seperti dinyatakan
oleh ilmuwan regional William Alonso sekitar lima puluh tahun yang lalu -
adalah di banyak kota penduduk yang berpendapatan sedikit menempati daerah yang
paling mahal dan terpaksa menggunakan sedikit tempat dengan basis perkapita,
sehingga menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di bagian itu, sedangkan
penduduk yang berpendapatan tinggi tinggal di daerah yang lebih murah ke arah
pinggir kota tetapi lebih luas, sehingga kepadatan penduduk di daerah itu
(pinggir kota) menjadi lebih rendah dibanding di pusat kota. Hasilnya adalah
"gradien kepadatan" penduduk menurut jarak dari pusat kota dan satu
dari generalisasi yang banyak digunakan oleh para geograf tentang fenomena
distribusi spatial - bahwa kejadian dari banyak hubungan menunjukkan
pengurangan menurut jarak atau penurunan frekuensi atas jarak dari pusatnya.
Generalisasi ini juga berlaku pada frekuensi migrasi, panggilan/penggunaan telepon,
dan banyak kegiatan lainnya.
Hasilnya adalah kepadatan penduduk yang tinggi di bagian paling tengah kota dan
kepadatan rendah di pinggir kota - fakta yang mudah diamati dari kehidupan
sehari-hari tetapi kita tidak sadar bahwa itu termasuk geografi. Geograf atau
ahli geografi, mencoba memahami lingkungan kota dan membakukan
"pengetahuan umum" ini dengan membangun teori dan membuat kebijakan
darinya. Dengan demikian, kejadian sehari-hari yang "kita semua
tahu", tetapi membutuhkan pengetahuan yang formal untuk menyatakan dan
mempengaruhi kebijakan kota, mencapai kelengkapan dengan menanyakan pertanyaan
geografi sederhana - di mana orang tinggal dan mengapa di sana ?
3.Di mana saya ? Mengetahui di mana anda berada sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain, tidak mengetahui di mana anda berada berarti
anda tersesat. Seorang penglaju yang menggunakan KRL mungkin tidak akan begitu
peduli di mana dia berada saat dalam perjalanan. Tetapi lupa akan sebuah
penanda yang menjadi petunjuk lokasi secara absolut atau relatif di mana dia
berada akan membuat perjalanannya menjadi kacau - misalnya terlewat atau
mungkin belum sampai tetapi sudah turun - dan memaksa untuk mencari tahu lagi
untuk mencapai tujuan. Contoh lainnya, mengetahui di mana anda berada, mencari
arah ke tempat fasilitas umum, memilih aktivitas (misalnya, daerah/bank/toko
mana yang harus dikunjungi), kegiatan sosial (misalnya, Apakah sekarang lebih
dekat ke rumah teman atau ke bioskop ?), atau kegiatan lainnya baik sudah atau
belum direncanakan yang bergantung pada pengetahuan anda atas lokasi anda
berada.
Konsep dasar geografi yg esensial, ada 10 yaitu :
1. Konsep Lokasi : Letak suatu tempat di permukaan bumi.
1.1. Lokasi Absolut : Tempatnya tetap.
1.2. Lokasi relative : tempatnya bias berubah karena factor tertentu.
2. Konsep jarak : Jark antara tempat satu ke tempat lain.
2.1. Jarak Absolut : Diukur dgn satuan ukuran.
2.2. Jarak relative : Dikaitkan factor waktu ekonomi dan psikologis.
3. Konsep keterjangkauan :
Hub. Antara satu tempat dgn tempat yg lain, dikaitkan dgn sarana dan prasarana
angkutan.
4. Konsep pola :
Berkaitan dgn persebaran fenomena geosfer di permukaan bumi.
Contoh : Persebaran flora dgn fauna.
5. Konsep Morfologi :
Berkaitan dgn fauna bentuk permukaan bumi, sebagai akibat tenaga eksogen dan
endogen.
Contoh : Pegunungan, lembah, dataran rendah.
6. Konsep Aglomerasi :
Pemusatan penimbunan suatu kawasan
contoh : kawasan industri, pertanian, pemukiman.
7. Konsep nilai kegunaan :
Suatu nilai guna tempat –tempat di bumi.
Contoh : tempat wisata.
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi :
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala di muka bumi.
Contoh : Antara desa dgn kota.
9. Konsep Deferensiasi Areal:
Fenomena yg berbeda antara tempat yg satu dgn yg lain.
Contoh : Areal pedesaan khas dan corak persawahan.
10. Konsep keterkaitan keruangan :
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dgn fenomena lain.
Contoh : daerah pantai pada umumnya bermata pencaharian nelayan.
1. Konsep Lokasi
Konsep ini berkaitan dengan letak suatu tempat di permukaan bumi.
Konsep ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Lokasi Absolut : Lokasi yang tetap dan tidak berubah ubah.
Contoh: Suatu tempat dilihat dari garis lintang dan garis bujur.
b. Lokasi Relatif : Lokasi yang berubah dipengaruhi oleh faktor tertentu.
Contoh: Bali dulu termasuk waktu indonesia bagian barat, sekarang termasuk
waktu wilayah indonesia tengah.
2. Konsep Jarak
Konsep ini berkaitan dengan Jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Konsep ini terbagi menjadi dua yaitu:
• Jarak Absolut: Jarak yang diukur dengan satuan ukur
Contoh: jakarta sampai ke karawang = 63km
• Jarak Relatif: Jarak yang berkaitan dengan faktor waktu, ekonomi,dll.
Contoh: Satu jam pelajaran = 45 menit
3. Konsep Keterjangkauan
Hubungan antara satu tempat dengan satu tempat yang lain dikaitkan dengan
keadaan permukaan bumi dan tersedianya sarana dan prasarana angkutan atau alat
komunikasi. (Mudah/Sulitnya suatu lokasi untuk dijangkau).
Contoh : Sarana angkutan kota terhadap kehidupan manusia
4. Konsep Pola
Konsep ini berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer dipermukaan bumi.
Contoh: Persebaran jenis flora,fauna,dll
5. Konsep Morfologi
Konsep ini berkaitan dengan bentuk pemukaan bumi, sebagai akibat dari tenaga
endogen dan eksogen.
Contoh: Pegunungan, lembah,dll yang dimanfaatkan bagi kehidupan manusia
6. Konsep Aglomerasi
Konsep ini berkaitan dengan pemusatan, penimbunan, pengelompokan pada suatu
tempat atau kawasan.
Contoh : Kawasan industri, pertanian, pemukiman.
7. Konsep Nilai Kegunaan
Konsep ini berkaitan dengan nilai guna tempat-tempat dipermukaan bumi berkaitan
dengan manfaat dari fenomena yang ada dan bersifat relatif
Contoh : Nilai guna daerah pegunungan, laut, sungai, bagi setiap orang.
8. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala dimuka bumi.
Contoh : Perbedaan desa dan kota
9. Konsep Deferensi Areal (Perbedaan Wilayah)
Fenomena yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Konsep ini
berkaitan dengan perbedaan corak antara wilayah dipermukaan bumi dengan
ciri-ciri khusus yang membedakan dengan daerah lain atau disebut region.
Contoh: Corak khas wilayah pedesaan
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain disuatu tempat atau
ruang.
Contoh: Daerah pantai pendudukya bermata pencaharian sebagai nelayan karena
dekat laut.
Pembangunan pabrik semen perlu memperhatikan keberadaan gunung batu kapur,
sarana transportasi, dan pemasaran.
Konsep Geografi yang berkaitan dengan hal itu adalah…..
A. konsep diferensiasi area
B. konsep interaksi/independensi
C. konsep keterkaitan keruangan
D. konsep keterjangkauan
E. konsep lokasi
Kupasan:
● Soal ini
mengacu pada:
- Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 1:
Menganalisis hakikat, obyek, ruang lingkup, prinsip, konsep,
aspek, dan pendekatan Geografi.
- Kemampuan Yang Diuji (KYD):
Menjelaskan penggunaan konsep dasar dan pendekatan
Geografi dalam rangka memahami fenomena geosfer.
- Materi: Konsep Geografi.
- Kelas/semester: X/1.
●Indikator
soal:
Disajikan stimulus tentang pembangunan pabrik semen perlu
memperhatikan keberadaan gunung kapur, sarana transportasi,
dan pemasaran, siswa dapat mengemukakan konsep Geografi
yang dimaksud.
● Ranah:
kognitif—penerapan (C3).
● Tingkat
kesulitan soal: sedang.
● Stimulus,
stem/kalimat soal dan pilihan jawaban yang disajikan
mudah dimengerti oleh siswa, instruktif dan operasional.
● Penekanan
soal tersebut terletak pada konsep keterkaitan
keruangan. Konsep keterkaitan keruangan adalah: konsep yang
menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena
dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan, baik
yang menyangkut fenomena alam, tumbuh-tumbuhan, maupun
sosial. Konsep ini disebut pula dengan konsep asosiasi keruangan
(Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2007:10—11).
Derajat keterkaitan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan
antara fenomena pembangunan pabrik semen yang tidak bisa
dipisahkan dengan fenomena keberadaan gunung batu kapur,
sebab bahan mentah/bahan baku pabrik semen adalah batu kapur.
Di sisi lain pembangunan pabrik semen terkait pula dengan
fenomena sarana transportasi untuk mengangkut bahan
mentah/bahan baku dari gunung batu kapur menuju pabrik di
satu sisi, dan untuk mengangkut semen hasil produksi pabrik
tersebut menuju pasar. Untuk bisa menjual produksinya, pabrik
tersebut juga terkait adanya fenomena pemasaran. Laku tidaknya
semen yang diproduksi pabrik tersebut terkait dengan fenomena
pemasaran yang ada.
● Dengan
demikian soal tersebut jawabannya adalah: C.
● Tambahan:
Untuk mempertegas hal di atas, perlu ditambahkan pengertian
dari masing-masing konsep yang dijadikan pilihan jawaban pada
soal nomor 1 untuk paket A dan nomor 2 untuk paket B,
khususnya untuk pilihan jawaban A, B, D, dan E.
- Konsep diferensiasi area adalah konsep dalam Geografi yang
digunakan untuk mempelajari perbedaan gejala Geografi antara
daerah/wilayah yang satu dengan lainnya di permukaan Bumi
yang berpengaruh pada aktifitas manusia.
Contoh: batuan induk penyusun daerah Malang Utara berbeda
dengan batuan induk penyusun daerah Malang Selatan. Batuan
induk penyusun daerah Malang Utara adalah batuan induk
vulkanis, sedang Malang selatan batuan induknya adalah batuan
kapur (karst).
- Konsep interaksi/interdependensi adalah konsep dalam
Geografi yang digunakan untuk mempelajari adanya hubungan
timbal balik dan saling ketergantungan antara suatu
daerah/wilayah dengan daerah/wilayah lainnya.
Contoh: hubungan timbal balik dan saling ketergantungan
antara desa dengan kota. Desa menghasilkan bahan pokok dan
bahan mentah/bahan baku yang dibutuh oleh kota, sedang kota
menghasilkan barang-barang industri yang dibutuhkan oleh
desa. Lantaran itulah kedua wilayah tersebut saling
membutuhkan hingga terjadilah interaksi/interdependensi antara
masyarakat desa dengan masyarakat kota.
- Konsep keterjangkauan adalah konsep dalam Geografi yang
digunakan untuk mempelajari hubungan melalui transportasi
dan komunikasi suatu daerah/wilayah yg dipengaruhi oleh
faktor jarak, kondisi medan (kondisi daerah/wilayah), dan
ada/tidak adanya sarana angkutan dan komunikasi yang
berpengaruh pada aktifitas manusia. Berdasarkan hal ini ada
daerah/wilayah/tempat yang mudah dijangkau dan ada pula
daerah yang sulit dijangkau (sering disebut daerah
terasing/terisolasi/terpencil). Konsep ini sering pula disebut
dengan konsep aksesibilitas (accessibility).
Contoh: daerah-daerah di pedalaman Papua merupakan daerah-
daerah yang sulit dijangkau, mengingat daerahnya
berpegunungan tinggi (berelief sangat kasar) sehingga pesawat
terbang perintis merupakan sarana transportasi penting. Itupun
hanya pada jam-jam tertentu ketika cuaca tidak berkabut.
Sebaliknya Jakarta dapat diakses dengan berbagai sarana
transportasi dan komunikasi secara mudah dan cepat.
- Konsep lokasi adalah konsep dalam Geografi yang digunakan
untuk menjelaskan letak/posisi suatu gejala Geografi di
permukaan Bumi yang berpengaruh pada aktifitas manusia.
Konsep lokasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Lokasi absolut, ialah konsep lokasi yang berdasarkan
grid/koordinat (sering pula disebut letak astronomis), bersifat
mutlak/tetap. Untuk daerah yang relatif sempit menggunakan
1 (satu) garis lintang dan 1 (satu) garis bujur, sedang untuk
daerah/wilayah yang relatif luas menggunakan 2 (dua) garis
lintang dan 2 (dua) garis bujur.
Contoh: lokasi absolut Kota Malang adalah 8°LS dan
112°30’BT, sedang lokasi absolut Indonesia adalah antara
6°LU--11°LS dan 95°BT--141°BT.
b. Lokasi relatif, ialah konsep lokasi yang berdasarkan keadaan
sekitarnya atau juga berdasarkan peninjaunya, sehingga letak
ini bisa berubah-ubah. Lokasi relatif ini sering pula disebut
letak Geografis.
Contoh: Kota Malang terletak di sebelah selatan Kota
Surabaya dan terletak di sebelah utara Kepanjen. Contoh lain,
Indonesia terletak antara benua Asia dan benua Australia dan
terletak antara samudera Pasifik dan samudera Hindia.
Sumber:
1. Akhwan Nurhasan, dkk. 2009. Geografi (Lembar Kerja dan Tugas Siswa.
Surabaya: Bintang Karya.
2. Gunawan Totok, dkk. 2007. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: Inter Plus.
3. Harmanto Gatot. 2008. Geografi Bilingual. Bandung: Yrama Widya.
4. Nianto Mulyo Bambang dan Suhandini Purwadi. 2004 & 2007. Kompetensi
Dasar Geografi 1. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
5. S. Sri Lestari. 2007. Geografi untuk SMA dan MA Kelas X. Bandung: PT Sarana
Panca Karya Nusa.
6. Sudarsono Agus. 2009. Geografi Kontekstual. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
7. Udayanti Atik dan Effendi Johan. 2008. Seri Pendalaman Materi Geografi SMA
dan MA. Jakarta: Erlanga.
Pengertian Konsep Geografi
Konsep geografi(Nursid Sumaatmadja) adalah pola abstrak yang berkenaan dengan
gejala-gejala konkret tentang Geografi. Pada dasarnya konsep geografi terbagi
ke dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut
1.Konsep Geografi secara Denotatif
Konsep Geografi secara denotative dapat menjelaskan berbagai pengertian gejala
Geografi berdasarkan definisi atau kamus. Contoh : Erosi merupakan proses
pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat
lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di atas permukaan bumi.
2. Konsep Geografi secara Konotatif
Konsep Geografi konotatif memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan
arti secara harfiah. Di dalamnya menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan
konsep yang dibahas antara lain persebarannya, faktor pendorongnya, jenisnya,
dan proses pembentukannya. Konsep Geografi bermanfaat untuk membimbing kita
dalam berfikir dari sudut pandang Geografi. Berikut ini akan dijelaskan tiga
pendapat yang mengungkapkan tentang konsep Geografi :
Konsep Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI)
1.
Konsep Lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena
geosfer dan konsep yang digunakan untuk menjawab pertannyaan where(dimana)
terjadinya fenomena. Konsep lokasi dibagi atas : - Lokasi Absolut Lokasi
berdasarkan garis lintang dan garis bujur, dan sifatnya tetap. Contoh :
Indonesia terletak di 6˚LU - 11˚LS dan 95˚BT - 141˚ BT - Lokasi Relatif Lokasi
yang artinya berubah-ubah karena dipengaruhi daerah sekitar. Contoh : Bagi
seseorang yang tinggal di kec. Kepanjen, lokasi Stadion Kanjuruhan tidaklah
jauh. Namun menurut orang yang tinggal di kec. Batu lokasi Stadion kanjuruhan
cukup jauh.
2.
Konsep Jarak yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas : - Jarak
absolute : satuan panjang yang diukur dengan kilometer. -Jarak Relatif : jarak
tempuh yang menggunakan satuan waktu.
Konsep jarak berkaitan dengan lokasi, kehidupan social, ekonomi, dan bersifat
relative. Jarak juga berpengaruh terhadap harga dan nilai barang. Contoh : o
Harga tanah akan semakin mahal jika jaraknya berdekatan dengan jalan raya o
Harga produksi pertanian akan lebih mahal di pasar yang letaknya jauh dari dari
pusat produksi dari pada pasar yang letaknya lebih dekat dengan tempat produksi
3.
Konsep Keterjangkauan Menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat,
sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan
sebagainya. Contoh: Daerah yang terletak dipedalaman hutanyang lebat akan
terisolir dari daerah luar karena tidak adanya akses untuk menuju kesana.
4.
Konsep Pola Pola adalah sesuatu yang berulang sehingga menampakkan suatu bentuk
yang konsisten. Konsep pola berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer di
permukaan bumi. seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan
lain-lain. Contoh: Pola permukiaman penduduk biasanya terkait dengan
ketersediaan SDA, sungai, jalan, dan bentuk lahan.\
5.
Konsep Morfologi Menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan
eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Dengan
konsep morfolofi, orang akan mudah memperkirakan potensi lahan tertentu. Contoh
: Daerah pegunungan cocok digunakan untuk pertanian dan perkebunan
6.
Konsep Aglomerasi atau Konsep Mengelompok Berkaitan dengan kecenderungan
penyebaran obyek geografi di permukaan bumi. Pengelompokan fenomena di suatu
kawasan biasanya karena adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif
Contoh : - Adanya daerah kumuh dan daerah elit - Pengelompokan industry disuatu
tempat (aglomerasi industri) - Didaerah pedesaan, pemukiman akan mengelompok di
dekat lahan pertanian atau dekat dengan sumber air.
7.
Konsep Nilai Guna Konsep nilai guna, yaitu nilai sesuatu yang ditentukan atau
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lokasi, jarak, dan keterjangkauan.
Manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup,
tidak akan sama pada semua orang.
8.
Konsep Interaksi atau Interdependensi Menyatakan bahwa sesuatu yang ada di
permukaan bumi terkait dengan objek lain dan tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : interaksi antara desa dengan kota, orang kota membutuhkan bahan pangan
dari desa dan sebaliknya orang desa membutuhkan alat-alat elektronik dan
alat-alat produksi dari kota. i) Konsep Diferensiasi Areal Konsep diferensiasi
areal, yaitu konsep yang memandang bahwa tidak ada suatu ruang di permukaan
bumi yang sama. Pasti suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. daerah-daerah
yang terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak
yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
9.
Konsep Keterkaitan Ruang Memandang bahwa setiap kehidupan di suatu ruang tidak
terlepas dari kehidupan di ruang sekitarnya. Konsep ini hampir sama dengan
konsep interaksi, perbedaannya pada lingkup yang lebih luas. Jadi dapat
diartikan sebagai, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang
lain pada suatu tempat. Contoh: Daerah pantai penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan, karena dekat laut. Ruang Kota Jakarta terkait dengan ruang
Kota Bandung. Setiap akhir pekan, jalur atau jalan sekitar Puncak-Bogor selalu
macet karena banyak orang Jakarta yang ingin berlibur di Bandung.
Konsep Geografi Menurut Henry J.Warman
Henry J.Warman mengemukakan 15 konsep Geografi yang dapat dipergunakan sebagai
landasan untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terrdapat di permukaan bumi.
Dengan demikian, dapat dipahami adanya hubungan sebab-akibat, hubungan fungsi,
proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah Geografi yang terrdapat dalam
kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :
1) Konsep Regional (Regional concept).
2) Konsep Ruang Kehidupan (Life layer concept).
3) Konsep manusia sebagai makhluk yang paling dominan (Man ecological dominant
concept).
4) Konsep Global (Globalism concept).
5) Konsep Interaksi Keruangan (Spatial interaction concept).
6) Konsep Hubungan Antartempat (Areal relationship concept).
7) Konsep tempat yang sama (Areal likenesses concept).
8) Konsep perbedaan tempat (Areal differences concept).
9) Konsep keunikan tempat (Areal uniquenesses concept).
10) Konsep persebaran lokasi (Areal distribution concept).
11) Konsep lokasi relative (Relative location concept).
12) Konsep perbandingan keuntungan (Comperative advantage concept).
13) Konsep perubahan yang terus-menerus (Perpetual transformation concept).
14) Konsep penetapan sumber budaya (Culturally defined resources concept).
15) Konsep Bumi bulat pada bidang datar (Round Earth on flat paper concept).
Konsep Geografi Menurut Getrude WippleGetrude Wipple kemudian menyederhanakan
15 konsep tersebut menjadi lima konsep utama,
yaitu sebagai berikut :
a. Bumi sebagai sebuah planet (The Earth as a planet).
b. Keragaman cara hidup (Varied ways of living).
c. Keragaman region alam (Varied natural regions).
d. Arti manfaat region bagi manusia (Significance of region to man).
e. Peranan lokasi dalam memahami berbagai kejadian didunia (The importance of
location in understanding world
affairs).
A. Geografi Secara Umum
1. Pengertian Geografi
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu
pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”.
Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata
geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan
tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti
geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde
(Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan
bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung
di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin
maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus
berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan.
Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi
ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi
telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya
menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan
konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan.
Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita,
makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan
tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988)
merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam
konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati
permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara
manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi
merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan
keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan,
kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang
esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia
(reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan
intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat
keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
• Where is it?
• Why is it there?
• So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu
(bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan
fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana
adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi
itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
2. Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek bidang
ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan
dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan
pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek
material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain
dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu
geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer,
biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi
disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan
disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu
juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal
geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek
material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang
membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan
pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut
dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological
approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
3. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu
fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai
pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang
dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan
dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau
permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau
beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu
yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi
dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi,
prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
a. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan
bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber
air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran
air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
b. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara
aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara
aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek
manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir
terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat
terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena
kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
c. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara
aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan.
Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
d. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran,
interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji
penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang
itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan
bentuk.
4. Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu
bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau
menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian
suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam
memahami fenomena yang terjadi. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep
esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
a. Bumi sebagai planet
b. Variasi cara hidup
c. Variasi wilayah alamiah
d. Makna wilayah bagi manusia
5. Pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan
penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan
lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup”
setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya
mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang
bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian
itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu: 1)wilayah atau regional
2)lapisan hidup atau biosfer 3) manusia sebagai faktor ekologi dominant 4)
globalisme atau bumi sebagai planet 5) interaksi keruangan 6) hubungan areal 7)
persamaan areal 8) perbedaan areal 9) keunikan areal 10) persebaran areal 11)
lokasi relativ 12) keunggulan komparatif 13) perubahan yang terus menerus 14)
sumberdaya dibatasi secara budaya 15) bumi bundar diatas kertas yang datar atau
peta
6. Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi
itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah
dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi
dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek
keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik
antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan
area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
7. Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas
hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai
tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia
berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk
oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan
bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi
yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi
kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang
terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada
hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis
peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang
secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian
itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan
keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang
bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi
hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan
pertanyaan geografi.
8. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup
fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari
obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan
analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu
geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
a. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
b. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
c. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
d. Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
a. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan
hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan
geografi tata guna lahan
b. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi
sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi
transportasi dan komunikasi) geografi politik
c. Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di
permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala
prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di
permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu
keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
b. Geografi Manusia
1) Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan
manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan,
aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas
sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan,
geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi
ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
2) Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya
keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan
jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3) Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya
berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek
keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri,
perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
4) Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya
adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan
regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
5) Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan
dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang
dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk
permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
c. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia
dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan
integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun
geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek
manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan
dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya”
jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
9. Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami,
yaitu:
a. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang
meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
b. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati
dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan
geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan
hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
a. pendekatan keruangan,
b. pendekatan kelingkungan, dan
c. pendekatan kompleks wilayah
B. Geografi Sosial
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik sebuah definisi dari geografi sosial.
Geografi sosial merupakan kajian dalam geografi manusia yang menjelaskan
mengenai interaksi antara manusia dengan lingkungan sosialnya yaitu manusia
lain maupun kelompok manusia disekelilingnya. Maksudnya, bahwa manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan primer maupun sekunder pasti akan
memanfaatkan lingkungan sekitarnya.
Geografi berasal dari bahasa yunani Geos bearti bumi dan graphien berarti tulisan.
Istilah geografi pertama kali dikenalkan oleh Erastotines
Geografi adalah studi tentang gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan, tanpa mengabaikan gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan
Menurut thales geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permuakaan bumi
Sedangakan menurut IGI tahun 1988 di semarang, geografi adalah ilmu yang mempelajaripersamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang lingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan
Objek kajian geografi terdiri atas aspek fisik yang meliputi kimiawi, biologis, astronomis, dan aspek social yang meliputi antropologis, politis, ekonomis dan social budaya
Jika bumi dipandang dari segi lingkungan hidup permukaan bumi di kelompokan menjadi 3 yaitu : lingkungan fisikal/abiotis, lingkungan biologis/biotik, lingkungan sosial
1. Lingkungan fisikal adalah segala sesuatu di sekitar mansuia yang berupa makhluk tak hidup contoh: air, udara tanah.
2. Lingkungan biologis adalah segala sesuatu di sekitar mansuia yang berupa makhluk hidup contoh : binatang, tumbuhan, manusia
3. Lingkungan sosial adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang berwujud tindakan atau aktivitas manusia
Ilmu penunjang geografi: geologi, geofisika, meteorology, astronomi, biogeografi, geomorfologi, Hidrografi, oseanografi, paleontology, antropogeografi, geografi matematik, geografi histories, geografi regional, geografi politik, geografi fisik dan geografi manusia
Prinsip geografi ada 4: prinsip persebaran, prinsip interrelasi, prinsip deskripsi, prinsip korologi.
1. Prinsip persebaran/distribusi yaitu suatu gejala yang tersebar tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang alam, tumbuhan, hewan dan manusia
2. Prinsip interrelasi yaitu hubungan saling terkait dalam ruang antara gejala yang satu dengan gejala yang lain. Contoh pohon pinus hidup di daerah dingin
3. Prinsip deskripsi yaitu penjelasan lebih jauh mengenai gejala-gejala yang diselidiki. Selain disajikan dalam bentuk tulisan deskripsi dapat juga dilengkapi dengan diagram, grafik, tabel, gambar dan peta
4. Prinsip korologi yaitu gejala fakta atau masalah geografi disuatu tempat yang ditinjau sebarannya, interrelasinya, interaksinya, dan integrasinya dalam ruang tertentu.
Studi geografi adalah studi keruangan tentang gejala-gejala geografi
Konsep geografi adalah pola abstrak terhadap permasalahan yang dikaji
Konsep geografi terdiri dari penghargaan budayawi terhadap bumi, konsep regional, pertalian wilayah, lokalisas/aglomerasi , interaksi keruangan, skala wilayah, dan konsep tentang perubahan
Metode pendekatan geografi terdiri dari pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, pendekatan kronologi dan pendekatan sistem
1. Pendekatan keruangan dibagi menjadi pendekatan topic, pendekatan aktivitas manusia dan pendekatan regional
a. pendekatan topic diarahkan pada topic yang sedang terjadi
b. pendekatan aktivitas manusia diarahkan pada aktivitas manusia
c. pendekatan regional pendekatan yang mendekati gejala dari region. Ini adalah pendekatan yang paling khas dalam geografi
2. Pendekatan ekologi adalah suatu metodologi untuk mendekati, menelaah dan menganalisis suatu gejala geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip hunungan antara organisme dengan lingkungannya
3. Pendekatan kronologis adalah metodologi dengan menggunakan dimensi urutan waktu atau sejarah
4. Pendekatan system merupakan mode berfikir sinetik yang di terapkan pada masalah yang merupakan sistem
2 unsur pokok geografi yaitu keadaan alam dan keadaan manusia
Struktur geografi terdiri dari:
1. fakta geografi ex: gempa di aceh,
2. Distribusi ruang dimana kejadian itu terjadi,
3. skala peta menunjukan jarak nyata
4.Asosiasi areal menunjukan hubungan antartempat yang memungkinkan wilayah formal
5. Wilayah formal, merupakan wilayah yang ditandai dengan asosiasi areal berupa alam fisik dan social
6. Interarksi ruang, menunjukan adanya hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain ex : interaksi gempa dan tsunami
7. Wilayah fungsional adalah wilayah penting yamh sangat erat kaitannya dengan objek kejadian ex: gempa di aceh wilayah yang paling penting adalah banda aceh
Untuk mengetahui ciri daerah perlu dibahas tata geografi yang mencakup unsur fisik, topologi, dan biotik
Pengaruh unsur fisik meliputi iklim dan cuaca, air, tanah dan relief dan hasil tambang dan mineral
Pengaruh unsur topologi meliputi letak,luas, bentuk, dan batas suatu wilayah yang berpengaruh terhadap biotik
Letak astrobomis yaitu letak suatu tempat dihubungkan dengan posisi garis lintang dan garis bujur yang akan membentuk suatu koordinat
Garis lintang ialah garis-garis pararel pada bola bumi yang sejajar dengan ekuator (khatulistiwa)
Garis bujur (meridian) ialah semua garis yang menghubungkan kutub utara dan selatan , tegak lurus pada garis lintang.
Dilihat dari garis lintangnya indonsia terletak antar 60 08’ LU dan 110 15’LS
Dilihat dari garis bujurnya Indonesia terletak antara 940 45’ BT dan 1410 05’BT
Letak geologis yaitu letak suatu daerah atau Negara berdasarkan struktur batu-batuan yang ada pada kulit buminya
Letak geomorfologis yaitu letak berdasarkan morfologi muka bumi suatu tempat
Letak geografis ialah letak suatu daerah dilihat dari kenyataanya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi di bandingkan dengan daerah lain
Letak maritim adalah letak suatu tempat di tinjau dari sudut kelautan
Letak ekonomis adalah letak suatu Negara ditinjau dari jalur dan kehidupan ekonomi suatu Negara tsb terhadap Negara lain
Letak sosiokultural adalah letak berdasarkan keadaan social dan budaya daerah yang bersangkutan terhadap daerah di sekelilingnya.
Aspek-aspek geografi terdiri atas oikumene dan pemkiman, persebaran penduduk, kepadatan penduduk, perubahn penduduk dan migrasi penduduk
Pendekatan- pendekatan geografi
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis
yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.( makalah kelompok 1
xa )
2. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi
yang terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan
hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut
membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam
pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi
berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region
lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi
antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan
ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam
geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk
memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan
manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai
geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan
geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial
ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang
penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan
secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan,
dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam
mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.( makalah
kelompok 2 XG)
3. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan
masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya
adalah perpaduan antara keduanya.
kesimpulannya:
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan
satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan
geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya,
keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan
geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai
alternatif- alternatif pemecahan masalah.
Pendekatan Geografi |
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu. metode atau cara (analisis) untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer. khususnya interaksi antara manusia terhadap lingkungannya . setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu kejadian. Fenomena atau kejadian yang sama dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Seorang ahli kedokteran melihat dari kontek kesehatan yaitu banjir akan mengakibatkan tingkat kesehatan penduduk akan menurun, ketersediaan air bersih akan berkurang, kebutuhan makanan tidak tercukupi, terkontaminasi air kotor sehingga akan tersebar penyakit, gatal-gatal, diare, mencret dll Seorang ahli ekonomi maka akan melihat dari kontek aktivitas ekonominya, karena banjir, aktivitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi terganggu, sementara harta benda mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi juga rusak, sehingga berapa kerugiannya dan apa akibatnya dilihat secara ekonomi Seorang ahli geografi melihat fenomena tersebut dilihat dari kontek keruangannya yaitu, lokasi banjirnya, sebaran banjirnya, penyebab dan akibatnya dll Pendekatan (approach) yang digunakan dalam kajian geografi terdiri atas 3 macam, yaitu analisis keruangan (spaÂtial analysis), analisis ekologi (ecological analysis). danan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis). Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam geografi tidak membedakan antara elemen fisik dan nonfisik. 1. Pendekatan Keruangan.Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dari perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Di dalam pendekatan keruangan ini yang perlu diperhatikan adalah persebaran penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang akan dimanfaatkan. Contoh penggunaan pendekatan keruangan adalah perencanaan pernbukaan lahan untuk daerah permukiman yang baru. Maka yang harus diperhatikan adalah segala aspek yang berkorelasi terhadap wilayah yang akan digunakan tersebut. Contohnya adalah morfologi, ini kaitannya dengan banjir, longsor, air tanah. Hal itu diperlukan karena keadaan fisik lokasi dapat mempengaruhi tingkat adaptasi manusia yang akan menempatinya, Pendekatan keruangan juga merupakan ciri khas yang membedakan ilmu geografi dengan lainnya. Pendekatan ini dapat di tinjau dari 3 aspek yaitu:
2. Pendekatan Ekologi Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya. termasuk dengan organisme hidup yang lain. Di dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu komponen yang penting dalam proses interaksi, Oleh karena itu, muncul istilah ekologi manusia (huÂman ecology) yang mempelajari interaksi antar manusia serta antara manusia dan lingkungan. Aktivitas manusia dalam kaitannya dengan inetarksi dalm ruang terutama terhadap lingkungannya mengalami tahan-tahapan sebagai berikut
Contohnya. Para petani zaman dulu dalam waktu setahun hanya mampu bercocok tanam hany sekali, karena kebutuhan pengairan hanya mengandalkan dari musim hujan (tadah hujan), sementara jumlah penduduk semakin bertambah, kebutuhan terhadap pangan juga bertambah, maka manusia berupaya bagaimana agar kebutuhan irigasi untuk pengairan pertanian bisa sepanjang musim dan tahun, maka dibuatlah bendungan. Kemudian dengan bioteknologi juga sudah ditemukan varietas pada yang bagus dengan usia dan masa panen cukup pendek.
3. Pendekatan komplek kewilayahan Pendekatan komplek kewilayahan ini mengkaji bahwa fenomena geografi yang terjadi di setiap wilayah berbeda-beda, sehingga perbedaan ini membentuk karakteristik wilayah. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya interaksi suatu wilayah dengan wilayah lain untuk saling memenuhi kebutuhannya. semakin tinggi perbedaannya maka interaksi dengan wilayah lainnya semakin tinggi |
ObjekStudiGeografi |
Seperti yang sudah di jelaskan pada ruang lingkup geografi bahwa geografi mempelajari fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di Geosfer. Maka jelaslah bahwa apasih yang menjadi objek studi geografinya. Secara umum objek studi geografi di bagi menjadi dua bagian yaituÂ
contoh dalam bentuk materinya yaitu: batuan dengan berbagai jenisnya, gunung dengan tipe dan ketinggianya. Sedangkan  dalam bentuk fenomena dan gejala geografi misalnya gempa, pergerakan lempeng tektonik,
http://ferdysemar.host22.com/images/bromo2.jpg
Contoh dalam bentuk materi yaitu air, salju, uap (gas) dan dalam bentuk gejala geografi yaitu: pasang surut, arus laut, pergerakan air tanah dan lain-lain
http://mapala.net/wp-content/uploads/2007/06/north-pole.jpg
Contoh dalam bentuk materi: awan, udara beserta materi penyusunnya dan dalam bentuk gejala geografi yaitu: perubahan unsur-unsur cuaca
http://imansyah.files.wordpress.com/2008/08/di_balik_awan.jpg
Contoh materinya: flora dan fauna dan gejalanya: persebarannya, habitatnya (kondisi ruangan yang mendukungnya)
http://fachrezakbar.files.wordpress.com/2008/09/rainforest_lg-aaa.jpg
Contohnya kehidupan biologisnya (kelahiran, kematian), kehidupan sosialnya, aktivitas ekonominya, budayanya dan lain-lain http://desatiga.files.wordpress.com/2008/08/p5203187.jpg Objek Formal
|
Prinsip Dasar Geografi
Prinsip-prinsip geografi merupakan dasar untuk menjelaskan, menguraikan,
pengkajian, dan analisis berbagai fenomena geografi dalam ruang yang terjadi
setiap hari. Sehingga ketika kita mengkaji fenomena dalam ruang maka ke 4
prinsip inii yang selalu menjiwainya. Prinsip-prinsip tersebut yaitu
- Prinsip persebaran, yaitu
menjelaskan  bahwa geiala atau fenomena geografi yang terjadi di geosfer
tersebar di permukaan bumi dan persebarannya tidak merata. Gejala geografi
yang tersebar ini dapat berupa gejala fisik maupun gejala sosial. Gejala
gejala fisik yang terjadi misalnya gejala perubahan-perubahan unsur cuaca
di atmosfer, gempa bumi di litosfer, arus laut di hidrosfer dan lai-lain.
Serta dapat pula sebaran gejala sosial yang terjadi oleh karena adanya
aktivitas dan interaksi manusia, misalnya: kepadatan penduduk, aktivitas
ekonomi, pertanian dll
http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_381/images/hal4.jpg - Prinsip interelasi, yaitu adanya hubungan saling terkait antara fenomena satu dengan fenomena lain yang terjadi dalam ruang. Fenomena yang saling terkait ini dapat berupa fenomena fisik dan fenomena sosial
Contoh Interelasi Fenomena fisik dengan fenomena fisik = Gempa
yang terjadi di dasar laut akan berinterelasi terjadinya Tsunami Interelasi
fenomena fisik dengan fenomena sosial = banjir akan mengakibatkan aktivitas
penduduk menjadi terganggu
- Prinsip deskripsi. Bahwa fenomeena
yang salingterkait yang terjadi di dalam ruang ini perlu dideskripsikan
atau dijelaskan. Untuk menjelaskan fenomena yangterjadi dapat di
deskripsikan dengan tabel, gambar, peta, grafik, diagram, bagan dll.
Contoh Persebaran penduduk dapat dideskripsikan dengan menggunakan peta. Siklus air yang terjadi di geosfer akan lebih mudah dipahami jika dideskripsikan dengan gambar
http://cd7.e2bn.net/e2bn/leas/c99/schools/cd7/website/images/bp-watercycle2.jpg - Prinsip korologi. yaitu pengkajian gejala atau fenomena geografi secara menyeluruh. Lebih jelasnya bahwa berdasarkan analisis terhadap fenomena yang terjadi di geosfer dengan dasar 3 prinsip utama yaitu persebaran, interelasi dan deskripsi maka suatu wilayah mempunyai karakteristik dan corak tertentu menggunakan gambar
Konsep Dasar Geografi
Studi geografi pada dasarnya adalah mempelajari gejala-gejala geogafi yan terjadi dalam geosfer. Dalam geosfer sendiri terdapat manusia yang sebenarnya adalah objek dalam antroposfer. Berikut ini adalah konsep-konsep geografi yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah geografi:
1. Lokasi
2. Jarak
4. Pola
5. Morfologi
6. Aglomerasi
8. Interaksi
Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Geografi |
Secara umum belajar dapat didefiniskan sebagai suatu proses pada diri seseorang yang menyebabkan adanya perubahan. perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari ranah kognitif, psikomotorik dan Afektif sehingga proses tersebut dapat menghasilkan seseorang dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak terampil menjadi trampil. Tujuan pembelajaran geografipun demikian yaitu terbagi menjadi 3 bagian yaitu: Pengetahuan
Keterampilan
Sikap
|
|||
Ruang Lingkup |
Berdasarkan pengertian geografi yang telah di jelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa yang dipelajari dalam geografi ternyata sangat luas. Oleh karena itu, perlu adanya batasan yang menjadi ruang lingkup bahasan geografi. Ruang lingkup bahasan geografi terdiri dari 3 bagian. yaitu sebagai berikut
Geografi fisik menyangkut keadaan lingkungan alam di luar manusia seperti gejala-gejala alam di geosfer yang meliputi atmosfer. litosfer, hidrosfer, dan biosfer, Gejala-gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk, relief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi serta tentang proses-proses fisik yang terjadi darat, laut, dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia.
Aspek lingkungan sosial meliputi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan aktivitas manusia di dalam ruang, yang mencakup aktivitas sebagai mahluk sosial yang harus berinteraksi dengan yang lainnya, aktivitas ekonomi untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya , dan budayanya yang mencerminkan perkembangan kemampuan manusia berupa hasil pemikiran manusia dalam bentuk karya cipta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa geografi (geografi manusia) mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap manusia,
Geografi regional mempelajari topik atau bahasan khususnya yang mencakup suatu daerah atau wilayah tertentu. Geografi regional merupakan bahasan yang menyeluruh, baik dari aspek fisik maupun sosial.
Pada gambar di atas menunjukan bahwa Geosfer terdiri dari 5 bagian penting yang saling terkait dan berhubungan membentuk suatu sistem. karena ini merupakan suatu sistem yang saling terkait, maka jika ada ketidakseimbangan dari salah satu bagian, maka akan berpengaruh terhadap bagian lain atau menimbulkan gejala geosfer yang baru. contoh : jika pada bagian Antroposfer aktivitas manusia mengekploitasi hutan secara besar-besaran dengan membuka hutan untuk pemukiman, kawasan industri, perkotaan, pertanian dll. maka kondisi ekosistem di biosfer akan terganggu, luas hutan berkurang, populasi flora dan fauna berkurang. dengan berkurangnya vegetasi maka proses pembentukan O2 dan penyerapan CO2 berkurang, sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi Atmosfer. atmosfer yang fungsinya sebagai filter (menyerap, memantulkan, membiaskan, meneruskan) sinar matahari akan berubah. dan seterusnya . Jika Bumi dilihat dari teori lingkungan hidup, maka permukaan bumi dapat dikelompokan menjadi 3 lingkungan yaitu:
Jika dilihat dari ruang lingkup di atas jelaslah bahwa geografi merupakan ilmu yang sangat komplek yang harus didukung berbagai displin ilmu. Secara umum geografi dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu: geografi fisik dan geografi manusia
Geografi termasuk ilmu tua yang sudah berkembang dari jaman sebelum masehi. Sehingga dalam perkembangaanya mengalami spesifikasi yang melahirkan cabang-cabang ilmu lain. Oleh karena itu mempelajarai geografi berarti harus memahami ilmu-ilmu lain sebagai penunjangnya. Ilmu-ilmu tersebut yaitu:
|
|||
Objek Studi Geografi |
Seperti yang sudah di jelaskan pada ruang lingkup geografi bahwa geografi mempelajari fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di Geosfer. Maka jelaslah bahwa apasih yang menjadi objek studi geografinya. Secara umum objek studi geografi di bagi menjadi dua bagian yaituÂ
contoh dalam bentuk materinya yaitu: batuan dengan berbagai jenisnya, gunung dengan tipe dan ketinggianya. Sedangkan  dalam bentuk fenomena dan gejala geografi misalnya gempa, pergerakan lempeng tektonik,
http://ferdysemar.host22.com/images/bromo2.jpg
Contoh dalam bentuk materi yaitu air, salju, uap (gas) dan dalam bentuk gejala geografi yaitu: pasang surut, arus laut, pergerakan air tanah dan lain-lain
http://mapala.net/wp-content/uploads/2007/06/north-pole.jpg
Contoh dalam bentuk materi: awan, udara beserta materi penyusunnya dan dalam bentuk gejala geografi yaitu: perubahan unsur-unsur cuaca
http://imansyah.files.wordpress.com/2008/08/di_balik_awan.jpg
Contoh materinya: flora dan fauna dan gejalanya: persebarannya, habitatnya (kondisi ruangan yang mendukungnya)
http://fachrezakbar.files.wordpress.com/2008/09/rainforest_lg-aaa.jpg
Contohnya kehidupan biologisnya (kelahiran, kematian), kehidupan sosialnya, aktivitas ekonominya, budayanya dan lain-lain
http://desatiga.files.wordpress.com/2008/08/p5203187.jpg Objek Formal
|
PENDEKATAN GEOGRAFI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
Oleh : DR. Djoko Harmantyo, MS
Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI
Pengantar
Tulisan ini disusun untuk memenuhi permintaan Panitia Penyelenggara Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi Dalam Persiapan Sertifikasi Guru. Oleh karena itu tulisan ini disusun sedemikian rupa di samping memuat konsep berpikir logis dan rasional serta landasan teoritis juga disampaikan bagaimana metode mengajar Geografi pada tingkat pendidikan sebelum memasuki dunia perguruan tinggi. Materi tulisan disampaikan sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh para peserta pelatihan dengan asumsi para peserta adalah guru yang mengajar pelajaran Geografi.
PENDAHULUAN
Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik muka bumi, mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi dan interrelasinya. Untuk mempermudah mempelajarinya, berbagai persoalan keruangan (spatial problems) dirumuskan dalam rangkaian pertanyaan : Apa jenis fenomenanya? Kapan terjadinya? Di mana fenomena tersebut terjadi? Bagaimana dan kenapa fenomena tersebut terjadi di daerah tersebut dan tidak terjadi di daerah lainnya?
Fenomena keruangan, atau fenomena geografis, baik tentang aspek fisik maupun aspek non-fisik serta interaksi dan interrelasi ke duanya, dalam proses belajar mengajar dapat dimulai dari yang paling sederhana seperti lokasi sekolah, lokasi pasar, kantor kelurahan atau kantor puskesmas, atau lokasi banjir, longsor, gempa bumi, dapat diungkap melalui pertanyaan bagaimana dan kenapa “ada” di tempat tersebut sedang di tempat lain tidak? Selanjutnya, adanya perbedaan kepadatan penduduk di wilayah perdesaan dan wilayah perkotaan, adanya perubahan pola penggunaan tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk sebagai contoh adanya peranan manusia dalam perubahan fisik muka bumi (mans role in changing the face of the earths).
Fenomena keruangan saat ini yang menjadi issue global seperti konflik wilayah perbatasan antar Negara, terbentuknya ketimpangan ekonomi Negara Negara di dunia (ada yang sangat kaya dan sangat miskin), dampak perkembangan teknologi informasi yang bersifat “tanpa batas” (borderless) sebagai tantangan geograf di seluruh dunia untuk merespon bahwa “the end of Geography” adalah tidak terjadi. Interaksi dan interrelasi
(*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi Dalam Persiapan Sertifikasi Guru yang diselenggarakan oleh Ikatan Geograf Indonesia (IGI) bekerjasama dengan Depdiknas di Bandung tanggal 15-18 Nopember 2006.
(**) Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI dan Ketua III IGI Pusat.
antar ruang muka bumi masih nyata dengan adanya issue mengglobalnya penyakit menular yang mematikan seperti kasus penyakit SARS, kolera tahun 60-an, HIV Aids atau kekawatiran dunia saat ini terhadap issue penyakit Avian Influensa atau Flu burung yang memiliki kecenderungan terjadi pandemic.
Sebagaimana bidang ilmu lain, ilmu Geografi juga memiliki alat ukur keruangan seperti jarak antar dua tempat, baik dalam satuan panjang, satuan nilai ekonomi dan satuan waktu, dan satuan luas (biasanya diekspresikan dalam bidang datar) dalam hektar atau km2, hasil perhitungan jumlah obyek, baik berdiri sendiri maupun dalam satuan luas (kepadatan) atau dalam satuan ratio. Di samping disajikan dalam bentuk diagram, table atau gambar profil, sarana penyajian informasi geografi paling efektif adalah dalam bentuk peta karena sebuah peta dapat memberikan penjelasan fenomena geografis dalam perspektif keruangan. Oleh karena keterbatasan media penyajian ruang muka bumi ke dalam bidang datar maka sebuah peta mensyaratkan adanya skala peta. Kita mengenal istilah skala kecil dan skala besar sesuai dengan tingkat informasi yang akan dihasilkan. Semakin besar skala peta maka informasi atau data yang dihasilkan semakin detil dan sebaliknya. Skala peta sangat tergantung pada tujuan pengguna peta. Teknik membuat peta dipelajari dalam Kartografi sebagai salah satu pelajaran inti dalam Geografi. Dengan adanya kemajuan teknologi computer saat ini dikenal teknologi GIS atau Sistem Informasi Geografi yang mampu menghasilkan sebuah peta relative secara lebih cepat dan akurat. Teknologi GIS juga dapat digunakan sebagai alat bantu analisis geografis.
Secara teoritis, dalam menelaah suatu persoalan keruangan, Geografi memiliki tiga pendekatan utama yaitu (1) analisis spasial, (2) analisis ekologis dan (3) analisis komplek regional sebagai gabungan dari pendekatan (1) dan (2). Pendekatan ke tiga merupakan cara yang lebih tepat digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variable pengaruh dan dalam lingkup multi dimensi (ekonomi, social, budaya, politik dan keamanan). Salah satu contoh adalah telaah tentang pengembangan wilayah
PENGEMBANGAN WILAYAH
Kegiatan pengembangan wilayah adalah suatu kegiatan yang memiliki dua sifat yaitu sifat akademis dan sifat birokratis dalam mengelola wilayah. Sifat akademis biasanya menggunakan istilah “seyogyanya” dan sifat terapan biasanya menggunakan istilah “seharusnya”. Dengan demikian, pendekatan geografi, dalam tulisan ini, dapat digunakan dan dapat pula tidak digunakan dalam kegiatan pengembangan wilayah tergantung kemauan politis pemegang kekuasaan. Suatu pendekatan yang sudah dipilih dan diputuskan oleh pengambil keputusan politis maka “harus” dilaksanakan oleh para pelaksana di lapangan dan “tidak boleh” menggunakan yang lain. Produk politik seperti itu biasa disebut Undang Undang atau berbagai peraturan lainnya. Tulisan ini mencoba melakukan elaborasi sistim pembangunan yang berlaku saat ini dengan menggunakan pendekatan geografi.
Berbeda dengan sistim pembangunan pada era orde baru yang bertitik tolak dari GBHN yang berisi garis besar rencana pembangunan yang ditetapkan oleh MPR, sistim pembangunan pada era reformasi saat ini bertolak dari Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang berisi rencana pembangunan (lima tahun) yang disusun oleh Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat dan setelah mendapatkan persetujuan dari DPR. Saat ini, pemerintah (pemerintah pusat) dan pemerintah daerah, dalam melaksanakan pembangunan mengacu pada UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah atau dikenal dengan UU Otonomi Daerah sebagai amandemen dari UU nomor 22 dan 25 tahun 1999. Di samping itu berbagai UU lainnya seperti UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, UU nomor 25 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU nomor 2 tahun 1992 tentang Rencana Tata Ruang, UU nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan UU lainnya yang telah mendapatkan persetujuan DPR-RI digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan.
Namun demikian pada prakteknya sistim pembangunan saat ini tidak berbeda dengan masa yang lalu karena masih menggunakan istilah pembangunan sektoral dan pembangunan daerah. Bidang pembangunan dijabarkan dalam sector, program dan proyek pembangunan. Proyek merupakan jenjang terrendah dari hirarki istilah dalam pembangunan dan pada tahap ini pelaksanaannya membutuhkan “dana” dan “tanah”. Dan dapat dimengerti, hasil pelaksanaan dari proyek pembangunan tahap inilah yang akan merubah kualitas lingkungan hidup, apakah semakin baik atau sebaliknya malah banyak menimbulkan masalah baru bagi masyarakat.
Konsepsi pembangunan wilayah pada dasarnya adalah pembangunan proyek proyek berdasarkan hasil analisa data spasial (Sandy dalam Kartono, 1989). Karena yang disajikan adalah fakta spasial maka ketersediaan peta menjadi mutlak diperlukan. Karena keseluruhan proyek berada di tingkat kabupaten/kota maka pemerintah kabupaten/kota mutlak perlu menyiapkan peta peta fakta wilayah dalam tema tema yang lengkap. Dalam lingkup pekerjaan inilah antara lain dituntut peran aktif para ahli geografi.
Pengwilayahan data spasial untuk menetapkan proyek pembangunan disebut wilayah subyektif, sedang wilayah yang ditetapkan untuk suatu bidang kehidupan sebagai tujuan pembangunan (penetapan wilayah pembangunan) disebut wilayah obyektif. Implementasi wilayah pembangunan pada umumnya tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Produk akhir dari analisis data spasial disebut “wilayah geografik” sedang cakupan ruang muka bumi yang dianalisis disebut “area/geomer/daerah”.
Saat ini semakin dapat dirasakan bahwa perkembangan suatu daerah tertentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh daerah sekitarnya mulai dari daerah tetangga sampai daerah yang lebih jauh jaraknya bahkan pengaruh dari bagian bumi lainnya. Dampak globalisasi telah membuktikan hal itu. Oleh karena itu, wilayah sebagai system spasial dalam lingkup kegiatan pengembangan wilayah merupakan subsistem spasial dalam lingkup yang lebih luas. Sebuah kabupaten/kota, dalam kegiatan pengembangan wilayah, di samping menganalisis data spasial kabupaten/kota yang bersangkutan, juga perlu memperhatikan paling tidak bagaimana perkembangan daerah sekitarnya (interregional planning). Sebuah kabupaten/kota tidak dapat hidup sendiri dan oleh karena itu perlu mengadakan kerja sama dengan daerah tetangganya.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, suatu proyek pembangunan daerah dilaksanakan pada tingkat kabupaten/kota sebagai unit terrendah dalam hirarki pembangunan. Proyek terkait dengan jenisnya dan dananya. Setelah jenis dan dananya disediakan maka tahap berikutnya adalah menetapkan di bagian mana dari daerah kabupaten/kota proyek tersebut akan dilaksanakan. Ada beberapa cara untuk menetapkan proyek pembangunan. Cara penetapan proyek biasanya dilakukan, pada tahap awal, melalui suatu kajian akademis antara lain berdasarkan pendekatan geografi, pendekatan ekonomi dan lainnya.
Pendekatan geografi dilakukan melalui tahapan penetapan masalah, pengumpulan data dan analisis data mulai dari kegiatan penyaringan, pengelompokan, klasifikasi data, kegiatan pengwilayahan, korelasi dan analogi. Oleh karena adanya keragaman berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, berdasarkan kemampuan keuangan pemerintah dan skala waktu pelaksanaan, disusun skala prioritas proyek.
Hasil korelasi secara spasial (tumpang tindih atau overlay peta wilayah) dapat ditunjukan masalah apa sebagai prioritas proyek dan di mana lokasi proyek tersebut dilaksanakan. Dalam pelaksanaanya, pendekatan geografi tidaklah sesederhana itu.
Beberapa cara lain untuk menetapkan proyek pembangunan dapat disebutkan antara lain dengan menerapkan teori Economic Base, Multiplier Effect yang berkaitan dengan teori input-output dan penerapan teori lokasi,(Location Theory), teori pusat (Central Place Theory) dan penerapan teori Kutub Pengembanngan (Growth Pole Theory). .
- Teori Lokasi. Paling tidak ada tiga hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan lokasi proyek pembangunan yaitu (1) pengeluaran terrendah (2) jangkauan pemasaran dan (3) keuntungan tertinggi.
- Teory Pusat Pelayanan. Pola ideal yang diharapkan terbentuk, asumsi homogin dalam hal bentuk medan, kualitas tanah dan tingkat ekonomi penduduk serta budayanya, Christaller menyajikan bentuk pola pelayanan seperti jejaring segi enam (hexagonal). Bentuk pola pelayanan hexagonal ini secara teoritis mampu memperoleh optimasi dalam hal efisiensi transportasi, pemasaran dan administrasi (Haggett, 2001).
- Teori Kutub Pertumbuhan. Berbeda dengan Christaller yang berlatar belakang ahli Geografi, teori Kutub Pertumbuhan diprakarsai dan dikembangankan oleh para ahli ekonomi. Teori ini melahirkan konsep ekonomi seperti konsep Industri Penggerak (leading industry), konsep Polarisasi dan konsep penularan (trickle atau spread effect).
Beberapa kelemahan penerapan cara cara di atas dalam penetapan proyek pembangunan dihadapkan pada factor politis pengambil kebijakan di tingkat kabupaten/kota utamanya pada era otonomi daerah saat ini, factor ketersediaan dana dan bidang tanah tempat dilaksanakannya proyek tersebut. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan geografi menjadi factor kunci dalam kegiatan penetapan proyek pembangunan berdasarkan penetapan prioritas secara tepat.
PENUTUP
Pendekatan geografi dalam pengembangan wilayah paling tidak menggabungkan dua hal yang berbeda dalam substansi analisis yaitu domain akademik dan domain birokratik. Pendekatan geografi yang telah diuraikan di atas adalah suatu pendekatan akademis yang bersifat logis dan rasional karena obyek terapannya dalam konteks ruang muka bumi yang karena sifatnya disebut wilayah. Oleh karena itu peta menjadi instrument dasar, baik pada tahap awal maupun akhir dari kegiatan pengembangan wilayah.
Secara sederhana, karena contoh pengembangan wilayahnya di Indonesia, usaha untuk memperoleh hasil/manfaat yang lebih baik dari kegiatan pengembangan atau pembangunan suatu “wilayah” selalu berorientasi pada kehendak pemegang kedaulatan atas wilayah yang dimaksud yaitu rakyat yang diekspresikan dalam perangkat UU. Karena pada dasarnya kegiatan pengembangan wilayah diarahkan untuk sebesar besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, lahir dan batin, argument dari sudut pandang ekonomi, social budaya dan keamanan tidak dapat diabaikan dalam pengembangan wilayah.
Para peserta pelatihan diharapkan dapat menularkan esensi tulisan ini kepada para murid sekolah, dengan cara sederhana sesuai tingkat sekolahnya, dengan menggunakan kata kunci : location, place dan space, sebagai alat bantu menjelaskan berbagai fenomena geografis dalam perspektif keruangan.
BAHAN BACAAN
Haggett, 2001; “Geography. A Global Synthesis”. Pearson Education Ltd, Prentice Hall,NY.
Sandy, IM dalam Kartono, 1989; “ Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah Berencana” Departemen Geografi FMIPA-UI Jakarta.
Undang Undang Otonomi Daerah, 2005,Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Geografi Regional, 2005; Kumpulan Bahan Kuliah Program Pasca sarjana Ilmu Geografi Departemen Geografi FMIPA-UI .
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Sejarah Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan di Indonesia[rujukan?]. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.
Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis komputer.
Geografer menggunakan empat pendekatan:
- Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
- Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.
- Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
- Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.
PENDEKATAN GEOGRAFI
Pendekatan Geografi
Dalam geografi terpadu untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan macam-macam pendekatan atau hampiran yaitu pendekatan analisa keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks kewilayahan (regional complex approach).[if !mso]>
Gambar diagram pendekatan Geografi
Kelingkungan
Keruangan
|
Analisis keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes)
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis
pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen
pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti
itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti
itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana
struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Analisis kerungan yang mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat pentingnya. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola penyebaran serta cara mengubah pola sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik, efisien dan wajar.
Pendekatan keruangan kajiannya dapat pula diarahkan pada aktivitas manusia dalam ruang/wilayah. Hal ini dapat ditinjau dari sebaran keruangan aktivitas mana interrelasinya dengan aspek lain, baik menyangkut fisik manusia.
Dalam analisis keruangan dikumpulkan data ruang di suatu tempat/wilayah yang terdiri dari data titik (point) dan data bidang (areal). Data titik meliputi letak lintang, tinggi tempat, curah hujan, sampel batuan, tanah dan lain-lain. Data bidang meliputi luas hutan, daerah pertanian, luas lahan kritis dan lain-lain. Hal yang harus diperhatikan dalam analisis keruangan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang.
Dalam pendekatan keruangan dipergunakan beberapa analisis dalam mengkaji permasalah geografi yaitu:
- Analisis lokasi
lokasi suatu ruang dimuka bumi ada dua yaitu lokasi absolute dan lokasi relatif. Lokasi absolute adalah lokasi dengan posisi ditentukan oleh garis lintang dan garis bujur bola bumi. Lokasi relative yaitu lokasi suatu wilayah yang berhubungan dengan kondisi alam, social budayadaerah sekitarnya.
- Analisis penyebaran
Pola penyebaran secara umum dapat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mengelompok, tersebar merata dan tersebar tidak merata. Analisis penyebaran ini dapat menganalisis pola-pola pemukiman, sebaran sumberdaya alam, vegetasi dan lain-lain, sehingga dapat kita bedakan dari wilayah lainnya.
- Analisis interaksi
Pada dasarnya wilayah berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu terdapat interaksi antar wlayah. Interaksi ini ditandai dengan adanya aliran barang dan orang antar wilayah.
- Analisis diffusi
Dalam proses interaksi akan terjadi diffusi (pencemaran). Diffuse ekspansi yaitu proses informasi material menjalar malalui populasi dari suatu daerah ke daerah lain. Diffuse penampungan merupakan proses yang sama dengan penyebaran keruangan, informasi, material yang didifusikan meninggalkan daerah yang lama dan berpindah ke daerah yang baru.
Menurut Edward Ullman adanya interaksi keruangan didasrkan atas tiga faktor yaitu: (1) saling melengkapi antar wilayah, (2) kesempatan berintervensi, dan (3) kemudahan permindahan dalam ruang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis
pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor.
Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana
memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam
tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada
tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu
sungai Konto tersebut.
Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
Analisis kelingkungan atau ekologi
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Analisis yang mendasarkan pada interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Ketekaitan antar manusia dengan lingkungan mempunyai kaitan dengan dua arah, manusia mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkunggan yang mempengaruhi manusia.
Organisme beserta lingkungan hidupnya sebagai suatu ekosistem, disebut ekosistem. Dalam ekosistem dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitua: bagian yang hidup (biotik) dan bagian yang tidak hidup (abiotik). Abiotik terdiri dari bagian yang padat (litosfer), bagian yang cair (hidrosfer) dan bagian berupa selubung udara (atmosfer). Tiap-tiap unit ekosistem mempunyai sifat-sifat tertentu yang menentukan dalam ekosistem dan saling berinteraksi serta memeliki corak tersendiri.
Dalam kajian ekologi terdapat dua pendekatan, yaitu ekologi yang menekankan pada habitat dan ekologi yang menekankan pada organisme hidup sebagai komponen dalam ekologi.
Pendekatan lingkungan dalam geografi, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah memepunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
Studi mandalam mengenai
interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan
variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada
pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai
setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat
dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi
adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari
banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai
berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir
dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam,
termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang
hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku
masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3)
mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat
peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu
fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap
masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
Analisis kompleks wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota.
Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut
menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua
menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Analisis yang mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi. Analisis ini menekankan pengertian “areal differentiation” yaitu adanya perbedaan karateristik tiap-tiap wilayah. Perbedaan ini mendorong suatu wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain. perkembangan wilayah yang saling berinteraksi terjadi karena terdapat permintaan dan penawaran.
Jadi fenomena, gaya dan masalah ditinjau dari penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gaya dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan masalah.
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma
Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan
suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method).
Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan
ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3
macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan
ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
a) Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan adalah suatu metode analisis yang menekankan pada eksistensi ruang yang berfungsi untuk mengakomodasi kegiatan manusia.
Contoh :
Pada musim hujan Jakarta banjir, karena tiada sejengkal tanahpun yang dapat untuk peresapan air, lahan untuk pemukiman, kantor dan jalan selain itu penduduknya membuang sampah di saluran air.
b) Pendekatan Ekologi/kelingkungan
Pendekatan ekologi (ecological approach) merupakan metodelogi untuk mendekati , menelaah dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan ekologi diarahkan kepada hubungan manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungannya.
Contoh :
Daerah Jakarta banjir karena hutan didaerah Bogor/puncak terjadi penggundulan hutan
c) Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis geografi dalam pendekatan kompleks wilayah mempelajari fenomena atau kejadian berdasarkan hubungan aspek-aspek suatu wilayah tertentu yang berkaita dengan wilayah lainnya. Artinya, permasalahan yang dikaji dalam pendekatan kompleks wilayah adalah permasalahan keruangan komplek antar wilayah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya pada satu ruang wilayah tertentu.
Contoh :
Untuk mengatasi banjir di Jakarta, Pemda DKI bekerjasama dengan Pemda daerah sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) untuk memperbaiki DAS dan menggalakkan penghijauan.
|
Beberapa waktu lalu, banjir menggenangi beberapa daerah yang termasuk dalam DAS Bengawan Solo. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah dan Jawa Timur mengejutkan berbagai pihak dan masyarakat karena luapannya yang sangat luas telah menggenangi wilayah di beberapa kabupaten, mulai dari Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah di daratan yang secara topografis dibatasi oleh igir alam berupa punggung bukit/ perbukitan dan gunung/ pegunungan, dimana wilayah tersebut berfungsi menampung air yang berasal dari presipitasi (curah hujan) yang kemudian mengalirkannya melalui suatu sungai utama yang merupakan single outlet.
Beberapa kalangan dan pakar berpedapat bahwa kerusakan ekositem DAS dan sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri-lah penyebab utama banjir. Sebenarnya jauh hari sebelumnya, sudah muncul prediksi atau dugaan dari para pakar bahwa usia waduk tidak akan lebih dari 20 – 30 tahun ‘jika’ kondisi sedimentasi akibat erosi lahan di daerah tangkapan waduk dibiarkan terus menerus. Sementara itu pada awal pembuatan Waduk Serbaguna Wonogiri diharapan usia waduk dapat mencapai 100 tahun. Prediksi para pakar tersebut sangatlah berlawanan dengan yang diharapkan sebelumnya. Pada kenyataannya kondisi sedimentasi yang terjadi sungguh diluar prediksi, anak-anak Bengawan Solo di daerah hulu, utamanya di daerah tangkapan airnya telah membawa banyak material sedimen yang tersuspensi pada air yang dialirkannya. Sungai Keduang dilansir sebagai penyumbang terbesar sedimen di Waduk Wonogiri. Banyaknya muatan sedimen pada aliran Sungai Keduang tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat erosi yang terjadi akibat maraknya konversi penggunaan lahan dan pola pengelolaan lahan pertanian yang belum mengindahkan konsep dan arahan konservasi tanah.
Ada beberapa faktor penyebab degradasi fungsi hidrologis dan degradasi lahan DAS Bengawan Solo, diantaranya :
- Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Misalnya, daerah yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung dialihfungsikan menjadi lahan budidaya, kawasan penyangga dialihfungsikan menjadi lahan budidaya semusim dan kawasan produksi dialihfungsikan menjadi permukiman. Kondisi seperti tersebut, sangatlah mudah dijumpai di daerah hulu DAS Bengawan Solo.
- Pola penggunaan lahan belum menyesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan. Lahan yang semestinya hanya untuk kawasan budidaya tahunan dipakai sebagai lahan budidaya tanaman semusim atau bahkan dipergunakan sebagai permukiman. Lahan dengan kemiringan lereng >30% masih difungsikan sebagai lahan pertanian intensif dan dipergunakan juga sebagai lokasi permukiman.
- Perlakuan terhadap lahan belum memenuhi kaidah-kaidah konservasi lahan. Kaidah-kaidah konservasi lahan sangatlah dipengaruhi oleh faktor geografis atau lokasi dimana lahan tersebut berada. Pengelolaan dan teknik konservasi dari suatu lokasi akan berbeda dengan lokasi yang lainnya, hal ini tergantung pada kondisi tanah, topografi, penggunaan lahan, iklim dan geologi dari lahan yang bersangkutan.
- Tekanan penduduk atas lahan yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Pertumbuhan penduduk berarti pertambahan kebutuhan akan pangan dan permukiman, dua hal tersebut akan memicu intensifikasi dan ekstensifikasi penggunaan lahan. Daerah tangkapan air disekitar lereng Gunung Merapi dan Gunung Lawu merupakan lahan yang sangat subur dan mempunyai daya tarik keindahan pariwisata sehingga menjadi faktor penarik bagi manusia untuk mengembangkan pemukiman dan pertanian di daerah tersebut.
- Belum ada peraturan yang mengatur dan mengikat secara jelas mengenai konservasi tanah dan air, sehingga masyarakat sebagai agen pengguna lahan diharuskan menerapkan usaha konservasi tanah dan air secara memadai pada setiap lahan yang digunakannya.
Dalam pengelolaan DAS, secara garis besar, sumberdaya alamnya dapat dipilahkan menjadi dua sumberdaya alam utama, yaitu sumberdaya lahan dan sumberdaya air. Dalam prakteknya, pengelolaan kedua sumberdaya tersebut tidak dapat dipisahkan, namun harus terpadu, karena suatu kegiatan/ usaha pengelolaan salah satu sumberdaya tersebut akan berdampak pada sumberdaya yang lain.
Secara keruangan, karakteristik DAS dapat diklasifikasikan menjadi 3 wilayah, yaitu daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir. Tiap keruangan dari DAS tersebut mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda, sehingga dalam usaha pengelolaan dan pemanfaatannya pun akan berbeda. Daerah hulu dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan lindung dan tangkapan air bagi keseluruhan wilayah DAS. Daerah tengah dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan penyangga, sedangkan daerah hilir dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasa budidaya.
Dalam konsep DAS berlaku hukum sebab akibat yang mengalir dari atas ke bawah, oleh karena itu rusaknya daerah hulu (atas) dan tengah tentunya akan berdampak pada kelestarian wilayah dibawahnya (hilir). Daerah hulu sebagai kawasan lindung mempunyai nilai dan fungsi penting dalam menangkap dan menyimpan air, karena itu terjadinya perubahan tata air di daerah hulu akan berdampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air, volume dan tranportasi sedimen serta material yang tersuspensi dalam sistem aliran airnya. Dalam interaksi antar ruang antara daerah hulu dan hilir, keduanya mempunyai keterkaitan dalam hal daur hidrologi. Mengingat pentingnya fungsi daerah hulu dalam sistem tata air suatu DAS, maka daerah hulu harus menjadi salah satu fokus perhatian.
Dalam suatu pembangunan berwawasan lingkungan, maka dalam pendekatannya juga harus menggunakan sistem satuan wilayah yang mengacu pada ruang/ ekosistem lingkungan. DAS sebagai sebuah ruang (space) dan ekosistem seharusnya sudah mulai digunakan sebagai pendekatan dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan karena DAS memiliki fungsi sebagai berikut :
- Fungsi keruangan, karena DAS mempunyai ke-khas-an karakteristik dan batas-batas fisik dan yang jelas. Didalamnya terdapat berbagai komponen yang berinteraksi sehingga membentuk sistem terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem.
- Fungsi hidrologi, karena didalamnya terdapat siklus hidrologi dan proses-proses ikutannya.
- Fungsi pembangunan, karena DAS dapat digunakan sebagai satuan wilayah pembangunan dimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat di dalamnya.
Sistem pewilayahan yang sudah ada, dimana batas administrasi
selalu dijadikan batas pemisah, tidak akan berhasil untuk mengelola ruang dan
ekosistem yang notabene bukan ruang administratif. Sistem pewilayahan yang
sudah ada tidaklah harus dirubah, akan tetapi sistem dan pola koordinasi antar
wilayah didalam DAS-lah yang harus dibenahi. Akan selalu diperlukan kemauan dan
itikad baik dari berbagai pihak demi ruang hidup yang lebih baik untuk
kemaslahatan bersama.
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
2. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang
terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan
hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut
membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam
pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi
berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region
lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi
antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan
ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam
geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk
memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik
tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai
geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam
mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENDEKATAN KEWILAYAHAN |
Pengetian Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini lebih sering diterapkan ke pengertian informasi geografi yang beorientasi teknologi komputer. Pada pengertian yang lebih luas SIG mencakup juga pengertian sebagai prosedur yang dipakai untuk menyimpan dan memanipulasi data yang berreferensi geofrafis secara manual. Borrough (1989) mendefinisikan SIG sebagai suatu perangkat alat untuk mengkoreksi, menyimpan, menggali kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi. Demikian juga Aronoff (1989) mendefinisikan SIG sebagai sistem komputer yang mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data dan tampilan data geografis yang sangat berguna bagi pengambilan keputusan. SIG adalah sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan personal (manusia) yang dirancang untuk secara efisien memasukan, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisa dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis (ESRI, 1990; Aronoff, 1998). Teknologi SIG dikembangkan dan dipadukan dari beberapa konsep dan teknik seperti Geografis, Statistik, Kartografi, Ilmu Komputer, Biologi, Matematika, Ekonomi dan geologi (Maguire, 1991). Manguire dan Dangermond (1991) menyatakan bahwa fungsi SIG adalah pengumpulan, pembaharuan dan perbaikan data; penyimpanan dan strukturisasi data, generalisasi data, transformasi data, pencarian data, analisis dan presentasi hasil analisis. Kemampuan-kemampuan tersebut umumnya dimiliki oleh beberapa perangkat lunak SIG, dengan kemampuan yang memuaskan dan mudah digunakan. Beberapa perangkat lunak memiliki perbedaan pada beberapa fungsi seperti output kartografi dan presentasi serta cara analisis. Pendekatan kewilayahan (region) amat diperlukan dalam kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Geografis dalam rangka Mendukung Pengembangan Infrastruktur Nasional dengan berbasis wilayah. Pendekatan kewilayahan bukan hanya didekati dari sisi kewilayahan administratif, akan tetapi juga pendekatan-pendekatan kewilayahan lainnya yang sesuai dengan kondisi wilayah dan potensi ekonomi masyarakat yang akan dikembangkan. Selain pendekatan administratif, ada beberapa pendekatan kewilayahan lainnya, yaitu pendekatan wilayah perencanaan, wilayah nodal dan wilayah homogen. Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteria mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri homogen itu misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan struktur produksi dan konsumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin, dll), geografi (seperti wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang sama), agama, suku dan sebagainya. Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (hinterland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. Wilayah administratif, adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan adminsitrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan. Sedangkan wilayah perencanaan (planning region atau programming region) sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi, ekologi dan sosial budaya. |
Geografi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan
peristiwa peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun yang
menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatnn keruangan,
ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
Konteks geografi ternyata membicarakan dan membahas tentang aspek kehidupan
manusia dengan segala perilakunya serta gejala fisik yang terjadi dalam rulIng
stall.
Pengertian ruang merupakan suatu tempat yang mewujudkan keberadaan dirinya yang
bersifat fisik ataupun yang bersifat hubungan-hubungan sosial serta memiliki
perbedaan dan persamaan aspek kehidupan yang ads dalam ruang tersebut. Ruang
mencerminkan adanya hubungan fungsional antara gejala obyek-obyek yang ada
dalam ruang itu sendiri. Sebab itulah diperlukan analisis keruangan dalam
rangka mengkaji gejala-gejala yang mill dalam rlmng (space). Space
terdiri dari: (1) physical space dan (2) social space. Dalam hal
mengkaji perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam ruang
dengan segala obyeknya merupakan tugas geografi.
a.
Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di
kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Pendekatan Geografi
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.( makalah kelompok 1
xa )
2. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang
terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan
hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut
membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam
pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi
berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region
lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi
antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan
ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam
geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk
memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik
tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai
geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam
mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.( makalah
kelompok 2 XG)
3. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan
masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya
adalah perpaduan antara keduanya.
kesimpulannya:
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan
satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan
geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya,
keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan
geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai
alternatif- alternatif pemecahan masalah.
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu. metode atau cara (analisis)
untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer. khususnya interaksi antara
manusia terhadap lingkungannya . setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang
yang berbeda terhadap suatu kejadian. Fenomena atau kejadian yang sama dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang.
Seorang ahli kedokteran melihat dari kontek kesehatan yaitu banjir akan
mengakibatkan tingkat kesehatan penduduk akan menurun, ketersediaan air bersih
akan berkurang, kebutuhan makanan tidak tercukupi, terkontaminasi air kotor
sehingga akan tersebar penyakit, gatal-gatal, diare, mencret dll
Seorang ahli ekonomi maka akan melihat dari kontek aktivitas ekonominya, karena
banjir, aktivitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi terganggu, sementara harta
benda mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi juga rusak, sehingga berapa
kerugiannya dan apa akibatnya dilihat secara ekonomi
Seorang ahli geografi melihat fenomena tersebut dilihat dari kontek
keruangannya yaitu, lokasi banjirnya, sebaran banjirnya, penyebab dan akibatnya
dll
Pendekatan (approach) yang digunakan dalam kajian geografi terdiri atas 3
macam, yaitu analisis keruangan (spaÂtial analysis), analisis ekologi
(ecological analysis). danan analisis kompleks wilayah (regional complex
analysis). Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam geografi tidak
membedakan antara elemen fisik dan nonfisik.
1. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dari
perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Di dalam pendekatan keruangan ini yang
perlu diperhatikan adalah persebaran penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang
akan dimanfaatkan.
Contoh penggunaan pendekatan keruangan adalah perencanaan pernbukaan lahan
untuk daerah permukiman yang baru. Maka yang harus diperhatikan adalah segala
aspek yang berkorelasi terhadap wilayah yang akan digunakan tersebut. Contohnya
adalah morfologi, ini kaitannya dengan banjir, longsor, air tanah. Hal itu
diperlukan karena keadaan fisik lokasi dapat mempengaruhi tingkat adaptasi
manusia yang akan menempatinya,
Pendekatan keruangan juga merupakan ciri khas yang membedakan ilmu geografi
dengan lainnya. Pendekatan ini dapat di tinjau dari 3 aspek yaitu:
*
Analisis pendekatan topik yaitu menghubungkan suatu kejadian dengan dengan
tema-tema utama dalam permasalahan tersebut. Contoh pemanasan glokal adalah
suatu fenomena geografi yang terjadi di seluruh ruang, gejala tersebut
diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan manusia yang menambah tingkat polutan dalam
udara sehingga berpengaruh terhadap perubahan komposisi penyusun atmosfer.
Berikut Ini adalah gambar aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan ruang
(sumber www.wordpress.com)
*
Analisis dengan pendekatan aktivitas manusia yaitu mendeskripsikan aktivitas
manusia dalam ruang. Kehidupan manusia dimanapun ruang dan tempatnya maka akan
beradaptasi dan menyesuaikan dengan kondisi ruang. Pada ruangan pantai maka
aktivitas manusia sebagai nelayan, tambak udang, garam atau industri berat.
Contoh gambar ini adalah aktivitas manusia sesuai dengan keruangannya (sumber
www.matanews.com dan www.wordpress.com)
*
Analisis pendekatan wilayah, yaitu bahwa persebaran fenomena geografi
persebarannya tidak merata, sehingga setiap wilayah mwmiliki karakteristik,
memiliki kelebihan dibandingkan dengan wilayah lain, sehingga pada wilayah yang
berrbeda maka akan memiliki karakteristik yang berbeda pula. Berikut ini adalah
gambar karakteristik wilayah(sumber www.wordpress.com dan www.uwsp.edu)
2. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya
terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya. termasuk dengan
organisme hidup yang lain. Di dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu
komponen yang penting dalam proses interaksi, Oleh karena itu, muncul istilah
ekologi manusia (huÂman ecology) yang mempelajari interaksi antar manusia
serta antara manusia dan lingkungan. Aktivitas manusia dalam kaitannya dengan
inetarksi dalm ruang terutama terhadap lingkungannya mengalami tahan-tahapan
sebagai berikut
*
Tahapan yang sangat sederhana yaitu manusia tergantung terhadap alam (fisis
Determinisme). Manusia belum memiliki kebudayaan yang cukup sehingga pemenuhan
kebutuhan hidup manusia dipenuhi dari apa yang ada di alam dan lingkungannya
(hanya sebagai pengguna alam). Sehingga pada saat alam tidak menyediakan kebutuhannya
maka di akan pindah atau mungkin punah (kehidupan jaman purba)
*
Manusia dan alam saling mempengaruhi. Manusia memanfaatkan alam yang berlebihan
dan tidak memperhatikan kemampuan alamnya, sehingga lingkungan alam rusak dan
berakibat juga pengaruhnya terhadap manusia. Manusia sudah mampu mengurangi
ketergantunggannya terhadap alam tapi manusia juga masih membutuhkan alam.
Contohnya. Para petani zaman dulu dalam waktu setahun hanya mampu bercocok
tanam hany sekali, karena kebutuhan pengairan hanya mengandalkan dari musim
hujan (tadah hujan), sementara jumlah penduduk semakin bertambah, kebutuhan
terhadap pangan juga bertambah, maka manusia berupaya bagaimana agar kebutuhan
irigasi untuk pengairan pertanian bisa sepanjang musim dan tahun, maka dibuatlah
bendungan. Kemudian dengan bioteknologi juga sudah ditemukan varietas pada yang
bagus dengan usia dan masa panen cukup pendek.
*
Manusia menguasai alam. Dengan berkembangnya ilmu, kemampuan, dan budayanya,
manusia dapat memanfaatkan alam sebesar-besarnya. Contohnya dibuatnya
mesin-mesin mengekploitasi alam yang sebesar-besarnya. Jika alam sudah tidak
mampu lagi maka mesin -mesin digunakan untuk memproduksi bahan-bahan sintetis
yang tidak bisa di buat alam. Â
3. Pendekatan komplek kewilayahan
Pendekatan komplek kewilayahan ini mengkaji bahwa fenomena geografi yang
terjadi di setiap wilayah berbeda-beda, sehingga perbedaan ini membentuk
karakteristik wilayah. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya interaksi
suatu wilayah dengan wilayah lain untuk saling memenuhi kebutuhannya. semakin
tinggi perbedaannya maka interaksi dengan wilayah lainnya semakin tinggi
a) Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan adalah suatu metode analisis yang menekankan pada
eksistensi ruang yang berfungsi untuk mengakomodasi kegiatan manusia.
Contoh :
Pada musim hujan Jakarta banjir, karena tiada sejengkal tanahpun yang dapat
untuk peresapan air, lahan untuk pemukiman, kantor dan jalan selain itu
penduduknya membuang sampah di saluran air.
b) Pendekatan Ekologi/kelingkungan
Pendekatan ekologi (ecological approach) merupakan metodelogi untuk mendekati ,
menelaah dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan
konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan ekologi diarahkan kepada hubungan
manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungannya.
Contoh :
Daerah Jakarta banjir karena hutan didaerah Bogor/puncak terjadi penggundulan
hutan
c) Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis geografi dalam pendekatan kompleks wilayah mempelajari fenomena atau
kejadian berdasarkan hubungan aspek-aspek suatu wilayah tertentu yang berkaita
dengan wilayah lainnya. Artinya, permasalahan yang dikaji dalam pendekatan
kompleks wilayah adalah permasalahan keruangan komplek antar wilayah yang tidak
dapat diselesaikan dengan hanya pada satu ruang wilayah tertentu.
Contoh :
Untuk mengatasi banjir di Jakarta, Pemda DKI bekerjasama dengan Pemda daerah
sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) untuk memperbaiki DAS dan
menggalakkan penghijauan.
Dalam geografi terpadu untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi
digunakan macam-macam pendekatan atau hampiran yaitu pendekatan analisa
keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach),
dan pendekatan kompleks kewilayahan (regional complex approach).
Gambar diagram pendekatan Geografi
a. Analisis keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processes)
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Analisis kerungan yang mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat
pentingnya. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola
penyebaran serta cara mengubah pola sehingga dicapai penyebaran yang lebih
baik, efisien dan wajar.
Pendekatan keruangan kajiannya dapat pula diarahkan pada aktivitas manusia
dalam ruang/wilayah. Hal ini dapat ditinjau dari sebaran keruangan aktivitas
mana interrelasinya dengan aspek lain, baik menyangkut fisik manusia.
Dalam analisis keruangan dikumpulkan data ruang di suatu tempat/wilayah yang
terdiri dari data titik (point) dan data bidang (areal). Data titik meliputi
letak lintang, tinggi tempat, curah hujan, sampel batuan, tanah dan lain-lain.
Data bidang meliputi luas hutan, daerah pertanian, luas lahan kritis dan
lain-lain. Hal yang harus diperhatikan dalam analisis keruangan adalah
penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang.
Dalam pendekatan keruangan dipergunakan beberapa analisis dalam mengkaji
permasalah geografi yaitu:
1. Analisis lokasi
lokasi suatu ruang dimuka bumi ada dua yaitu lokasi absolute dan lokasi
relatif. Lokasi absolute adalah lokasi dengan posisi ditentukan oleh garis
lintang dan garis bujur bola bumi. Lokasi relative yaitu lokasi suatu wilayah
yang berhubungan dengan kondisi alam, social budayadaerah sekitarnya.
2. Analisis penyebaran
Pola penyebaran secara umum dapat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
mengelompok, tersebar merata dan tersebar tidak merata. Analisis penyebaran ini
dapat menganalisis pola-pola pemukiman, sebaran sumberdaya alam, vegetasi dan
lain-lain, sehingga dapat kita bedakan dari wilayah lainnya.
3. Analisis interaksi
Pada dasarnya wilayah berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
terdapat interaksi antar wlayah. Interaksi ini ditandai dengan adanya aliran
barang dan orang antar wilayah.
4. Analisis diffusi
Dalam proses interaksi akan terjadi diffusi (pencemaran). Diffuse ekspansi
yaitu proses informasi material menjalar malalui populasi dari suatu daerah ke
daerah lain. Diffuse penampungan merupakan proses yang sama dengan penyebaran
keruangan, informasi, material yang didifusikan meninggalkan daerah yang lama
dan berpindah ke daerah yang baru.
Menurut Edward Ullman adanya interaksi keruangan didasrkan atas tiga faktor
yaitu: (1) saling melengkapi antar wilayah, (2) kesempatan berintervensi, dan
(3) kemudahan permindahan dalam ruang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi
di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut.
Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di
kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi
wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan
zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai,
landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona
tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi,
penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam
pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan
bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang
sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Analisis kelingkungan atau ekologi
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Analisis yang mendasarkan pada interaksi makhluk hidup dengan lingkungan.
Ketekaitan antar manusia dengan lingkungan mempunyai kaitan dengan dua arah,
manusia mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkunggan yang mempengaruhi
manusia.
Organisme beserta lingkungan hidupnya sebagai suatu ekosistem, disebut
ekosistem. Dalam ekosistem dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitua: bagian
yang hidup (biotik) dan bagian yang tidak hidup (abiotik). Abiotik terdiri dari
bagian yang padat (litosfer), bagian yang cair (hidrosfer) dan bagian berupa
selubung udara (atmosfer). Tiap-tiap unit ekosistem mempunyai sifat-sifat
tertentu yang menentukan dalam ekosistem dan saling berinteraksi serta memeliki
corak tersendiri.
Dalam kajian ekologi terdapat dua pendekatan, yaitu ekologi yang menekankan
pada habitat dan ekologi yang menekankan pada organisme hidup sebagai komponen
dalam ekologi.
Pendekatan lingkungan dalam geografi, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam
mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah memepunyai
keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Analisis kompleks wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota.
Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Analisis yang mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis
ekologi. Analisis ini menekankan pengertian “areal differentiation” yaitu
adanya perbedaan karateristik tiap-tiap wilayah. Perbedaan ini mendorong suatu
wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain. perkembangan wilayah yang
saling berinteraksi terjadi karena terdapat permintaan dan penawaran.
Jadi fenomena, gaya dan masalah ditinjau dari penyebaran keruangannya,
keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan
geografi terhadap gaya dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai
alternatif-alternatif pemecahan masalah.
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Pendekatan Geografi dalam Pengelolaan Wilayah
Beberapa waktu lalu, banjir menggenangi beberapa daerah yang termasuk dalam DAS
Bengawan Solo. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah
dan Jawa Timur mengejutkan berbagai pihak dan masyarakat karena luapannya yang
sangat luas telah menggenangi wilayah di beberapa kabupaten, mulai dari
Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan
Gresik.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah di daratan yang secara
topografis dibatasi oleh igir alam berupa punggung bukit/ perbukitan dan
gunung/ pegunungan, dimana wilayah tersebut berfungsi menampung air yang
berasal dari presipitasi (curah hujan) yang kemudian mengalirkannya melalui
suatu sungai utama yang merupakan single outlet.
Beberapa kalangan dan pakar berpedapat bahwa kerusakan ekositem DAS dan
sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri-lah penyebab utama banjir. Sebenarnya jauh
hari sebelumnya, sudah muncul prediksi atau dugaan dari para pakar bahwa usia
waduk tidak akan lebih dari 20 – 30 tahun ‘jika’ kondisi sedimentasi akibat
erosi lahan di daerah tangkapan waduk dibiarkan terus menerus. Sementara itu
pada awal pembuatan Waduk Serbaguna Wonogiri diharapan usia waduk dapat
mencapai 100 tahun. Prediksi para pakar tersebut sangatlah berlawanan dengan
yang diharapkan sebelumnya. Pada kenyataannya kondisi sedimentasi yang terjadi
sungguh diluar prediksi, anak-anak Bengawan Solo di daerah hulu, utamanya di
daerah tangkapan airnya telah membawa banyak material sedimen yang tersuspensi
pada air yang dialirkannya. Sungai Keduang dilansir sebagai penyumbang terbesar
sedimen di Waduk Wonogiri. Banyaknya muatan sedimen pada aliran Sungai Keduang
tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat erosi yang terjadi akibat
maraknya konversi penggunaan lahan dan pola pengelolaan lahan pertanian yang
belum mengindahkan konsep dan arahan konservasi tanah.
Ada beberapa faktor penyebab degradasi fungsi hidrologis dan degradasi lahan
DAS Bengawan Solo, diantaranya :
1. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Misalnya, daerah
yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung dialihfungsikan menjadi lahan
budidaya, kawasan penyangga dialihfungsikan menjadi lahan budidaya semusim dan
kawasan produksi dialihfungsikan menjadi permukiman. Kondisi seperti tersebut,
sangatlah mudah dijumpai di daerah hulu DAS Bengawan Solo.
2. Pola penggunaan lahan belum menyesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian
lahan. Lahan yang semestinya hanya untuk kawasan budidaya tahunan dipakai
sebagai lahan budidaya tanaman semusim atau bahkan dipergunakan sebagai
permukiman. Lahan dengan kemiringan lereng >30% masih difungsikan sebagai
lahan pertanian intensif dan dipergunakan juga sebagai lokasi permukiman.
3. Perlakuan terhadap lahan belum memenuhi kaidah-kaidah konservasi lahan.
Kaidah-kaidah konservasi lahan sangatlah dipengaruhi oleh faktor geografis atau
lokasi dimana lahan tersebut berada. Pengelolaan dan teknik konservasi dari
suatu lokasi akan berbeda dengan lokasi yang lainnya, hal ini tergantung pada
kondisi tanah, topografi, penggunaan lahan, iklim dan geologi dari lahan yang
bersangkutan.
4. Tekanan penduduk atas lahan yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang cukup
pesat. Pertumbuhan penduduk berarti pertambahan kebutuhan akan pangan dan
permukiman, dua hal tersebut akan memicu intensifikasi dan ekstensifikasi
penggunaan lahan. Daerah tangkapan air disekitar lereng Gunung Merapi dan
Gunung Lawu merupakan lahan yang sangat subur dan mempunyai daya tarik
keindahan pariwisata sehingga menjadi faktor penarik bagi manusia untuk
mengembangkan pemukiman dan pertanian di daerah tersebut.
5. Belum ada peraturan yang mengatur dan mengikat secara jelas mengenai
konservasi tanah dan air, sehingga masyarakat sebagai agen pengguna lahan
diharuskan menerapkan usaha konservasi tanah dan air secara memadai pada setiap
lahan yang digunakannya.
Dalam pengelolaan DAS, secara garis besar, sumberdaya alamnya dapat dipilahkan
menjadi dua sumberdaya alam utama, yaitu sumberdaya lahan dan sumberdaya air.
Dalam prakteknya, pengelolaan kedua sumberdaya tersebut tidak dapat dipisahkan,
namun harus terpadu, karena suatu kegiatan/ usaha pengelolaan salah satu
sumberdaya tersebut akan berdampak pada sumberdaya yang lain.
Secara keruangan, karakteristik DAS dapat diklasifikasikan menjadi 3 wilayah,
yaitu daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir. Tiap keruangan dari DAS
tersebut mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda, sehingga dalam usaha
pengelolaan dan pemanfaatannya pun akan berbeda. Daerah hulu dari suatu DAS
berfungsi sebagai kawasan lindung dan tangkapan air bagi keseluruhan wilayah
DAS. Daerah tengah dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan penyangga,
sedangkan daerah hilir dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasa budidaya.
Dalam konsep DAS berlaku hukum sebab akibat yang mengalir dari atas ke bawah,
oleh karena itu rusaknya daerah hulu (atas) dan tengah tentunya akan berdampak
pada kelestarian wilayah dibawahnya (hilir). Daerah hulu sebagai kawasan
lindung mempunyai nilai dan fungsi penting dalam menangkap dan menyimpan air,
karena itu terjadinya perubahan tata air di daerah hulu akan berdampak di
daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air, volume dan tranportasi
sedimen serta material yang tersuspensi dalam sistem aliran airnya. Dalam
interaksi antar ruang antara daerah hulu dan hilir, keduanya mempunyai
keterkaitan dalam hal daur hidrologi. Mengingat pentingnya fungsi daerah hulu
dalam sistem tata air suatu DAS, maka daerah hulu harus menjadi salah satu
fokus perhatian.
Dalam suatu pembangunan berwawasan lingkungan, maka dalam pendekatannya juga
harus menggunakan sistem satuan wilayah yang mengacu pada ruang/ ekosistem
lingkungan. DAS sebagai sebuah ruang (space) dan ekosistem seharusnya sudah
mulai digunakan sebagai pendekatan dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan karena DAS memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi keruangan, karena DAS mempunyai ke-khas-an karakteristik dan
batas-batas fisik dan yang jelas. Didalamnya terdapat berbagai komponen yang
berinteraksi sehingga membentuk sistem terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem.
2. Fungsi hidrologi, karena didalamnya terdapat siklus hidrologi dan
proses-proses ikutannya.
3. Fungsi pembangunan, karena DAS dapat digunakan sebagai satuan wilayah
pembangunan dimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat di dalamnya.
Sistem pewilayahan yang sudah ada, dimana batas administrasi selalu dijadikan
batas pemisah, tidak akan berhasil untuk mengelola ruang dan ekosistem yang
notabene bukan ruang administratif. Sistem pewilayahan yang sudah ada tidaklah
harus dirubah, akan tetapi sistem dan pola koordinasi antar wilayah didalam
DAS-lah yang harus dibenahi. Akan selalu diperlukan kemauan dan itikad baik
dari berbagai pihak demi ruang hidup yang lebih baik untuk kemaslahatan
bersama.
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan
gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan
beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi
dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di
kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka
bumi dan peristiwa peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun
yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatnn
keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan
keberhasilan pembangunan. Konteks geografi ternyata membicarakan dan membahas
tentang aspek kehidupan manusia dengan segala perilakunya serta gejala fisik
yang terjadi dalam rulIng stall.
Pengertian ruang merupakan suatu tempat yang mewujudkan keberadaan dirinya yang
bersifat fisik ataupun yang bersifat hubungan-hubungan sosial serta memiliki
perbedaan dan persamaan aspek kehidupan yang ads dalam ruang tersebut. Ruang
mencerminkan adanya hubungan fungsional antara gejala obyek-obyek yang ada
dalam ruang itu sendiri. Sebab itulah diperlukan analisis keruangan dalam
rangka mengkaji gejala-gejala yang mill dalam rlmng (space). Space terdiri
dari: (1) physical space dan (2) social space. Dalam hal mengkaji
perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam ruang dengan segala
obyeknya merupakan tugas geografi.
Sebagai suatu disiplin ilmu, geografi mempelajari suatu system alam yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait. Aliran energi dalam suatu
sistem menghasilkan perubahan. Perubahan yang berkesinambungan akan menghasilkan
suatu bentuk keseimbangan sistem.
Suatu sistem mempunyai tiga bagian yang berbeda, yaitu bagian komponen, bagian
input, dan bagian output. Salah satu contoh sistem sederhana yang banyak
diketahui dan dikenal luas adalah sistem hi-fi. Suatu sistem hi-fi tersusun
dari beberapa komponen seperti amplifier, speaker, radio, tape, dan pemutar
”Compact Disk” (CD). Ketika kita menghubungkan sistem hi-fi dengan aliran
listrik dan menghidupkannya, energi listrik mengalir melalui system serta
menghidupkan seluruh komponen. Aliran energi ini disebut dengan input,
sedangkan outputnya adalah musik yang kita dengar.
Pada sistem yang berfungsi baik, seluruh komponen harus tersambung bersama.
Planet Bumi yang mempunyai banyak komponen dapat dilihat sebagai sistem yang
kompleks dan sangat besar. Di dalam sistem Bumi, input adalah energi yang
datang dari Matahari dan juga energi yang berasal dari dalam Bumi, seperti
tenaga tektonik. Output adalah perubahan konstan yang dapat dilihat di sekitar
kita dalam lingkungan fisik dan manusia, seperti panas serta hujan.
Sistem Bumi memang suatu sistem yang kompleks, sehingga cara terbaik untuk
mempelajarinya dengan memahami setiap komponen-komponennya dengan berbagai
pendekatan dalam geografi. Inilah geografi dari sudut pendekatan sistem.
Pendekatan ini terus mengalami perkembangan hingga masa geografi modern.
Dalam geografi modern yang dikenal dengan geografi terpadu (Integrated
Geography) digunakan tiga pendekatan atau hampiran. Ketiga pendekatan tersebut,
yaitu analisis keruangan, kelingkungan atau ekologi, dan kompleks wilayah.
1. Pendekatan Keruangan
Dari namanya dapat ditangkap bahwa pendekatan ini akan menekankan pada
keruangan. Pendekatan ini mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat
pentingnya seperti perbedaan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan
terkait dengan elemen pembentuk ruang yang berupa kenampakan titik, garis, dan
area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi distribusi ketiga elemen
tersebut. Distribusi atau agihan elemen geografi ini akan membentuk pola
seperti memanjang, radial, dan sebagainya. Nah, proses keruangan sendiri
berkenaan dengan perubahan elemen pembentuk ruang. Ahli geografi berusaha
mencari faktor-faktor yang menentukan pola penyebaran serta cara mengubah pola
sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik, efisien, dan wajar. Analisis suatu
masalah menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan dengan pertanyaan 5W 1H
seperti berikut ini.
a. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
b. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
c. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam
berlangsung.
d. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena
alam.
e. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan
terjadinya fenomena alam.
f. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena
alam.
Salah satu contoh kasus fenomena atau gejala alam adalah gempa bumi di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah, pada tanggal 27 Mei 2006. Gempa bumi merupakan suatu fenomena
alam yang sangat merugikan
manusia. Analisis peristiwa gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah, dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apa fenomena alam yang terjadi?
Gempa bumi
b. Kapan terjadinya?
27 Mei 2006.
c. Di mana terjadi gempa bumi tersebut?
Sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
d. Mengapa terjadi peristiwa itu?
Peristiwa tersebut terjadi karena adanya pergerakan lempeng tektonik.
e. Siapa atau apa yang menyebabkannya?
Adanya tumbukan antara dua lempeng tektonik.
f. Bagaimana gempa bumi itu dapat terjadi?
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik yang terus bergerak. Ketiga
lempeng tersebut adalah lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lempeng
tersebut terus bergerak. Apabila terjadi tumbukan lempeng mengakibatkan gempa
bumi. Peristiwa gempa bumi di Yogyakarta terjadi karena tumbukan lempeng
Indo-Australia dan Eurasia. Tumbukan tersebut menyebabkan lempeng
Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia di zona subduksi.
Nah, dengan cara seperti ini kamu bisa menganalisis suatu gejala alam yang
terjadi di sekitar wilayahmu. Bahkan bencana alam yang akhir-akhir ini mendera
bangsa kita. Sebagai perbandingan, kamu akan diberikan satu contoh lagi
mengenai penggunaan pendekatan ini dalam analisis masalah geografi yang lain,
yaitu analisis terjadinya banjir di Jakarta. Untuk kesekian kali Jakarta banjir
lagi. Yang paling akhir, bencana ini terjadi tanggal 1 Februari 2007. Banjir
ini hampir merendam sebagian Jakarta. Tahap pertama penerapan pendekatan
keruangan dilakukan dengan melihat struktur, pola, dan proses keruangan di
wilayah-wilayah sekitar Jakarta, seperti Bogor, kawasan puncak, dan Cianjur.
Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena alam seperti kawasan hulu sungai.
Setelah itu, pada tahap kedua ilakukan zonasi berdasarkan karakteristik
kelerengannya, misalnya curam, agak landai, dan datar. Tahap ketiga ditinjau
ketepatan pemanfaatan lahan di tiap-tiap zona. Studi aspek fisik ini perlu
ditambahkan dengan karakteristik penduduk di wilayah tersebut, seperti mata
pencahariannya, tingkat pendidikan, keterampilan yang dimiliki serta
kebiasaannya. Melalui informasi ini dapat ditemukan keterkaitan antara kondisi
alam dan manusia dengan terjadinya banjir. Pada akhirnya, dapat dirumuskan
upaya penanggulangannya.
2. Pendekatan Kelingkungan atau Ekologi
Pendekatan ini tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan
lingkungan, tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada dan juga perilaku
manusia. Karena pada dasarnya lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu
perilaku dan fenomena lingkungan. Sisi perilaku mencakup dua aspek, yaitu
pengembangan gagasan dan kesadaran lingkungan. Interelasi keduanya inilah yang
menjadi cirri khas pendekatan ini. Menggunakan keenam pertanyaan geografi,
analisis dengan pendekatan ini masih bisa dilakukan. Nah, perhatikan contoh
analisis mengenai terjadinya banjir di Sinjai berikut dan kamu akan menemukan
perbedaannya dengan pendekatan keruangan. Untuk mempelajari banjir dengan
pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut.
a. Identifikasi kondisi fisik yang mendorong terjadinya bencana ini, seperti
jenis tanah, topografi, dan vegetasi di lokasi itu.
b. Identifikasi sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di lokasi
tersebut.
c. Identifikasi budi daya yang ada kaitannya dengan alih fungsi lahan.
d. Menganalisis hubungan antara budi daya dan dampak yang ditimbulkannya hingga
menyebabkan banjir.
e. Menggunakan hasil analisis ini mencoba menemukan alternative pemecahan
masalah ini.
3. Analisis Kompleks Wilayah
Analisis ini mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis
ekologi. Analisis ini menekankan pengertian
”areal differentiation” yaitu adanya perbedaan karakteristik tiap-tiap wilayah.
Perbedaan ini mendorong suatu wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain.
Perkembangan wilayah yang saling berinteraksi terjadi karena terdapat permintaan
dan penawaran. Contoh analisis kompleks wilayah diterapkan dalam perancangan
kawasan permukiman. Langkah awal, dilakukan identifikasi wilayah potensial di
luar Jawa yang memenuhi persyaratan minimum, seperti kesuburan tanah dan
tingkat kemiringan lereng. Langkah kedua, identifikasi aksesibilitas wilayah.
Dari hasil identifikasi ini dirumuskan rancangan untuk jangka panjang dan
jangka pendek untuk pengembangan kawasan tersebut.
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami,
yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang
meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati
dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan
geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan
hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan kompleks wilayah adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Di dalam analisis ini
yang menjadi perhatian adalah tentang persebaran fenomena tertentu melalui
pendekatan keruangan dan interaksi manusia dengan lingkungannya melalui
pendekatan ekologi. Pendekatan kompleks wilayah beranggapan bahwa interaksi
antarwilayah akan berkembang karena adanya perbedaan antarwilayah itu. Oleh
karena adanya perbedaan itu maka akan terjadi pemenuhan kebutuhan dari satu
wilayah terhadap wilayah yang lain.
Melalui pendekatan kompleks wilayah, perencanaan pembukaan lahan untuk daerah
permukiman yang baru seperti contoh di atas dikaji lebih luas lagi, terutama
hubungannya dengan wilayah lain dan pengembangannya. Hal tersebut membuktikan
bahwa fenomena geografi yang terjadi pada suatu wilayah memiliki keterkaitan
(hubungan) dengan fenomena di wilayah lain.
Prinsip korologi, yaitu pengkajian gejala atau fenomena geografi secara
menyeluruh (komprehensif) dalam ruang tertentu (spatial). Di dalam prinsip
korologi setiap gejala atau fenomena geografi dikaji dengan cara memadukan
prinsip-prinsip persebaran, interelasi, dan deskripsi. Hasil pengkajian melalui
prinsip korologi menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan gejala, fenomena, dan
fakta antarwilayah. Oleh karena itu, akan memberikan corak tertentu sehingga
tampak adanya kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk.
HAKIKAT GEOGRAFI
Dalam filsafat ilmu pengetahuan ditegaskan bahwa suatu pengetahuan yang
sistematis disebut ilmu pengetahuan bila memiliki sekurang-kurangnya tiga
aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan aspek aksiologis atau
aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu pengetahuan dapat ditelusuri
melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan kehidupan manusia.
1. Aspek Ontologis
Aspek ontologis suatu disiplin ilmu pengetahuan menghendaki adanya rumusan
(batasan) mengenai obyek studi yang jelas dan tegas sehingga menunjukkan
perbedaan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli, Geografi merupakan studi tentang :
(1) Bentangan atau landskap.
(2) Tempat-tempat (jenis, Lukerman).
(3) Ruang, khususnya yang ada pada permukaan bumi (E. Kant).
(4) Pengaruh tertentu dari lingkungan alam kepada manusia (Houston, Martin).
(5) Pola-pola ruang yang beraneka ragam (Robinson, Lindberg, dan Brinkman).
(6) Perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (Hartshorne).
(7) Proses-proses lingkungan dan pola-pola yang dihasilkannya (Barlow-Newton).
( Lokasi, distribusi,
interdependensi, dan interaksi dalam ruang (Lukerman).
(9) Kombinasi atau paduan, konfigurasi gejala-gejala pada permukaan bumi
(Minshull).
(10) Sistem manusia-lingkungan.
(11) Sistem manusia-bumi (Berry).
(12) Saling hubungan di dalam ekosistem (Morgan, Moss).
(13) Ekologi manusia.
(14) Kebedaan areal dari paduan gejala-gejala pada permukaan bumi (Hartskorus).
Ini berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup interrelasi, interaksi, dan
interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu
dengan manusia. Pengertian bagian permukaan bumi itu mencakup juga lingkungan
fauna, flora, dan biosfer. Unsur ruang atau wilayah atau tempat itulah yang
menjadi perhatian geografi sejak dulu. Tidak ada disiplin ilmu lain yang
memperhatikan fakta tentang ruang, yang justru penting sebagai tempat dari
aneka ragam gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini. Geografi
memperhatikan ruang (space) dari sudut pandangan wilayah “an sich” dan bukan
dari sudut pandangan gejala-gejala yang terhimpun di dalamnya. Hal tersebut
yang membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang “area yang
kompleks” merupakan bagian perhatian utama dari geografi.
Pada hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat
keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek
yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi sebagai satu kesatuan studi
(unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen
insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan
faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan.
Gejala—interaksi—integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada
Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
Dalam perkembangannya, dengan obyek studi geografi tersebut melahirkan ilmu
pengetahuan Geografi Fisis (Physical Geography), Geografi Manusia (Human
Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography); dengan berbagai anak
cabangnya masing-masing.
2. Aspek Epistemologis
Aspek epistemologis (metodologis, pendekatan) geografi sejalan dengan aspek
epistemologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah dengan
pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di
dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak
dari pengamatan secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang
dianggap sudah diakui secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara umum
ini diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to the
particular). Pola pendekatan induksi-empiris berpangkal tolak dari pengamatan
dan pengkajian yang bersifat khusus, berdasarkan fakta dari gejala yang diamati
dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara umum (reasoning from the
particular to the general). Dengan metode induksi-empiris saja, maka
hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori geografi hanya berlaku di suatu tempat
dan waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori geografi sangat
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Untuk menjembatani kedua
pendekatan yang berbeda ini geografi menggunakan metode pendekatan reflective thingking;
yaitu menggunakan atau menggabungkan pendekatan dedukif dan induktif secara
hilir-mudik dalam penelitian geografi.
Terdapat tiga macam cara untuk menyelidiki realita pada permukaan bumi (menurut
Kant, Hettner, Hartshorne):
a. Secara sistematis; yaitu
mencari penggolongan, ketegori, kesamaan dan keadaan dari gejala-gejala yang
ada pada permukaan bumi. Terjadilah ilmu-ilmu seperti biologi, fisika, kimia
(tergolong ilmu-ilmu pengetahuan alam), dan ilmu-ilmu seperti sosiologi,
psikologi, ekonomi, politik (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan sosial).
b. Secara kronologis (chronos =
waktu); yaitu menyelidiki gejala-gejala pada permukaan bumi dalam urutan-urutan
waktu (palaeontologi, arkeologi, sejarah).
c. Secara korologis (choora =
wilayah); yaitu menyelidiki gejala-gejala dalam hubungannya dengan ruang bumi
(geografi, geofisika, astronomi).
Dari ketiga macam pendekatan tersebut, ilmu geografi menggunakan (mengutamakan)
pendekatan korologis. Penggunaan peta adalah wujud dari pendekatan korologis
ini. Sehingga ada ahli geografi yang berkata, “Geografer adalah orang yang
bekerja dengan peta untuk menghasilkan peta.”
Orang yang berkecimpung dalam bidang geografi, sekurang-kurangnya harus
melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang berlaku pada sistem keruangan [korologis]
dan yang berlaku pada ekologi atau ekosystem. Bahkan untuk mengkaji
perkembangan dan dinamika suatu gejala dan atau suatu masalah, harus pula
menggunakan pendekatan historis atau pendekatan kronologis (Sumaatmadja, 1981).
3. Aspek Aksiologis
Adapun aspek aksiologi geografi adalah mengikuti pendekatan fungsional untuk
kesejahteraan manusia. Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang studinya
tersebut membuatnya menjadi cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal,
dan mengontrol yang diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan
wilayah. Aspek aksiologi ilmu pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi
Terapan.
a. Menjelaskan
Geografi harus dapat memberikan penjelasan tentang gejala-gejala obyek
studinya. Fungsi menjelaskan memungkinkan orang akan mengerti akan
gejala-gejala, bagaimana adanya (deskriptif) dan terjadinya serta mengapa itu
terjadi (analisis kausalitas). Penalaran dengan logika deduktif dan induktif
merupakan sarana dalam memberikan penjelasan itu. Penjelasan itu dapat dilakukan
secara kualitatif dan secara kuantitatif. Sistem Informasi Geografis (SIG atau
GIS = Geographic Information System) adalah inplikasi dari fungsi-fungsi
menjelaskan data dari gejala geografis.
b. Meramal
Geografi harus dapat meramal (memprediksi) gejala-gejala yang mungkin akan
terjadi ke depan. Fungsi meramal ini bertolak dari penjelasan yang telah
diberikan dan yang melahirkan pengertian pada orang lain. Dengan pengertian itu
orang dapat berbuat sesuatu, memanfaatkan gejala, menghindarinya, mencegah
terjadinya atau pun mengurangi ekses yang mungkin merugikan sebagai akibat
terjadinya gejala itu. Dengan pengertian ini, orang juga bisa membayangkan apa
kira-kira yang akan terjadi apabila suatu gejala tertentu muncul.
c. Mengontrol
Geografi harus dapat mengontrol gejala-gejala. Ramalan dalam geografi, seperti
juga dalam disiplin ilmu yang lainnya, memberikan stimuli bagi seseorang untuk
mengambil inisiatif atau pun mempertimbangkan berbagai alternatif. Karena
ramalan itu juga orang dapat mengatur segala sesuatu untuk mendorong
terjadinya, menyambutnya, menghindarinya, mencegahnya, atau pun mengatasinya.
Dengan hakekat demikian, maka geografi berperan untuk penyebaran efektif,
pemanfaatan potensi sumberdaya, dan perbaikan lingkungan dengan segala dampaknya.
Gerakan perbaikan kependudukan dan lingkungan hidup adalah salah satu
manifestasi dari fungsi mengontrol untuk menghindari, mencegah atau mengatasi
masalah yang sedang dan akan di hadapi di muka planet bumi ini. Demikian juga
dengan penerapan pendekatan geografi dalam perencanaan dan pengembangan
wilayah.
Aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis geografi seperti ini mempermudah
geografi membatasi dirinya sendiri dalam lingkup yang jelas.
Apabila ada yang membedakan ilmu dan pengetahuan menjadi kelompok ilmu-ilmu
pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, maka kedudukan geografi
adalah menjembatani kedua kelompok ilmu tersebut. Kalau “semua” gejala pada
permukaan bumi telah dipilih dan ditekuni oleh berbagai disiplin ilmu (selain
Geografi), maka tempat atau ruang atau area di mana segala kejadian dan gejala
itu terhimpun, tetap tidak menjadi perhatian ilmu-ilmu tersebut.
Untuk menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen inti Geografi.
Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti Geografi : ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta (maps).
Ruang menjadi satu konsep dalam
inti geografi, yang dapat dipandang sebagai pendekatan spasial-korologikal
untuk Geografi. Ruang juga mendominasi Geografi setiap waktu, ketika analisis
spatial menjadi satu pendeskripsi untuk satu bentuk dari pekerjaan geografis.
Pola spasial umumnya menjadi titik awal untuk kajian geografis; yang
selanjutnya dapat dilacak proses perubahan secara spasial dan sistem spasial.
Tempat merupakan komponen kedua
dalam inti geografi. Tempat terkait dengan kosep teritorial dalam Geografi dan
menunjukkan karakteristik, kemelimpahan dan batas. Tempat merupakan bagian dari
dunia nyata tempat manusia bertem dan dapat dikenali, dinterpretasi dan
dikelola. Dalam ahli geografi manusia tempat merupakan refleksi dari identitas
idividu maupun kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat
merupakan refleksi dari perbedaan lingkungan biofisik.
Lingkungan merupakan komponen
inti Geografi ketiga yang mencakup lingkungan alami (topografi, iklim, air,
biota, tanah) dan sebagai komponen inti yang memadukan dengan komponen geografi
lainnya. Lingkungan menjadi interface antara lingkungan alam dan budaya, lahan
dan kehidupan, penduduk dan lingkungan biofisikalnya.
Peta sebagai komponen inti
Geografi keempat lebih merupakan bentuk representasi, tehnik dan metodologi
dari pada sebagai satu konsep atau teori. Peta dipandang sebagai pernyerhanaan
perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang dikaji dalam Geografi.
Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen
tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalam kajian
Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar
konsep untuk disiplin Geografi secara utuh.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
Ilmu geografi dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan hubungan antar gejala permukaan bumi, misalnya :
1. Bidang Pertanian
Pertanian merupakan sistem keruangan yang terdiri dari aspek fisik dan manusia. Aspek fisik antara lain : lahan, iklim, air dan udara. Aspek manusia meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi dan ekonomi masyarakat. Analisis hubungan antara aspek fisik dengan manusia pada bidang pertanian bermanfaat untuk menyusun sistem diversifikasi tanaman pada lahan pertanian, yang penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan agar produktivitas tetap tinggi
2. Bidang Industri
Merupakan tinjauan terhadap aspek industri pada hubungan antara aspek fisik dan manusia. Aspek fisik yang bepengaruh terhadap kegiatan industri misalnya lahan, bahan baku dan sumber daya energi. Sedangkan aspek manusia yang penting untuk kegiatan industri adalah tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen dan pasar. Hasil analisis hubungan digunakan untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan industri. Sebagai contoh untuk memeratakan persebaran penduduk maka sebaiknya pemerintah pengarahkan penemapatan lokasi industri di daerah yang masih jarang penduduknya.
Willian Kirk menyusun struktur lingkungan geografi menjadi 2, yaitu :
1. Aspek Fisikal
Aspek fisikal geografi meliputi :
a. Aspek Topologi
Membahas hal-hal yang berkenaan dengan letak atau lokasi suatu wilayah, bentuk muka buminya, luas area dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri khas tertentu.
b. Aspek Biotik
Membahas karakter fisik dari manusia, hewan dan tumbuhan
c. Aspek Non Biotik
Membahas tentang tanah, air dan atmosfer (termasuk iklim dan cuaca)
2. Aspek NonFisik
Aspek ini menitikberatkan pada kajian manusia dari segi karakteristik perilakunya. Pada aspek ini manusia dipandang sebagai fokus utama dari kajian geografi dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan perilaku manusia dengan lingkungannya. Beberapa kajian pada aspek ini antara lain :
a. Aspek Sosial
Membahas tentang adat, tradisi, kelompok masyarakat dan lembaga sosial.
b. Aspek Ekonomi
Membahas tentang industri, perdagangan, pertanian, transportasi, pasar dan sebagainya
c. Aspek Budaya
Membahas tentang Pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan lain-lain.
d. Aspek Politik
Misalnya membahad tantang kepartaian dan pemerintahan.
Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji, yaitu :
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam mengkaji fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan keruangan, yaitu :
a. Pendekatan Topik
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari topik tertentu yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di suatu wilayah dengan cara mengkaji :
- penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)
- media penyebarannya
- proses penyebaran
- intensitasnya
- interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.
Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah penyakit yang terjadi.
b. Pendekatan Aktivitas
Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai aktivitas yang terjadi. Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan persebaran dan interelasinya dengan gejala-gejala geosfer.
c. Pendekatan Regional
Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region sebagai ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas.
2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di lingkungan tertentu, yaitu :
- hubungan antar makhluk hidup
- hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya
Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.
3. Pendekatan Kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).
BEBERAPA ILMU PENUNJANG GEOGRAFI ANTARA LAIN :
- Geomorfologi : ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk permukaan bumi dan penafsirannya tentang proses terbentuknya.
- Meteorologi : ilmu yang mengkaji tentang cuaca yang meliputi ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan, suhu udara, angin dan per-awanan.
- Klimatologi : ilmu yang mempelajari tentang iklim, yang meliputi sebab terjadinya, pengaruhnya terhadap bentuk fisik dan kehidupan di suatu wilayah.
- Biogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi dan menentukan pola persebarannya.
- Antropogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran manusia di permukaan bumi dalam hubungannya dengan lingkungan geografi.
- Hidrologi : ilmu yang mempelajari tentang fenomena air di bumi yang meliputi sirkulasi, distribusi, bentuk, serta sifat fisik dan kimianya.
- Oseanografi : Ilmu yang mempelajari fenomena lautan yang meliputi sifat air laut, gerakan air laut dan pasang surut air laut.
- Kartografi : ilmu yang mempelajari tentang peta meliputi tentang pembuatan, jenis dan pemanfaatannya.
- Demografi : ilmu yang mempelajari tentang kependudukan meliputi jumlah, pertumbuhan, komposisi dan migrasi penduduk.
- Pedologi : ilmu yang mempelajari tentang tanah, meliputi proses pembentukan, jenis-jenis dan persebarannya.
- Pengideraan Jauh : ilmu yang mempelajari gejala/fenomena geografi pada suatu alat dengan menggunakan bantuan media penginderaan jauh tanpa melakukan kontak secara langsung terhadap lokasi yang diamati.
- SIG (Sistem Informasi Geografi) : ilmu yang mempelajari tentang tata cara membuat peta secara komputasi dengan tahap-tahap input data, proses dan manajemen data, dan output data.
Sejarah sebagai sebuah ilmu yang mempelajari peristiwa masa lalu tidak akan pernah lepas dari setting tempat. Keberadaan tempat dalam peristiwa sejarah menjadi unsur utama yang dapat digunakan untuk menganalisis fenomena masa lalu. Dengan demikian, mempelajari sejarah harus menggunakan pendekatan spatial dan temporal.
Budaya adalah bagian dari dinamika sejarah yang telah lahir dari sisi historis. Budaya dan adat istiadat masyarakat disuatu tempat akan berbeda satu dengan yang lain. Budaya pernikahan misalkan; Masyarakat padang mengganggap bahwa yang berhak
Terjadinya degradasi dan perubahan lingkungan dalam dimensi ruang dan waktu akibat bencana alam dan aktifitas manusia. Meningkatkan penulisan sejarah lingkungan dan pembuatan peta sejarah.
Sejarah migrasi umat manusia teori tent6ang migrasi, maklah dengan pendekatan spatial : DImensi formal-temporal-spatial dan peta persebaranya. Kirim ke taqygSeminar pengajaran ilmu Bumi tahun 1972 di Semarang, menyimpulkan bahwa untuk keperluan pengajaran sekolah, objek studi geografi adalah muka bumi sebagian atau seluruhnya sebagai satu kebulatan. Sedangkan hakekat sasaran geografi meliputi : (a) Kebulatan hubungan manusia dan lingkungan dan (b) wilayah region sebagai hasil interaksi asosiasi integrafi dan diferensiasi unsur-unsur alamiah dan manusiawi dalam ruang tertentu di permukaan bumi. Kebulatan studi geografi disarankan untuk dipakai dalam pengajaran geografi sekolah, bukan geografi sosial dan geografi fisik.
Pada Seminar tahun 1972 tersebut, para ahli geografi dan tokoh pendidikan geografi sepakat untuk mengusulkan hanya ada satu geografi yang perlu diajarkan di sekolah, yaitu geografi terpadu atau unified geography yang tidak mengkotak-kotakkan atau memisahkan geografi atas geografi fisis dan geografi sosial. Namun dalam kenyataannya para perancang kurikulum sekolah sejalan dengan adanya penjurusan pada tingkat sekolah menengah, telah juga mengkotakkan geografi yang menjadi porsi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan yang harus dipelajari dalam bidang ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Dalam praktek pengembangan geografi sebagai ilmu akademik, pengkhususan perhatian telah disertai dengan pengkhususan sasaran kajian, lingkup kajian dan ada kalanya juga cara kerja dan teknik-teknik yang dipakai. Di antara pengkhususan-pengkhususan geografi ada beberapa yangseakan-akan mengkotakkan atas bagian yangsalingterpisah yang seolah-olah menimbulkan dualisme atau bahkan kontroversi mengenai mana yang sebaiknya dipelajari atau dikembangkan.
Kurikulum 1984/1985 dicirikan pada pemilihan materi pelajaran yang esensial dari setiap bidang studi, ditambah materi-materi pelajaran yang dituntut oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses belajar mengajar menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP), artinya : dalam menyajikan konsep-konsep yang esensial mengacu kepada bagaimana siswa belajar agar siswa mampu mengelola perolehannya dan untuk itu siswa diarahkan dengan belajar aktif baik secara perorangan maupun secara kelompok, sehingga siswa tersebut mampu memahami dan mebentuk konsep secara sewajarnya. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan belajar tuntas. Artinya siswa telah menguasai seluruh konsep esensial dari ma-sing-masing mata pelajaran. Pada belajar tuntas ada tolok ukur ketuntasan misalnya 66%-75% yang tidak tuntas diadakan remidi dan yang tuntas berkelanjutan / pengayaan. Kedudukan mata pelajaran geografi di sekolah SD masuk rumpun IPS, SLTP geografi fisik dan antariksa menjadi IPBA masuk IPA. Geografi sosial ekonomi Indonesia dan geografi Regional Dunia masuk rumpun IPS, begitu juga di SMA, kedudukan mata pelajaran geografi program inti tetapi di EBTA-kan.
Kurikulum 1994 masih seperti kurikulum 1984/1985 menggunakan pendekatan konsep esensial materi, pendekatan pembelajarannya CBSA dan keterampilan proses dengan sistem cawu dan pendekatan tujuan pembelajaran. Kritik/kelemahan mata pelajaran geografi kurikulum 1994 adalah:
1. Terlalu sarat materi, suplemen 1999 berisi pengurangan pokok bahasan.
2. Materi kurang terfokus pada fenomena atau gejala permukaan bumi yang nyata terkait dengan wilayah dan kebutuhan hidup anak dalam masyarakat.
3. Pendekatan materi, pendekatan pembelajaran serta materi belum sepenuhnya dipahami penulis buku, guru akibatnya materi lebih banyak berupa fakta, kurang kita jumpai kasus dan pemecahan masalahnya.
4. Kondisi tersebut di atas menyebabkan pandangan masyarakat terhadap buku yang baik adalah buku yang menyajikan materi yang lengkap maka buku SD, SLTP, SMA tidak terlihat gradasinya.
5. Belum terlihatnya embrio tiga fungsi ilmu pengetahuan, mendeskripsikan, meramalkan dan mengontrol dalam GBPP. Kurikulum 2004 lebih menekankan pada aspek kompetensi siswa. Pada kurikulum ini geografi mempunyai lebih keleluasaan dalam pembelajaranya di SMA/MA karena pelajaran geografi diajarkan tidak hanya di kelas X dan pogram IPS kelas XII dan XIII saja, tetapi juga diterapkan pada program IPA kelas XI.
Pada pertengahan 2006 pemerintah (Depdiknas) mulai menggulirkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.
Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standart Isi (SI), di dalam struktur kurikulum SMA/MA, pelajaran geografi diberikan pada kelas X, kelas XI (program IPS) dan kelas XII (program IPS), sedangkan pada penjurusan progam IPA dan program Bahasa pelajaran geografi dihilangkan sama sekali.Implementasi mata pelajaran geografi-IPS di SMA/MA kurang begitu sesuai, IPS merupakan himpunan-himpunan ilmu-ilmu yang tergabung dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang terseleksi, disederhanakan dan diintegrasikan untuk kepentingan kependidikan, sehingga cita-cita untuk mengajarkan geografi sebagai ilmu yang terpadu (dari aneka disiplin ilmu) menjadi semakin kabur dan sulit tercapai.
Dengan ‘pemaksaan’ memasukkan pelajaran geografi hanya pada program IPS, pelajaran geografi di SMA/MA menjadi terpasung dan tidak utuh, tentunya hal tersebut tidak sesuai dengan jati diri ilmu geografi. Objek material kajian geografi tidak hanya pada sistem sosial atau lingkungan manusia (antoposfer) saja, tetapi justru yang lebih besar sebenarnya ada pada sistem fisik/lingkungan alami/ekologi (litosfer, biosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer). Geografi adalah ilmu holistik/integral, ilmu jembatan bagi semua disiplin ilmu baik sosial maupun fisik, oleh karena itu seharusnya geografi diberikan tidak hanya pada penjurusan program IPS saja, tetapi juga pada program IPA bahkan pada program Bahasa, mengingat ilmu geografi sangat diperlukan bagi pembangunan bangsa dan memupuk rasa cinta tanah air.
Rasa cinta tanah air dan semangat patriotik dapat dipupuk tidak hanya melalui pelajaran sejarah atau pelajaran kewarganegaraan saja, tetapi dapat pula melalui pelajaran geografi karena Kurikulum Geografi mengajarkan siswa memahami fenomena geografi berfokus kepada negara Indonesia dan hubungannya dengan negara-negara lain supaya dapat melahirkan siswa yang berilmu, bertanggungjawab, bersyukur dan mengenali serta mencintai negara Indonesia dengan segala potensinya. Dengan demikian setiap siswa yang mempunyai wawasan ke-geografian diharapkan mempunyai kemampuan :
- Memberi pendapat secara kreatif dan kritis, mengenal pasti dan mengkaji segala masalah dari aspek geografi yang integralistik serta membuat keputusan dengan bertanggungjawab.
- Menjelaskan fenomena alam dan saling kaitannya dengan manusia berdasarkan persebaran dan pola-pola yang terdapat di negara Indonesia dan negara-negara lain.
- Mengenal pasti cara hidup dan budaya berbagai komunitas di negara lain serta menghargai ciri-ciri persamaan dan perbedaan dengan negara Indonesia.
- Menyadari keadaan saling ketergantungan dalam sistem alam, kegiatan ekonomi, sosial dan politik antara satu negara dengan negara lain.
- Menerangkan kondisi kegiatan manusia terhadap alam sekitar serta pentingnya mengelola alam dan sumberdaya lainya dengan bertanggungjawab dan bijaksana.
a.
Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan
dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua
titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi
di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah,
dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona
yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan
dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup
produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara
pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka
diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah
yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun
obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan
antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan
pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
JADI KESIMPULANNYA
PERBEDAAN PENDEKATAN KEWILAYAHAN DAN KERUANGAN ADALAH
1.PENDEKATAN KERUANGAN
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang
yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang.Dalam mengkaji
fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik pendekatan keruangan,
2.PENDEKATAN KEWILAYAHAN
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan.Misalnya dalam
mengkaji wilayah yang memiliki karakteristik satu sama lain,maka harus
diperhatikan bagaimana persebarannya dan bagaimana interaksi antara manusia
dengan lingkumgan alamnay9ANALISIS EKOLOGI)Pendekatan kewilayahan sangat
penting untuk pendugaan wilayah dan perencanaan wilayah.
"PENDEKATAN KERUANGAN BAGIAN DARI PENDEKATAN KEWILAYAHAN"
2.FUNGSI PENDEKATAN KELINGKUNGAN
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang
berada di lingkungan tertentu,yaitu:
-Hubungan antar makhluk hidup
-Hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungan alamnya.
Contohnya dari keterkaitan antar unsur.misalnya
1.petani didaerah lahan miring pasti akan melakukan kegiatan pertanian dengan
sistem terasering,
2.Terjadinya genpa bumi didaerah istimewa Yogyakarta 27 mei
2006.-Mengidentifikasi kondisi didaerah terjadinya gempa bumi tersebut,termasuk
tanh,dan makhluk hidup lainnya.-Mengidentifikasi sikap dan perilaku masyarakat
setempat atas daerah tersebut.-mencari pemecahan masalah atas pemehan masalah
yang terjadi...........
Geografi adalah Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan dari fenomena-fenomena di permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai area-area yang berada di permukaan bumi, di dalam pengertian karakteristik-karakteristiknya.
Prinsip Geografi
- Persebaran: Gejala dan fakta yang tersebar tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang alam dan makhluk hidup lainnya seperti tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia.
- Interelasi: Hubungan saling terkait dalam ruang antara gejala yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah
- Deskripsi: Penjelasan lebih jauh mengenai gejala yang diselidiki. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
- Korologi (Spatialnya): Merupakan Prinsip yang komprehensip , karena memadukan prinsip lainnya. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Pendekatan Geografi
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada
pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada
pendekatan kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan
di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Objek Geografi
Menurut para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) melalui seminar dan lokakarya nasional di Semarang, telah bersepakat mengenai objek studi geografi. Menurut IGI objek geografi adalah: Objek material dan objek formal.
- Objek Material Geografi
Objek material geografi yaitu merupakan sasaran atau yang dikaji dalam studi
geografi.
Objek studi geografi adalah lapisan-lapisan bumi atau tepatnya fenomena
geosfer.
- Objek Formal Geografi
Objek formal adalah metode atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi), kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).
- Aspek Keruangan; geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai kepentingan. Dari hal ini kita lalu mempelajari tentang letak, jarak, keterjangkauan dsb.
- Aspek Kelingkungan; geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah. Komponen-komponen itu terdiri dari komponen tak hidup seperti tanah, air, iklim dsb, dan komponen hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia.
- Aspek Kewilayahan; geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas. Dari hal ini lalu muncul pewilayahan atau regionalisasi misalnya kawasan gurun, yaitu daerah-daerah yang mempunyai ciri-ciri serupa sebagai gurun.
- Aspek Waktu; geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Misalnya perkembangan kota dari tahun ke tahun, kemunduran garis pantai dari waktu ke waktu dsb.
Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkaji suatu permasalahan, geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi manusia yang keduanya tak dapat dipisahkan. Bahkan masingmasing cabang geografi saling membutuhkan dan saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya, tentang objek geografi Anda dapat melihat skema berikut.
Struktur Geografi
Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
1. kenampakan titik (point features),
2 kenampakan garis (line features)
3 kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Aspek Geografi
- Aspek fisik (alamiah): gejala – gejala alam yang timbul. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
- Aspek sosial (kehidupan) dengan segala interaksi, penyebaran maupun relasinya. Manusia di permukaan bumi beragam adat dan budayanya, hal ini mengakibatkan interaksi antara penduduk yang berbeda. Penduduk mempunyai keahlian yang berbeda-beda pula sehingga terjadi saling membutuhkan. Penduduk juga menempati tempat yang berbeda-beda kondisi alam dan sumberdayanya, hal ini menyebabkan kehidupannya juga menjadi beragam karena memanfaatkan alam yang berbeda perlu pengolahan dan alat yang berbeda pula.
Konsep Esensial Geografi
Konsep adalah pengertian dari sekelompok fenomena atau gejala-gejala, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai gejala atau fenomena yang sama. Ada 10 konsep esensial (dasar) geografi, yaitu:
Konsep Lokasi; yaitu letak di permukaan bumi, misalnya Gunung Bromo terletak di Jawa Timur.
Konsep Jarak; yaitu jarak dari satu tempat ke tempat lain. Jarak dibagi menjadi jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan jarak yang ditarik garis lurus antara dua titik. Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yang sesungguhnya. Jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan tertentu misalnya rute, waktu, biaya, kenyamanan dsb. Misalnya jarak Jakarta ke Bandung 180 km atau Jakarta-Bandung dapat ditempuh dalam waktu 3 jam melewati Puncak.
Kedua hal ini merupakan contoh jarak relatif berdasarkan pertimbangan rute dan waktu.
Konsep Keterjangkauan; yaitu mudah dijangkau atau tidaknya suatu tempat, misalnya dari Jakarta ke Kota Cirebon lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan dari Jakarta ke Pulau Kelapa (di kepulauan Seribu) karena kendaraan Jakarta-Cirebon lebih mudah didapat dibandingkan dengan Jakarta-Pulau Kelapa.
Konsep Pola; yaitu persebaran fenomena antara lain misalnya pola pemukiman yang menyebar, yang berbentuk garis dan sebagainya.
Konsep Morfologi; yaitu bentuk lahan, misalnya dalam kaitannya dengan erosi dan sedimentasi.
Konsep Aglomerasi; yaitu pola-pola pengelompokan. Misalnya sekelompok penduduk asal daerah sama, masyarakat di kota cenderung mengelompok seperti permukiman elit, pengelompokan pedagang dan sebagainya. Di desa masyarakat rumahnya mengelompok di tanah datar yang subur.
Konsep Nilai Kegunaan; yaitu nilai suatu tempat mempunyai kegunaan yang berbeda-beda dilihat dari fungsinya. Misalnya daerah wisata mempunyai kegunaan dan nilai yang berlainan bagi setiap orang. Tempat wisata tersebut belum tentu bernilai untuk pertanian atau fungsi lainnya.
Konsep Interaksi dan Interdependensi; yaitu keterkaitan dan ketergantungan satu tempat dengan tempat lainnya. Misalnya antara kota dan desa sekitarnya terjadi saling membutuhkan.
Konsep Deferensiasi Areal; yaitu fenomena yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya atau kekhasan suatu tempat.
Konsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi); yaitu menunjukkan derajad keterkaitan antar wilayah, baik mengenai alam atau sosialnya.
Sumber Acuan:
Bahaudin, Cholifah. Bahan kuliah Pengantar Geografi
Bintarto R., Metode Analisa Geografi, Jakarta: LP3ES, 1986
Drs. Rachmat Kusnadi, Drs. Muhammad Oding, Sutomo, S.Pd., Geografi untuk SMU Kelas I, Grafindo, 1999.
im Geografi SMU DKI, Geografi SMU jilid IA, Jakarta: Erlangga, 2000
Sandy, I Made. Bahan Kuliah Metodologi Penelitian
http://walhijabar.blogspot.com/20080101archive.html
http://walhijabar.blogspot.com/20080101archive.html
http://malan.ac.id.htm
ANALISIS GEOGRAFI
Seorang geograf akan memiliki langkah-langkah awal untuk menganalisis sebuah permasalahan. Seorang geograf harus memiliki pola berfikir secara holistik (memandang suatu masalah tidak hanya dari satu sisi saja) yang menyeluruh. Langkah-langkahnya adalah:
- Dimulai dengan mendeskripsikan masalah dan melihat bahwa bumi adalah cakupan atau ruang lingkup dari masalah itu.
- Step yang kedua mengidentifikasi dari specific phenomenal content dari permukaan bumi; quantitas, qualitas dan degree.
- Identifikasi dari generic relations (hubungan general) ; categoriztion, classification and differentiation.
- Identtifikasi dari generic relation; yang melihat hubungannya dari dynamic aspect dari konten keruangan.
- Langkah ke lima, penentuan hubungan covariant yang menonjol di dalam bumi.
- Pengitegrasian dari data dalam ruang, fenomena, dan proses sebagai bentuk keseluruhan dari hubungan keruangan sebagai final step.
SUDUT PANDANG DAN PENDEKATAN DALAM GEOGRAFI PENDUDUK
Di dalam Geografi Penduduk pendekatan yang di pakai adalah pendekatan sistematik (sistematic approach ). Pendekatan sistematik ini di nilai lebih efektif karena di dalam mengkaji masalah populasi pendekatan sistematik yang terfokus pada satu topik saja, sehingga analisisnya akan mengacu pada satu topik bahasan saja damn memperbandingkannya dengan region lain sehingga pokok pembahasannya tidak lepas dari populasi. Pendekatan ini lebih naik dibandingkan mosaik description yang merupakan penjelasan secara acak dan belum terfokus pada satu permasalahan.
Jadi sistematic approach ( pendekatan sisitematik ) merupakan pendekatan yang sesuai untuk membahas dan menganalisis populasi di dalam geografi penduduk.
Peranan Geograf dalam Pengembangan Transportasi di Indonesia
Transportasi merupakan sebuah pengetahuan yang telah dikembangkan oleh manusia sejak mereka mengenal hidup menetap. Transportasi pada hakekatnya merupakan kegiatan pergerakan atau perpindahan barang dan manusia pada ruang dan suatu waktu melalui moda tertentu.
Paul Mees (1995) berpendapat:
- Kebijakan transportasi bukan sekadar masalah pemindahan barang dan manusia.
- Transportasi sangat berpengaruh dalam pembentukan kota.
- Transportasi juga berperan sebagai akses bagi semua penduduk karena masih banyak orang tidak memiliki kendaraan pribadi.
Kegiatan pergerakan atau perpindahan barang, manusia dan informasi pada ruang dan waktu, tidak dapat terlepas dari ilmu geografi. Kegiatan perpindahan ini menggunakan sarana dan prasarana yang selalu berubah-ubah, dalam geografi disebut sebagai network. Tempat asal dan tempat tujuan perpindahan, berubah sesuai permintaan. Pandangan ilmu geografi menyebutnya sebagai titik (nodes). Manusia, barang dan informasi merupakan objek dari perpindahan ini. Ketiga hal tersebut merupakan wujud dari permintaan perpindahan ini. Begitu perpindahan terjadi, maka hal tersebut nampak nyata sebagai fungsi dari gerakan (flows).
Untuk mengetahui sistem transportasi dari segi organisasi keruangan, yang perlu diketahui adalah struktur dari jaringan. Unsur jaringan yang utama adalah keterkaitan (linkages) yaitu jaringan jalan dan titik (nodes) yaitu pusat kegiatan. Jaringan jalan dapat berbentuk berbagai fasilitas seperti jalan raya, jalan kereta, jalur angkutan udara, jalur perjalanan laut dan sungai, atau dapat juga pergerakan (flows) di atas jaringan tersebut, seperti jumlah kendaraan, jumlah penumpang, perpindahan barang dalam satuan waktu tertentu. Sementara nodes adalah simpul-simpul yang menghubungkan tempat asal dan tempat tujuan, seperti pusat kegaitan ekonomi, kota, terminal penumpang, terminal komunikasi elektronik dan sebagainya.
Sistem transportasi dipengaruhi pada tata ruang, lingkungan alam (darat, udara dan laut), sosial, ekonomi dan politik sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan manusia.
Permasalahannya, fasilitas-fasilitas transportasi di Indonesia saat ini masih jauh dari cukup. Sebagai contoh, pada awal tahun 1999/2000, sekitar 13 % jalan nasional, 29 % jalan provinsi, dan 58 % jalan kabupaten berada dalam kondisi rusak ringan dan berat. Ini berarti dari sekitar 256.951 km total panjang jaringan jalan sekitar separuhnya berada dalam keadaan rusak ringan dan berat. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia guna mencapai tujuan di atas adalah bagaimana meningkatkan penyediaan jaringan prasarana dan sarana transportasi yang dapat menjamin kelancaraan arus barang dan jasa serta penyebaran aliran investasi secara merata di seluruh daerah serta bagaimana meningkatkan keterkaitan ekonomi antar daerah secara menguntungkan dan meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengembangan sentra kegiatan ekonomi pendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya.
Pengembangan transportasi harus berdasarkan perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. Disinilah dibutuhkan peran serta geografi dalam menganalisis secara komprehensif dan pendekatan secara sistematik. Perencanaan transportasi sebaiknya didasarkan pada analisis dengan didasarkan pemodelan transportasi. Pertama-tama, yang diperlukan adalah pengumpulan data yang akurat dan reliable. Salah satu kelemahan dari perencanaan transportasi di Indonesia adalah dalam hal pengumpulan data sebagai dasar analisis (Munawar, 1999). Dari data yang terkumpul tersebut, kemudian dirancang suatu model transportasi. Model didefinisikan sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang ada di lapangan (Munawar, 2005).
Sumber:
Rodrigue, J., 2004, The Geography of Transport System. e-book, chapter 1, www.people.hofstra.edu/geotr
Taaffe, E.J., H.L. Gauthier, M.E. O’Kelly. 1996. Geography of Transportation. Prentice Hall. New Jersey.
8
Prinsip-prinsip Geografi
Dalam menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan prinsip-prinsip geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena, gejala, fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala ada yang teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang mengelompok, menyebar, memusat, memanjang bergantung kepada keadaan fenomena. Pengertian fenomena atau gejala diartikan sebagai : semua data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan bumi. Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri dari : kekuatan, proses, biotis, topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial : terdiri dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya terdiri dari : pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2. Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena tersebut secara detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang dikaji, disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita. Berdasarkan jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat tabel) dst....dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang satu dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau gejala di muka bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan dengan fenomena lain. Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada keterkaitan yang sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan fenomena dataran rendah... dst
4. Prinsip Korologi : Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada ruang tertentu. Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara prinsip-prinsip geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini dalam menganalisis fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan penggabungan prinsip yang ada. misalnya kita bicara tentang pasar pada suatu wilayah, maka pasar itu akan bergantung kepada fenomena pembeli, penjual, barang, transportasi, transaksi pada ruang tertentu pula.
Terdapat empat prinsip geografi
yang kita kenal yaitu:1. Prinsip
Penyebaran/ spreading Principleprinsip penyebaran dapat digunakan
untuk menggambarkan gejala dan fakta geografi dalam peta serta mengungkapkan
hubungan antara gejala geografi yang satu dengan yang lain. hal tersebut
disebabkan penyebaran gejala dan fakta geografi tidak merata antara wilayah
yang satu dengan wilayah yang lain.
2. prinsip interrelasi/ interrelationship
principle
prinsip interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara
gejala fisik dan non fisik. prinsip tersebut dapat mengungkapkan gejala atau
fakta Geografi di suatu wilayah tertentu.
3. prinsip deskripsi/ Descriptive Principleprinsip
deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang
gejala dan masalah geografi yang dianalisis. prinsip ini tidak hanya
menampilkan deskripsi dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram,
grafik maupun tabel.
4. prinsip korologi/ Chorological principleini
disebut juga prinsip keruangan. dengan prinsip ini dapat dianalisis gejala,
fakta, dan masalah geografi ditinjau dari penyebaran, interrelasi, dan
interaksinya dalam ruang.
1. Prinsip Distribusi
Prinsip ini pada hakikatnya adalah terjadi persebaran gejala-gejala geosfer
yang ada di permukaan bumi, di mana distribusi (penyebarannya) berbeda antara
satu tempat dengan tempat lainnya. Gejala geografi baik yang menyangkut kondisi
fisik maupun sosial tersebar luas di permukaan bumi, tetapi penyebarannya
tidaklah merata antara wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Dengan jalan menggambarkan dan memerhatikan persebaran gejala-gejala geografi
di permukaan bumi maka dapat diungkapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
gejala dan fakta tersebut, bahkan selanjutnya dapat digunakan untuk meramalkan
keadaan pada masa yang akan datang. Prinsip distribusi dalam ruang ini menjadi
kunci pertama dalam studi geografi. Berdasarkan pada prinsip distribusi ini,
selanjutnya dapat ditetapkan prinsip-prinsip yang lain. Sebagai contoh
persebaran kandungan minyak bumi dan gas di wilayah Indonesia tidaklah merata,
lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Indonesia bagian barat, sedangkan di wilayah
Indonesia bagian timur lebih banyak mengandung bahan mineral.
2. Prinsip Interrelasi
Prinsip ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gejala geografi yang satu
dengan gejala geografi yang lain di muka bumi. Oleh karena itu setelah dilihat
persebaran gejala geografi dalam satu ruang atau wilayah tertentu maka dapat
pula diungkapkan hubungan antara gejala geografi satu dengan gejala geografi
lainnya. Selain itu dapat pula diungkapkan hubungan antara gejala-gejala yang
ada di permukaan bumi. Misalnya hubungan antara gejala fisik dengan gejala
fisik, antara gejala fisik dengan gejala sosial dan antara gejala sosial dengan
gejala sosial.
Dari interrelasi tersebut dapat diungkapkan karakteristik geografi dari suatu
wilayah. Sebagai contoh, usaha pembukaan lahan di hutan untuk keperluan area
pertambangan akan menyebabkan terjadinya penebangan hutan dan berubahnya
ekosistem satwa dan tumbuhan di area hutan tersebut.
3. Prinsip Deskripsi
Prinsip ini pada intinya memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang
karakteristik yang spesifik pada gejala geografi. Gejala geografi berdimensi
titik, garis, bidang, dan ruang. Prinsip deskripsi ini tidak saja dilaksanakan
dengan menggunakan uraian dan peta melainkan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan diagram, grafik, maupun tabel.
Bentuk-bentuk deskripsi harus dapat memberikan penjelasan kepada para pembaca
agar dapat memahami tentang makna yang dibahas. Prinsip deskripsi digunakan
untuk menjelaskan karakteristik gejala geografi yang dipelajari, hubungan
antargejala, dan distribusi keruangannya. Dalam geografi urutan kegiatannya
antara lain pengumpulan data, klasifikasi data, pemetaan, deskripsi tiap satuan
pemetaan. Jadi deskripsi baru dapat dibuat setelah dilakukan pemetaan tentang
kajian geografi yang dimaksud.
4. Prinsip Korologi
Prinsip ini melihat permasalahan geografi dari sudut pandang persebaran,
interelasi dan interaksinya dalam suatu wilayah (region) dan ruang tertentu.
Ruang ini menunjukkan karakteristik kesatuan gejala geografi, kesatuan fungsi,
dan kesatuan bentuk. Misal kita melihat definisi bumi, tidak hanya meliputi
bagian luar dari kerak bumi tetapi mencakup pula lapisan atmosfer yang
mengelilinginya, termasuk air yang ada di bumi, baik air yang ada di permukaan
bumi maupun air tanah, serta makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa dalam mengkaji gejala geografi pada
suatu wilayah baik sempit maupun luas harus ditunjukkan mengenai persebaran
gejala geografi, interrelasi antargejala, deskripsi masing- masing gejala dan
hubungan keruangannya.
Prinsip Geografi
Prinsip keilmuan geografi merupakan dasar pengkajian gejala dan masalah geografi baik menyangkut aspek fisik, manusia, atau hubungan manusia dan lingkungan. Prinsip geografi ini terdiri dari prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi, prinsip korologi. Keempat prinsip ini menjadi satu kesatuan prinsip yaitu prinsip geografi dalam kegiatannya.
Prinsip penyebaran
Merupakan prinsip dasar dalam mengkaji setiap gejala dan fakta geografi, baik gejala alam maupun manusia. Prinsip ini memandang bahwa setiap gejala dan fakta di permukaan bumi tersebar secara tidak merata antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Suatu gejala geografi bisa terlihat terkumpul dalam jumlah yang padat dan banyak, tetapi di tempat lain terlihat sangat jarang dan sedikit.
Misalnya: persebaran flora dan fauna di indonesia, tumbuhan kelapa di tepi pantai, tumbuhan teh tumbuh subur di pegunungan.
Prinsip interelasi
Digunakan untuk melihat pola hubungan antara satu gejala dan gejala lainnya, meliputi hubungan antara:
Faktor fisik dengan faktor fisik lainnya
Misal: hubungan antara mata air panas dengan energi panas bumi di sekitar gunung berapi.
Faktor fisik dengan faktor manusia
Misal: hubungan antara manusia dengan cara bertani di lahan miring dengan membuat tersering (sengekedan), peristiwa longsor dan aktivitas penebangan liar yang menyebabkan penggundulan hutan.
Faktor manusia dengan faktor manusia lainnya
Misal mengkaji tentang kehidupan di desa dengan jenis mata pencaharian. Dengan memperhatikan pola hubungan antar gejala-gejala tersebut secara kualitatif. Dengan bantuan ilmu statistik, hubungan antar fenomena dapat dianalisa/diukur secara kuantitatif.
Prinsip deskripsi
Merupakan prinsip yang menggambarkan lebih jauh terhadap persebaran dan hubungan interelasi antara fakta dan gejala di permukaan bumi. Untuk menyajikan gejala secara komprehensif dapat dimulai mengajukan pertanyaan 5w1h, sedangkan bentuk penyajiannya dapat berupa kata-kata, tulisan, tabel, grafik dan peta.
Prinsip korologi
Merupakan prinsip yang meninjau gejala, fakta, dan masalah geografi dari penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang. Ruang dalam sudut pandang geografi adalah permukaan bumi secara keseluruhan yang membentuk suatu fungsi.
Perbedaan prinsip-prinsip geografi diatas dapat dilihat dari aspek:
- sudut pandangnya, prinsip penyebaran memperlihatkan penyebaran dari suatu fenomena geosfer baik itu fisik maupun sosial. Atau lebih menitikberatkan ”What”, apa yang ada disuatu wilayah, apa yang tersebar di wilayah tertentu.
- Interelasi lebih menitikberatkan pada ”Who dan Where” karena pada interelasi ini lebih melihat hubungan antara gejala yang ada dalam prinsip penyebaran tadi. Jadi tingkatan prinsip interelasi lebih tinggi daripada penyebaran.
- Prinsip deskripsi lebih memperhatikan ”Why”, yaitu mengapa fenomena geosfer tersbut terjadi di suatu tempat tertentu, mengapa tidak ditempat lain. Pada prinsip ini dikaji lebih mendalam, dengan mengajukan pertanyaan Why.
- Prinsip korologi, memperhatikan ”How” karena dari prinsip yang atelah ada diatas yaitu prinsip penyebaran, prinsip interelasi, deskripsi selanjutnya ditinjau dari interaksi mereka dalam sudut pandang keruangan. Dataran tinggi, dataran rendah atau keruangan lainnya. Pada analisa keruangan ini perlu diperhatikan mengenai pendekatan keruangan yang melihat setiap fenomena berdasarkan sudut pandang kerungan, dimana setiap ruang itu berbeda dan keruangan ini akan membentuk hubungan yang berbeda juga antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Prinsip- prinsip Geografi
1. Prinsip Penyebaran/ spreading Principle
prinsip penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan gejala dan fakta
geografi dalam peta serta mengungkapkan hubungan antara gejala geografi yang
satu dengan yang lain. hal tersebut disebabkan penyebaran gejala dan fakta
geografi tidak merata antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
2. prinsip interrelasi/ interrelationship principle
prinsip interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara gejala fisik
dan non fisik. prinsip tersebut dapat mengungkapkan gejala atau fakta Geografi
di suatu wilayah tertentu.
3. prinsip deskripsi/ Descriptive Principle
prinsip deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan gambaran lebih jauh
tentang gejala dan masalah geografi yang dianalisis. prinsip ini tidak hanya
menampilkan deskripsi dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram,
grafik maupun tabel.
4. prinsip korologi/ Chorological principle
ini disebut juga prinsip keruangan. dengan prinsip ini dapat dianalisis gejala,
fakta, dan masalah geografi ditinjau dari penyebaran, interrelasi, dan
interaksinya dalam ruang.
Prinsip-prinsip Geografi
Dalam menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan prinsip-prinsip geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena, gejala, fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala ada yang teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang mengelompok, menyebar, memusat, memanjang bergantung kepada keadaan fenomena. Pengertian fenomena atau gejala diartikan sebagai : semua data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan bumi. Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri dari : kekuatan, proses, biotis, topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial : terdiri dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya terdiri dari : pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2. Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena tersebut secara detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang dikaji, disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita. Berdasarkan jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat tabel) dst....dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang satu dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau gejala di muka bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan dengan fenomena lain. Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada keterkaitan yang sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan fenomena dataran rendah... dst
4. Prinsip Korologi
: Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada ruang tertentu.
Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara prinsip-prinsip
geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini dalam menganalisis
fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan penggabungan prinsip yang ada.
misalnya kita bicara tentang pasar pada suatu wilayah, maka pasar itu akan
bergantung kepada fenomena pembeli, penjual, barang, transportasi, transaksi
pada ruang tertentu pula.
Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
- Prinsip
Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut. - Prinsip
Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah. - Prinsip
Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll. - Prinsip
Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
a. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
b. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
c. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
d. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Prinsip-Prinsip Geografi
Prinsip-prinsip geografi merupakan dasar untuk menjelasakan berbagai fenomena
geografi. Prinsip geografi terdiri atas 4 macam, yaitu prinsip persebaran,
interelasi, deskripsi, dan korologi (keruangan).
Prinsip persebaran, yaitu bahwa gejala
atau fenomena geografi terdapat di mana-mana dan tersebar di permukaan bumi.
Gejala atau fenomena geografi tersebut dapat berupa fenomena fisik atau
fenomena sosial yang persebarannya tidak merata di permukaan bumi. Misalnya,
keadaan sumber air tanah tidak dijumpai di semua tempat atau kemacetan lalu
lintas juga tidak dijumpai di semua tempat. Oleh karena itu, untuk mengamati
gejala dan fenomena yang tersebar itu diperlukan alat bantu antara lain peta.
Prinsip interelasi, yaitu adanya hubungan saling keterkaitan antargejala
dalam ruang. Hubungan saling keterkaitan itu dapat terjadi antarfenomena fisik,
antarfenomena sosial, serta antara fenomena fisik dan fenomena sosial.
Misalnya, terjadinya banjir di wilayah hilir salah satu penyebabnya adalah
rusaknya hutan di wilayah hulu akibat perilaku manusia.
Prinsip deskripsi, yaitu penjelasan tentang adanya gejala atau fenomena
geografi. Persebaran dan hubungan gejala atau fenomena geografi dapat
diungkapkan antara lain dalam bentuk data, grafik, dan peta. Ketiga bentuk
pengungkapan fenomena tersebut akan lebih jelas apabila diberikan pemaparan
atau penjelasan dengan menggunakan rangkaian kalimat.
Prinsip korologi, yaitu pengkajian gejala atau fenomena geografi secara
menyeluruh (komprehensif) dalam ruang tertentu (spatial). Di dalam prinsip
korologi setiap gejala atau fenomena geografi dikaji dengan cara memadukan
prinsip-prinsip persebaran, interelasi, dan deskripsi. Hasil pengkajian melalui
prinsip korologi menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan gejala, fenomena, dan
fakta antarwilayah. Oleh karena itu, akan memberikan corak tertentu sehingga
tampak adanya kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk.
Berbagai fenomena geosfer dapat dikaji dalam geografi melalui enam pertanyaan
pokok, yaitu what, where, when, why, who, dan how. Keenam pertanyaan tersebut
dikenal dengan prinsip 5W 1H.
What untuk mengetahui peristiwa apa yang terjadi.
Where untuk mengetahui di mana peristiwa terjadi.
When untuk mengetahui kapan peristiwa terjadi.
Why untuk mengetahui mengapa peristiwa terjadi.
Who untuk mengetahui siapa yang terlibat dalam peristiwa
yang terjadi.
How untuk mengetahui bagaimana solusi atas peristiwa yang
terjadi.
Prinsip-Prinsip Geografi
Dalam studi geografi Nursid Sumaatmadja membagi menjadi empat prinsip utama,
- Prinsip persebaran,
Bahwa gejala, kenampakan, dan masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebarannya sangat bervariasi.
- Prinsip interrelasi,
Bahwa antara komponen atau aspek-aspek lingkungan geografi senantiasa ada hubungan timbal balik atau saling keterkaitan satu sama lain.
- Prinsip deskripsi,
Merupakan cara pemaparan hasil pengkajian studi geografi terhadap gejala, fenomena atau masalah yang ada.
- Prinsip korologi,
Merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip di atas.
Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
- Prinsip
Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut. - Prinsip
Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah. - Prinsip
Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll. - Prinsip
Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Prinsip
Geografi
Geografi memiliki prinsip-prinsip tertentu yang menjadi dasar pada setiap
pengkajiannya. Pada waktu melakukan pendekatan terhadap obyek yang dipelajari,
dasar atau prinsip ini harus selalu menjiwai. Prinsip-prinsip geografi antara
lain prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi, dan prinsip
keruangan.
1. Prinsip penyebaran.
Prinsip ini merupakan prinsip dasar ilmu geografi yang tidak boleh
ditinggalkan. Setiap gejala dan fakta geografi, baik yang berkenaan dengan
gejala alam maupun manusianya tersebar dipermukaan bumi. Penyebaran gejala dan
fakta tersebut tidak merata dari satu wilayah kewilayah lain.Dengan
memperhatikan dan menggambarkan penyebaran yang tidak merata tersebut, muncul
pertanyaan dimana dan bagaimana persebarannya, serta mengapa persebaran
tersebut tidak merata .
2. Prinsip interelasi.
Prinsip ini merupakan prinsip geografi yang menuntun untuk melihat pola
hubungan antara satu faktor dan faktor yang lainnya. Didalamnya akan
diungkapkan hubungan antara faktor fisis dan faktor fisis lainnya, antara
faktor fisis dan faktor manusia, dan antara faktor manusia dengan faktor
manusia lainnya. Dari antarhubungan tersebut, akan dapat diungkapkan
karakteristik gejala atau fakta geografi disuatu tempat atau wilayah tertentu.
3. Prinsip deskripsi.
Prinsip ini merupakan prinsip yang menggambarkan lebih jauh terhadap
persebaran dan hubungan interelasi antara fakta dan gejala dipermukaan bumi.
Prinsip ini tidak hanya dapat dilaksanakan melalui kata-kata dan peta, tetapi
dapat pula ditampilkan dalam bentuk diagram, grafik, atau tabel.
4. Prinsip keruangan ( korologi ).
Prinsip ini merupakan prinsip yang meninjau gejala, fakta, dan masalah geografi
dari penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang. Ruang dalam sudut
pandang geografi adalah permukaan bumi, baik keseluruhan maupun sebagian. Ruang
permukaan bumi bukan hanya bagian bumi yang bersinggungan dengan udara,
melainkan lapisan atmosfer terbawah yang mempengaruhi permukaan bumi, lapisan
batuan sampai kedalaman tertentu yang merupakan sumber daya bagi kehidupan, air
yang ada dipermukaan bumi, dan air tanah sampai kedalaman bumi. Dengan demikian
prinsip keruangan ini memperhatikan penyebaran, interelasi, dan interaksi
gejala unsur atau gejala komponen dipermukaan bumi sebagai suatu ruang yang
membentuk suatu kesatuan fungsi.
Selain menggunakan prinsip-prinsip tertentu, geografi memiliki juga pendekatan,
konsep, aspek dan ilmu-ilmu pendukungnya yang berbeda dengan ilmu lainya.
Pengertian Geografi menurut
para ahli :
Menurut hasil seminar dan lokakarya IGI di IKIP Semarang tahun 1988 geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala geosfer serta interaksi antara manusia dan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan
Menurut Ferdinan von Richthoffen Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dan unsur-unsur bumi.
Menurut R. Bintarto Geografi adalah studi tentang gejala-gejala dan sifat-sifat permukaan bumi yang disusun berdasarkan letak, serta mencari hubungan timbal balik antara gejala dan sifat-sifat itu
Kesamaan titik pandang di antara para ahli tentang pengertian geografi yaitu :
a. bumi sebagai tempat tinggal
b. hubungan manusia dengan lingkungannya
c. dimensi ruang dan dimensi historis
d. pendekatan spatial, ekologi dan kewilayahan
Contoh konsep aglomerasi :
Di daerah dingin orang cenderung berpakaian tebal
Di Jakarta kita mengenal adanya Kampung Ambon dan Kampung Melayu. Penamaan wilayah semacam ini juga terjadi di daerah lain.
Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi pada lahan-lahan subur.
Masyarakat atau penduduk cenderung mengelompok pada tingkat yang sama.
Pada suatu wilayah terdapat fenomena pemukiman kumuh, kompleks perumahan, dan pemukiman mewah.
Contoh konsep morfologi :
Dalam geografi dipelajari berbagai fenomena yang berbeda antara satu tempat dan tempat lain.
Contoh konsep lokasi :
Harga tanah akan murah jika berdekatan dengan kuburan, jauh dari jalan raya, atau letaknya terpencil.
Contoh studi lapangan :
Para ahli geografi mengadakan penelitian di Gunung Merapi untuk mempelajari material yang dikeluarkan saat letusan dan dampak yang ditimbulkannya.
Contoh pertanyaan yang dapat dijawab Geografi dengan why?
Bencana banjir tidak henti-hentinya menerjang berbagai wilayah di Indonesia. Mengapa hal tersebut terjadi?
Contoh pendekatan ekologi :
Setiap musim penghujan di Jakarta dan sekitarnya sering terjadi banjir dan tanah longsor terutama di kawasan hilir Ciliwung.
Penggundulan hutan di Taman Nasional Gunung Leuser telah mengakibatkan timbulnya bencana ekologis berupa banjir bandang dan tanah longsor yang menimbulkan kerusakan alam dan merugikan kehidupan makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Contoh metode wawancara :
Apabila suatu data yang diinginkan tidak dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan maupun analisis data sekunder.
Contoh pendekatan untuk geografi terpadu/terintegrasi :
Pendekatan geografi yang berupa pendekatan keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah .
Contoh pendekatan keruangan :
“… belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto, Pujon, Malang”. Yang termasuk cara memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan adalah ….
a. diidentifikasi fenomena/obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto
b. zonasi wilayah berdasarkan karakteristik kelerengannya
c. pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat
d. pengembangan kawasan yang berbasis masyarakat setempat
Sarana yang paling baik dalam melakukan analisis keruangan adalah Sistem Informasi Geografi (SIG)
Contoh pendekatan kelingkungan :
“Banjir dan tanah longsor yang terjadi di kawasan hulu sungai Konto, Malang, suatu peristiwa yang tidak pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya”. Bila permasalahan tersebut hendak dipecahkan melalui pendekatan kelingkungan, maka kerangka kerja yang paling tepat adalah ....
a. studi tentang keadaan fisik wilayah tersebut
b. menidentifikasi sikap, gagasan, dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam
c. mengidentifikasi sistem budaya yang dikembangkan
d. menganalisis hubungan antara sistem budaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan
e. mencari alternatif pemecahan masalah yang terjadi
Contoh pendekatan topik :
Jika masalah kelaparan yang terjadi di suatu daerah ditinjau jenis-jenisnya, sebab-sebabnya, penyebarannya, intensitasnya, interelasinya dengan gejala lain dan hubungannya dengan masalah lain secara keseluruhan .
HAKIKAT GEOGRAFI
Apakah Geografi itu?Sesungguhnya ilmu bumi tidak sama dengan geografi. Ilmu bumi lebih tepat jika disamakan dengan geologi, yaitu ilmu yang mengkaji bumi secara menyeluruh. Geologi mengkaji kulit bumi hingga inti bumi tanpa membahas hubungannya dengan manusia.
Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata geos yang artinya bumi dan graphein yang artinya tulisan atau lukisan. Istilah itu pertama kali dikemukakan oleh Erathostenes (176-194 SM). Secara umum geografi berarti tulisan atau lukisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi lebih dikenal sebagai ilmu bumi. Lebih dari sekadar ilmu tentang bumi, geografi tidak hanya mengkaji bumi dan isinya saja. Akan tetapi, geografi juga mengkaji gejala-gejala alam yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer.
Di Indonesia pengertian dan batasan geografi telah disepakati dalam seminar dan lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang pada tahun 1989, yaitu sebagai berikut.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer (muka bumi) dengan sudut pandang kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional) dalam konteks keruangan (space).
Perkembangan Pandangan Geografi
Pandangan geografi dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu pandangan geografi klasik, pandangan geografi modern (abad ke-18), pandangan geografi akhir abad ke-19, pandangan geografi abad ke-20, dan pandangan geografi mutakhir.
Pandangan Geografi Klasik
Pada zaman Yunani kuno pengetahuan manusia tentang bumi masih sangat dipengaruhi oleh mitologi. Namun, sejak abad ke-6 SM pengaruh mitologi itu terus berkurang seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan tentang bumi mulai didasarkan atas ilmu alam, ilmu pasti, dan logika. Salah satu bukti bahwa pengetahuan telah didasarkan pada logika adalah telah adanya usaha untuk menjelaskan tentang suatu wilayah termasuk perilaku penduduknya. Orang yang pertama kali menguraikan seluk-beluk keadaan suatu tempat, yang kemudian dinamakan topografi adalah Herodutus (485-428 SM).
Claudius Ptolomeus dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis (pertengahan abad ke-2) menjelaskan bahwa geografi adalah suatu bentuk penyajian dengan peta terhadap sebagian permukaan bumi yang menunjukkan kenampakan umum. Menurut Ptolomeus geografi lebih mengutamakan hal-hal atau fenomena yang bersifat kuantitatif. Pandangan dan pendapat Ptolomeus ini merupakan sumber bagi definisi geografi zaman modern.
Seorang ahli filsafat dari Arab Ibnu Khaldun (1332-1406), menulis buku kesejarahan yang dapat dikatakan sebagai embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu Khaldun memperhatikan permasalahan irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan aktivitas perdagangan di daerah gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab munculnya kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan tersebut. Ibnu Khaldun termasuk ahli geografi yang telah menunjukkan contoh cara menguraikan pengaruh lingkungan alam terhadap masyarakat dalam suatu wilayah.
Pandangan Geografi Modern (abad ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant, geografi merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya adalah benda-benda atau gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi dalam ruang (space).
Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada kajian fisik dan biologi. Humboldt adalah seorang ahli geografi asal Jerman yang melakukan perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari perjalanannya itu adalah sebuah deskripsi tentang hubungan antara ketinggian tempat dan vegetasi yang mendiaminya. Namun demikian, Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan manusia, antara lain perhatiannya tentang kebudayaan penduduk Asia dan kebudayaan penduduk Amerika.
Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan dengan pemikiran Humboldt, yaitu menjelaskan kegiatan manusia dalam suatu wilayah. Ritter menganggap permukaan bumi sebagai tempat tinggal manusia dan menggolongkannya menjadi wilayah alamiah, terutama berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit wilayah tersebut bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19
Pada akhir abad ke-19 pandangan geografi dipusatkan terhadap iklim, tumbuhan, dan hewan (biogeografi) terutama pada bentang alamnya. Perhatian utama geografi pada masa ini adalah gejala-gejala fisik sehingga gejala-gejala sosial (manusia) tidak mengalami kemajuan. Perhatian geografi terhadap manusia pada akhir abad ke-19 tetap becorak pada pandangan Ritter, yaitu mengkaji hubungan manusia dengan lingkungannya.
Friedrich Ratzel (1844-1904) mempelajari pengaruh lingkungan fisik terhadap kehidupan manusia. Menurut Ratzel aktivitas manusia merupakan faktor penting bagi kehidupan dalam suatu lingkungan. Ratzel juga beranggapan bahwa faktor manusia dan faktor lingkungan memiliki kedudukan dan pengaruh yang sama dalam membentuk lingkungan hidup.
Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah satu ciri pandangan geografi pada abad ke-20 adalah kajiannya yang bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu merupakan reaksi atas dominasi geografi alam hingga akhir abad ke-19.
Vidal de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian geografi harus menyatukan faktor manusia dan faktor fisik karena tujuan geografi adalah untuk mengetahui adanya interaksi antara manusia dan lingkungan fisiknya. Oleh karena itu, konsep geografi yang dikemukakan Vidal de la Blache adalah kewilayahan.
Pandangan Geografi Mutakhir
E. A. Wrigley (1965) mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa dapat digunakan dalam kajian geografi selama analisa tersebut mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Wrigley juga berpendapat bahwa geografi adalah disiplin ilmiah yang berorientasi pada masalah (problem oriented) dalam mengkaji interaksi antara manusia dan lingkungannya.
Pandangan geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi yang bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara manusia dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah menggunakan metode statistik dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.
Geografi Ortodoks dan Geografi Terintegrasi
Perbedaan pandangan terhadap geografi menghasilkan definisi yang berbeda-beda sehingga tidak dapat diterima oleh setiap orang. Akan tetapi, meskipun pandangan para ahli berbeda-beda terhadap geografi, mereka mengakui adanya elemen-elemen yang sama dalam geografi, yaitu sebagai berikut.
Para ahli geografi mengakui adanya persamaan dengan ahli ilmu pengetahuan bumi (earth science) yang lain karena wilayah kajiannya sama, yaitu permukaan bumi dan bukan ruang yang bersifat abstrak. Menurut para ahli geografi permukaan bumi merupakan lingkungan hidup bagi manusia yang dapat mempengaruhi kehidupannya dengan mengubah dan membangunnya.
Para ahli geografi memiliki perhatian sama, yaitu persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Para ahli geografi mengkaji cara tentang pengelolaan wilayah yang tepat untuk dapat memanfaatkan ruang dan sumber daya. Para ahli geografi mengakui adanya unsur-unsur yang sama dalam geografi, antara lain jarak, interaksi, gerakan (mobilitas), dan persebaran.
Adanya persamaan-persamaan dalam kajian geografi berpengaruh terhadap perkembangan berbagai topik yang berhubungan dengan geografi. Oleh karena itu, pada saat ini kajian geografi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu geografi ortodoks dan geografi terintegrasi.
Geografi ortodoks adalah geografi yang melakukan kajian terhadap suatu wilayah (geografi regional) dan analisis terhadap sifat-sifat sistematiknya (geografi sistematik). Geografi ortodoks dibagi lagi menjadi 5 bagian sesuai dengan topik-topiknya, yaitu berikut ini.
Geografi fisik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap fenomena-fenomena fisik geosfer dan lingkungannya. Geografi fisik antara lain meliputi geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan pedologi.
Geografi manusia, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap aktivitas manusia, antara lain meliputi geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi perdesaan, dan geografi perkotaan.
Geografi regional, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap perwilayahan dan kultural. Geografi perwilayahan antara lain terdiri dari geografi daerah tropika, geografi daerah arid, dan geografi daerah kutub. Geografi kultural antara lain terdiri dari geografi Asia Tenggara, Geografi Amerika Latin, dan geografi Eropa Barat.
Geografi teknik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap bidang teknik dalam geografi, anatara lain terdiri atas kartografi dan pengindraan jauh.
Geografi filsafat, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap hakikat, sebab, asal, dan hukum yang berkenaan dengan bidang geografi, antara lain metodologi geografi dan geografi sejarah.
Geografi terintegrasi adalah kajian geografi dengan jalan memadukan antara elemen-elemen geografi sistematik dan geografi regional sehingga disebut juga geografi terpadu. Oleh karena itu, di dalam kajiannya geografi terintegrasi menggunakan tiga analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.
Hakikat Geografi
Pengertian geografi memunculkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga menimbulkan kesan yang berbeda-beda pula. Menurut Karl Ritter, geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Sebagai tempat tinggal manusia, bumi memiliki struktur dan pola yang terbentuk karena pengaruh aktivitas manusia.Agar pengertian geografi tidak terlalu meluas, adanya hakikat geografi dapat dijadikan sebagai batasan.
Terdapat 6 hakikat dari geografi, yaitu sebagai berikut.
Geografi sebagai ilmu pengetahuan bio-fisik. Hakikat ini berlaku apabila yang dipelajari atau dibahas adalah geografi fisik dan geografi biotik yang menjadi dasar telaah atas seluk beluk tanah.
Geografi sebagai relasi timbal balik antara manusia dan alam. Hakikat ini berlaku apabila yang dikaji adalah topik-topik sosial, contohnya pengangguran, migrasi, dan kelaparan.
Geografi sebagai ekologi manusia. Di dalam hakikat ini yang dipelajari atau dibahas (ditelaah) adalah adaptasi manusia terhadap lingkungan hidupnya. Manusia tidak hanya dianggap dan diakui sebagai makhluk dari dunia fisik-biotik, tetapi juga sebagai suatu kekuatan. Setiap masyarakat memiliki kemampuan dan cara-cara adaptasi yang diwariskan secara turun-temurun dan selalu dikembangkan. Akan tetapi, ekologi manusia lebih mengutamakan relasi manusia dengan lingkungannya dan kurang memperhatikan adanya hubungan antarwilayah.
Geografi sebagai telaah bentang alam. Di dalam hakikat ini geografi menelaah tentang geomorfologi permukaan bumi sehingga dapat diketahui adanya persamaan dan perbedaan bentuk-bentuknya.
Geografi sebagai telaah tentang sebaran gejala alam dan sosial. Di dalam hakikat ini geografi menelaah gejala dan fenomena yang terjadi di mana-mana. Oleh karena gejala dan fenomena tersebut terjadi di mana-mana dan berbeda-beda, maka teknik penelaahan yang dilakukan pun berbeda-beda pula.
Geografi sebagai teori tentang ruang bumi. Di dalam hakikat ini yang dibahas adalah kemampuan adaptasi manusia di dalam berperilaku sesuai dengan ruang keberadaannya.
Ruang Lingkup Geografi
Pengertian tentang geografi di atas menunjukkan bahwa yang dipelajari dalam geografi ternyata sangat luas. Oleh karena itu, perlu adanya batasan yang menjadi ruang lingkup bahasan geografi. Ruang lingkup bahasan geografi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut.
Geografi Fisik: Geografi fisik mempelajari gejala-gejala alam di permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Gejala-gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk, relief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi, serta tentang proses-proses fisik yang terjadi di darat, laut, dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia.
Geografi Sosial: Geografi sosial mempelajari segala aktivitas kehidupan manusia di bumi dan interaksinya dengan lingkungan, baik dalam lingkungan sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa geografi sosial (geografi manusia) mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap manusia.
Geografi Regional: Geografi regional mempelajari topik atau bahasan khususnya yang mencakup suatu daerah atau wilayah tertentu. Geografi regional merupakan bahasan yang menyeluruh, baik dari aspek fisik ataupun sosial sehingga dianggap sebagaio bentuk tertinggi dalam geografi.
Pendekatan Geografi
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode atau cara (analisis) untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia dan lingkungannya. Pendekatan geografi menjadi ciri bagi kajian geografi dan membedakannya dengan kajian ilmu-lmu yang lain.
Pendekatan (approach) yang digunakan dalam kajian geografi terdiri atas 3 macam, yaitu analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis). Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam geografi tidak membedakan antara elemen fisik dan nonfisik.
Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian dan perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Di dalam pendekatan keruangan ini yang perlu diperhatikan adalah persebaran penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang akan dimanfaatkan.
Contoh penggunaan pendekatan keruangan adalah perencanaan pembukaan lahan untuk daerah permukiman yang baru. Data-data yang perlu diketahui untuk keperluan tersebut terutama yang menyangkut keadaan lokasi, antara lain ketinggian tempat, kemiringan lereng, jenis tanah, dan keadaan air tanah. Hal itu karena keadaan fisik lokasi tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat adaptasi manusia yang akan menempatinya.
Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya, termasuk dengan organisme hidup yang lain. Di dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu komponen yang penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu, muncul istilah okologi manusia (human ecology) yang mempelajari interaksi antarmanusia serta antara manusia dan lingkungan.
Kemampuan manusia dalam memanfaatkan lingkungannya untuk berbagai aktivitas kehidupan merupakan contoh pendekatan ekologi. Misalnya, manusia yang bertempat tinggal di pantai memiliki aktivitas yang berbeda dengan manusia yang tinggal di daerah pegunungan.
Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan kompleks wilayah adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Di dalam analisis ini yang menjadi perhatian adalah tentang persebaran fenomena tertentu melalui pendekatan keruangan dan interaksi manusia dengan lingkungannya melalui pendekatan ekologi. Pendekatan kompleks wilayah beranggapan bahwa interaksi antarwilayah akan berkembang karena adanya perbedaan antarwilayah itu. Oleh karena adanya perbedaan itu maka akan terjadi pemenuhan kebutuhan dari satu wilayah terhadap wilayah yang lain.
Melalui pendekatan kompleks wilayah, perencanaan pembukaan lahan untuk daerah permukiman yang baru seperti contoh di atas dikaji lebih luas lagi, terutama hubungannya dengan wilayah lain dan pengembangannya. Hal tersebut membuktikan bahwa fenomena geografi yang terjadi pada suatu wilayah memiliki keterkaitan (hubungan) dengan fenomena di wilayah lain.
Konsep Dasar Geografi
Geografi memiliki 10 konsep dasar yang menjadi ciri khas sehingga membedakan dengan ilmu-ilmu yang lain. Konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut.
Lokasi. Lokasi atau letak suatu objek terhadap objek yang lain akan berpengaruh terhadap nilai objek tersebut.
Jarak. Jarak dapat mempengaruhi nilai atau harga suatu objek atau barang, terutama barang-barang hasil produksi. Jarak juga dapat mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan dalam hubungan antartempat.
Keterjangkauan. Suatu daerah dapat berhubungan dengan daerah lain apabila tersedia sarana yang sesuai dengan kondisi wilayahnya.
Pola. Keadaan alam tertentu berpengaruh terhadap pola persebaran dan permukiman penduduk.
Morfologi. Bentuk lahan sangat berpengaruh terhadap pemanfaatannya bagi manusia.
Aglomerasi. Kehidupan penduduk cenderung mengelompok menurut mata pencaharian atau status sosial tertentu. Demikian pula tempat tinggalnya.
Nilai Kegunaan. Suatu tempat memiliki nilai dan manfaat yang berbeda bagi masing-masing orang.
Interaksi/Interdepedensi. Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan akan menimbulkan pergerakan manusia, barang, atau gagasan.
Diferensiasi Areal. Adanya perbedaan fenomena alam dan sosial menurut wilayah atau tempatnya.
Keterkaitan Ruangan. Hubungan antarwilayah terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan antarwilayah itu sehingga timbul rasa saling membutuhkan.
Objek Studi Geografi
Geografi memiliki cara berfikir yang khas dan berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain karena geografi menekankan pembahasannya pada gejala-gejala fisik dan sosial dalam hubungan saling kebergantungan.
Objek studi geografi pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu objek studi material dan objek studi formal.
Objek Studi Material. Objek studi material adalah segala materi yang menjadi kajian dalam geografi. Sesuai dengan pengertian geografi maka yang menjadi objek studi material adalah segala fenomena geosfer, baik fisik maupun sosial. Objek studi material fisik antara lain iklim, tanah, dan air, sedangkan objek studi material sosial antara lain persebaran penduduk, mobilitas penduduk, dan pola permukiman.
Objek Studi Formal. Objek studi formal adalah sudut pandang atau cara berfikir terhadap gejala geosfer sebagai objek material geografi, baik fisik ataupun sosial. Objek studi formal inilah yang selanjutnya dapat membedakan geografi dengan ilmu-ilmu yang lain.
Sudut pandang geografi adalah ruang dan waktu. Sudut pandang ini berbeda dengan sudut pandang ilmu yang lain. Contohnya, sejarah yang menitikberatkan pada waktu (time), antropologi pada budaya (culture), ekonomi pada biaya (cost) dan hukum pada norma (norm, standard). Akan tetapi, ilmu-ilmu tersebut objek materialnya sama, yaitu membahas hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya.
Prinsip-Prinsip Geografi
Prinsip-prinsip geografi merupakan dasar untuk menjelasakan berbagai fenomena geografi. Prinsip geografi terdiri atas 4 macam, yaitu prinsip persebaran, interelasi, deskripsi, dan korologi (keruangan).
Prinsip persebaran, yaitu bahwa gejala atau fenomena geografi terdapat di mana-mana dan tersebar di permukaan bumi. Gejala atau fenomena geografi tersebut dapat berupa fenomena fisik atau fenomena sosial yang persebarannya tidak merata di permukaan bumi. Misalnya, keadaan sumber air tanah tidak dijumpai di semua tempat atau kemacetan lalu lintas juga tidak dijumpai di semua tempat. Oleh karena itu, untuk mengamati gejala dan fenomena yang tersebar itu diperlukan alat bantu antara lain peta.
Prinsip interelasi, yaitu adanya hubungan saling keterkaitan antargejala dalam ruang. Hubungan saling keterkaitan itu dapat terjadi antarfenomena fisik, antarfenomena sosial, serta antara fenomena fisik dan fenomena sosial. Misalnya, terjadinya banjir di wilayah hilir salah satu penyebabnya adalah rusaknya hutan di wilayah hulu akibat perilaku manusia.
Prinsip deskripsi, yaitu penjelasan tentang adanya gejala atau fenomena geografi. Persebaran dan hubungan gejala atau fenomena geografi dapat diungkapkan antara lain dalam bentuk data, grafik, dan peta. Ketiga bentuk pengungkapan fenomena tersebut akan lebih jelas apabila diberikan pemaparan atau penjelasan dengan menggunakan rangkaian kalimat.
Prinsip korologi, yaitu pengkajian gejala atau fenomena geografi secara menyeluruh (komprehensif) dalam ruang tertentu (spatial). Di dalam prinsip korologi setiap gejala atau fenomena geografi dikaji dengan cara m[if !mso]>
memadukan prinsip-prinsip persebaran, interelasi, dan deskripsi.
Hasil pengkajian melalui prinsip korologi menunjukkan adanya
perbedaan-perbedaan gejala, fenomena, dan fakta antarwilayah. Oleh karena itu,
akan memberikan corak tertentu sehingga tampak adanya kesatuan gejala, kesatuan
fungsi, dan kesatuan bentuk.
Berbagai fenomena geosfer dapat dikaji dalam geografi melalui enam pertanyaan
pokok, yaitu what, where, when, why, who, dan how. Keenam pertanyaan tersebut
dikenal dengan prinsip 5W 1H.
What untuk mengetahui
peristiwa apa yang terjadi.
Where untuk mengetahui di mana
peristiwa terjadi.
When untuk mengetahui kapan
peristiwa terjadi.
Why untuk mengetahui mengapa
peristiwa terjadi.
Who untuk mengetahui siapa
yang terlibat dalam peristiwa yang terjadi.
How untuk mengetahui bagaimana
solusi atas peristiwa yang terjadi.
Ilmu Bantu dan Sarana Bantu Geografi
Dua aspek pokok geografi, yaitu aspek fisik dan aspek sosial dipelajari oleh
ilmu-ilmu yang menjadi ilmu penunjang geografi. Ilmu penunjang geografi sangat
diperlukan mengingat luasnya bahasan dalam geografi. Ilmu penunjang geografi
tersebut antara lain sebagai berikut.
Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan
batuan penyusun bumi.
Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari
bentuk permukaan bumi dan proses terbentuknya.
Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan tanah, antara lain tentang proses pembentukan dan
jenis-jenisnya.
Meteorologi, yaitu ilmu yang mempelajari
lapisan atmosfer, antar lain tentang ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan,
suhu udara, angin, dan per-awanan.
Klimatologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang iklim.
Antropogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang persebaran manusia di permukaan bumi dalam hubungannya dengan
lingkungan geografi.
Demografi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang kependudukan, antara lain hubungannya dengan jumlah dan pertum-buhan,
komposisi, srta migrasi penduduk.
Hidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan air di permukaan bumi, di bawah tanah, dan di atmosfer.
Oseanografi, yaitu ilmu yang mempelajari
lautan, antara lain tentang sifat air laut dan gerakan air laut.
Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi, membatasi, dan menentukan pola persebarannya.
Untuk mempermudah dalam mempelajari geografi diperlukan sarana bantu, antara
lain tabel, diagram, grafik, dan peta. Sarana bantu tersebut digunakan untuk
melihat secara tidak langsung atas gejala fisik dan sosial, persebaran,
hubungan, serta susunan keruangannya.
Tabel- Tabel menjadi sarana bantu geografi karena memuat data, baik
berupa kata, kalimat, ataupun angka tentang fenomena di permukaan bumi. Data
tersebut disusun secara bersistem (sistematis), yaitu urut ke bawah atau ke
samping dalam lajur dan deret tertentu dan diberi garis pembatas sehingga mudah
untuk disimak.
Informasi yang disusun dalam tabel disesuaikan dengan tema atau topik yang
disampaikan, contohnya berikut ini.
Tabel Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Kelembapan Udara Rata-Rata Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia
Tahun 2000
Tabel Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur Menurut Provinsi di Indonesia
Tahun 2000
Tabel Produksi Jagung Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Diagram- Diagram termasuk sarana bantu geografi yang digunakan untuk
menjelaskan fenomena geosfer dengan melukiskan bagian-bagiannya dan cara
kerjanya secara berurutan, biasa disebut dengan diagram arus.
Grafik- Grafik termasuk sarana bantu geografi yang menunjukkan naik dan
turun atau pasang surut suatu gejala atau fenomena tertentu antarwaktu dengan
menggunakan garis. Sebagai contoh adalah grafik tentang pertumbuhan penduduk
dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000.
Peta- Peta termasuk sarana bantu geografi karena memuat bermacam-macam
data dari permukaan bumi yang dapat diinformasikan. Untuk memudahkan
penyampaian informasi, peta dibuat dengan ukuran, tema, dan topik tertentu,
antara lain sebagai berikut.
Peta Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Peta Transportasi Laut di Indonesia
Peta Jenis Tanah di Indonesia
Peta Geologi di Indonesia
Peta Objek Wisata di Indonesia
Manfaat Geografi
Karena kajian geografi adalah interaksi antara manusia dan lingkungan, maka
geografi memberikan manfaat bagi manusia, baik individu maupun kelompok. Di
dalam aktivitas pendidikan, geografi memberikan 2 sumbangan yang penting, yaitu
sumbangan bersifat pendidikan (pedagogis) dan sumbangan bersifat pembentukan
kepribadian.
Sumbangan Pedagogisa. Wawasan dalam RuangGeografi melatih manusia untuk melakukan orientasi di bumi sebagai tempat
tinggalnya dan memproyeksikan dirinya dalam ruang. Orientasi dan proyeksi
tersebut meliputi semua unsur ruang, yaitu arah, jarak, luas, dan bentuk.
b. Persepsi
Relasi AntargejalaGeografi
dapat melatih kegiatan pengamatan dan pemahaman hubungan antargejala yang
terdapat dalam suatu bentang alam. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan yang
bersifat pengamatan lapangan atau kegiatan luar ruang (outdoor). Melalui
kegiatan luar ruang tersebut kita dapat mengetahui setiap proses dan pola dari
fenomena geosfer.
c.
Pendidikan KeindahanBuku-buku
geografi yang dilengkapi dengan gambar-gambar tentang fenomena geosfer dapat
menumbuhkan rasa kecintaan terhadap keindahan alam. Namun, pengamatan langsung
terhadap fenomena alam yang umum terdapat di lingkungan sekitar dapat lebih
meningkatkan kecintaan tersebut.
d. Kecintaan
Terhadap Tanah AirGeografi
mengajak kita untuk menyadari tentang kekayaan dan kemiskinan sumber daya di
tempat tinggal kita. Geografi berusaha menjelaskan potensi sumber daya yang ada
di setiap wilayah sehingga dapat dimanfaatkan secara bijaksana. Potensi sumber
daya tersebut tentu saja diupayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik masa
sekarang ataupun masa yang akan datang.
e. Pemahaman
GlobalGeografi
memberikan wawasan tentang wilayah-wilayah yang lebih luas selain wilayah
tempat tinggal kita. Kita dikenalkan pada sifat dan karakter tempat lain
sehingga kita dapat menilainya sesuai dengan sifat dan karakternya. Pemahaman
terhadap wilayah global ini dapatmemupuksifatsalingmenghargaidanmenghormatiantarbangsa.
Pembentukan KepribadianKita dapat mengerti permasalahan
sosial yang sangat kompleks sebagai akibat adanya perbedaan dalam lingkungan.
Kita dapat menghargai adanya fakta gejala geografi sehingga akan lebih
memperhatikan berbagai masalah, baik lokal ataupun global.
Kita dapat mengetahui ketersediaan sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan.
Kita dapat menghargai kondisi perekonomian dan kultural yang saling bergantung
antardaerah.
Kita dapat membentuk pribadi melalui refleksi atas lingkungannya dengan
lingkungan orang lain.
Di dalam kehidupan sehari-hari geografi memiliki manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan manusia, meskipun manfaat tersebut tidak secara langsung dirasakan
manusia. Contoh manfaat ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari antara lain
sebagai berikut.
1. Bidang PertanianKebiasaan petani dalam memulai bercocok tanam,
meskipun secara tradisional, sebenarnya sudah menunjukkan bahwa petani tersebut
menggunakan ilmu geografi. Perhitungan terhadap musim, jenis tanah, dan sistem
pengairan merupakan contoh bahwa geografi memiliki peran yang sangat penting
dalam bidang pertanian.
2. Bidang IndustriPemilihan lokasi industri umumnya mempertimbangkan
faktor biaya, baik biaya untuk bahan baku, proses produksi, maupun distribusi.
Di dalam pemilihan lokasi industri tersebut faktor jarak menjadi pertimbangan
yang sangat penting, baik jarak untuk memperoleh bahan baku maupun untuk
pemasarannya.
Saat ini lokasi industri telah dikelola sedemikian rupa sehingga berdiri
pemusatan lokasi perindustrian berupa kawasan-kawasan industri. Faktor jarak
merupakan contoh bahwa geografi sangat penting dalam bidang industri.
Prinsip Geografi
Prinsip geografi merupakan dasar untuk menguraikan, mengkaji, mengungkapkan gejala, variabel, faktor dan masalah geografi di permukaan bumi.
Prinsip – prinsip tersebut antara lain :
1. Prinsip Penyebaran
Prinsip ini digunakan untuk mengungkapkan persebaran fakta gejala geografi di wilayah satu dengan wilayah lain di permukaan bumi yang tidak merata.
2. Prinsip Interelasi
Prinsip ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara gejala fisik dan non-fisik. Sehingga dapat mengungkapkan gejala geografi di suatu wilayah tertentu.
3. Prinsip Deskripsi
Prinsip ini digunakan untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah geografi yang dianalisis. Deskripsi ini tidak hanya dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram, grafik, maupun tabel.
4. Prinsip Korologi
Prinsip ini merupakan prinsip geografi yang komprehensif (perpaduan prinsip-prinsip lainnya) = ciri geografi modern.
Hakekat Geografi
1. Konsep
Geografi
a. Lokasi
Lokasi adalah posisi suatu obyek di permukaan bumi, lokasi terbagi atas lokasi
absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah lokasi yang berdasarkan
koordinat garis lintang dan garis bujur Misalnya, Indonesia terletak di antara
6° LU–11° LS dan antara 95° BT–141° BT .Sedangkan lokasi relatif adalah lokasi
yang dipengaruhi oleh kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan keberadaan
sarana transportasi dengan daerah sekitarnya. Misalnya, Indonesia terletak di
antara dua samudra dan dua benua, serta dilalui oleh dua jalur pegunungan
dunia.
b. Jarak
Jarak dibagi menjadi jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan
jarak yang ditarik garis lurus antara dua titik. Dengan demikian jarak absolut
adalah jarak yang sesungguhnya. Jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan
tertentu misalnya rute, waktu, biaya, kenyamanan dsb. Misalnya jarak Jakarta ke
Bandung 180 km atau Jakarta – Bandung dapat ditempuh dalam waktu 3 jam melewati
Puncak. Kedua hal ini merupakan contoh jarak relatif berdasarkan pertimbangan
rute dan waktu.
c. Keterjangkauan
Keterjangkauan merupakan konsep geografi yang berkaitan dengan kemudahan sarana
dan prasarana untuk mencapai suatu tempat
d. Pola
Pola adalah sesuatu yang berulang sehingga menampakan suatu bentuk
tertentu yang konsisten, misalnya pemukiman yang memanjang di tepi aliran
sungai bisa kita sebut sebagai pola pemukiman memanjang sungai.
e. Morfologi
Morfologi adalah konsep geografi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk muka bumi,
contohnya: lembah, bukit, gunung dll.
f. Aglomerasi
Konsep Aglomerasi yaitu pola-pola pengelompokan/konsentrasi. Misalnya
sekelompok penduduk asal daerah sama, masyarakat di kota cenderung mengelompok
seperti permukiman elit, pengelompokan pedagang dan sebagainya. Di desa
masyarakat rumahnya menggerombol/mengelompok di tanah datar yang subur
g. Nilai Kegunaan
Nilai Kegunaan adalah konsep geografi yang berkaitan dengan nilai guna dari
suatu tempat yang berbeda beda..
h. Interaksi & Interpendensi
Konsep Interaksi dan Interdependensi yaitu keterkaitan dan
ketergantungan suatu tempat dengan tempat lainnya. Misalnya antara kota dan
desa sekitarnya terjadi saling membutuhkan.
i. Diferensiasi Area
Diferensiasi area adalah konsep geografi yang memandang bahwa setiap tempat
memiliki karakteristik atau ciri yang berbeda.
j. Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan adalah konsep geografi yang menunjukan adanya keterkaitan
antar wilayah, baik alam maupun sosial. Contoh tanaman teh biasanya berada di
daerah pegunungan, pohon kelapa biasanya berada di dataran rendah.
2. Prinsip-Prinsip Geografi
- Prinsip Persebaran/Distribusi
Prinsip Persebaran adalah prinsip geografi yang berkenaan dengan persebaran gejala di permukaan bumi yang cenderung tersebar tidak merata.
- Prinsip Interelasi
Prinsip Interelasi adalah prinsip geografi yang berkenaan dengan hubungan timbal balik (interelasi) antara gejala yang satu dan gejala yang lainnya.
- Prinsip Deskripsi
adalah prinsip geografi yang berkenaan dengan pemaparan (deskripsi) suatu gejala di permukaan bumi baik melalui tulisan, tabel, diagram, peta, atau video.
- Prinsip Korologi
Prinsip Korologi (keruangan) adalah prinsip geografi yang berkenaan dengan kajian gejala, fakta, dan masalah geografi ditinjau dari aspek persebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang (permukaan bumi) yang membentuk suatu integritas atau kesatuan tertentu
3.
Pendekatan Geografi
a. Pendekatan Keruangan (spasial)
Pendekatan keruangan artinya geografi selalu melihat ruang dalam pengertian tiga
dimensi, yaitu atas (atmosfer), bawah (litosfer), dan luasan (hidrosfer,
biosfer, dan antroposfer)
b. Pendekatan Kelingkungan (ekologi)
Pendekatan kelingkungan artinya geografi selalu melihat bagaimana hubungan dan
keterkaitan antara aspek fisikal dan makhluk hidup lainnya pada ruang permukaan
bumi
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan Kompleks Wilayah artinya geografi selalu melihat ruang sebagai wadah
yang memiliki keunikan atau perbedaan dengan wilayah lainnya sebagai hasil
interelasi dan integrasi antara aspek fisik dan manusia yang berada di dalamnya.
Aspek Ontologi Geografi meliputi :
a) Konsep Geografi, secara etimologi berarti ilmu bumi, secara terminologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.
b) Ruang lingkup Geografi adalah aspek alam dan aspek kemanusiaan.
c) Obyek studi, berupa obyek material adalah geosfer meliputi atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer, sedangkan obyek formal berupa analisis keruangan, ekologi dan kewilayahan.
d) Konsep geografi meliputi konsep : lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, geomorfologi, aglomerasi, perbedaan wilayah, nilai kegunaan, interaksi dan keterkaitan keruangan.
Jadi bagian ini mencoba menafsirkan alam sebagaimana adanya serta dapat dikembangkan secara realitas yang lebih dalam lagi dan tidak berhenti pada dimensi waktu.
Aspek epistemologi dari Geografi adalah :
Pada dasarnya Geografi mempelajari Geosfer yang terdiri dari lapisan : atmosfer, hidrosfer, biosfer, lithosfer dan antroposfer di bumi. Kelima lapisan diatas, masing-masing membahas dan mempelajari tentang arti, jenis, metode/cara, pembagian berdasarkan faktor tertentu, struktur, unsur, hukum, dalil dan terapan. Dan tujuan epistemologi untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana rangkaian gunung api terbentuk terjawab pada bagian ini, secara sistematis, empiris dan dapat diuji kebenarannya.
Aspek Aksiologi dari geografi adalah :
Setiap lapisan yang dipelajari dalam geografi baik atmosfer. Hidrosfer, biosfer, lithosfer maupun antroposfer selalu mengandung hakekat nilai/manfaat, meliputi :
a) Subjektivisme (kegunaannya bagi manusia). Contoh : Seorang geograf ingin menjadikan suatu wilayah tertentu untuk dijadikan sebagai daerah pemukiman, maka terlebih dahulu mengkaji tentang jenis tanah, morfologi, aksesibilitas, kondisi air tanah dan kondisi sosial pada suatu wilayah tertentu.
b) Obyektifisme logis (hasil percobaan, pengukuran, bersifat empiris). Contoh : melihat letak geografis indonesia yang dilalui oleh jalur sirkum mediteran, seberapa tinggi tingkat kerawanan bencana alam letusan gunung api di Indonesia, dll.
c) Jenis nilai etika dan estetika, misalnya jika tidak beretika dalam menggunakan wilayah maka bisa saja terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dll.
Objek Studi Geografi
Menurut para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) melalui seminar dan lokakarya nasional di Semarang, telah bersepakat mengenai objek studi geografi. Menurut IGI objek geografi adalah: Objek material dan objek formal.
1. |
Objek Material Geografi |
|||||||||
|
Objek
material geografi yaitu merupakan sasaran atau yang dikaji dalam studi
geografi. |
|||||||||
|
- |
Atmosfer, yaitu lapisan udara: cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan Meteorologi, dll. |
||||||||
|
- |
Lithosfer, yaitu lapisan batu-batuan yang dikaji dalam Geologi, Geomorfologi, Petrografi, dll. |
||||||||
|
- |
Hydrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam Hidrologi dan Oceanografi, dll. |
||||||||
|
- |
Biosfer, yaitu lapisan kehidupan: flora dan fauna yang dikaji dalam Biogeografi, Biologi, dll. |
||||||||
|
- |
Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan lapisan lainnya.Tema sentral artinya diutamakan dalam kajiannya. |
||||||||
Jadi dalam mengkaji objek studi geografi tersebut diperlukan pengetahuan dari disiplin ilmu lain seperti Klimatologi, Geologi, Hydrologi, dan sebagainya. Singkatnya geografi berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 1.1.
Gambar 2. Hubungan antara geografi dengan ilmu-ilmu lain. |
||||||||||
2. |
Objek Formal Geografi |
|||||||||
|
Kalau objek material geografi bersangkut-paut dengan bahan kajian, maka objek formal geografi bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi), kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).
Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkaji suatu permasalahan, geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi manusia yang keduanya tak dapat dipisahkan. Bahkan masingmasing cabang geografi saling membutuhkan dan saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya, tentang objek geografi Anda dapat melihat skema berikut. Setelah mempelajari kegiatan 1 dan memahaminya, maka Anda dapat mengerjakan tugas/tes mandiri. |
Geografi merupakan ilmu yang mendasarkan diri pada analisis interrelasi keruangan antargejala geografi pada suatu region/wilayah. Karakter terpenting yang harus dimiliki oleh suatu wilayah adalah adanya aspek fisik dan aspek sosial budaya. Sifat karakteristik sebagai keseluruhan wilayah geografi diabstraksikan sebagai suatu pengertian geografi yang dikenal dengan konsep wilayah.
Pengertian Wilayah
Wilayah merupakan suatu unit dari geografi yang dibatasi oleh parameter
tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal. Para ahli geografi
memandang wilayah adalah tiap bagian yang ada di permukaan bumi, dengan wilayah
yang paling luas adalah seluruh permukaan bumi. Dalam geografi wilayah
permukaan bumi terlalu luas, maka wilayah tersebut dibagi menjadi bagianbagian
tertentu.
Wilayah dibagi berdasarkan homogenitas tertentu yang membedakan antara wilayah
yang satu dengan wilayah yang lain. Tujuan dari dibentuknya pewilayahan adalah
untuk menyifatkan dan memberi arti terhadap bermacam-macam wilayah, serta untuk
mengetahui adanya kemungkinan pengembangan suatu wilayah.
Jenis-Jenis Wilayah
Wilayah atau pewilayahan dalam geografi disebut juga geografi regional yaitu pengelompokan wilayah di permukaan bumi berdasarkan kriteria tertentu yang membedakan antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Dalam geografi dikenal tiga kriteria pewilayahan dengan ciri-ciri sebagai berikut,
- Pewilayahan berciri tunggal (single topic region), yaitu penetapan regional atau wilayah yang didasarkan pada salah satu aspek geografi. Contoh kemiringan lereng dapat menunjukkan ketampakan dari suatu daerah, apakah termasuk daerah yang datar, landai, atau terjal. Di sini lokasi suatu daerah hanya dilihat dari satu aspek geografi yaitu derajat kemiringan lereng.
- Pewilayahan berciri majemuk (multi topic region), yaitu penetapan wilayah yang didasarkan pada beberapa faktor geografi. Contoh penetapan wilayah berdasarkan iklim yaitu iklim tropik, subtropik, sedang, dan dingin. Di katakan berciri majemuk karena iklim terbentuk dari beberapa unsur seperti suhu, curah hujan, dan angin.
- Pewilayahan berciri keseluruhan (total region), yaitu penetapan wilayah yang didasarkan pada banyak faktor menyangkut lingkungan alam, lingkungan biotik, maupun manusia.
Contoh ekosistem mangrove, dikatakan bercirikan keseluruhan karena melibatkan faktor alam, biotik, dan manusia di sekitarnya.
Pewilayahan Secara Geografi
- Berdasarkan Pembagian Waktu
Indonesia memiliki perbedaan waktu kurang lebih 3 jam antara Indonesia paling timur dan paling barat. Pembagian daerah waktu di Indonesia sejak 1 Januari 1988 adalah sebagai berikut.
- Daerah Waktu Indonesia Barat (WIB).
- Daerah Waktu Indonesia Tengah (WITA).
- Daerah Waktu Indonesia Timur (WIT).
- Berdasarkan Bentuk Dasar Laut
Berdasarkan pada bentuk dasar laut Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah yaitu sebagai berikut.
- Berdasarkan Wilayah Pembangunan
Wilayah Indonesia yang begitu luas dengan pulau-pulau yang sangat banyak merupakan salah satu hambatan dalam mengoordinasi pelaksanaan pembangunan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuatlah pembagian wilayah pembangunan dengan sistem koordinasi pada pusat wilayah pengembangan. Pembagian wilayah pembangunan dilaksanakan sejak Repelita II. Dasar yang digunakan dalam pembagian wilayah adalah adanya kegiatan di suatu provinsi yang mempunyai kaitan erat dengan kegiatan di provinsi lain.
Pembagian wilayah pembangunan bertujuan untuk pemantapan dan pemusatan kegiatan pembangunan agar tercapai pembangunan yang serasi dan seimbang
- Berdasarkan Geologi (Rangkaian Pegunungan)
Berdasarkan rangkaian pegunungan Indonesia dapat dikelompokkan dalam dua wilayah, yaitu:
- Rangkaian Pegunungan Sirkum Mediterania
- Rangkaian Pegunungan Sirkum Pasifik
Berdasarkan Ciri-Ciri Umum
Berdasarkan ciri-ciri umum wilayah dapat dibedakan sebagai berikut.
- Wilayah Homogen
Wilayah homogen merupakan wilayah yang memiliki satu parameter dengan sifat atau ciri yang hampir sama.
- Wilayah Nodal
Wilayah nodal merupakan wilayah yang secara fungsional memiliki sifat saling ketergantungan antara daerah pusat dengan daerah di sekitarnya. Besarnya ketergantungan antara pusat dan daerah dapat dilihat dari faktor produksi, penduduk, barang, dan jasa, maupun perhubungan di antara keduanya.
- Wilayah Perencanaan
Wilayah perencanaan dapat diartikan sebagai wilayah yang menggambarkan kesatuan-kesatuan keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Masyarakat yang berada di wilayah perencanaan mempunyai kesadaran terhadap permasalahan yang dihadapi daerahnya.
b. Memiliki kemampuan untuk merubah industri yang dilaksanakan sesuai dengan tenaga kerja yang tersedia.
c. Menggunakan salah satu model perencanaan.
d. Memiliki setidaknya satu pusat pertumbuhan.
- Wilayah Administrasi
Wilayah administrasi merupakan wilayah yang mendasarkan pada kepentingan administrasi pemerintahan dengan batas yang telah ditentukan.
BATASAN PENGERTIAN ILMU GEOGRAFI
Pengertian ilmu geografi tidak bertitik tolak dari pokok atau prinsip ilmiah, melainkan usaha penyederhanaan dalam kepraktisan pemahamannya. Oleh karena itu antara bidang ilmu geografi satu dengan yang lain biasa terdapat pertindihan (Overlap). Berbeda halnya dengan defenisi harus memperhatikan adanya unsur-unsur penduduk, tempat, pola dan proses (Ginsburg, 1988 : 615). Sedangkan menurut Sandy (1972 : 11) definisi geografi yang baik harus memenuhi kaidah-kaidah : (a) Syarat definisi, (b) dapat mencakup semua cabang geografi yang ada.
Beberapa pengertian geografi menurut beberapa ahli, sebagai berikut : Elsworth Huntington : Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Esensi dari seluruh (semua) geografi adalah manusia dan aktifitasnya yang dikaji dalam kaitannya dengan lingkungannya.
- C.C Huntington : Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hubungan timbalbalik antara manusia dengan lingkungannya. Esensi geografi dan cabang-cabangnya adalah manusia, distribusi dan aktifitasnya yang dikaji dalam kaitannya dengan lingkungan fisiknya.
- Richard Hartsshorne, 1960 : Geografi adalah sebagai bidang ilmu yang mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter variable dari suatu tempat ke tempat lain sebagai dunia tempat kehidupan manusia.
- Williams, 1976 : Geografi adalah suatu studi yang berkenaan dengan kenyataan-kenyataan yang dialami oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya yang dapat dihayati sebagai kesatuan hubungan antara factor-faktorgeografis denganummat manusia yang telah dimodifikasi, diubah dan diadaptasikanoleh tidakan manusia sendiri.
- Vernor C.Vinch dan Glenn T. Trewarhta: Geografhy is the scienceof the earth surface, it counsists of systematic description and interpretation of the distribution of things on the face of the earth.
Sedangkan defenisi geografi berdasarkan Semiloka IKIP Semarang,1988 : Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan-persamaan, perbedaan-perbedaan, dan keterkaitan fenomena-fenomena geosfer dalam konteks keruangan, kelingkungan dan teks kewilayahan. Fenomena geosfer mencakup fenomena-fenomena litosfer, hidrosfer, biosfer dan antropofer.
B. HAKIKAT GEOGRAFI
Dalam filsafat ilmu pengetahuan ditegaskan bahwa suatu pengetahuan yang sistematis disebut ilmu pengetahuan bila memiliki sekurang-kurangnya tiga aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan aspek aksiologis atau aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu pengetahuan dapat ditelusuri melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan kehidupan manusia.
Pengertian dan Batasan
Geografi
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti bumi dan grafhein
berarti tulisan. Jadi secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi.
Oleh karena itu, geografi sering juga disebut ilmu bumi. Akan tetapi, yang
dipelajari dalam geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan
juga berbagai hal yang ada di permukaan bumi, di luar bumi, bahakan benda-benda
di ruang angkasa pun turut menjadi objek kajian geografi. Geografi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari/ mengkaji bumi dan segala sesuatu
yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara, dan segala
interaksinya.
Ruang Lingkup Geografi
Secara garis besar, seluruh objek kajian geografi dapat dibedakan atas dua aspek
utama, yaitu aspek fisik dan aspek sosial. Aspek fisik meliputi aspek kimiawi,
biologis, astronomis, dan sebagainya, sedangkan aspek sosial meliputi aspek
antropologis, politis, ekonomis, dan sebaginya.
Interaksi geografi dengan ilmu-ilmu lain melahirkan disiplin ilmu baru yang
merupakan cabang tersendiri. Misalnya,
· Interaksi antara geografi dan biologi melahirkan biogeografi.
· Interaksi antara geografi dan antropologi melahirkan antropogeografi atau
etnografi.
· Interaksi antara geografi dengan matematika melahirkan geografi matematik.
Jika bumi dipandang dari segi teori lingkungan hidup, permukaan bumi dapat
dikelompokkan menjadi tiga lingkungan, yaitu sebagai berikut.
1. Lingkungan fisikal (physical environment) atau abiotik adalah segala sesuatu
di sekitar manusia yang berupa makhluk tak hidup, misalnya tanah, udara, air,
dan sinar matahari.
2. Lingkungan biologis (biological environment) atau biotic adalah segala
sesuatu di sekitar manusia yang berupa makhluk hidup, seperti binatang, tumbuhan-tumbuhan
termasuk di dalamnya adalah manusia.
3. Lingkungan sosial (social environment) adalah segala sesuatu di sekitar
manusia yang berwujud tindakan atau aktivitas manusia baik dalam hubungannya
dengan lingkungan alam maupun hubungan antarmanusia.
Berkaitan dengan teori lingkungan, William Kirk telah menyusun struktur
lingkungan geografi yang digolongkan menjadi lingkungan fisikal dan lingkungan
non fisikal.
A. Lingkungan fisik
1. Aspek topologi
· Letak
· Luas
· Bentuk
· Batas
2. Aspek non-biotik
· Tanah
· Air
· Iklim
3. Aspek biotik
· Manusia
· Hewan
· Tanaman
B. Lingkungan non-fisik
1. Aspek sosial
· Tradisi, adat
· Kelompok
· Masyarakat
· Lembaga sosial
2. Aspek ekonomi
· Industri
· Perdagangan
· Perkebunan
· Transportasi
· Pasar, dsb
3. Aspek budaya
· Pendidikan
· Agama
· Bahasa
· Kesenian, dll
4. Aspek politik
· Pemerintahan
· Kepartaian
Ilmu Penunjang Geografi
Geologi : ialah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan: kejadian,
struktur, komposisi, sejarah, dan proses perkembangannya.
Geofisika : ialah ilmu yang mengkaji sifat-sifat bumi bagian dalam dengan
metode teknik fisika, seperti mengukur gempa bumi, gravitasi, medan magnet, dan
sebagainya.
Meteorologi : ialah ilmu yang mempelajari atmosfer, misalnya udara, cuaca,
suhu, angin, dan sebaginya.
Astronomi : ialah ilmu yang mempelajari benda-benda langit diluar atmosfer
bumi, seperti matahari, bulan, bintang, dan ruang angkasa.
Biogeografi : ialah studi tentang penyebaran makhluk hidup secara geografis di
muka bumi ini.
Geomorfologi : ialah studi tentang bentuk-bentuk muka bumi dan segala proses
yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.
Hidrografi : ialah ilmu yang berhubungan dengan pencatatan, survey serta
pemetaan laut, danau, sungai, dan sebagainya.
Oseanografi : ialah ilmu yang mempelajari lautan, misalnya: sifat air laut,
pasang surut, arus, kedalaman, dan sebaginya.
Paleontologi : ialah ilmu tentang fosil-fosil serta bentuk-bentuk kehidupan
dimasa purba (prasejarah) yang terdapat dibawah lapisan-lapisan bumi.
Antropogeografi : ialah cabang gografi yang mempelajari penyebaran
bangsa-bangsa di muka bumi dilihat dari sudut geografis. Oleh karena itu,
disebut juga etnografi.
Geografi Matematik : ialah ilmu geografi yang berkenaan dengan perkiraan
bentuk, ukuran serta gerakan bumi: lintang dan bujur geografi, meridian,
paralel, luas permulaan bumi dan sebaginya (kadang-kadang disebut juga geografi
teknik).
Geografi Historik : ialah cabang geografi yang mempoelajari bumi ditinjau dari
sudut sejarah dan perkembangannya.
Geografi Regional : ialah cabang geografi yang mempelajri suatu kawasan
tertentu secara khusus, misalnya, Geografi Asia Tenggara, Geografi Timur
Tengah, dan sebagainya.
Geografi Politik : ialah cabang geografi yang khusus mengkaji kondisi-kondisi
geografis ditinjau dari sudut politik atau kepentingan negara.
Geografi Fisik : ialah cabang geografi yang mengkaji tentang bentuk dan
struktur permukaan bumi, yang mencakup aspek geomorfologi dan hidrologi.
Geografi Manusia : ialah cabang geografi yang mengkaji tentang aspek sosial,
ekonomi, dan budaya penduduk.
1. Apa yang menjadi ruang lingkup kajian geografi regional?
Geografi regional dianggap sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang di wilayah tertentu baik secara lokal, negara maupun benua. Yang dibicarakan semua gejala di wilayah yang bersangkutan baik gejala fisik maupun manusia.
Geografi Regional mengkaji:
a. Lokasi (location)
lokasi adalah konsep geografi terpenting, karena lokasi dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Lokasi dapat menjawab pertanyaan di mana (where) dan mengapa di sana (why is it thre) tidak di tempat lain.
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, gejala, peristiwa lain. Ada dua komponen lokasi yaitu arah dan jarak. Arah menunjukkan posisi suatu tempat bila dibandingkan dengan tempat dimana kita berada. Sedangkan jarak adalah ukuran jauh atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut.
Ada dua macam lokasi, yaitu:
1. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut ini mutlak adanya dan dapat dipercaya karena massa daratan relatif tetap, perubahannya kecil sekali dan berlaku umum di seluruh dunia. Melalui lokasi absolut kita dapat mengetahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi.
2. Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah sekitarnya. Kondisi dan situasi disini dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya dan keberadaan transportasi dengan daerah disekitarnya. Seperti Indonesia terletak diantara dua samudera dan dua benua. Dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis karena berada di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda yaitu Asia dan Australia. Kedua benua tersebut mempunyai kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.
b. Tempat (place)
tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu tempat dibentuk oleh karakter fisik (seperti iklim, jenis tanah, tata air, morfologi, flora dan fauna) dan manusia yang hidup di dalamnya (seperti jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan, pendapatan dan kebudayaannya).
Dalam mengkajisuatu tempat, kita dapat melihatnya dari dua aspek yaitu site dan situasi. Site berkenaan dengan kondisi internal suatu tempat atau daerah, seperti iklimnya, keadaan tanah, topografi, penduduknya, dan segala sumber daya yang terkandung di dalamnya.
Situasi adalah kondisi eksternal suatu tempat atau kondisi suatu tempat bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
c. Hubungan Timbal balik (interelasi)
setiap gejala dipermukaan bumi ini pada dasarnya adalah hasil hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat berupa antar faktor fisik, faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia.
Contoh hubungan antar faktor fisik: ketinggian tempat dengan faktor iklim makro; kemiringan lereng dengan erosi; kesuburan lahan dengan jenis batuan; ketersediaan air tanah dengan curah hujan.
Contoh hubungan antara faktor manusia: perdagangan; transportasi; komunikasi dan organisasi.
Contoh hubungan antara faktor manusia dan faktor fisik: penggundulan hutan oleh manusia yang dapat menimbulkan banjir; penggalian bahan tambang yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; irigasi untuk pengairan; industri yang dapat meningkatkan daya dukung lahan dan pemanfaatan sinar matahari untuk sumber energi dan pertanian (greenhouse).
d. Gerakan (movement)
Setiap gejala di permukaan bumi mengalami gerakan. Gerakan obyek tersebut ada yang tampak dan tidak tampak. Gerakan ini menjadi kajian geografi untuk memahami latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi dan dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Contohnya adalah terjadinya berbagai macam usaha tani sebagai akibat dari adanya perbedaan iklim; perbedaan iklim disebabkan oleh adanya sirkulasi udara secara global di atmosfer.
e. Perwilayahan (regionalisasi)
Tema yang paling mendasar dari studi geografi adalah region, adapun kajian utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya. Regionalisasi pada dasarnya adalah pengklasifikasian atau pengelompokan data kedalam data sejenis. Dari pengelomp[okan tersebut maka akan tampak daerah yang menunjukkan persamaan dan perbedaan. Kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan daerah lainnya disebut region. Karakteristik atau ciri khas daerah suatu tempat itu dapat berupa karakteristik aspek fisik, manusia atau gabungan keduanya.
Jenis region menurut Stephen L.J. Smiith:
<!--[if !supportLists]–>1. region apriori : region yang dibuat tidak berdasarkan regionalisasi secara metodologis, jadi unsur kesamaannya dibentuk oleh pandangan yang bersifat individual atau kepentingan tertentu seperti unsur politik, kebiasaan setempat atau keuntungan-keuntungan lainnya secara sepihak.
2. region formal atau regional homogenius : region yang dibentuk karena adanya kesamaan kenampakan secara internal.
3. regional fungsional : region yang dibentuk oleh tinggi atau rendahnya derajat interaksi antar tempat di permukaan bumi.
Pembagian regionalisasi berdasarkan presepsi individual yaitu:
1. Region uniform atau formal
Region uniform atau region statis yaitu region yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan, termasuk iklim, vegetasi, tanah, landform, pertanian atau penggunaan lahan lain.
2. Region nodal
Region nodal atau region dinamis ditandai oleh gerak dari dan ke pusat. Pusat ini disebut sebagai node.
Region nodal dikatakan dinamis sebab didefinisikan sebagai gerakan bukan objek yang statis dan terdapat fungsi suatu tempat sebagai pusat sirkulasi.
Terdapat 4 unsur yang esensial dalam struktur regional nodal, yaitu:
1. adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia
2. adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara terorganisir
3. adanya wilayah yang makin meluas
4. adanya jaring-jaring rute tempat tukar-menukar berlangsung
2. Apa unsur-unsur esensial dalam geografi regional?
Geografi regional mempelajari hubungan yang bertautan antara aspek-aspek fisik dengan aspek-aspek manusia dalam kaitan keruangan di suatu wilayah (region) tertentu. Melalui interpretasi dan analisis geografi regional maka ciri khas suatu wilayah dapat ditonjolkan sehingga perbedaan antar wilayah akan nampak semakin jelas.
Geografi regional adalah geografi yang mempelajari kewilayahan atas dasar luas dan sempitnya daerah tersebut. Jadi, unsur esensial dalam geografi adalah region atau wilayah. Region adalah suatu wilayah yang mempunyai kesamaan yang dapat dilihat dari unsur fisikal, unsur manusia maupun gabungan antara keduanya.
Wittlesay mengemukakan unit-unit region dapat dibentuk oleh:
1. kenampakan iklim saja, tanah saja, sehingga menunjukkan areal saja.
2. multiple feature region (region yang menunjukkan kenampakan majemuk seperti gabungan antara jenis tanah dan tumbuhan, tumbuhan dengan budidaya bercocok tanam).
3. region total atau compage yang terdiri atas banyak unsur fisik dan manusianya seperti provinsi, negara atau kawasan tertentu.
Bintarto mengemukakan bahwa region dapat dilihat dari:
1. a. Keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu (region uniform)
b. wilayah dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berhubungan dengan garis melingkar (nodal region)
2. a. Generic region, klasifikasi wilayah yang terutama menekankan pada jenisnya, fungsinya diabaikan.
b. spesific region, klasifikasi wilayah berdasarkan kekhususannya merupakan daerah tunggal mempunyai ciri-ciri geografi yang khusus.
3. wilayah yang dalam klasifikasinya menggunakan metode statistik deskriptif.
A. Geografi Secara Umum
1. Pengertian Geografi
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
• Where is it?
• Why is it there?
• So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
2. Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
3. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
a. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
b. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
c. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
d. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
4. Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
a. Bumi sebagai planet
b. Variasi cara hidup
c. Variasi wilayah alamiah
d. Makna wilayah bagi manusia
5. Pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu: 1)wilayah atau regional 2)lapisan hidup atau biosfer 3) manusia sebagai faktor ekologi dominant 4) globalisme atau bumi sebagai planet 5) interaksi keruangan 6) hubungan areal 7) persamaan areal 8) perbedaan areal 9) keunikan areal 10) persebaran areal 11) lokasi relativ 12) keunggulan komparatif 13) perubahan yang terus menerus 14) sumberdaya dibatasi secara budaya 15) bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
6. Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
7. Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
8. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
a. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
b. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
c. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
d. Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
a. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
b. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
c. Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
b. Geografi Manusia
1) Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
2) Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3) Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
4) Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
5) Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
c. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
9. Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
a. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
b. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
a. pendekatan keruangan,
b. pendekatan kelingkungan, dan
c. pendekatan kompleks wilayah
B. Geografi Sosial
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik sebuah definisi dari geografi sosial. Geografi sosial merupakan kajian dalam geografi manusia yang menjelaskan mengenai interaksi antara manusia dengan lingkungan sosialnya yaitu manusia lain maupun kelompok manusia disekelilingnya. Maksudnya, bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan primer maupun sekunder pasti akan memanfaatkan lingkungan sekitarnya.
REFERENSI
Tim geografi.1994.Pelajaran Geografi SMA.Jakarta:Yudhistira
Nursjid Sumaatmadja.__.Konsep Dasar Geografi.__:__
http://www.malang.ac.id/e-Learning/FMIPA/Budi%20Handoyo/geografi.htm
Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Ruang Lingkup Geografi
Pengertian tentang geografi di atas menunjukkan bahwa yang
dipelajari dalam geografi ternyata sangat luas. Oleh karena itu, perlu adanya
batasan yang menjadi ruang lingkup bahasan geografi. Ruang lingkup bahasan
geografi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut.
Geografi Fisik: Geografi fisik mempelajari
gejala-gejala alam di permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer,
hidrosfer, dan biosfer. Gejala-gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk,
relief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi, serta tentang proses-proses
fisik yang terjadi di darat, laut, dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan
hidup manusia.
Geografi Sosial: Geografi sosial mempelajari
segala aktivitas kehidupan manusia di bumi dan interaksinya dengan lingkungan,
baik dalam lingkungan sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa geografi sosial (geografi manusia) mempelajari dampak aktivitas
manusia terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap manusia.
Geografi Regional: Geografi regional
mempelajari topik atau bahasan khususnya yang mencakup suatu daerah atau
wilayah tertentu. Geografi regional merupakan bahasan yang menyeluruh, baik
dari aspek fisik ataupun sosial sehingga dianggap sebagaio bentuk tertinggi
dalam geografi.
Struktur Ilmu Geografi
Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi beberapa percabangan,
Geografi Fisik
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik,
- Geologi
- Geomorfologi
- Meteorologi dan Klimatologi
- Hidrologi
- Oceanografi
- Biogeografi
- Kosmografi
- Pedologi
Geografi Manusia
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi manusia,
- Geografi Ekonomi
- Demografi
- Geografi Politik
- Etnografi
- Geografi Sosial
- Geografi Industri
- Geografi Pariwisata
- Geografi Sejarah
- Geografi Pertanian
- Geografi Transportasi
Geografi Regional
Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas,
- Geografi Regional berdasar Zonasi
Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa, Geografi Kota
- Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara, Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia
Geografi Teknik
Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi teknik terbagi atas,
Ruang Lingkup Geografi
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:
- Kajian terhadap wilayah (regional);
- Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah;
- Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya
Ruang Lingkup Kajian Geografi Regional
1. Apa yang menjadi ruang lingkup kajian geografi regional?
Geografi regional dianggap sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang di wilayah tertentu baik secara lokal, negara maupun benua. Yang dibicarakan semua gejala di wilayah yang bersangkutan baik gejala fisik maupun manusia.
Geografi Regional mengkaji:
a. Lokasi (location)
lokasi adalah konsep geografi terpenting, karena lokasi dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Lokasi dapat menjawab pertanyaan di mana (where) dan mengapa di sana (why is it thre) tidak di tempat lain.
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, gejala, peristiwa lain. Ada dua komponen lokasi yaitu arah dan jarak. Arah menunjukkan posisi suatu tempat bila dibandingkan dengan tempat dimana kita berada. Sedangkan jarak adalah ukuran jauh atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut.
Ada dua macam lokasi, yaitu:
1. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut ini mutlak adanya dan dapat dipercaya karena massa daratan relatif tetap, perubahannya kecil sekali dan berlaku umum di seluruh dunia. Melalui lokasi absolut kita dapat mengetahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi.
2. Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah sekitarnya. Kondisi dan situasi disini dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya dan keberadaan transportasi dengan daerah disekitarnya. Seperti Indonesia terletak diantara dua samudera dan dua benua. Dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis karena berada di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda yaitu Asia dan Australia. Kedua benua tersebut mempunyai kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.
b. Tempat (place)
tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu tempat dibentuk oleh karakter fisik (seperti iklim, jenis tanah, tata air, morfologi, flora dan fauna) dan manusia yang hidup di dalamnya (seperti jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan, pendapatan dan kebudayaannya).
Dalam mengkajisuatu tempat, kita dapat melihatnya dari dua aspek yaitu site dan situasi. Site berkenaan dengan kondisi internal suatu tempat atau daerah, seperti iklimnya, keadaan tanah, topografi, penduduknya, dan segala sumber daya yang terkandung di dalamnya.
Situasi adalah kondisi eksternal suatu tempat atau kondisi suatu tempat bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
c. Hubungan Timbal balik (interelasi)
setiap gejala dipermukaan bumi ini pada dasarnya adalah hasil hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat berupa antar faktor fisik, faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia.
Contoh hubungan antar faktor fisik: ketinggian tempat dengan faktor iklim makro; kemiringan lereng dengan erosi; kesuburan lahan dengan jenis batuan; ketersediaan air tanah dengan curah hujan.
Contoh hubungan antara faktor manusia: perdagangan; transportasi; komunikasi dan organisasi.
Contoh hubungan antara faktor manusia dan faktor fisik: penggundulan hutan oleh manusia yang dapat menimbulkan banjir; penggalian bahan tambang yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; irigasi untuk pengairan; industri yang dapat meningkatkan daya dukung lahan dan pemanfaatan sinar matahari untuk sumber energi dan pertanian (greenhouse).
d. Gerakan (movement)
Setiap gejala di permukaan bumi mengalami gerakan. Gerakan obyek tersebut ada yang tampak dan tidak tampak. Gerakan ini menjadi kajian geografi untuk memahami latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi dan dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Contohnya adalah terjadinya berbagai macam usaha tani sebagai akibat dari adanya perbedaan iklim; perbedaan iklim disebabkan oleh adanya sirkulasi udara secara global di atmosfer.
e. Perwilayahan (regionalisasi)
Tema yang paling mendasar dari studi geografi adalah region, adapun kajian utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya. Regionalisasi pada dasarnya adalah pengklasifikasian atau pengelompokan data kedalam data sejenis. Dari pengelomp[okan tersebut maka akan tampak daerah yang menunjukkan persamaan dan perbedaan. Kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan daerah lainnya disebut region. Karakteristik atau ciri khas daerah suatu tempat itu dapat berupa karakteristik aspek fisik, manusia atau gabungan keduanya.
Jenis region menurut Stephen L.J. Smiith:
<!--[if !supportLists]–>1. region apriori : region yang dibuat tidak berdasarkan regionalisasi secara metodologis, jadi unsur kesamaannya dibentuk oleh pandangan yang bersifat individual atau kepentingan tertentu seperti unsur politik, kebiasaan setempat atau keuntungan-keuntungan lainnya secara sepihak.
2. region formal atau regional homogenius : region yang dibentuk karena adanya kesamaan kenampakan secara internal.
3. regional fungsional : region yang dibentuk oleh tinggi atau rendahnya derajat interaksi antar tempat di permukaan bumi.
Pembagian regionalisasi berdasarkan presepsi individual yaitu:
1. Region uniform atau formal
Region uniform atau region statis yaitu region yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan, termasuk iklim, vegetasi, tanah, landform, pertanian atau penggunaan lahan lain.
2. Region nodal
Region nodal atau region dinamis ditandai oleh gerak dari dan ke pusat. Pusat ini disebut sebagai node.
Region nodal dikatakan dinamis sebab didefinisikan sebagai gerakan bukan objek yang statis dan terdapat fungsi suatu tempat sebagai pusat sirkulasi.
Terdapat 4 unsur yang esensial dalam struktur regional nodal, yaitu:
1. adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia
2. adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara terorganisir
3. adanya wilayah yang makin meluas
4. adanya jaring-jaring rute tempat tukar-menukar berlangsung
2. Apa unsur-unsur esensial dalam geografi regional?
Geografi regional mempelajari hubungan yang bertautan antara aspek-aspek fisik dengan aspek-aspek manusia dalam kaitan keruangan di suatu wilayah (region) tertentu. Melalui interpretasi dan analisis geografi regional maka ciri khas suatu wilayah dapat ditonjolkan sehingga perbedaan antar wilayah akan nampak semakin jelas.
Geografi regional adalah geografi yang mempelajari kewilayahan atas dasar luas dan sempitnya daerah tersebut. Jadi, unsur esensial dalam geografi adalah region atau wilayah. Region adalah suatu wilayah yang mempunyai kesamaan yang dapat dilihat dari unsur fisikal, unsur manusia maupun gabungan antara keduanya.
Wittlesay mengemukakan unit-unit region dapat dibentuk oleh:
1. kenampakan iklim saja, tanah saja, sehingga menunjukkan areal saja.
2. multiple feature region (region yang menunjukkan kenampakan majemuk seperti gabungan antara jenis tanah dan tumbuhan, tumbuhan dengan budidaya bercocok tanam).
3. region total atau compage yang terdiri atas banyak unsur fisik dan manusianya seperti provinsi, negara atau kawasan tertentu.
Bintarto mengemukakan bahwa region dapat dilihat dari:
1. a. Keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu (region uniform)
b. wilayah dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berhubungan dengan garis melingkar (nodal region)
2. a. Generic region, klasifikasi wilayah yang terutama menekankan pada jenisnya, fungsinya diabaikan.
b. spesific region, klasifikasi wilayah berdasarkan kekhususannya merupakan daerah tunggal mempunyai ciri-ciri geografi yang khusus.
3. wilayah yang dalam klasifikasinya menggunakan metode statistik deskriptif.
Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas d[if !mso]>dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembelajaran Geografi di SMA dan MA adalah:
1. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG)
2. Dinamika perubahan atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer, dan
antroposfer
3. Sumber daya alam dan pemanfaatannya
4. Lingkungan hidup
5. Konsep dasar perwilayahan
6. Negara maju dan negara berkembang
KETRAMPILAN SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Geografi ialah ilmu dengan identitas keruangan atau spasial. Meskipun substansi kajiannya meliput obyek atau fenomena sosial (nampak pada human geography) dan obyek atau fenomena fisikal atau natural (nampak pada physical geography), geografi bukanlah cabang ilmu sosial maupun cabang ilmu natural. Geografi menelaah obyek sosial maupun natural secara keruangan atau spasial. Pembelajaran geografi di sekolah menengah (dengan nama pelajaran geografi) maupun pendidikan dasar (dengan nama IPS) ujung-ujungnya diharapkan memberikan bekal spatial ability atau spatial inteligence pada peserta didik.
KETRAMPILAN SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Pendahuluan
Undang-undang No. 20/2003 tentang SISDIKNAS mengamanatkan untuk melalui pendidikan kita mengantarkan peserta didik menjadi menusia Indonesia seutuhnya, terdidik lengkap, terasah penalaran-etika-estetikanya secara baik, mampu berpikir orisinil kreatif untuk menjadi Warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan pendidikan dipandang sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik (lihat pasal 3 UU No. 20/2003)
Terminology pengajaran sudah lama diganti pembelajaran yang bermakna lebih luas memberikan peran kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas. Dalam konteks pembelajaran geografi, jurus untuk memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya berawal dari keutuhan konsep (yang dikuasai guru) yang diturunkan pada materi pembelajaran dalam kemasan yang menarik.
Esensi geografi yang memandang obyek dan fenomena secara spasial mengharuskan guru untuk menguasai materi pembelajaran dari sudut pandang spasial pula. Maksudnya adalah guru geografi diharapkan memiliki intelegensi spasial yang diimplementasikan dalam ketrampilan spasial. Intelegensi spasial inilah yang ikut memberikan saham kepada pengembangan kemampuan berfikir peserta didik.
Esensi Ketrampilan Spasial
Pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap cerdas, aktif dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. (BSNP, 2006; 533)
Latar belakang rasionalitas kompetensi yang dirumuskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut tentu saja berangkat dari pemahaman terhadap esensi Geografi dengan identitas pandangan spasialnya. Pandangan spasial atas telaah substansi tanah (soil) kemudian memunculkan Geografi Tanah sebagai salah satu cabang Geografi. Pandangan spasial atas telaah substansi tumbuh-tumbuhan, kemudian memunculkan Fitografi sebagai salah satu cabang Geografi. Pandangan spasial atas telaah substansi ekonomi kemudian memunculkan Geografi Ekonomi sebagai salah satu cabang Geografi, demikian pula halnya dengan Marketing Geografi, Geografi Transportasi dan seterusnya.
Preston E. James & CF Jones, editor American Geography Inventory and Prospect (AGIP) sejak pertengahan dasawarsa limapuluhan abad lalu, tegas mengemukakan ciri spasial geografi sebagai berikut :
ü The geographic method of studying soils requires the identification of kinds of soils and the mapping of areal spread of these type. (AGIP, 1967:383)
ü Fitogeografi
Geographers characteristically, record on maps their observations regarding patterns of distribution, and the maps in turn, are used for the study of areal relation. (AGIP, 1967 : 429-430)
ü Economics geography has to do win similiarities and diferences from place to place in the ways people make living … (AGIP,1967:214)
ü Marketing Geography
… in studying markets, the geographer is primarily concerned with where the markets are. He is interested in the distribution of individual consumers and in the magnitude of actual potential sales within specific areas. … in the study of channels of distribution on marketing geographer is primarily concerned, again, within the location of these channels.
… The mapping of relevant data regarding markets and the marketing process is a contribution in it self. (AGIP, 1967: 245-251)
ü Transportaion geography
… Transportation is a measure of the relations between areas and is therefore an essential aspect of geography … Geography is concerned with all connections and interractions, including communication and transportation … For geographers who view the core of geography as primarily the analysis of spasial interaction, the study of transportation and in the boarder sense, of circulation as a whole, is of crucial importance. (AGIP, 1967:311)
Identitas spasial dalam bentuk spatial patterns, spatial distributions, spasial relations, spasial differentiation menuntut guru geografi menyajikan materi geografi ke dalam kemasan berwujud peta, atau membuka kemasan yang (sudah) ada untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran (membaca/interpretasi peta yang ada). Tetapi tidak setiap bahan ajar yang harus disajikan seperti yang dikehendaki standar kompetensi sudah tersedia.
Maka…, rekan sejawat guru geografi, menyiapkan peta sebagai media (utama) pembelajaran adalah sebentuk ketrampilan spasial yang patut kita kembangkan sesuai tuntutan pengabdian kita di bidang ini. Menyadap/akuisisi data/informasi (spasial) dari berbagai sumber, menata-mengolah-mengelola data/informasi, desain simbol, plotting data ke base map, saat sekarang cukup dipermudah oleh sumbangan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi.
Analisis spasial
Segi lain dari ketrampilan spasial (spatial ability) misalnya melakukan analisis spasial dengan membuat korelasi. Korelasi adalah membandingkan dua hal (tema, layer) yang berbeda untuk melihat ada tidaknya kaitan sebab akibat. Yang penting harus diperhatikan adalah bahwa adanya korelasi antara beberapa variabel belum menjamin terungkapnya mekanisme sebab akibat.
Korelasi dapat dilakukan dengan:
ü Cara superposisi (tumpang susun), pada peta-peta yang digambar pada kertas transparan.
ü Sampel penampang, dengan tema-tema berbeda pada penampang medan (misalnya: batuan, tanah, curah hujan, penggunaan tanah)
ü Menggunakan kerangka grid/jala peta, untuk menghubungkan posisi yang sama dari tema-tema yang berbeda.
ü Sistem Informasi Geografi (SIG)
Tetapi implementasinya di kelas (sekali lagi) bergantung pada ketersediaan fasilitas di sekolah.
Perlu pula diperhatikan tentang apa yang dikorelasikan. Korelasi dapat berbentuk korelasi (spatial) antara unsur fisik dengan unsur fisik, antara unsur fisik dengan unsur sosial ekonomi, juga antara unsur sosial ekonomi dengan unsur sosial ekonomi. Tidak harus hubungan ini berwujud hubungan unsur fisik-manusia (sosial ekonomi).
Penutup
Pembelajaran Geografi tingkat Sekolah Menengah maupun pada tingkat pendidikan dasar dikelompokkan ke dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Perlu diingat bahwa Geografi bukan cabang IPS, maka pembahasan substansi IPS oleh Geografi tetap dicirikan oleh pandangan spasialnya. Artinya sumbangan Geografi di dalam menelaah masalah sosial (dan ekonomi) berupa analisis spasial terhadap masalah/fenomena sosial ekonomi. Demikian pula halnya telaah Geografi terhadap masalah/fenomena fisikal.
Ada baiknya juga kita mengingat kembali apa yang ditegaskan oleh Michael Chislom, bahwa: Geografi mempelajari fenomena-fenomena dalam hubungannya dengan ruang muka bumi, menyangkut pola keruangan, hubungan keruangan (pada ruang yang terbatas dan hubungannya dengan ruang muka bumi keseluruhan). Oleh sebab itu, Geografi memiliki ruang lingkup yang luas yang menerobos bidang-bidang ilmu lain dan menghubungkan konsep-konsep yang ada pada bidang geologi, klimatologi, pertanian, ekonomi dan bidang-bidang lain (seperti tampak pada nama-nama cabang Geografi). Untuk dapat menghasilkan pekerjaan bermutu, idealnya Geografer mengusai semua bidang tersebut. Tetapi jelas ini hal yang mustahil. Oleh sebab itu paling tidak Geografi memiliki kecakapan tertentu dalam bidang-bidang ilmu yang berdekatan dengan bidangnya sendiri, yang memungkinkan ia dapat menilai pekerjaan yang dihasilkan bidang lain yang berdekatan tersebut. (Chislom, M., 1970)
Referensi
Armstrong, Thomas. 1994. Multiple Intelligences in the Classroom. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Geografi SMA/MA.
Campbell, Linda. 2002. Multiple Intelligences : Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press.
Chislom, Michael. 1970. Geographic and Economics. London: Bell & Sons Ltd.
Gardner, Howard. 1999. Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century. New York: Basic Book a Member of the Perseus Books Group.
James, Preston S. & Clarence F. Jones (ed). 1967. American Geography Inventory & Prospect. Associations of American Geographers.
RUANG LINGKUP KAJIAN GEOGRAFI
Sebutan geografi sebagai ilmu pengetahuan cukup banyak, antara lain: i).
geografi sebagai ilmu holistik yang mempelajari fenomena di permukaan bumi
secara utuh menyeluruh, ii) geografi adalah ilmu analitis dan sintesis, yang
memadukan unsur lingkungan fisikal dengan unsur manusia dan iii). geografi
adalah ilmu wilayah yang mempelajari sumberdaya wilayah secara komprehensif.
Tiga sebutan geografi tersebut yang menjadi landasan untuk membahas kajian
geografi yang mampu merespon permalasalahan lingkungan yang berdimensi lokal
hingga global. Pertanyaan pemandu untuk mengetahui ruang lingkup kajian
Geografi pada umumnya adalah:
1) apa (what),
2) dimana (where),
3) berapa (how long/how much),
4) mengapa (why),
5) bagaimana (how),
6) kapan (when),
7) siapa (who) (Widoyo Alfandi, 2001).
Pertanyaan pemandu yang mencerminkan bahwa geografi itu adalah holistik,
sintesis dan kewilayahan adalah sebagai berikut:
1) apa, dimana dan kapan (what, where and when), pertanyaan ini menuntun kita
untuk mengetahui fenomena geografis dan distribusi spasialnya pada suatu
wilayah, serta kapan terjadinya;
2) bagaimana dan mengapa ( how and why), pertanyaan ini bersifat analitis untuk
mengetahui sistem, proses, perilaku, ketergantungan, organisasi spasial dan
interaksi antar komponen pembentuk geosfer;
3) apakah dampaknya (what is the impact), pertanyaan bersifat analistis,
sintesis untuk mengevaluasi fenomena geografi yang mengalami perubahan baik
oleh proses alam maupun oleh hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan
alamnya;
4) Bagaimana seharusnya (how ought to ), pertanyaan ini menjurus ke sintesis
dan evaluasi untuk pemecahan permasalahan lingkungan suatu wilayah dan
memberikan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan. Pertanyaan
pemandu pertama dalam geografi yang umum tersebut dapat
digunakan untuk proses pembelajaran pada tingkat manapun dengan memperhatikan
tingkat kedalaman atau kedetilannya. Pertanyaan pemandu yang kedua dapat
ditujukan untuk jenjang pendidikan pada perguruan tinggi, dengan asumsi bahwa
wawasan dan penalaran mahasiswa lebih mantap.
1.Pengertian Geografi
Pengertian dasar pengetahuan geografi
a.Secara etimologis : Geos dan Graphein dari bahasa Yunani
b.Menurut pendapat para ahli
* Ahli dari Barat
- Karl Ritter : Suatu telaah tentang bumi sebagai tempat hidup manusia. Wilayah
studi geografi semua gejala yang terdapat di permukaan bumi.
- E. Huntington : menekankan kepada iklim sebagai penentu kehidupan (Fisis
Determinis)
- Yeates : Suatu ilmu yang memperhatikan rasional dan lokasi dari berbagai
sifat beraneka ragam di permukaan bumi.
- Ferdinan Van Richhthoffen : Studi tentang gejala dan sifat permukaan bumi
yang disusun berdasarkan letak serta mencari hubungan timbal balik antara
gejala dan sifat-sifat itu.
- Wrigley : Ilmu yang berorientasi pada masalah sebagai akibat interaksi
manusia dengan lingkungannya.
* Ahli dari Indonesia
- R. Bintarto : Suatu ilmu pengetahuan yang mengcitrakan, menerang sifat-sifat
bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak yang
khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam
ruang dan waktu.
- I Made Sandy : Ilmu pengetahuan yang berusaha mengemukakan, menemukan dan
memahami persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi mencakup
kewilayahan dan kelingkungan)
- Hasil Seminar dan Loka Karya di Semarang th.1988
Ilmu yang mempelajari mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam (fenomena
geosfer) serta interaksi manusia dan lingkungan atau kewilayahan dalam konteks
keruangan.
2.Ruang lingkup ilmu geografi
Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar :
- Geografi fisik (Psysical) Geography) yang mempelajari aspek-aspek fisik,
seperti : air, udara, relief, tanah, dll.
- Geografi sosial mempelajari aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Menurut Rhoad Murphy dalam The Scope of Geography :
- Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi dengan sejumlah aspek
keruangan serta pemanfaatannya.
- Interaksi manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan keanekaragaman suatu
wilayah
- Analisa region
3.Ilmu penunjang geografi
- Geologi
- Geomorfologi
- Meteorologi
- Klimatologi
- Astronomi
- Oceanografi
- Hidrologi
- Zoologi
- Botani
- Antropologi
- Sosiologi
- Ekologi
- Demografi
- dll
4.Obyek studi geografi
- Obyek formal ilmu geografi :
cara pandang, cara mengkaji, cara menganalisis obyek material secara keruangan
atau kewilayahan.
- Obyek material ilmu geografi, berupa fenomena geosfer, secara umum terbagi
atas :
*Fenomena alam (Realm of Nature)
- Kekuatan : rotasi bumi, revolusi bumi, gravitasi, perubahan cuaca dll
- Proses : proses erosi, proses sedimantasi, sirkulasi air, gejala-gejala
vulkanisme
- Unsur fisik meliputi : iklim, air, tanah, dll
- Unsur topologi : luas, letak dan bentuk.
- Unsur biotis : flora, fauna, organisme, manusia
* Fenomena Manusia (Human Realm)
- Lingkungan sosial : kebiasaan, hukum, tradisi, kepercayaan dll
- Bentang alam budi daya : danau buatan, persawahan, hutan buatan, perkebunan,
pemukiman, dll
- masyarakat
5.Gejala atau fakta geografi yang ada di muka bumi dalam kehidupan sehari-hari
- banjir
- sebaran pemukiman
- sebaran industri
- keadaan cuaca dan iklim, dll
6. Tujuan Ilmu Geografi
* Berfungsi sebagai ilmu murni (Pure Science)
- Mengembangkan konsep, teori dasar geografi, prinsip, metodologi untuk
kemajuan ilmu geografi
* Berfungsi sebagai ilmu terapan (Applied Science)
- Untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia dan dapat memberikan
sumbangan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
7. Prinsip-prinsip Geografi :
- Pinsip Penyebaran (sebaran) : adanya sebaran fenomena atau gejala baik alam
maupun sosial/ manusia yang tersebar di muka bumi.
- Prinsip Interelasi : adaya interelasi yang menunjukan terdapat hubungan antar
gejala yang satu dengan yang lainnya.
- Prinsip Deskriptif :memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala yang
dipelajari atau diselidiki, untuk menjelaskan sebab-sebab ini terjadi.
- Prinsip korologi atau prinsip keruangan : bahwa, gejala, fakta, fenomena
ditinjau dari interelasinya, sebaran dan interaksinya terdapat pada ruang
tertentu.
8.Konsep Dasar/esensi Geografi
- Konsep Lokasi : memiliki makna :
- Lokasi absolut : lokasi yang ditentukan berdasarkan sistem grid/kisi-kisi
atau koordinat yaitu pertemuan antara garis bujur dan garis lintang.
- Lokasi relatif : Lokasi yang ditentukan berdasarkan keadaan sekitarnya, baik
menguntungkan atau merugikan
- Konsep Jarak : memiliki makna :
- Jarak absolut : Jarak berdasarkan ukuran panjang antara suatu dengan tempat
yang lainnya
- Jarak relatif : Jarak berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya.
- Konsep Keterjangkauan (accessibility) : hubungan suatu tempat dengan tempat
lainnya.
- Konsep Pola : adanya pola/bentuk sebaran suatu fenomena (contoh :pemukiman :
memanjang, memusat, tersebar, dll)
- Konsep Morfologi : bentuk-bentuk lahan karena proses erosi dan sedimentasi.
- Konsep Aglomerasi : Pemusatan/penimbunan suatu kawasan.
- Konsep Nilai Kegunaan : nilai guna tempat-tempat di permukaan bumi
(pariwisata, industri, dll)
- Konsep Interaksi dan Interdependensi : saling mempengaruhi dan saling
ketergantungan antar gejala di muka bumi.
- Konsep Deferensial Areal : adanya fenomena yang berbeda antara satu tempat
dengan tempat yang lainnya.
- Konsep Keterkaitan Ruangan : adanya variasi keruangan (spatial)
9. Pendekatan Geografi .
- Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
* mengkaji adanya perbedaan ruang/tempat melalui penggambaran letak distribusi,
relasi, dan interelasinya, melalui pemekaran fenomena dalam dalam ruang (space)
dan waktu (time)
- Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)
* mengkaji berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya
- Pendekatan Kompleks Wilayah (Regional Complex Approach)
* menelaah gejala dipermukaan bumi melalui pengkajian secara karakteristik
fisik maupun sosial dari suatu region tertentu
2.Pengetahuan Peta
1.Pengertian peta
Gambaran konvensional permukaan bumi sebagian atau seluruhnya yang diperkecil
dengan sekala dilengkapi dengan tulisan-tulisan dan simbol-simbol sebagai
pengenal.
2.Komponen-komponen peta
- Judul : untuk menggambarkan isi dan tipe peta.
- Sekala peta : perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya.
- Legenda : tempat untuk menuliskan keterangan atau simbol
- Orientasi : arah mata angin untuk menunjukan lokasi
- Garis Lintang dan Garis Bujur : untuk menentukan lokasi tertentu.
- Sumber dan tahun pembuatan
sumber peta :
- Jawatan Topografi AD (TNI AD)
- Bakorsutanal,
- Inset peta : bertujuan untuk menjelaskan atau menampilkan bagian yang
dianggap penting.
- Simbol peta : sebagai gambar pengganti dari gejala nyata yang ada dipermukaan
bumi. Menurut Arthur H. Robinson : simbol titik diklasifikasikan menjadi 3
macam :
Simbol titik
Simbol titik atau dot digunakan untuk menggambarkan sebaran fenomena
dipermukaan bumi. Simbol titik dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Sifat
kualitatif misalnya menggambarkan letak suatu kota. Bersifat kuantitatif, titik
tersebut beri bobot angka, misalnya satu titik setara dengan 10 ton.
Tiga bentuk simbol titik :
- Simbol Geometrik : simbol menggunakan bangun-bangun matematika seperti
lingkaran, segitiga, lingkaran, persegi panjang.
segitiga : simbol gunung.
segiempat : simbol kota
- Simbol Gambar Visual : simbol yang menggunakan gambar sesuai dengan
keadaannya.
- Simbol huruf : simbol peta yang menggunakan huruf. Contoh : Af artinya iklim
hujan tropik, Sel artinya selat.
- Simbol Garis
Simbol titik : digunakan untuk memperhatikan karakter fenomena terutama yang
bersifat kualitatif, misalnya : jalan raya, batas administratif, dll. Garis
bersifat kuantitatif berupa isopleth : garis-garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat dengan densitas atau nilai distribusi yang sama, contoh :
- Isotherm
- Isohaline
- Isobar
- Isohyet
- Isodapen : garis yang menghubungkansemua titik yang melibatkan kenaikan biaya
transportasi yang sama besarnya di atas biaya transportasi lokasi minimum.
- Isotim : garis kontur konsentris pada peta yang menghubungkan tempat-tempat
yang menunjukan biaya transportasi yang sama.
Simbol Area/wilayah
- Garis tepi peta
untuk mengetahui luas areal yang digambarkan dan meletakan garis lintang dan
bujur.
- Warna
peta mencirikan keadaan tertentu :
- biru untuk lautan atau wilayah perairan
- hijau untuk dataran rendah
- kuning untuk dataran tinggi
- cokelat untuk gunung atau pegunungan
- merah untuk bentang hasil budaya manusia
- putih untuk pegunungan bersalju.
- Lettering
semua tulisan dan angka-angka yang tertera dalam sebuah peta
3. Jenis-jenis peta
- Peta Umum :
peta menggambarkan permukaan bumi secara umum, terbagi menjadi :
- peta chorografi : peta yang menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan
bumi yang bercorak umum dan bersekala kecil.
- peta topografi : peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi (relief,
sungai, drainase, dll )
- Peta Khusus/Tematik
Peta yang yang menggambarkan kenampakan secara khusus yang terdapat pada daerah
tertentu. Untuk menggambarkan peta tematik dapat dilakukan dengan beberapa cara
:
- Isopleth : garis-garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama
densitasnya atau distribusinya.
- Choropleth : penggambaran data berupa warna yang bertingkat ataukerapatan
garis yang berbeda.
- Dot : penggambaran data dengan menggunakan titik, setiap titik mewakili
sejumlah data tertentu
- Peta Teknis
peta bersifat teknis dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan.
berdasarkan sekalanya, peta dibedakan menjadi :
- peta kadaster, peta dengan sekala 1 : 100 s/d 1 : 5000
- peta sekala besar, peta dengan sekala 1 : 5000 s/d 250.000
- peta sekala sedang, peta dengan sekala 1 : 250.000 1 : 500.000
- peta sekala kecil, peta dengan sekala ! : 500.000 s/d 1 : 1000.000
- peta sekala geografi, peta dengan sekala 1 : 1000.000 atau lebih
4. Sekala Peta
pengertian sekala : perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya.
macam-macam sekala :
- sekala angka/sekala pecahan (Numerik Scale) : perbandingan antara jarak
dipeta dengan jarak sesungguhnya dinyatakan dengan angka pecahan, contoh 1 :
200.000
- sekala verbal (verbal scale) : sekala yang ditunjukan dengan kalimat misalnya
: inchi to mile
- sekala grafik (graphic scale) : sekala yang ditunjukan dengan grafik, contoh
:
5. Menghitung sekala suatu peta
- membandingkan titik di peta dengan titik di lapangan
- menghitung selisih derajat lintang dan bujur
- untuk peta topografi di Indonesia berlaku rumus
- Ci = 1/2000 x penyebut sekala, contoh :
6.Proyeksi peta
pengertian : Cara pemindahan sistem paralel dan meridian pada globe ke bidang
datar (peta)
7.Klasifikasi proyeksi peta :
1.Berdasarkan pada bidang proyeksinya
- Proyeksi Azimut/zenithal : jenis proyeksi yang bidang proyeksinya bidang
datar, terdiri dari :
a. Proyeksi azimuth normal : bidang proyeksinya menyinggung kutub.
b. Proyeksi azimuth transversal : proyeksi yang bidang proyeksinya tegak lurus
dengan ekuator.
c. Proyeksi azimuth oblique : bidang proyeksinya menyinggung salah satu di
sembarang tempat pada bola bumi.
- Proyeksi silinder : jenis proyeksi yang bidang proyeksinya berbentuk silinder
yang meyinggung bola bumi, dibedakan :
a Proyeksi silinder normal : kedudukan silinder menyinggung ekuator.
b Proyeksi silinder transversal : kedudukan silinder terletak pada bidang
ekuator
c Proyeksi silinder oblique : kedudukan silinder membentuk sudut dengan sumbu
bumi.
- Proyeksi Kerucut
Proyeksi yang menggunakan kerucut sebagai bidang proyeksinya
a.Proyeksi kerucut normal : jika garis singgungbidang kerucut pada bola bumi
terletak pada suatu paralel (pararel standar)
b.Proyeksi kerucut transversal : apabila kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu
bumi tegak lurus.
c.Proyeksi kerucut oblique : apabila sumbu kerucut terhadap sumbu bumi
berbentuk miring.
2. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan.
- Poyeksi ekuivalen : keadaan luas dalam peta sama dengan luas yang sebenarnya
dibumi setelah dikalikan sekalanya.
- Proyeksi conform : keadaan bidang-bidang (bentuk) dalam peta sama dengan
keadaan aslinya.
- Proyeksi equidistant : jarak dalam peta sama dengan jarak sebenarnya setelah
dikalikan sekala petanya
8. Fungsi Peta dibuat
- untuk menunjukan lokasi atau posisi dipermukaan bumi
- untuk menyajikan data tentang potensi suatu daerah
- untuk menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi
- untuk memperlihatkan ukuran luas, dan jarak dipermukaan bumi
9. tujuan peta dibuat
- untuk memberikan informasi keruangan
- untuk membantu suatu pekerjaan
- untuk analisis data keruangan
- untuk menyimpan data informasi
10. Analisa suatu peta berdasarkan unsur-unsur peta.
Faktor-faktor yang dapat di analisa pada peta :
a. kenampakan pokok : mencakup alam dan sosial dan ekonomi misal : gunung,
sungai jalan, indutri dll
b. jarak : untuk mengukur bentuk-bentuk kenampakan geografis yang tidak teratur
seperti sungai, garis pantai dapat digunakan benang. Hasil pengukuran dikalikan
sekala akan mendapatkan jarak sesungguhnya.
c. arah : untuk menentukan arah digunakan kompas. Arah yang ditunjukan kompas
dinamakan azimuth atau magnetik azimuth
d. lokasi : lokasi dapat dibaca dengan cara :
- pararel meridian : yaitu dengan memperhatikan garis lintang dan garis bujur
- arah dan jarak
- jarak dengan jarak
- arah
e. ketinggian
- titik-titik triangulasi
- titik-titik ketinggian
- garis kontur
Prinsip- prinsip Geografi
1. Prinsip Penyebaran/ spreading Principle
prinsip penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan gejala dan fakta
geografi dalam peta serta mengungkapkan hubungan antara gejala geografi yang
satu dengan yang lain. hal tersebut disebabkan penyebaran gejala dan fakta
geografi tidak merata antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
2. prinsip interrelasi/ interrelationship principle
prinsip interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara gejala fisik
dan non fisik. prinsip tersebut dapat mengungkapkan gejala atau fakta Geografi
di suatu wilayah tertentu.
3. prinsip deskripsi/ Descriptive Principle
prinsip deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan gambaran lebih jauh
tentang gejala dan masalah geografi yang dianalisis. prinsip ini tidak hanya
menampilkan deskripsi dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram,
grafik maupun tabel.
4. prinsip korologi/ Chorological principle
ini disebut juga prinsip keruangan. dengan prinsip ini dapat dianalisis gejala,
fakta, dan masalah geografi ditinjau dari penyebaran, interrelasi, dan interaksinya
dalam ruang.
Prinsip-prinsip Geografi
Dalam menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan prinsip-prinsip geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena, gejala, fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala ada yang teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang mengelompok, menyebar, memusat, memanjang bergantung kepada keadaan fenomena. Pengertian fenomena atau gejala diartikan sebagai : semua data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan bumi. Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri dari : kekuatan, proses, biotis, topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial : terdiri dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya terdiri dari : pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2. Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena tersebut secara detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang dikaji, disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita. Berdasarkan jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat tabel) dst....dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang satu dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau gejala di muka bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan dengan fenomena lain. Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada keterkaitan yang sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan fenomena dataran rendah... dst
4. Prinsip Korologi
: Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada ruang tertentu.
Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara prinsip-prinsip
geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini dalam menganalisis
fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan penggabungan prinsip yang ada. misalnya
kita bicara tentang pasar pada suatu wilayah, maka pasar itu akan bergantung
kepada fenomena pembeli, penjual, barang, transportasi, transaksi pada ruang
tertentu pula.
Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
- Prinsip
Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut. - Prinsip
Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah. - Prinsip
Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll. - Prinsip
Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
a. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
b. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
c. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
d. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Prinsip-Prinsip Geografi
Prinsip-prinsip geografi merupakan dasar untuk menjelasakan berbagai fenomena
geografi. Prinsip geografi terdiri atas 4 macam, yaitu prinsip persebaran,
interelasi, deskripsi, dan korologi (keruangan).
Prinsip persebaran, yaitu bahwa gejala
atau fenomena geografi terdapat di mana-mana dan tersebar di permukaan bumi.
Gejala atau fenomena geografi tersebut dapat berupa fenomena fisik atau
fenomena sosial yang persebarannya tidak merata di permukaan bumi. Misalnya,
keadaan sumber air tanah tidak dijumpai di semua tempat atau kemacetan lalu
lintas juga tidak dijumpai di semua tempat. Oleh karena itu, untuk mengamati
gejala dan fenomena yang tersebar itu diperlukan alat bantu antara lain peta.
Prinsip interelasi, yaitu adanya hubungan saling keterkaitan antargejala
dalam ruang. Hubungan saling keterkaitan itu dapat terjadi antarfenomena fisik,
antarfenomena sosial, serta antara fenomena fisik dan fenomena sosial.
Misalnya, terjadinya banjir di wilayah hilir salah satu penyebabnya adalah
rusaknya hutan di wilayah hulu akibat perilaku manusia.
Prinsip deskripsi, yaitu penjelasan tentang adanya gejala atau fenomena
geografi. Persebaran dan hubungan gejala atau fenomena geografi dapat
diungkapkan antara lain dalam bentuk data, grafik, dan peta. Ketiga bentuk
pengungkapan fenomena tersebut akan lebih jelas apabila diberikan pemaparan
atau penjelasan dengan menggunakan rangkaian kalimat.
Prinsip korologi, yaitu pengkajian gejala atau fenomena geografi secara
menyeluruh (komprehensif) dalam ruang tertentu (spatial). Di dalam prinsip
korologi setiap gejala atau fenomena geografi dikaji dengan cara memadukan
prinsip-prinsip persebaran, interelasi, dan deskripsi. Hasil pengkajian melalui
prinsip korologi menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan gejala, fenomena, dan
fakta antarwilayah. Oleh karena itu, akan memberikan corak tertentu sehingga
tampak adanya kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk.
Berbagai fenomena geosfer dapat dikaji dalam geografi melalui enam pertanyaan
pokok, yaitu what, where, when, why, who, dan how. Keenam pertanyaan tersebut
dikenal dengan prinsip 5W 1H.
What untuk mengetahui peristiwa apa yang terjadi.
Where untuk mengetahui di mana peristiwa terjadi.
When untuk mengetahui kapan peristiwa terjadi.
Why untuk mengetahui mengapa peristiwa terjadi.
Who untuk mengetahui siapa yang terlibat dalam peristiwa
yang terjadi.
How untuk mengetahui bagaimana solusi atas peristiwa yang
terjadi.
Prinsip-Prinsip Geografi
Dalam studi geografi Nursid Sumaatmadja membagi menjadi empat prinsip utama,
- Prinsip persebaran,
Bahwa gejala, kenampakan, dan masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebarannya sangat bervariasi.
- Prinsip interrelasi,
Bahwa antara komponen atau aspek-aspek lingkungan geografi senantiasa ada hubungan timbal balik atau saling keterkaitan satu sama lain.
- Prinsip deskripsi,
Merupakan cara pemaparan hasil pengkajian studi geografi terhadap gejala, fenomena atau masalah yang ada.
- Prinsip korologi,
Merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip di atas.
Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
- Prinsip
Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut. - Prinsip
Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah. - Prinsip
Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll. - Prinsip
Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
Prinsip
Geografi
Geografi memiliki prinsip-prinsip tertentu yang menjadi dasar pada setiap
pengkajiannya. Pada waktu melakukan pendekatan terhadap obyek yang dipelajari,
dasar atau prinsip ini harus selalu menjiwai. Prinsip-prinsip geografi antara lain
prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi, dan prinsip
keruangan.
1. Prinsip penyebaran.
Prinsip ini merupakan prinsip dasar ilmu geografi yang tidak boleh
ditinggalkan. Setiap gejala dan fakta geografi, baik yang berkenaan dengan gejala
alam maupun manusianya tersebar dipermukaan bumi. Penyebaran gejala dan fakta
tersebut tidak merata dari satu wilayah kewilayah lain.Dengan memperhatikan dan
menggambarkan penyebaran yang tidak merata tersebut, muncul pertanyaan dimana
dan bagaimana persebarannya, serta mengapa persebaran tersebut tidak merata .
2. Prinsip interelasi.
Prinsip ini merupakan prinsip geografi yang menuntun untuk melihat pola
hubungan antara satu faktor dan faktor yang lainnya. Didalamnya akan
diungkapkan hubungan antara faktor fisis dan faktor fisis lainnya, antara
faktor fisis dan faktor manusia, dan antara faktor manusia dengan faktor
manusia lainnya. Dari antarhubungan tersebut, akan dapat diungkapkan
karakteristik gejala atau fakta geografi disuatu tempat atau wilayah tertentu.
3. Prinsip deskripsi.
Prinsip ini merupakan prinsip yang menggambarkan lebih jauh terhadap
persebaran dan hubungan interelasi antara fakta dan gejala dipermukaan bumi.
Prinsip ini tidak hanya dapat dilaksanakan melalui kata-kata dan peta, tetapi
dapat pula ditampilkan dalam bentuk diagram, grafik, atau tabel.
4. Prinsip keruangan ( korologi ).
Prinsip ini merupakan prinsip yang meninjau gejala, fakta, dan masalah geografi
dari penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang. Ruang dalam sudut
pandang geografi adalah permukaan bumi, baik keseluruhan maupun sebagian. Ruang
permukaan bumi bukan hanya bagian bumi yang bersinggungan dengan udara,
melainkan lapisan atmosfer terbawah yang mempengaruhi permukaan bumi, lapisan
batuan sampai kedalaman tertentu yang merupakan sumber daya bagi kehidupan, air
yang ada dipermukaan bumi, dan air tanah sampai kedalaman bumi. Dengan demikian
prinsip keruangan ini memperhatikan penyebaran, interelasi, dan interaksi
gejala unsur atau gejala komponen dipermukaan bumi sebagai suatu ruang yang
membentuk suatu kesatuan fungsi.
Selain menggunakan prinsip-prinsip tertentu, geografi memiliki juga pendekatan,
konsep, aspek dan ilmu-ilmu pendukungnya yang berbeda dengan ilmu lainya.
Pengertian Geografi menurut
para ahli :
Menurut hasil seminar dan lokakarya IGI di IKIP Semarang tahun 1988 geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala geosfer serta interaksi antara manusia dan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan
Menurut Ferdinan von Richthoffen Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dan unsur-unsur bumi.
Menurut R. Bintarto Geografi adalah studi tentang gejala-gejala dan sifat-sifat permukaan bumi yang disusun berdasarkan letak, serta mencari hubungan timbal balik antara gejala dan sifat-sifat itu
Kesamaan titik pandang di antara para ahli tentang pengertian geografi yaitu :
a. bumi sebagai tempat tinggal
b. hubungan manusia dengan lingkungannya
c. dimensi ruang dan dimensi historis
d. pendekatan spatial, ekologi dan kewilayahan
Contoh konsep aglomerasi :
Di daerah dingin orang cenderung berpakaian tebal
Di Jakarta kita mengenal adanya Kampung Ambon dan Kampung Melayu. Penamaan wilayah semacam ini juga terjadi di daerah lain.
Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi pada lahan-lahan subur.
Masyarakat atau penduduk cenderung mengelompok pada tingkat yang sama.
Pada suatu wilayah terdapat fenomena pemukiman kumuh, kompleks perumahan, dan pemukiman mewah.
Contoh konsep morfologi :
Dalam geografi dipelajari berbagai fenomena yang berbeda antara satu tempat dan tempat lain.
Contoh konsep lokasi :
Harga tanah akan murah jika berdekatan dengan kuburan, jauh dari jalan raya, atau letaknya terpencil.
Contoh studi lapangan :
Para ahli geografi mengadakan penelitian di Gunung Merapi untuk mempelajari material yang dikeluarkan saat letusan dan dampak yang ditimbulkannya.
Contoh pertanyaan yang dapat dijawab Geografi dengan why?
Bencana banjir tidak henti-hentinya menerjang berbagai wilayah di Indonesia. Mengapa hal tersebut terjadi?
Contoh pendekatan ekologi :
Setiap musim penghujan di Jakarta dan sekitarnya sering terjadi banjir dan tanah longsor terutama di kawasan hilir Ciliwung.
Penggundulan hutan di Taman Nasional Gunung Leuser telah mengakibatkan timbulnya bencana ekologis berupa banjir bandang dan tanah longsor yang menimbulkan kerusakan alam dan merugikan kehidupan makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Contoh metode wawancara :
Apabila suatu data yang diinginkan tidak dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan maupun analisis data sekunder.
Contoh pendekatan untuk geografi terpadu/terintegrasi :
Pendekatan geografi yang berupa pendekatan keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah .
Contoh pendekatan keruangan :
“… belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto, Pujon, Malang”. Yang termasuk cara memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan adalah ….
a. diidentifikasi fenomena/obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto
b. zonasi wilayah berdasarkan karakteristik kelerengannya
c. pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat
d. pengembangan kawasan yang berbasis masyarakat setempat
Sarana yang paling baik dalam melakukan analisis keruangan adalah Sistem Informasi Geografi (SIG)
Contoh pendekatan kelingkungan :
“Banjir dan tanah longsor yang terjadi di kawasan hulu sungai Konto, Malang, suatu peristiwa yang tidak pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya”. Bila permasalahan tersebut hendak dipecahkan melalui pendekatan kelingkungan, maka kerangka kerja yang paling tepat adalah ....
a. studi tentang keadaan fisik wilayah tersebut
b. menidentifikasi sikap, gagasan, dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam
c. mengidentifikasi sistem budaya yang dikembangkan
d. menganalisis hubungan antara sistem budaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan
e. mencari alternatif pemecahan masalah yang terjadi
Contoh pendekatan topik :
Jika masalah kelaparan yang terjadi di suatu daerah ditinjau jenis-jenisnya, sebab-sebabnya, penyebarannya, intensitasnya, interelasinya dengan gejala lain dan hubungannya dengan masalah lain secara keseluruhan .
Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
- obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
- pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
- pendekatan keruangan,
- pendekatan kelingkungan, dan
- pendekatan kompleks wilayah
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur,
pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen
penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk
utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line
features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan
geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di
kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun
pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan
yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
- obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
- pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
- pendekatan keruangan,
- pendekatan kelingkungan, dan
- pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan- pendekatan geografi
1.
Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis
yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.( makalah kelompok 1
xa )
2. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi
yang terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan
hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut
membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam
pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi
berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region
lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara
manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan
ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam
geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk
memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik
tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai
geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam
mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.( makalah
kelompok 2 XG)
3. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan
masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya
adalah perpaduan antara keduanya.
kesimpulannya:
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan
satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan
geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya,
keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan
geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai
alternatif- alternatif pemecahan masalah.
1. Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan analisis keruangan merupakan pendekatan khas geografi dengan
mengkaji variasi fenomena alam dipermukaan bumi. Pendekatan keruangan terdiri
atas pendekata topik, pendekatan aktivitas manusia, dan pendekatan regional.
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertolak dari permasalahan tentang
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Analisis dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
What ? struktur ruang apa?ü
ü Where? Dimana struktur
ruang tersebut berada?
When? Kapanstrukturü ruang tersebut dapat
terbentuk seperti itu?
How? Bagaimana prosesü terbentuknya struktur
ruang tersebut?
Who suffers what dan whoü benefits what? Bagaimana
struktur ruang tersebut dapat didiayagunakan sedmikian rupa untuk kepentingan
manusia?
Ada beberapa teori dalam pendekatan keruangan ini, diantaranya adalah teori
difusi,yaitu mencoba menelaah perjalaran atau pemekaran fenomena dalam ruang
dan dimensi waktu tertentu.Tipe difusi antara lain:
Difusi Ekspansiv (Expansion diffusion), yaitu
suatu proses dimana informasi, material dan sebagainya menjalar melalui suatu
populasi,dari suatu daerah ke daerah lain.
Difusi penampungan (Relocation
diffusion), merupakanv
proses yang sama dengan persebaran keruangan dimana informasi atau material
yang didifusikan meninggalkan daerah yang lama dan berpindah atau ditampung di
daerah yang baru.
Difusi Kaskade (cascadev diffusion) yaitu, proses
penjalaran atau penyebaran fenomena melalui beberapa tingkat atau hierarki.
2. Pendekatan lingkungan/ekologi (ecological approach)
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang
terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan
hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut
membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam
pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi berkenaan
dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk
sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya.Adapun
ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia
dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan
ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam
geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk
memahami fenomena geofer.
3. Pendekatan analisis kompleks wilayah (regional complex approach)
Pendekatan kompleks kewilayahan merupakan kombinasi pendekatan keruangan dan
ekologi.Pendekatan kompleks kewilayahan mengkaji karakteristik fisik maupun
sosial dari fenomena yang terjadi dipermukaan bumi yang berbeda antara suatu
wilayah dengan wilayah lainnya.Oleh karena itu pendekatan ini lebih menekankan
pada perbedaan wilayah, yaitu dalam peramalan suatu wilayah dan perancangan
wilayah merupakan aspek-aspek dalam analisis kompleks wilayah.
PENDEKATAN GEOGRAFI
Sebagai suatu disiplin ilmu, geografi mempelajari suatu system alam yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait. Aliran energi dalam suatu
sistem menghasilkan perubahan. Perubahan yang berkesinambungan akan
menghasilkan suatu bentuk keseimbangan sistem.
Suatu sistem mempunyai tiga bagian yang berbeda, yaitu bagian komponen, bagian
input, dan bagian output. Salah satu contoh sistem sederhana yang banyak
diketahui dan dikenal luas adalah sistem hi-fi. Suatu sistem hi-fi tersusun
dari beberapa komponen seperti amplifier, speaker, radio, tape, dan pemutar
”Compact Disk” (CD). Ketika kita menghubungkan sistem hi-fi dengan aliran
listrik dan menghidupkannya, energi listrik mengalir melalui system serta
menghidupkan seluruh komponen. Aliran energi ini disebut dengan input,
sedangkan outputnya adalah musik yang kita dengar.
Pada sistem yang berfungsi baik, seluruh komponen harus tersambung bersama.
Planet Bumi yang mempunyai banyak komponen dapat dilihat sebagai sistem yang
kompleks dan sangat besar. Di dalam sistem Bumi, input adalah energi yang
datang dari Matahari dan juga energi yang berasal dari dalam Bumi, seperti
tenaga tektonik. Output adalah perubahan konstan yang dapat dilihat di sekitar
kita dalam lingkungan fisik dan manusia, seperti panas serta hujan.
Sistem Bumi memang suatu sistem yang kompleks, sehingga cara terbaik untuk
mempelajarinya dengan memahami setiap komponen-komponennya dengan berbagai
pendekatan dalam geografi. Inilah geografi dari sudut pendekatan sistem.
Pendekatan ini terus mengalami perkembangan hingga masa geografi modern.
Dalam geografi modern yang dikenal dengan geografi terpadu (Integrated
Geography) digunakan tiga pendekatan atau hampiran. Ketiga pendekatan tersebut,
yaitu analisis keruangan, kelingkungan atau ekologi, dan kompleks wilayah.
1. Pendekatan Keruangan
Dari namanya dapat ditangkap bahwa pendekatan ini akan menekankan pada
keruangan. Pendekatan ini mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat
pentingnya seperti perbedaan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan
terkait dengan elemen pembentuk ruang yang berupa kenampakan titik, garis, dan
area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi distribusi ketiga elemen
tersebut. Distribusi atau agihan elemen geografi ini akan membentuk pola
seperti memanjang, radial, dan sebagainya. Nah, proses keruangan sendiri
berkenaan dengan perubahan elemen pembentuk ruang. Ahli geografi berusaha
mencari faktor-faktor yang menentukan pola penyebaran serta cara mengubah pola
sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik, efisien, dan wajar. Analisis suatu
masalah menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan dengan pertanyaan 5W 1H
seperti berikut ini.
a. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
b. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
c. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam
berlangsung.
d. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam.
e. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan
terjadinya fenomena alam.
f. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena
alam.
Salah satu contoh kasus fenomena atau gejala alam adalah gempa bumi di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah, pada tanggal 27 Mei 2006. Gempa bumi merupakan suatu fenomena
alam yang sangat merugikan
manusia. Analisis peristiwa gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah, dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apa fenomena alam yang terjadi?
Gempa bumi
b. Kapan terjadinya?
27 Mei 2006.
c. Di mana terjadi gempa bumi tersebut?
Sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
d. Mengapa terjadi peristiwa itu?
Peristiwa tersebut terjadi karena adanya pergerakan lempeng tektonik.
e. Siapa atau apa yang menyebabkannya?
Adanya tumbukan antara dua lempeng tektonik.
f. Bagaimana gempa bumi itu dapat terjadi?
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik yang terus bergerak. Ketiga
lempeng tersebut adalah lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lempeng
tersebut terus bergerak. Apabila terjadi tumbukan lempeng mengakibatkan gempa
bumi. Peristiwa gempa bumi di Yogyakarta terjadi karena tumbukan lempeng
Indo-Australia dan Eurasia. Tumbukan tersebut menyebabkan lempeng
Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia di zona subduksi.
Nah, dengan cara seperti ini kamu bisa menganalisis suatu gejala alam yang
terjadi di sekitar wilayahmu. Bahkan bencana alam yang akhir-akhir ini mendera
bangsa kita. Sebagai perbandingan, kamu akan diberikan satu contoh lagi
mengenai penggunaan pendekatan ini dalam analisis masalah geografi yang lain,
yaitu analisis terjadinya banjir di Jakarta. Untuk kesekian kali Jakarta banjir
lagi. Yang paling akhir, bencana ini terjadi tanggal 1 Februari 2007. Banjir
ini hampir merendam sebagian Jakarta. Tahap pertama penerapan pendekatan
keruangan dilakukan dengan melihat struktur, pola, dan proses keruangan di
wilayah-wilayah sekitar Jakarta, seperti Bogor, kawasan puncak, dan Cianjur.
Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena alam seperti kawasan hulu sungai.
Setelah itu, pada tahap kedua ilakukan zonasi berdasarkan karakteristik
kelerengannya, misalnya curam, agak landai, dan datar. Tahap ketiga ditinjau
ketepatan pemanfaatan lahan di tiap-tiap zona. Studi aspek fisik ini perlu
ditambahkan dengan karakteristik penduduk di wilayah tersebut, seperti mata
pencahariannya, tingkat pendidikan, keterampilan yang dimiliki serta kebiasaannya.
Melalui informasi ini dapat ditemukan keterkaitan antara kondisi alam dan
manusia dengan terjadinya banjir. Pada akhirnya, dapat dirumuskan upaya
penanggulangannya.
2. Pendekatan Kelingkungan atau Ekologi
Pendekatan ini tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan
lingkungan, tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada dan juga perilaku
manusia. Karena pada dasarnya lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu
perilaku dan fenomena lingkungan. Sisi perilaku mencakup dua aspek, yaitu
pengembangan gagasan dan kesadaran lingkungan. Interelasi keduanya inilah yang
menjadi cirri khas pendekatan ini. Menggunakan keenam pertanyaan geografi,
analisis dengan pendekatan ini masih bisa dilakukan. Nah, perhatikan contoh
analisis mengenai terjadinya banjir di Sinjai berikut dan kamu akan menemukan
perbedaannya dengan pendekatan keruangan. Untuk mempelajari banjir dengan
pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut.
a. Identifikasi kondisi fisik yang mendorong terjadinya bencana ini, seperti
jenis tanah, topografi, dan vegetasi di lokasi itu.
b. Identifikasi sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di lokasi
tersebut.
c. Identifikasi budi daya yang ada kaitannya dengan alih fungsi lahan.
d. Menganalisis hubungan antara budi daya dan dampak yang ditimbulkannya hingga
menyebabkan banjir.
e. Menggunakan hasil analisis ini mencoba menemukan alternative pemecahan
masalah ini.
3. Analisis Kompleks Wilayah
Analisis ini mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis
ekologi. Analisis ini menekankan pengertian
”areal differentiation” yaitu adanya perbedaan karakteristik tiap-tiap wilayah.
Perbedaan ini mendorong suatu wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain.
Perkembangan wilayah yang saling berinteraksi terjadi karena terdapat
permintaan dan penawaran. Contoh analisis kompleks wilayah diterapkan dalam
perancangan kawasan permukiman. Langkah awal, dilakukan identifikasi wilayah
potensial di luar Jawa yang memenuhi persyaratan minimum, seperti kesuburan
tanah dan tingkat kemiringan lereng. Langkah kedua, identifikasi aksesibilitas
wilayah. Dari hasil identifikasi ini dirumuskan rancangan untuk jangka panjang
dan jangka pendek untuk pengembangan kawasan tersebut.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal
gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa peristiwa yang terjadi di muka bumi,
baik yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya
melalui pendekatnn keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program,
proses, dan keberhasilan pembangunan. Konteks geografi
ternyata membicarakan dan membahas tentang aspek kehidupan manusia dengan
segala perilakunya serta gejala fisik yang terjadi dalam rulIng stall.
Pengertian ruang merupakan suatu tempat yang mewujudkan keberadaan dirinya yang
bersifat fisik ataupun yang bersifat hubungan-hubungan sosial serta memiliki
perbedaan dan persamaan aspek kehidupan yang ads dalam ruang tersebut. Ruang
mencerminkan adanya hubungan fungsional antara gejala obyek-obyek yang ada dalam
ruang itu sendiri. Sebab itulah diperlukan analisis keruangan dalam rangka
mengkaji gejala-gejala yang mill dalam rlmng (space).
Space terdiri dari: (1) physical space
dan (2) social space. Dalam hal mengkaji
perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam ruang dengan segala
obyeknya merupakan tugas geografi.
PENDEKATAN GEOGRAFI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
Oleh : DR. Djoko Harmantyo, MS
Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI
Pengantar
Tulisan ini disusun untuk memenuhi permintaan Panitia Penyelenggara Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi Dalam Persiapan Sertifikasi Guru. Oleh karena itu tulisan ini disusun sedemikian rupa di samping memuat konsep berpikir logis dan rasional serta landasan teoritis juga disampaikan bagaimana metode mengajar Geografi pada tingkat pendidikan sebelum memasuki dunia perguruan tinggi. Materi tulisan disampaikan sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh para peserta pelatihan dengan asumsi para peserta adalah guru yang mengajar pelajaran Geografi.
PENDAHULUAN
Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik muka bumi, mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi dan interrelasinya. Untuk mempermudah mempelajarinya, berbagai persoalan keruangan (spatial problems) dirumuskan dalam rangkaian pertanyaan : Apa jenis fenomenanya? Kapan terjadinya? Di mana fenomena tersebut terjadi? Bagaimana dan kenapa fenomena tersebut terjadi di daerah tersebut dan tidak terjadi di daerah lainnya?
Fenomena keruangan, atau fenomena geografis, baik tentang aspek fisik maupun aspek non-fisik serta interaksi dan interrelasi ke duanya, dalam proses belajar mengajar dapat dimulai dari yang paling sederhana seperti lokasi sekolah, lokasi pasar, kantor kelurahan atau kantor puskesmas, atau lokasi banjir, longsor, gempa bumi, dapat diungkap melalui pertanyaan bagaimana dan kenapa “ada” di tempat tersebut sedang di tempat lain tidak? Selanjutnya, adanya perbedaan kepadatan penduduk di wilayah perdesaan dan wilayah perkotaan, adanya perubahan pola penggunaan tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk sebagai contoh adanya peranan manusia dalam perubahan fisik muka bumi (mans role in changing the face of the earths).
Fenomena keruangan saat ini yang menjadi issue global seperti konflik wilayah perbatasan antar Negara, terbentuknya ketimpangan ekonomi Negara Negara di dunia (ada yang sangat kaya dan sangat miskin), dampak perkembangan teknologi informasi yang bersifat “tanpa batas” (borderless) sebagai tantangan geograf di seluruh dunia untuk merespon bahwa “the end of Geography” adalah tidak terjadi. Interaksi dan interrelasi
(*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi Dalam Persiapan Sertifikasi Guru yang diselenggarakan oleh Ikatan Geograf Indonesia (IGI) bekerjasama dengan Depdiknas di Bandung tanggal 15-18 Nopember 2006.
(**) Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI dan Ketua III IGI Pusat.
antar ruang muka bumi masih nyata dengan adanya issue mengglobalnya penyakit menular yang mematikan seperti kasus penyakit SARS, kolera tahun 60-an, HIV Aids atau kekawatiran dunia saat ini terhadap issue penyakit Avian Influensa atau Flu burung yang memiliki kecenderungan terjadi pandemic.
Sebagaimana bidang ilmu lain, ilmu Geografi juga memiliki alat ukur keruangan seperti jarak antar dua tempat, baik dalam satuan panjang, satuan nilai ekonomi dan satuan waktu, dan satuan luas (biasanya diekspresikan dalam bidang datar) dalam hektar atau km2, hasil perhitungan jumlah obyek, baik berdiri sendiri maupun dalam satuan luas (kepadatan) atau dalam satuan ratio. Di samping disajikan dalam bentuk diagram, table atau gambar profil, sarana penyajian informasi geografi paling efektif adalah dalam bentuk peta karena sebuah peta dapat memberikan penjelasan fenomena geografis dalam perspektif keruangan. Oleh karena keterbatasan media penyajian ruang muka bumi ke dalam bidang datar maka sebuah peta mensyaratkan adanya skala peta. Kita mengenal istilah skala kecil dan skala besar sesuai dengan tingkat informasi yang akan dihasilkan. Semakin besar skala peta maka informasi atau data yang dihasilkan semakin detil dan sebaliknya. Skala peta sangat tergantung pada tujuan pengguna peta. Teknik membuat peta dipelajari dalam Kartografi sebagai salah satu pelajaran inti dalam Geografi. Dengan adanya kemajuan teknologi computer saat ini dikenal teknologi GIS atau Sistem Informasi Geografi yang mampu menghasilkan sebuah peta relative secara lebih cepat dan akurat. Teknologi GIS juga dapat digunakan sebagai alat bantu analisis geografis.
Secara teoritis, dalam menelaah suatu persoalan keruangan, Geografi memiliki tiga pendekatan utama yaitu (1) analisis spasial, (2) analisis ekologis dan (3) analisis komplek regional sebagai gabungan dari pendekatan (1) dan (2). Pendekatan ke tiga merupakan cara yang lebih tepat digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variable pengaruh dan dalam lingkup multi dimensi (ekonomi, social, budaya, politik dan keamanan). Salah satu contoh adalah telaah tentang pengembangan wilayah.
PENGEMBANGAN WILAYAH
Kegiatan pengembangan wilayah adalah suatu kegiatan yang memiliki dua sifat yaitu sifat akademis dan sifat birokratis dalam mengelola wilayah. Sifat akademis biasanya menggunakan istilah “seyogyanya” dan sifat terapan biasanya menggunakan istilah “seharusnya”. Dengan demikian, pendekatan geografi, dalam tulisan ini, dapat digunakan dan dapat pula tidak digunakan dalam kegiatan pengembangan wilayah tergantung kemauan politis pemegang kekuasaan. Suatu pendekatan yang sudah dipilih dan diputuskan oleh pengambil keputusan politis maka “harus” dilaksanakan oleh para pelaksana di lapangan dan “tidak boleh” menggunakan yang lain. Produk politik seperti itu biasa disebut Undang Undang atau berbagai peraturan lainnya. Tulisan ini mencoba melakukan elaborasi sistim pembangunan yang berlaku saat ini dengan menggunakan pendekatan geografi.
Berbeda dengan sistim pembangunan pada era orde baru yang bertitik tolak dari GBHN yang berisi garis besar rencana pembangunan yang ditetapkan oleh MPR, sistim pembangunan pada era reformasi saat ini bertolak dari Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang berisi rencana pembangunan (lima tahun) yang disusun oleh Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat dan setelah mendapatkan persetujuan dari DPR. Saat ini, pemerintah (pemerintah pusat) dan pemerintah daerah, dalam melaksanakan pembangunan mengacu pada UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah atau dikenal dengan UU Otonomi Daerah sebagai amandemen dari UU nomor 22 dan 25 tahun 1999. Di samping itu berbagai UU lainnya seperti UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, UU nomor 25 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU nomor 2 tahun 1992 tentang Rencana Tata Ruang, UU nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan UU lainnya yang telah mendapatkan persetujuan DPR-RI digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan.
Namun demikian pada prakteknya sistim pembangunan saat ini tidak berbeda dengan masa yang lalu karena masih menggunakan istilah pembangunan sektoral dan pembangunan daerah. Bidang pembangunan dijabarkan dalam sector, program dan proyek pembangunan. Proyek merupakan jenjang terrendah dari hirarki istilah dalam pembangunan dan pada tahap ini pelaksanaannya membutuhkan “dana” dan “tanah”. Dan dapat dimengerti, hasil pelaksanaan dari proyek pembangunan tahap inilah yang akan merubah kualitas lingkungan hidup, apakah semakin baik atau sebaliknya malah banyak menimbulkan masalah baru bagi masyarakat.
Konsepsi pembangunan wilayah pada dasarnya adalah pembangunan proyek proyek berdasarkan hasil analisa data spasial (Sandy dalam Kartono, 1989). Karena yang disajikan adalah fakta spasial maka ketersediaan peta menjadi mutlak diperlukan. Karena keseluruhan proyek berada di tingkat kabupaten/kota maka pemerintah kabupaten/kota mutlak perlu menyiapkan peta peta fakta wilayah dalam tema tema yang lengkap. Dalam lingkup pekerjaan inilah antara lain dituntut peran aktif para ahli geografi.
Pengwilayahan data spasial untuk menetapkan proyek pembangunan disebut wilayah subyektif, sedang wilayah yang ditetapkan untuk suatu bidang kehidupan sebagai tujuan pembangunan (penetapan wilayah pembangunan) disebut wilayah obyektif. Implementasi wilayah pembangunan pada umumnya tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Produk akhir dari analisis data spasial disebut “wilayah geografik” sedang cakupan ruang muka bumi yang dianalisis disebut “area/geomer/daerah”.
Saat ini semakin dapat dirasakan bahwa perkembangan suatu daerah tertentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh daerah sekitarnya mulai dari daerah tetangga sampai daerah yang lebih jauh jaraknya bahkan pengaruh dari bagian bumi lainnya. Dampak globalisasi telah membuktikan hal itu. Oleh karena itu, wilayah sebagai system spasial dalam lingkup kegiatan pengembangan wilayah merupakan subsistem spasial dalam lingkup yang lebih luas. Sebuah kabupaten/kota, dalam kegiatan pengembangan wilayah, di samping menganalisis data spasial kabupaten/kota yang bersangkutan, juga perlu memperhatikan paling tidak bagaimana perkembangan daerah sekitarnya (interregional planning). Sebuah kabupaten/kota tidak dapat hidup sendiri dan oleh karena itu perlu mengadakan kerja sama dengan daerah tetangganya.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, suatu proyek pembangunan daerah dilaksanakan pada tingkat kabupaten/kota sebagai unit terrendah dalam hirarki pembangunan. Proyek terkait dengan jenisnya dan dananya. Setelah jenis dan dananya disediakan maka tahap berikutnya adalah menetapkan di bagian mana dari daerah kabupaten/kota proyek tersebut akan dilaksanakan. Ada beberapa cara untuk menetapkan proyek pembangunan. Cara penetapan proyek biasanya dilakukan, pada tahap awal, melalui suatu kajian akademis antara lain berdasarkan pendekatan geografi, pendekatan ekonomi dan lainnya.
Pendekatan geografi dilakukan melalui tahapan penetapan masalah, pengumpulan data dan analisis data mulai dari kegiatan penyaringan, pengelompokan, klasifikasi data, kegiatan pengwilayahan, korelasi dan analogi. Oleh karena adanya keragaman berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, berdasarkan kemampuan keuangan pemerintah dan skala waktu pelaksanaan, disusun skala prioritas proyek.
Hasil korelasi secara spasial (tumpang tindih atau overlay peta wilayah) dapat ditunjukan masalah apa sebagai prioritas proyek dan di mana lokasi proyek tersebut dilaksanakan. Dalam pelaksanaanya, pendekatan geografi tidaklah sesederhana itu.
Beberapa cara lain untuk menetapkan proyek pembangunan dapat disebutkan antara lain dengan menerapkan teori Economic Base, Multiplier Effect yang berkaitan dengan teori input-output dan penerapan teori lokasi,(Location Theory), teori pusat (Central Place Theory) dan penerapan teori Kutub Pengembanngan (Growth Pole Theory). .
- Teori Lokasi. Paling tidak ada tiga hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan lokasi proyek pembangunan yaitu (1) pengeluaran terrendah (2) jangkauan pemasaran dan (3) keuntungan tertinggi.
- Teory Pusat Pelayanan. Pola ideal yang diharapkan terbentuk, asumsi homogin dalam hal bentuk medan, kualitas tanah dan tingkat ekonomi penduduk serta budayanya, Christaller menyajikan bentuk pola pelayanan seperti jejaring segi enam (hexagonal). Bentuk pola pelayanan hexagonal ini secara teoritis mampu memperoleh optimasi dalam hal efisiensi transportasi, pemasaran dan administrasi (Haggett, 2001).
- Teori Kutub Pertumbuhan. Berbeda dengan Christaller yang berlatar belakang ahli Geografi, teori Kutub Pertumbuhan diprakarsai dan dikembangankan oleh para ahli ekonomi. Teori ini melahirkan konsep ekonomi seperti konsep Industri Penggerak (leading industry), konsep Polarisasi dan konsep penularan (trickle atau spread effect).
Beberapa kelemahan penerapan cara cara di atas dalam penetapan proyek pembangunan dihadapkan pada factor politis pengambil kebijakan di tingkat kabupaten/kota utamanya pada era otonomi daerah saat ini, factor ketersediaan dana dan bidang tanah tempat dilaksanakannya proyek tersebut. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan geografi menjadi factor kunci dalam kegiatan penetapan proyek pembangunan berdasarkan penetapan prioritas secara tepat.
PENUTUP
Pendekatan geografi dalam pengembangan wilayah paling tidak menggabungkan dua hal yang berbeda dalam substansi analisis yaitu domain akademik dan domain birokratik. Pendekatan geografi yang telah diuraikan di atas adalah suatu pendekatan akademis yang bersifat logis dan rasional karena obyek terapannya dalam konteks ruang muka bumi yang karena sifatnya disebut wilayah. Oleh karena itu peta menjadi instrument dasar, baik pada tahap awal maupun akhir dari kegiatan pengembangan wilayah.
Secara sederhana, karena contoh pengembangan wilayahnya di Indonesia, usaha untuk memperoleh hasil/manfaat yang lebih baik dari kegiatan pengembangan atau pembangunan suatu “wilayah” selalu berorientasi pada kehendak pemegang kedaulatan atas wilayah yang dimaksud yaitu rakyat yang diekspresikan dalam perangkat UU. Karena pada dasarnya kegiatan pengembangan wilayah diarahkan untuk sebesar besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, lahir dan batin, argument dari sudut pandang ekonomi, social budaya dan keamanan tidak dapat diabaikan dalam pengembangan wilayah.
Para peserta pelatihan diharapkan dapat menularkan esensi tulisan ini kepada para murid sekolah, dengan cara sederhana sesuai tingkat sekolahnya, dengan menggunakan kata kunci : location, place dan space, sebagai alat bantu menjelaskan berbagai fenomena geografis dalam perspektif keruangan.
BAHAN BACAAN
Haggett, 2001; “Geography. A Global Synthesis”. Pearson Education Ltd, Prentice Hall,NY.
Sandy, IM dalam Kartono, 1989; “ Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah Berencana” Departemen Geografi FMIPA-UI Jakarta.
Undang Undang Otonomi Daerah, 2005,Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Geografi Regional, 2005; Kumpulan Bahan Kuliah Program Pasca sarjana Ilmu Geografi Departemen Geografi FMIPA-UI .
Beberapa waktu lalu, banjir menggenangi beberapa daerah yang termasuk dalam DAS Bengawan Solo. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah dan Jawa Timur mengejutkan berbagai pihak dan masyarakat karena luapannya yang sangat luas telah menggenangi wilayah di beberapa kabupaten, mulai dari Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik.
Daerah
Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah di daratan yang secara topografis
dibatasi oleh igir alam berupa punggung bukit/ perbukitan dan gunung/
pegunungan, dimana wilayah tersebut berfungsi menampung air yang berasal dari
presipitasi (curah hujan) yang kemudian mengalirkannya melalui suatu sungai
utama yang merupakan single outlet.
Beberapa kalangan dan pakar berpedapat bahwa kerusakan ekositem DAS dan sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri-lah penyebab utama banjir. Sebenarnya jauh hari sebelumnya, sudah muncul prediksi atau dugaan dari para pakar bahwa usia waduk tidak akan lebih dari 20 – 30 tahun ‘jika’ kondisi sedimentasi akibat erosi lahan di daerah tangkapan waduk dibiarkan terus menerus. Sementara itu pada awal pembuatan Waduk Serbaguna Wonogiri diharapan usia waduk dapat mencapai 100 tahun. Prediksi para pakar tersebut sangatlah berlawanan dengan yang diharapkan sebelumnya. Pada kenyataannya kondisi sedimentasi yang terjadi sungguh diluar prediksi, anak-anak Bengawan Solo di daerah hulu, utamanya di daerah tangkapan airnya telah membawa banyak material sedimen yang tersuspensi pada air yang dialirkannya. Sungai Keduang dilansir sebagai penyumbang terbesar sedimen di Waduk Wonogiri. Banyaknya muatan sedimen pada aliran Sungai Keduang tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat erosi yang terjadi akibat maraknya konversi penggunaan lahan dan pola pengelolaan lahan pertanian yang belum mengindahkan konsep dan arahan konservasi tanah.
Ada beberapa faktor penyebab degradasi fungsi hidrologis dan degradasi lahan DAS Bengawan Solo, diantaranya :
- Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Misalnya, daerah yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung dialihfungsikan menjadi lahan budidaya, kawasan penyangga dialihfungsikan menjadi lahan budidaya semusim dan kawasan produksi dialihfungsikan menjadi permukiman. Kondisi seperti tersebut, sangatlah mudah dijumpai di daerah hulu DAS Bengawan Solo.
- Pola penggunaan lahan belum menyesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan. Lahan yang semestinya hanya untuk kawasan budidaya tahunan dipakai sebagai lahan budidaya tanaman semusim atau bahkan dipergunakan sebagai permukiman. Lahan dengan kemiringan lereng >30% masih difungsikan sebagai lahan pertanian intensif dan dipergunakan juga sebagai lokasi permukiman.
- Perlakuan terhadap lahan belum memenuhi kaidah-kaidah konservasi lahan. Kaidah-kaidah konservasi lahan sangatlah dipengaruhi oleh faktor geografis atau lokasi dimana lahan tersebut berada. Pengelolaan dan teknik konservasi dari suatu lokasi akan berbeda dengan lokasi yang lainnya, hal ini tergantung pada kondisi tanah, topografi, penggunaan lahan, iklim dan geologi dari lahan yang bersangkutan.
- Tekanan penduduk atas lahan yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Pertumbuhan penduduk berarti pertambahan kebutuhan akan pangan dan permukiman, dua hal tersebut akan memicu intensifikasi dan ekstensifikasi penggunaan lahan. Daerah tangkapan air disekitar lereng Gunung Merapi dan Gunung Lawu merupakan lahan yang sangat subur dan mempunyai daya tarik keindahan pariwisata sehingga menjadi faktor penarik bagi manusia untuk mengembangkan pemukiman dan pertanian di daerah tersebut.
- Belum ada peraturan yang mengatur dan mengikat secara jelas mengenai konservasi tanah dan air, sehingga masyarakat sebagai agen pengguna lahan diharuskan menerapkan usaha konservasi tanah dan air secara memadai pada setiap lahan yang digunakannya.
Dalam pengelolaan DAS, secara garis besar, sumberdaya alamnya dapat dipilahkan menjadi dua sumberdaya alam utama, yaitu sumberdaya lahan dan sumberdaya air. Dalam prakteknya, pengelolaan kedua sumberdaya tersebut tidak dapat dipisahkan, namun harus terpadu, karena suatu kegiatan/ usaha pengelolaan salah satu sumberdaya tersebut akan berdampak pada sumberdaya yang lain.
Secara keruangan, karakteristik DAS dapat diklasifikasikan menjadi 3 wilayah, yaitu daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir. Tiap keruangan dari DAS tersebut mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda, sehingga dalam usaha pengelolaan dan pemanfaatannya pun akan berbeda. Daerah hulu dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan lindung dan tangkapan air bagi keseluruhan wilayah DAS. Daerah tengah dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan penyangga, sedangkan daerah hilir dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasa budidaya.
Dalam konsep DAS berlaku hukum sebab akibat yang mengalir dari atas ke bawah, oleh karena itu rusaknya daerah hulu (atas) dan tengah tentunya akan berdampak pada kelestarian wilayah dibawahnya (hilir). Daerah hulu sebagai kawasan lindung mempunyai nilai dan fungsi penting dalam menangkap dan menyimpan air, karena itu terjadinya perubahan tata air di daerah hulu akan berdampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air, volume dan tranportasi sedimen serta material yang tersuspensi dalam sistem aliran airnya. Dalam interaksi antar ruang antara daerah hulu dan hilir, keduanya mempunyai keterkaitan dalam hal daur hidrologi. Mengingat pentingnya fungsi daerah hulu dalam sistem tata air suatu DAS, maka daerah hulu harus menjadi salah satu fokus perhatian.
Dalam suatu pembangunan berwawasan lingkungan, maka dalam pendekatannya juga harus menggunakan sistem satuan wilayah yang mengacu pada ruang/ ekosistem lingkungan. DAS sebagai sebuah ruang (space) dan ekosistem seharusnya sudah mulai digunakan sebagai pendekatan dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan karena DAS memiliki fungsi sebagai berikut :
- Fungsi keruangan, karena DAS mempunyai ke-khas-an karakteristik dan batas-batas fisik dan yang jelas. Didalamnya terdapat berbagai komponen yang berinteraksi sehingga membentuk sistem terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem.
- Fungsi hidrologi, karena didalamnya terdapat siklus hidrologi dan proses-proses ikutannya.
- Fungsi pembangunan, karena DAS dapat digunakan sebagai satuan wilayah pembangunan dimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat di dalamnya.
Sistem pewilayahan yang sudah ada, dimana batas administrasi
selalu dijadikan batas pemisah, tidak akan berhasil untuk mengelola ruang dan
ekosistem yang notabene bukan ruang administratif. Sistem pewilayahan yang
sudah ada tidaklah harus dirubah, akan tetapi sistem dan pola koordinasi antar
wilayah didalam DAS-lah yang harus dibenahi. Akan selalu diperlukan kemauan dan
itikad baik dari berbagai pihak demi ruang hidup yang lebih baik untuk
kemaslahatan bersama.
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
2. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang
terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan
hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut
membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam
pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi
berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region
lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi
antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan
ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam geografi
lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami
fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik
tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai
geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam
mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan
Pendekatan Geografi By: ahmadhabibie
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang
atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan.
Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur
(spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess)
(Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di
kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Pendekatan Geografi
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu metode atau cara (analisis)
untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara
manusia dan lingkungannya. Pendekatan geografi menjadi ciri bagi kajian
geografi dan membedakannya dengan kajian ilmu-lmu yang lain.
Pendekatan (approach) yang digunakan dalam kajian geografi terdiri atas 3
macam, yaitu analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi
(ecological analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex
analysis). Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam geografi tidak
membedakan antara elemen fisik dan nonfisik.
Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian dan perbedaan
fenomena geosfer dalam ruang. Di dalam pendekatan keruangan ini yang perlu
diperhatikan adalah persebaran penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang akan
dimanfaatkan.
Contoh penggunaan pendekatan keruangan adalah perencanaan pembukaan lahan untuk
daerah permukiman yang baru. Data-data yang perlu diketahui untuk keperluan
tersebut terutama yang menyangkut keadaan lokasi, antara lain ketinggian
tempat, kemiringan lereng, jenis tanah, dan keadaan air tanah. Hal itu karena
keadaan fisik lokasi tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat adaptasi
manusia yang akan menempatinya.
Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya
terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya, termasuk dengan
organisme hidup yang lain. Di dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu
komponen yang penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu, muncul istilah
okologi manusia (human ecology) yang mempelajari interaksi antarmanusia serta
antara manusia dan lingkungan.
Kemampuan manusia dalam memanfaatkan lingkungannya untuk berbagai aktivitas
kehidupan merupakan contoh pendekatan ekologi. Misalnya, manusia yang bertempat
tinggal di pantai memiliki aktivitas yang berbeda dengan manusia yang tinggal
di daerah pegunungan.
Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan kompleks wilayah adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Di dalam analisis ini
yang menjadi perhatian adalah tentang persebaran fenomena tertentu melalui
pendekatan keruangan dan interaksi manusia dengan lingkungannya melalui
pendekatan ekologi. Pendekatan kompleks wilayah beranggapan bahwa interaksi
antarwilayah akan berkembang karena adanya perbedaan antarwilayah itu. Oleh
karena adanya perbedaan itu maka akan terjadi pemenuhan kebutuhan dari satu
wilayah terhadap wilayah yang lain.
Melalui pendekatan kompleks wilayah, perencanaan pembukaan lahan untuk daerah
permukiman yang baru seperti contoh di atas dikaji lebih luas lagi, terutama
hubungannya dengan wilayah lain dan pengembangannya. Hal tersebut membuktikan
bahwa fenomena geografi yang terjadi pada suatu wilayah memiliki keterkaitan
(hubungan) dengan fenomena di wilayah lain.
Pendekatan Ilmu Geografi
Dalam geografi terpadu, para ahli geografi tidak hanya memfokuskan kajiannya pada objek material, tetapi lebih menekankan pada sudut pandang keilmuannya. Menurut Peter Hagget untuk menemukan masalah geografi, maka digunakan tiga bentuk pendekatan, yaitu :
- Pendekatan Keruangan
Fenomena geografi berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dan mempunyai pola keruangan/spasial tertentu (spatial structure).
- Pendekatan Ekologi
Fenomena geografi membentuk suatu rangkaian yang saling berkaitan di dalam sebuah sistem, dengan manusia sebagai unsur utamanya.
- Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis kompleks wilayah merupakan perpaduan antara analisis keruangan dan analisis ekologi.
Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
- obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
- pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
- pendekatan keruangan,
- pendekatan kelingkungan, dan
- pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
- What? Struktur ruang apa itu?
- Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
- When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
- Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
- How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
- Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi
ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
- menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
- menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua
- menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
B.
Pendekatan Geografi
Dalam hal pendekatan, geografi mempunyai cara pandang atau pendekatan yang
berbeda dengan ilmu yang lain. Dalam pemecahan masalah, geografi memiliki 3
pendekatan, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan, dan pendekatan
kompleks wilayah.
1. Pendekatan keruangan
Digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada dan
bagaimana penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang
dirancangkan. Melalui pendekatan keruangan, seorang geograf akan meneliti
secara mendalam tentang keberadaan suatu ruang yang menjadi objek studinya.
2. Pendekatan kelingkungan
Digunakan oleh ilmu geografi untuk mengetahui hubungan antara keterkaitan
antara unsur-unsur yang berada pada lingkungan tertentu, baik antar makhluk
hidup maupun antara makhluk hidup dan lingkungan alamnya. Studi interaksi
antara organisme hidup dan lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu,
pendekatan kelingkungan dapat juga disebut pendekatan ekologis.
3. Pendekatan kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan lingkungan. Interaksi antar
wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah itu mempunyai
unsur-unsur yang berbeda dengan wilayah lain. Perbedaan wilayah terjadi karena
unsur-unsur dalam ruangan berbeda antara yang satu dengan yang lain ( analisis
keruangan). Oleh adanya perbedaan tersebut, jadi saling berinteraksi antara
wilayah satu dengan yang lain untuk memenuhi kekurangan unsur pada tiap
wilayah. Contohnya, wilayah yang memiliki kekurangan beras akan meminta pada
wilayah yang memiliki kelebihan beras. Sebaliknya, wilayah yang memiliki
kekurangan beras bisa jadi memiliki kelebihan dalam buah-buahan. Jadi antar
wilayah tersebut saling menukar barang yang dimilikinya.
Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
- bumi sebagai planet
- variasi cara hidup
- variasi wilayah alamiah
- makna wilayah bagi manusia
- pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep �variasi cara hidup� setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
- wilayah atau regional
- lapisan hidup atau biosfer
- manusia sebagai faktor ekologi dominan
- globalisme atau bumi sebagai planet
- interaksi keruangan
- hubungan areal
- persamaan areal
- perbedaan areal
- keunikan areal
- persebaran areal
- lokasi relatif
- keunggulan komparatif
- perubahan yang terus menerus
- sumberdaya dibatasi secara budaya
- bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi
konsep- konsep GeografI
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan
sifatnya berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua
tempat. Terdiri antara atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut
ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau
alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau
fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan
dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukkan bentuk
muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran
rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan
fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih
memberi dampak positif.
7. Nilai Kegunaan, manfaat yang
diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama
pada semua orang.
8. Interaksi Interdependensi,
keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi antara desa
dengan kota.
9. Diferensiasi Area,
daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati
dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan
antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.
Konsep Geografi
1. Globalisme
Konsep ini terwujud dari hasil studi tentang bumi sebagai suatu bentuk
“sphaira” atau bola, dan bumi sebagai bagian dari tata-surya. Bentuk bumi
seperti itu (speroid), peredarannya, dan hubungannya dengan matahari,
menghasilkan kejadian-kejadian penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
yang lain. Inklinasi sumbu-sumbu dan revolusi bumi mengelilingi matahari
menghasilkan musim dan zona iklim; rotasi bumi menimbulkan gejala siang-malam,
mempengaruhi gerakan air dan udara. Studi tentang globe sebagai model
(miniatur) dari bumi memberikan dasar pengertian tentang grid-paralel dan
meridian, yang selanjutnya memberikan pengertian tentang waktu, letak
geografis, hakikat skala, distorsi peta.
Pengetahuan tentang hubungan bumi-matahari, grid, skala, distorsi peta itu
sangat mendasar bagi geografi.
2. Diversitas dan Variabilitas
Gejala-gejala permukaan bumi tidak sama dan tidak tersebar merata, menimbulkan
kebedaan atau diversitas dari tempat ke tempat. Ada tiga buah konsep penting
yang berkaitan dengan pengertian diversitas tersebut, yaitu pola, kebedaan
areal, dan regionalisasi.
a. Pola
Gejala-gejala alam yang tersebar tidak merata pada permukaan bumi membentuk
aneka ragam pola yang digambarkan pada peta dalam berbagai ragam skala.
Contohnya : pola iklim dunia, pola persebaran gunung-api, pola pengaliran
sungai Jeneberang, pola okupasi manusia (berladang, bertani, berdagang,
industri), pola pemukiman, pola lalu-lintas, dsb. Pola-pola dari berbagai ragam
gejala tersebut dapat digolong-golongkan dan dipelajari secara sistematis.
Gabungan dari berbagai macam pola di suatu tempat atau wilayah akan menentukan
ciri-ciri tertentu dan memberikan corak khas dari berbagai area. Keadaan areal
yang berbeda-beda tersebut menjadi perhatian para ahli geografi.
b. Kebedaan Areal
Kebedaan areal merupakan konsep dasar geografi. Pada umumnya kebedaan areal
tersebut mengacu kepada variabilitas dari permukaan bumi. Tidak ada dua tempat
atau kawasan di dunia ini yang identik sama.
Geografi terwujud karena hasrat manusia untuk mengerti tentang kebedaan
(diversitas) dari permukaan bumi, yaitu kebedaan areal. Dunia ini terdiri dari
tempat-tempat dan kawasan yang berbeda satu sama lain sebagai akibat dari
kejadian paduan (konfigurasi) gejala-gejala yang berada di atasnya.
c. Regionalisasi
Sungguhpun tidak ada dua tempat yang persis sama, namun ada wilayah-wilayah
geografis yang sedikit-banyak memiliki kesamaan. Wilayah yang relatif sama atau
homogen itu disebut kawasan atau region.
Lingkup kawasan (region) ditentukan oleh dasar alasan yang berbeda-beda,
tergantung tujuan penyelidikan. Ada yang dasarnya kesamaan tunggal, misalnya
penduduk; ada yang berdasarkan kesamaan jamak seperti iklim, vegetasi serta
pertanian. Kawasan juga dapat disatukan berdasarkan intensitas hubungan.
Kawasan fungsional demikian itu, contohnya sebuah pusat perdagangan di sebuah
kota. Batas-batas kawasan merupakan zona yang relatif sempit (jadi bukan
garis), dimana beberapa gejala atau kombinasi beberapa gejala menandai batas
tersebut. Kedudukan batas-batas kawasan dapat berubah-ubah dari tempat ke
tempat. Regionalisasi merupakan alat untuk dapat melakukan deskripsi dan
memiliki pengertian tentang aneka-ragam kawasan dalam kurun waktu tertentu.
Adapun geografi yang mempelajari kawasan atau region tersebut diberi nama
Geografi Wilayah atau Geografi Regional.
3. Lokasi Keruangan dan Areal
a. Ruang-bumi
Aristoteles percaya bahwa ruang merupakan kondisi logis bagi tercapainya
gejala-gejala. Newton menganggap ruang sebagai “wadah” dari obyek. Berkley
melihat ruang sebagai konsep mental berdasarkan koordinasi penglihatan dan
pendengaran kita. Leibniz mengartikan nilai sebagai suatu gagasan yang kita
ciptakan agar dapat menstruktur hubungan di antara obyek-obyek yang kita
pelajari. Bila obyek ditiadakan, maka ruang akan lenyap. Jadi menurut Leibniz,
ruang bersifat subyektif dan relatif. Pernyataan kita tentang ruang sangat
berbeda-beda berdasarkan latar-belakang ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Bagi geografi, yang dimaksud dengan ruang ialah ruang bumi, dan yang diartikan
sebagai “wadah” dari gejala-gejala maupun sebagai ciri dari obyek atau
gejala-gejala yang secara subyektif kita ciptakan. Ruang bumi diisi oleh segala
macam benda, obyek, atau gejala material dan non material yang terwujud pada
permukaan bumi. Asosiasi yang kompleks dari perwujudan berbagai gejala material
dan non material itu merupakan hasil dari proses perubahan yang kontinyu
(berkelanjutan) merupakan hasil proses dari urutan-urutan kejadian. Ada proses
fisik, proses biotik, dan juga proses budaya. Proses-proses tersebut saling
berinteraksi membentuk aneka ragam paduan (konfigurasi) gejala pada permukaan
bumi, merupakan sistem manusia-lingkungan (men-environment system) yang disebut
juga sebagai sistem keruangan (spatial system).
b. Situs
Situs (site) erat hubungannya dengan suatu gejala pada suatu letak fisis
(physical setting) pada areal yang ditempatinya. Karena itu untuk mengerti
tentang situs perlu pula mengerti tentang gejala-gejala fisis yang terdapat
pada setiap kawasan atau region.
Gejala-gejala yang biasanya diselidiki oleh geografer dalam menguraikan dan
menilai suatu situs ialah:
1) Bentuk-bentyuk permukaan (dataran rendah, pebukitan, pegunungan, lembah,
plato, pulau, semenanjung, dsb.).
2) Perairan (perairan air sungai dan air laut, drainage, sungai, danau, rawa,
lautan, dsb.).
3) Iklim (suhu, kelembaban, angin, curah hujan).
4) Tanah dan materi tanah.
5) Vegetasi (hutan, padang rumput, sabana, mangrove, dsb.).
6) Mineral (minyak bumi, batubara, emas, dsb.).
7) Situasi (situation), menjelaskan gejala dalam hubungannya dengan gejala
lain. Misalnya hubungan tempat dengan tempat. Dalam hal ini diperlukan konsep
jarak dan arah, juga hubungan fungsional antar tempat atau wilayah.
Isi lokasi bukanlah sekedar posisi atau kondisi atau situasi arah dan jarak
yang menyangkut tempat atau wilayah, tetapi juga menyangkut persebaran dari
gejala-gejala pada permukaan bumi
c. Ketersangkutpautan (interelatedness)
Para ahli geografi percaya akan adanya kebersangkut-pautan di antara
tempat-tempat pada permukaan bumi dan gejala-gejala pada suatu area.
Istilah-istilah seperti interdependensi, interkoneksi, interaksi keruangan, dan
assosiasi areal menguraikan dan menjelaskan saling hubungan antar tempat dan
antar gejala pada permukaan bumi.
1) Assosiasi areal
Assosiasi areal menyatakan identifikasi kepada hubungan sebab akibat
(kausalitas) antara gejala manusia dengan lingkungan fisiknya, yang menimbulkan
ciri-ciri yang berbeda-beda pada berbagai tempat dan wilayah. Preston James
menganggap konsep ini sebagai inti dari mana teori-teori geografi terbentuk.
Penekanan dari konsep assosiasi ialah menunjuk kepada adanya kombinasi atau
paduan (konfigurasi) dari gejala-gejala yang dapat menimbulkan kebedaan dari
tempat ke tempat. Contoh sederhana dari peristiwa ini ialah hubungan antara
persebaran penduduk dengan faktor kelembaban lingkungan.
2) Interaksi keruangan
Merupakan saling hubungan antara gejala-gejala pada tempat-tempat dan area-area
yang berbeda-beda di dunia. Semua tempat pada permukaaan bumi itu diikat oleh
kekuatan alam dan manusia (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia). Terjadi
gerak dari gejala-gejala tersebut dari tempat ke tempat; udara, air laut,
tumbuhan dan hewan, serta manusia. Setiap kejadian berkenaan dengan hal itu
akan mencerminkan adanya interaksi antar tempat. Manusia sebagai “pencipta”
ilmu dan teknologi mampu berinteraksi dan bergerak dalam ruang secara leluasa
melalui komunikasi dan transportasi. Migrasi dan bentuk-bentuknya misalnya
terjadi di mana-mana dan menimbulkan dampak baik positif maupun negatif
terhadap kehidupan sosio-budaya manusia. Semua itu menimbulkan
peredaran/sirkulasi gejala-gejala secara intensif di seluruh ruang di dunia.
(a) Peredaran atau sirkulasi : menyangkut gerak dari gejala fisik, manusia,
barang, dan gagasan (ide) ke seluruh penjuru dunia. Meliputi antara lain difusi
kebudayaan, distribusi, perdagangan, migrasi, komunikasi dan lain sebagainya.
(b) Interdependensi : Merupakan bentuk saling-hubungan karena peredaran
gejala-gejala. Dalam interdependensi, kadar ikatannya lebih kuat dan lebih
nyata daripada peristiwa interrelasi. Dunia sekarang sebenarnya merupakan
masyarakat-masyarakat dunia dengan saling ketergantungan yang kuat di antara
negara-negara (Asean, MEE, PBB).
(c) Perubahan : Salah satu aspek paling penting di dalam geografi dunia ialah
ciri dinamika dari gejala-gejala. “Panta Rhei” kata Heraklites, yang artinya
“semua mengalir”. Memang di dunia ini tidak ada yang diam mutlak; apakah itu
gejala alami maupun gejala buatan manusia. Manusia bersama alam mengubah
ciri-ciri dari bumi.
Geografi merupakan studi tentang masa kini. Tetapi untuk mengetahui masa
sekarang, perlu mengetahui pula masa lalu (sejarah). Dalam hal ini geografi
melakukan rekonstruksi kejadian-kejadian. Perubahan yang tercantum pada peta
menunjuk kepada perubahan tempat dan wilayah pada permukaan bumi.
Erat hubungannya dengan konsep perubahan, ialah konsep proses. Proses ialah
kejadian yang berurutan yang menimbulkan perubahan, dalam batas waktu tertentu.
Permukaan bumi ini menjadi begitu kompleks karena adanya proses-proses dalam
berbagai tingkat dan tempo (Preston James). Ada tiga macam proses, yaitu proses
fisik, proses biotik, dan proses sosial. Di dalam geografi ketiga macam proses
tersebut dalam kenyataannya adalah satu proses utuh; penggolongan tersebut
(analisis kategori) hanya berlaku dalam penyelidikan dan kajian saja.
e. Wilayah Kebudayaan
Salah satu konsep dari Geografi modern ialah menyangkut penyesuaian dan
pengawasan manusia (kontrol) terhadap lingkungan fisiknya. Keputusan yang
diambil manusia tentang penyesuaian dan pengawasan terhadap lingkungan fisis
tersebut sangat ditentukan oleh pola kebudayaan yang dimiliki oleh
masing-masing masyarakat. Kebudayaan dapat diartikan secara sempit dan secara
luas. Secara sempit sebagai aspek yang menarik seperti kesenian, tata-krama,
ilmu dan teknologi. Secara luas kebudayaan diartikan sebagai hasil dari daya
akal atau daya budi manusia yang merupakan keseluruhan yang kompleks menyangkut
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, hukum dan lain-lain. Kemampuan
atau kebiasaan yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat (E.B.Taylor).
Di dalam Geografi, kebudayaan diartikan secara luas. Herskovits mengartikannya
sebagai “man-made part of the environment”, sedang C.Kluckhohn sebagai “way of
live”. P.V. de la Blache menyebutnya sebagai “genre de vie”, yaitu tipe-tipe
proses produksi yang dipilih manusia dari kemungkinan-kemungkinan yang
diberikan oleh tanah, iklim, dan ruang yang terdapat pada suatu wilayah atau
kawasan, serta tingkat kebudayaan (dalam arti sempit) di wilayah tersebut.
(buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing
mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli
sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi
(space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan
di muka bumi.
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu melihat satu kesatuan
komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan
bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi
keruangan di wilayah yang bersangkutan. Geografi pun mengajarkan kearifan
teknologi dalam mengelola alam lingkungan hidupnya manusia.
KONSEP ESENSIAL GEOGRAFI
Konsep esensial merupakan konsep-konsep penting
yang perlu diketahui dan dikuasai peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan
dan kebutuhan di setiap jenjang pendidikan. Dalam mengkaji objek geografi di
kenal sepuluh konsep dasar yaitu sebagai berikut:
a. Konsep Lokasi
Secara pokok dapat dibedakan antara pengertian lokasi absolut dan lokasi
relatif . Lokasi Absolut menunjukan letak yang tetap terhadap system grid
(kisi-kisi) atau koordinat. Sedangkan lokasi relatif artinya lokasi yang
berubah-berubah berkaitan dengan keadaan sekitarnya.
b. Konsep Jarak
Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami. Jarak berkaitan dengan
lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan.
c. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi
lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan dan
komunikasi yang dapat dipakai.
d. Konsep Pola
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, atau persebaran fenomena dalam ruang
muka bumi, baik fenomena yang bersifat alami maupun fenomena social budaya.
e. Konsep Morfologi
Morfologi menyangkut bentuk lahan yang berkaitan dengan erosi dan pengendapan,
penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, serta jenis vegetasi yang
dominan.
f. Konsep Aglomerasi (menggerombol)
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat menggelompok pada
suatu wilayah yang relatif sempit karena paling menguntungkan.
g. Konsep Kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif,
artinya tidak sama bagi setiap orang atau golongan penduduk.
h. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi objek atau tempat satu dengan
yang lain.Oleh karena itu, senantiasa terjadi interaksi atau bahkan
interdependensi antara yang satu dan yang lain.
i. Konsep Diferensiasi Areal
Di setiap tempat atau wilayah, terwujud hasil integrasi berbagai unsure atau
fenomena lingkungan baik bersifat alam maupun kehidupan.
j. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukan derajat keterkaitan
persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau
ruangan, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuh-tumbuhan, maupun sosial.
Geografi dalam Konsep
Konsep merupakan pola dalam bentuk pengertian abstraksi. Pola abstrak itu
sendiri, terdapat dalam gejala geografi, yang akan kita pelajari. Selain itu,
selain pola abstrak yang terdapat dalam gejala geografi, juga terdapat pula
gejala nyata.
Gejala geografi itu sendiri, gelaja geografi yang ada disekitar kita merupakan
hasil keselurahan interrelasi keruangan antara faktor fisik dan non-fisisk.
Di dalam mempelajari konsep georgrafi terdapat istilah Konsep Esensial
Geografi. Konsep Esensial tersebut ada 10 macam konsep.
10 Macam Konsep Esensial Geografi tersebut, yaitu sebagai berikut dan akan
diubahas secara satu persatu.
1.Konsep Lokasi
Konsep Lokasi dalam geografi, menganalisis aspek positif dan aspek negatif
suatu tempat yang ada di permukaan bumi.
Konsep lokasi biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan “Where” (dimana)
lokasi suatu tempat.
Konsep lokasi dalam geografi dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1)Lokasi Absolut, yaitu lokasi suatu wilayah yang didasarkan pada garis lintang
dan garis bujur.
Contoh : Secara Astronomis lokasi negara Indonesia terletak antara 60 LU – 110
LS dan 950 BT – 1410 BT.
2)Lokasi Relatif, yaitu suatu lokasi wilayah di permukaan bumi yang sifatnya
dapat berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh daerah-daerah yang ada di
sekitarnya.
Contoh : Tanah yang ada di lokasi daerah perkotaan biasanya mempunyai harga
lebih mahal, daripada di desa.
2.Konsep Jarak
Jarak merupakan pembatas yang mempunyai sifat alamiah
Jarak mempunyai kaitan dengan lokasi dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan pokok
kehidupan manusia.
Contoh :
1)Tanah yang jaraknya jauh dari jalan raya, harganya lebih murah.
2)Jarak tempuh untuk menyangkut bahan baku ke pabrik, mempengaruhi besar biaya
angkut.
3)Rumah yang jaraknya dekat dengan pusat kota, harganya lebih mahal, dan
seterusnya.
3.Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan mempunyai kaitaan dengan kondisi yang ada di permukaan bumi
ini. Misalnya, suatu daerah tradisonal karena kondisi permukaan buminya
menyebabkan suatu daerah tersebut sulit untuk dijangkau.
Keterjangkauan pada umumnya, tergantung pada kondisi permukaan buminya suatu
daerah tersebut.
Dan pada umumnya pula, keterjangkauan tersebut akan berubah perlahan sejalan
dengan berkembangnya perkembangan ilmu-ilmu, seperti Ilmu Ekonomi, Ilmu
Komunikasi, Teknologi (IPTEK), dan Transportasi.
Contoh :
1)Desa yang dikelilingi rawa-rawa dan hutan-hutan, biasanya sulit untuk
dijangkau daripada desa yang terletak di tepian pantai-pantai.
2)Suatu penduduk yang tinggal hidup di dalam hutan-hutan belantara yang besar,
akan sulit untuk dijangkau.
3)Kota-kota yang berada pada dataran tanah (bumi) yang strategis akan mudah
sekali untuk dijangkau.
4.Konsep Pola
Pola mempunyai kaitan dengan ketergantungan pada bentuk-bentuk fenomena
geografi yang telah ada di bumi (permukaan bumi).
Di dalam mempelajari ilmu Geografi, terdapat mempelejari pola-pola bentuk dan
pola-pola persebaran fenomena geografi.
Contohnya :
1)Pola persebaran pemukiman di daerah pegunungan telah didominasi oleh pola
yang menyebar (memencar).
2)Pola sungai-sungai yang ada pada daerah lipatan-lipatan pada umumnya berpola
trellis.
3)Pola persebaran penduduk di daerah perkotaan di dominasi oleh pola mengumpul
(menyatu).
5.Konsep Morfologi
Konsep morfologi mempunyai kaitan dengan bantuk muka (permukaan) bumi, sebagai
hasil dari adanya tenaga-tenaga endogen dan eksogen.
Contohnya :
1)Dataran rendah sepanjang pantai utara Jawa telah didominasi oleh
perkebunan-perkebunan tebu.
2)Dataran tinggi di daerah puncak Bogor, lahannya banyak telah dimanfaatkan
untuk perkebunan teh.
3)Dataran sedang di provinsi-provinsi Jawa, banyak digunakan sebagai kota-kota
besar.
6.Konsep Anglomerasi
Anglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang mempunyai sifat mengelompok
pada suatu wilayah tertentu, yang relatif sempit, tetapi juga yang paling
menguntungkan.
Contoh :
1)Di pulau Kalimantan, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok sepanjang
aliran sungai.
2)Di pulau Irian Jaya, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok di daerah
perhutanan.
3)Di pulau Jawa, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok di daerah
pusat-pusat kota (perkotaan)
7.Konsep Nilai Kegunaan
Nilai Kegunaan merupakan fenomena geografi atau sumber daya yang ada di
permukaan bumi ini yang mempunyai sifat relatif antara wilayah yang satu dengan
wilayah yang lainnya.
Contoh :
1)Hutan memiliki nilai kegunaan bagi pecinta alam, dibandingkan pelajar.
2)Laut memiliki nilai kegunaan bagi para nelayan, dibandingkan dengan petani.
3)Pegunungan memiliki nilai kegunaan bagi para petani, dibandingkan nelayan.
8.Konsep Interaksi
Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih yang
dapat menimbulkan gejala-gejala, kenapakan, dan permasalahan baru.
Dalam Konsep Interaksi ini, gejala-gejala yang satu dengan gejala-gejala yang
lainnya, saling tergantung satu sama lain.
Contoh :Interaksi kota-desa terjadi, karena adanya perbedaan potensi alam.
Misalnya, desa menghasilkan bahan baku, sedangkan kota menghasilkan barang
industri. Karena kedua wilayah saling membutuhkan, maka terjadilah interaksi.
9.Konsep Diferensiasi Area Diferensiasi Area berkaitan dengan perbedaan
corak antar wilayah di permukaan bumi.
Konsep Diferensiasi Area ini, digunakan untuk mempelajari perbedaan gejala
geografi antara wilayah yang satu dengan yang lain di permukaan bumi.
Contoh :Jenis tanaman yang di budidayakan, antara dataran tinggi akan berbeda
dengan jenis tanaman di dataran rendah. Contoh yang rinci, terdapat pada
klasifikasi iklim Junghuhn, yaitu :
a)Zona dengan ketinggian 0 – 700 m, jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu
tebu, kelapa, jagung, dan padi.
b)Zona ketinggian 700 –1.500 m, jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu, teh,
kopi, ckolat, tembakau, dan kina.
c)Zona dengan ketinggian 1.500 – 2.500 m, jenis tanaman yang dibudidayakan,
yaitu pinus, dan cemara.
d)Zona dengan ketinggian lebih dari 2.500 m, jenis tanaman didominasi oleh
lumut.
Selain itu, Konsep Diferensiasi Area dapat juga digunakan untuk melihat jenis
mata pencaharian penduduk, misalnya penduduk yang tinggal di daerah pantai
dominan bermata pencaharian nelayan, berbeda dengan penduduk yang tinggal di
dataran rendah cenderang bermata pencaharian sebagai petani.
10.Konsep Keterkaitan Ruang Keterkaitan ruang menunjukkan derajat
keterkaitan persebaran antara fenomena yang satu dengan yang lain, baik yang
menyangkut fenomena fisik maupun non-fisik.
Contoh : Wilayah pedesaan dengan perkotaan. Misalnya, penduduk kota memerlukan
bahan pangan dari desa, sebaliknya
penduduk desa perlu memasarkan hasil alamnya ke kota.
1. Konsep Esensial Geografi
Konsep adalah pengertian dari sekelompok fenomena/gejala-gejala, sehingga dapat
dipakai untuk menggambarkan berbagai gejala/fenomena yang sama. Ada 10 konsep
esensial (dasar) geografi, yaitu:
a. Konsep Lokasi; yaitu letak di permukaan bumi, misalnya Gunung Bromo ada/
terletak di Jawa Timur.
b. Konsep Jarak; yaitu jarak dari satu tempat ke tempat lain. Jarak dibagi
menjadi
jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan jarak yang ditarik
garis
lurus antara dua titik. Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yang
sesungguhnya. Jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan tertentu misalnya
rute, waktu, biaya, kenyamanan dsb. Misalnya jarak Jakarta ke Bandung 180 km
atau Jakarta – Bandung dapat ditempuh dalam waktu 3 jam melewati Puncak.
Kedua hal ini merupakan contoh jarak relatif berdasarkan pertimbangan rute
dan waktu.
c. Konsep Keterjangkauan; yaitu mudah dijangkau atau tidaknya suatu tempat,
misalnya dari Jakarta ke Kota Cirebon lebih mudah dijangkau dibandingkan
dengan dari Jakarta ke Pulau Kelapa (di kepulauan Seribu) karena kendaraan
Jakarta – Cirebon lebih mudah didapat dibandingkan dengan Jakarta – Pulau
Kelapa.
d. Konsep Pola; yaitu persebaran fenomena antara lain misalnya pola pemukiman
yang menyebar, yang berbentuk garis dan sebagainya.
e. Konsep Morfologi; yaitu bentuk lahan, misalnya dalam kaitannya dengan erosi
dan sedimentasi.
f. Konsep Aglomerasi; yaitu pola-pola pengelompokan/konsentrasi. Misalnya
sekelompok penduduk asal daerah sama, masyarakat di kota cenderung
mengelompok seperti permukiman elit, pengelompokan pedagang dan
sebagainya. Di desa masyarakat rumahnya menggerombol/mengelompok di
tanah datar yang subur.
g. Konsep Nilai Kegunaan; yaitu nilai suatu tempat mempunyai kegunaan yang
berbeda-beda dilihat dari fungsinya. Misalnya daerah wisata mempunyai
kegunaan dan nilai yang berlainan bagi setiap orang. Tempat wisata tersebut
belum tentu bernilai untuk pertanian atau fungsi lainnya.
h. Konsep Interaksi dan Interdependensi; yaitu keterkaitan dan ketergantungan
satu tempat dengan tempat lainnya. Misalnya antara kota dan desa sekitarnya
terjadi saling membutuhkan.
i. Konsep Deferensiasi Areal; yaitu fenomena yang berbeda antara satu tempat
dengan tempat lainnya atau kekhasan suatu tempat.
j. Konsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi); yaitu menunjukkan derajad
keterkaitan antar wilayah, baik mengenai alam atau sosialnya.
Berikut ini contoh pengembangan konsep geografi dalam uraian yang lebih
lengkap,
dengan mengambil salah satu konsep yaitu aglomerasi pemukiman.
Pola persebaran pemukiman berbeda-beda, hal ini disebabkan keadaan wilayah yang
berbeda-beda pula. Persebaran pemukiman itu antara lain disebabkan oleh adanya
sungai atau jalan raya, pusat kegiatan ekonomi, adanya daerah tambang, pola
penggunaan tanah, alasan keamanan dan sebagainya.
Pola persebaran pemukiman dapat ditinjau dari dua aspek yaitu kejarangannya dan
bentuknya. Kejarangannya terdiri dari menggerombol (clustered), menyebar tak
teratur
(random) dan teratur (regulair).
Pengertian Konsep Geografi
Konsep geografi(Nursid Sumaatmadja) adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala konkret tentang Geografi. Pada dasarnya konsep geografi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut
1.Konsep Geografi secara Denotatif
Konsep Geografi secara denotative dapat menjelaskan berbagai pengertian gejala Geografi berdasarkan definisi atau kamus. Contoh : Erosi merupakan proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di atas permukaan bumi.
2. Konsep Geografi secara Konotatif
Konsep Geografi konotatif memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan arti secara harfiah. Di dalamnya menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan konsep yang dibahas antara lain persebarannya, faktor pendorongnya, jenisnya, dan proses pembentukannya. Konsep Geografi bermanfaat untuk membimbing kita dalam berfikir dari sudut pandang Geografi. Berikut ini akan dijelaskan tiga pendapat yang mengungkapkan tentang konsep Geografi :
Konsep Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI)
1. Konsep Lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer dan konsep yang digunakan untuk menjawab pertannyaan where(dimana) terjadinya fenomena. Konsep lokasi dibagi atas : - Lokasi Absolut Lokasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur, dan sifatnya tetap. Contoh : Indonesia terletak di 6˚LU - 11˚LS dan 95˚BT - 141˚ BT - Lokasi Relatif Lokasi yang artinya berubah-ubah karena dipengaruhi daerah sekitar. Contoh : Bagi seseorang yang tinggal di kec. Kepanjen, lokasi Stadion Kanjuruhan tidaklah jauh. Namun menurut orang yang tinggal di kec. Batu lokasi Stadion kanjuruhan cukup jauh.
2. Konsep Jarak yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas : - Jarak absolute : satuan panjang yang diukur dengan kilometer. -Jarak Relatif : jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu.
Konsep jarak berkaitan dengan lokasi, kehidupan social, ekonomi, dan bersifat relative. Jarak juga berpengaruh terhadap harga dan nilai barang. Contoh : o Harga tanah akan semakin mahal jika jaraknya berdekatan dengan jalan raya o Harga produksi pertanian akan lebih mahal di pasar yang letaknya jauh dari dari pusat produksi dari pada pasar yang letaknya lebih dekat dengan tempat produksi
3. Konsep Keterjangkauan Menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya. Contoh: Daerah yang terletak dipedalaman hutanyang lebat akan terisolir dari daerah luar karena tidak adanya akses untuk menuju kesana.
4. Konsep Pola Pola adalah sesuatu yang berulang sehingga menampakkan suatu bentuk yang konsisten. Konsep pola berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer di permukaan bumi. seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain. Contoh: Pola permukiaman penduduk biasanya terkait dengan ketersediaan SDA, sungai, jalan, dan bentuk lahan.\
5. Konsep Morfologi Menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Dengan konsep morfolofi, orang akan mudah memperkirakan potensi lahan tertentu. Contoh : Daerah pegunungan cocok digunakan untuk pertanian dan perkebunan
6. Konsep Aglomerasi atau Konsep Mengelompok Berkaitan dengan kecenderungan penyebaran obyek geografi di permukaan bumi. Pengelompokan fenomena di suatu kawasan biasanya karena adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif Contoh : - Adanya daerah kumuh dan daerah elit - Pengelompokan industry disuatu tempat (aglomerasi industri) - Didaerah pedesaan, pemukiman akan mengelompok di dekat lahan pertanian atau dekat dengan sumber air.
7. Konsep Nilai Guna Konsep nilai guna, yaitu nilai sesuatu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lokasi, jarak, dan keterjangkauan. Manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Konsep Interaksi atau Interdependensi Menyatakan bahwa sesuatu yang ada di permukaan bumi terkait dengan objek lain dan tidak dapat berdiri sendiri. Contoh : interaksi antara desa dengan kota, orang kota membutuhkan bahan pangan dari desa dan sebaliknya orang desa membutuhkan alat-alat elektronik dan alat-alat produksi dari kota. i) Konsep Diferensiasi Areal Konsep diferensiasi areal, yaitu konsep yang memandang bahwa tidak ada suatu ruang di permukaan bumi yang sama. Pasti suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. daerah-daerah yang terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
9. Konsep Keterkaitan Ruang Memandang bahwa setiap kehidupan di suatu ruang tidak terlepas dari kehidupan di ruang sekitarnya. Konsep ini hampir sama dengan konsep interaksi, perbedaannya pada lingkup yang lebih luas. Jadi dapat diartikan sebagai, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat. Contoh: Daerah pantai penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, karena dekat laut. Ruang Kota Jakarta terkait dengan ruang Kota Bandung. Setiap akhir pekan, jalur atau jalan sekitar Puncak-Bogor selalu macet karena banyak orang Jakarta yang ingin berlibur di Bandung.
Konsep Geografi Menurut Henry J.Warman
Henry J.Warman mengemukakan 15 konsep Geografi yang dapat dipergunakan sebagai landasan untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terrdapat di permukaan bumi. Dengan demikian, dapat dipahami adanya hubungan sebab-akibat, hubungan fungsi, proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah Geografi yang terrdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :
1) Konsep Regional (Regional concept).
2) Konsep Ruang Kehidupan (Life layer concept).
3) Konsep manusia sebagai makhluk yang paling dominan (Man ecological dominant concept).
4) Konsep Global (Globalism concept).
5) Konsep Interaksi Keruangan (Spatial interaction concept).
6) Konsep Hubungan Antartempat (Areal relationship concept).
7) Konsep tempat yang sama (Areal likenesses concept).
8) Konsep perbedaan tempat (Areal differences concept).
9) Konsep keunikan tempat (Areal uniquenesses concept).
10) Konsep persebaran lokasi (Areal distribution concept).
11) Konsep lokasi relative (Relative location concept).
12) Konsep perbandingan keuntungan (Comperative advantage concept).
13) Konsep perubahan yang terus-menerus (Perpetual transformation concept).
14) Konsep penetapan sumber budaya (Culturally defined resources concept).
15) Konsep Bumi bulat pada bidang datar (Round Earth on flat paper concept).
Konsep Geografi Menurut
Getrude WippleGetrude Wipple kemudian menyederhanakan 15 konsep tersebut
menjadi lima konsep utama,
yaitu sebagai berikut :
a. Bumi sebagai sebuah planet (The Earth as a planet).
b. Keragaman cara hidup (Varied ways of living).
c. Keragaman region alam (Varied natural regions).
d. Arti manfaat region bagi manusia (Significance of region to man).
e. Peranan lokasi dalam
memahami berbagai kejadian didunia (The importance of location in understanding
world
affairs)
&amp;amp;amp;amp;amp;lt;br&amp;amp;amp;amp;amp;gt;
Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
a. Bumi sebagai planet
b. Variasi cara hidup
c. Variasi wilayah alamiah
d. Makna wilayah bagi manusia
5. Pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu: 1)wilayah atau regional 2)lapisan hidup atau biosfer 3) manusia sebagai faktor ekologi dominant 4) globalisme atau bumi sebagai planet 5) interaksi keruangan 6) hubungan areal 7) persamaan areal 8) perbedaan areal 9) keunikan areal 10) persebaran areal 11) lokasi relativ 12) keunggulan komparatif 13) perubahan yang terus menerus 14) sumberdaya dibatasi secara budaya 15) bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Konsep
Dasar Geografi Konsep Esensial GeografiPara Ahli Geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan tahun 1988 menghasilkan sepuluh konsep esensial geografi, yaitu:
Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok konsep lokasi dibedakan menjadi Lokasi Absolut dan Lokasi Relatif
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan perhitungan keuntungan berkaitan antar lokasi.
Keterjangkauan berhubungan dengan kemudahan interaksi dan caranya antar lokasi
Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi.
Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan.
Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu tidak sama, tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan.
Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi.
Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam ataupun kehidupan.
Interaksi adalah kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat lainnya.
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang. Konsep Esensial Geografi Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut. Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu. Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi. Konsep Dasar (Essensial) Geografi |
GEOGRAFI, DAN KOMPETENSINYA DALAM KAJIAN GEOGRAFI FISIK
Sutikno
Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM
INTISARI
Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang pernah disebut sebagai induk ilmu
pengetahuan
(mother of sciences) mengalami pasang-surut peranannya untuk memberikan
sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Apabila geografi tetap ingin berperan dalam memberikan sumbangan pemikiran dalam
kebijakan pembangunan, geografi harus mempunyai konsep inti, metodologi dan
aplikasi
yang mantap. Makalah ini bertujuan untuk menelusuri konsep inti geografi yang
sesuai
untuk dikembangkan di Indonesia untuk mendasari kompentensinya, khususnya dalam
bidang geografi fisik. Pemisahan geografi fisik dan geografi manusia yang
tinggi kurang
mencirikan jati diri geografi, dan jika kecenderungan pemisahan tersebut
semakin
berlanjut jati diri geografi akan pudar dan akan larut dalam disiplin ilmu
lainnya, dan
bahkan kita akan kehilangan sebagian dari kompetensi keilmuan geografi.
Geografi
terpadu atau geografi yang satu (unifying geography) menjadi satu pilihan
sebagai dasar
pembelajaran geografi yang sesuai untuk Indonesia, yang diikuti dengan
pendalaman
keilmuan pada masing-masing obyek material kajian geografi tanpa melupakan
obyek
formalnya. Komponen inti dari geografi terpadu adalah ruang, tempat/lokasi,
lingkungan
dan peta, yang berdimensi waktu, proses, keterbukaan dan skala. Komponen inti
geografi
terpadu tersebut dijadikan dasar untuk menentukan kompetensi geografi.
Kompetensi
geografi fisik, yang obyek materialnya fenomena lingkungan fisik (abiotik) pada
lapisan
hidup manusia, sangat luas antara lain: penataan ruang, pengeolaan sumberdaya
alam,
konservasi sumberdaya alam, penilaian degradasi lingkungan, pengelolaan daaerah
aliran
sungai, penilaian tingkat bahaya dan bencana, penilaian risiko bencana.
Kompetensi
geografi fisik tersebut selalu dikaitkan dengan kepentingan umat manusia,
dengan konsep
bahwa lingkungan fisikal sebagai lingkungan hidup manusia.
1. PENGANTAR
Perbincangan tentang jati diri Geografi telah beberapa kali dilakukan di
Indonesia, baik melalui lokakarya, seminar maupun melalui sarasehan yang
dilakukan
oleh Fakultas/Jurusan/Departemen Geografi, organisasi profesi (IGI) dan ikatan
alumni
(IGEGAMA). Jati diri suatu disiplin ilmu dapat ditelaah dari definisinya. Dalam
Seminar
Peningkatan Relevansi Metode Penelitian Geografi tanggal 24 Oktober 1981 Prof.
Bintarto dalam papernya berjudul Suatu Tinjauan Filsafat Geografi mengemukakan
definisi Geografi sebagai berikut: Geografi mempelajari hubungan kausal gejala2
gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang
fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya,
melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan
program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984). Seminar dan
lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP Semarang kerjasama
dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi: Geografi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari perbedaan dan persamaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.
Rumusan dua definisi Geografi tersebut sedikit berbeda namun memberikan
ketegasan dan kejelasan tentang obyek kajian dalam Geografi baik obyek material
maupun formalnya. Obyek materialnya adalah gejala, fenomena, peristiwa di muka
bumi
(di geosfer), sedang obyek formalnya adalah sudut pandang atau pendekatan:keruangan,
kelingkungan dan kompleks wilayah. Ketegasan obyek formal kajian Geografi
penting
untuk membedakan kajian dengan disiplin ilmu lain yang obyek materialnya juga
fenomena geosfer. Geosfer terdiri atas atmosfer, litosfer (termasuk pedosfer),
hidrosfer
dan biosfer (termasuk antroposfer); sfera bumi tersebut membentuk satu sistem
alami
yang masing-masing sfera saling berinteraksi, saling pengaruh mempengaruhi.
Konsep
sfera bumi membentuk satu sistem alami merupakan konsep penting dalam geografi,
karena dapat dijadikan dasar untuk memahami dinamika fenomena dari muka bumi.
Definisi Geografi versi Semlok Semarang tersebut masih banyak digunakan
dalam proses pembelajaran geografi di sekolah dan perguruan tinggi, dan bukan
satusatunya
yang harus diajarkan kepada peserta didik, karena masih banyak definisi lain
yang perlu disampaikan untuk memperkaya dan memperluas wawasan tentang jati
diri
geografi. Definisi geografi itu sangat banyak, berikut ini disampaikan lima
definisi untuk
memberikan diversitas cakupan, dan jati diri Geografi.
1) Geography is concerned to provide an accurate, orderly, and rational
description
and interpretation of the variable character of the Earth’s surface
(Hartshorne,
1959).
2) Geography is the scientific study of changing spatial relationships of
terrestrial
phenomena viewed as world of man (Bird, 1989).
3) The core of Geography is an abiding concern for human and physical attribute
of
places and regions and with spatial interaction that alter them (Abler et al,
1992).
4) Geography is the study of the surface of the Earth. It involves the
phenomena and
processes of the Earth’s natural and human environments and landscapes at local
to global scales (Herbert and Matthews (2001).
5) Geography is a discipline concerned with understanding the spatial
dimensions of
environmental and social processes (White, 2002)
Variasi definisi tersebut di atas juga memberikan ketegasan kepada kita bahwa
obyek kajian Geografi adalah fenomena geosfer dan sudut pandangnya adalah
keruangan,
kelingkungan dan kewilayahan meskipun dengan rumusan yang berbeda. Rumusan yang
berbeda dari definisi Geografi dapat dipahami dengan munculnya pandangan
Geografi
yang menyatakan bahwa geografi adalah apa yang dikerjakan oleh geograf. Dua
definisi terakhir dari lima definisi tersebut di atas aspek lingkungan mendapat
tekanan
yang lebih. Hal tersebut sangat mungkin diinspirasi oleh permasalahan
lingkungan yang
semakin meningkat dan mengglobal di muka bumi ini, seperti perubahan iklim
global,
penurunan kualitas lingkungan, bencana banjir, kekeringan, longsor, kemiskinan,
penurunan dan kerusakan sumberdaya alam. Permasalahan lingkungan dan bencana
yang
banyak terjadi tersebut timbul sebagai akibat ketidak imbangan interaksi antara
lingkungan dengan aktifitas manusia. Interaksi lingkungan-manusia merupakan
sebagian
dari kajian geografi yang menggunakan pendekatan kelingkungan..Oleh sebab itu
permasalahan lingkungan menjadi perhatian geograf, dan selain itu geografi
sebagai ilmu
yang berorientasi pada pemecahan masalah (problems solving). Permasalahan
lingkungan
yang terjadi saat sekarang dan masa depan bersifat kompleks, multi dimensi,
saling kait
mengkait, sehingga pemecahannya memerlukan pendekatan terpadu.
Dalam merespon permasalahan lingkungan yang multidimensi dan berskala lokal
hingga global, Geografi dihadapkan pada dua permasalahan yang terkait disiplin
ilmu
geografi itu sendiri dan permasalahan kompetensi geograf sebagai pemangku ilmu
geografi.
1) Geografi yang bagaimanakah yang mampu memberikan kontribusi nyata untuk
pengambilan kebijakan dalam memecahkan permasalahan lingkungan yang
berdimensi lokal hingga global secara berkelanjutan?
4
2) Kompetensi apakah yang diperlukan bagi geograf di masa mendatang?
Pertanyaan pertama dimunculkan, karena ada tiga alasan penting yang terkait
dengan geografi:
1) geografi menghadapi tantangan untuk memberikan masukan dalam
memecahkahn masalah yang multi dimensi dan kompleks yang memerlukan
pendekatan antar bidang, apabila geografi tidak terpadu maka kontribusi
geografisnya kurang lengkap, bahkan berisiko sebagian disiplin geografi
menjadi bagian disiplin ilmu lain;
2) pembelajaran geografi harus utuh tidak terkotak-kotak secara tegas antara
geografi fisik dan geografi manusia, karena masalah di sekeliling lingkungan
kita semakin meningkat dan geograf harus mampu memberikan kontribusi yang
nyata kepada masyarakat, oleh karena itu geograf harus berbekal teori/konsep
yang matang;
3) riset fundamental dalam elemen inti geografi belum banyak dilakukan untuk
menghasilkan teori dasar geografi yang dapat digunakan sebagai masukan dalam
kebijakan pemerintah, jika geografi tidak mengembangkan geografi terpadu
akan kehilangan kesempatan/kedudukan sebagai pemberi masukan sesuai bidang
keilmuan geografi. Label dari geografi adalah ruang, tempat, lingkungan dan
peta, yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu lain (Mathews et al, 2004).
Dalam mengupas permasalahan pertama tersebut perlu didasari pemahaman tentang
ruang lingkup Geografi, komponen inti kajian geografi. Pembahasan permasalahan
kedua
tentang kompetensi khususnya dalam bidang kajian geografi fisik, perlu didasari
dengan
metode penelitian geografi dan identifikasi dari permasalahan lingkungan yang
terkait
dengan obyek kajian Geografi
2. RUANG LINGKUP KAJIAN GEOGRAFI
Sebutan geografi sebagai ilmu pengetahuan cukup banyak, antara lain: i).
geografi
sebagai ilmu holistik yang mempelajari fenomena di permukaan bumi secara utuh
menyeluruh, ii) geografi adalah ilmu analitis dan sintesis, yang memadukan
unsur
5
lingkungan fisikal dengan unsur manusia dan iii). geografi adalah ilmu wilayah
yang
mempelajari sumberdaya wilayah secara komprehensif. Tiga sebutan geografi
tersebut
yang menjadi landasan untuk membahas kajian geografi yang mampu merespon
permalasalahan lingkungan yang berdimensi lokal hingga global. Pertanyaan
pemandu
untuk mengetahui ruang lingkup kajian Geografi pada umumnya adalah:
1) apa (what),
2) dimana (where),
3) berapa (how long/how much),
4) mengapa (why),
5) bagaimana (how),
6) kapan (when),
7) siapa (who) (Widoyo Alfandi, 2001).
Pertanyaan pemandu yang mencerminkan bahwa geografi itu adalah holistik,
sintesis dan
kewilayahan adalah sebagai berikut:
1) apa, dimana dan kapan (what, where and when), pertanyaan ini menuntun kita
untuk mengetahui fenomena geografis dan distribusi spasialnya pada suatu
wilayah, serta kapan terjadinya;
2) bagaimana dan mengapa ( how and why), pertanyaan ini bersifat analitis untuk
mengetahui sistem, proses, perilaku, ketergantungan, organisasi spasial dan
interaksi antar komponen pembentuk geosfer;
3) apakah dampaknya (what is the impact), pertanyaan bersifat analistis,
sintesis
untuk mengevaluasi fenomena geografi yang mengalami perubahan baik oleh
proses alam maupun oleh hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan
alamnya;
4) Bagaimana seharusnya (how ought to ), pertanyaan ini menjurus ke sintesis
dan
evaluasi untuk pemecahan permasalahan lingkungan suatu wilayah dan
memberikan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.
Pertanyaan pemandu pertama dalam geografi yang umum tersebut dapat
digunakan untuk proses pembelajaran pada tingkat manapun dengan memperhatikan
tingkat kedalaman atau kedetilannya. Pertanyaan pemandu yang kedua dapat
ditujukan
6
untuk jenjang pendidikan pada perguruan tinggi, dengan asumsi bahwa wawasan dan
penalaran mahasiswa lebih mantap.
3. KONSEP GEOGRAFI
Berikut ini disampaikan beberapa konsep geografi yang dapat dijadikan pegangan
untuk
menentukan kompetensi geograf.
1. Geografi menduduki tempat yang jelas dalam dunia pendidikan, geografi
menawarkan kajian terpadu dari hubungan timbal balik antara masyarakat
manusia dengan komponen fisikal dari bumi.
2. Disiplin geografi dicirikan oleh subyek material yang luas, yang secara
tradisional
terdiri dari dari geografi manusia dan geografi fisik.
3. Komponen pengetahuan alam dan sosial dalam geografi tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain, dan tidak ada disiplin ilmu lain yang memadukannya
seperti yang dilakukan oleh geograf.
4. Geografi mempelajari interelasi dan interdependensi dari dunia nyata dari
fenomena dan proses yang memberikan ciri khas pada suatu wilayah.
5. Obyek kajian geografi adalah geosfer yang terdiri dari atmosfer, litosfer,
pedosfer,
hidrosfer, biosfer dan antroposfer; masing-masing sfera tersebut saling terkait
membentuk sistem alami.
6. Obyek kajian geografi tersebut juga menjadi kajian bidang ilmu lainnya, yang
menjadi pembeda adalah pendekatan yang digunakan; pendekatan yang
dimaksud adlah pendekatan spasial (keruangan), ekologikal dan kompleks
wilayah.
7. Geografi mempelajari wilayah secara utuh menyeluruh tentang sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia, sehingga mempunyai peran penting dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan dalam rangka otonomi daerah.
8. Geografi mempelajari proses perubahan lingkungan alam maupun lingkungan
sosial ekonomi, sehingga pelajaran geografi memberi bekal untuk tanggap
terhadap isu-isu dan perubahan lokal, regional dan global.
9. Peta merupakan salah alat utama dalam kajian geografi dan juga merupakan
salah
satu hasil utama dalam kajian geografi.
7
10. Perkembangan pesat dari ilmu dan teknik penginderaan jauh dan sistem
informasi
geografis sangat membantu dalam proses-belajar geografi dan
penelitianpenelitian
geografis.
4. GEOGRAFI SEBAGAI SATU DISIPLIN: GEOGRAFI TERPADU
Setiap disiplin keilmuan normalnya memiliki satu bidang kajian tertentu, satu
asosiasi kerangka teoritik dan pendekatan yang lazim digunakan untuk mengkaji
dengan
teknik yang sesuai, kesemuanya itu tidak hanya untuk pemahaman tetapi juga
untuk
penemuan pengetahuan baru dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia.
Bagi
geografi bidang kajiannya banyak, yang mempunyai metode dan teknik yang
berbeda,
sehingga tidak mudah untuk mendudukan geografi sebagai satu disiplin. Misalnya
geografi fisik yang obyeknya kajiannya atmosfer, litosfer dan hidrosfer, masing-masing
mempunyai kerangka teoritik dan pendekatan yang berbeda, demikian juga halnya
dengan geografi manusia yang obyeknya: kependudukan, sosial, ekonomi, budaya
dan
politik. Bagi geografi dimasukkan ke dalam cross-disciplinary link, mirip
munculnya
sain terpadu, seperi Sain Sistem Bumi ( Earth System Science) dan Sain
Keberlanjutan
(Sustainability Science), dan bagi geografi subyek kajiannya adalah lingkungan
fisikal
dan manusia, dengan menggunakan teori dan metodologinya kompleksitas dari unsur
muka bumi (Mathews et al,2004).
Kesulitan untuk mendudukan/memposisikan geografi sebagai satu disiplin ilmu,
maka ada baiknya apabila geografi itu hanya satu, tidak terpisah-pisah menjadi
geografi
manusia dan geografi fisik. Geografi yang satu (unifying geography) mempunyai
banyak keunggulan dalam berperan ke masa depan, dengan asumsi permasalahan di
masa
depan sifatnya kompleks dan multi dimensi, yang pemecahannya memerlukan
pendekatan terpadu dan holistik. Dalam geografi terpadu tidak berarti
kekhususan
(spesialisasi) akan hilang, tetapi tetap ada hanya dilandasi oleh konsep
geografi yang
satu. Bagi spesialisasi geografi fisik, fokus kajian pada komponen lingkungan
fisik tetapi
harus mengkaitkannya dengan aspek sosial; spesialisasi dalam geografi manusia
geografi
fisik sebagai latar belakang, sedang yang spesialisasi dalam geografi yang satu
fokusnya
adalah pemecahan masalah dengan pendekatan geografis secara utuh.
8
ALASAN UNTUK MENJADI GEOGRAFI TERPADU
1) Satuan (unit) yang lebih besar akan membawa keuntungan yang berarti, akan
dan memberikan arah yang jelas dalam pengetahuan dan pemahaman; fokus yang
besar dan menyatu dalam Geografi akan memerkuat identitas Geografi dan dapat
memberikan masukan dalam kebijakan pembangunan;
2) Satuan (unit) yang lebih besar memberikan makna yang lebih besar bagi
mahasiswa dalam, disiplin geografi yang terpisah-pisah tidak menyatu akan
membingungkan dalam penyusunan kurikulum. Pada hal geografi menempati
posisi tempat yang menonjol dalam mempelajari dunia, yang menawarkan kajian
terpadu terhadap hubungan timbalbalik antara manusia dan lingkungan alamnya,
sehingga kalau tidak menjadi satu kesatuan maka tidak akan lengkap kajiannya.
Satuan yang lebih besar dapat memberikan prioritas dalam pengajaran dan
penelitian, yang kesemuannya itu untuk mempromosisikan geografi agar lebih
berperan.
3) Satuan yang lebih besar dapat menunjukkan kepada masyarakat tentang
kemampuan akademiknya untuk memberikan kontribusi nyata dalam menentukan
kebijakan dan memperbaiki pemahaman umum tentang Geografi.
5. KOMPONEN INTI GEOGRAFI
Untuk menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen
inti Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti
Geografi :
ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta (maps).
Ruang menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai
pendekatan spasial-korologikal untuk Geografi. Ruang juga mendominasi Geografi
setiap waktu, ketika analisis spatial menjadi satu pendeskripsi untuk satu
bentuk dari
pekerjaan geografis. Pola spasial umumnya menjadi titik awal untuk kajian
geografis;
yang selanjutnya dapat dilacak proses perubahan secara spasial dan sistem
spasial.
Tempat merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat terkait dengan
kosep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik, kemelimpahan dan
batas.
Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat manusia bertem dan dapat
dikenali,
dinterpretasi dan dikelola. Dalam ahli geografi manusia tempat merupakan
refleksi dari
9
identitas idividu maupun kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat
tempat
merupakan refleksi dari perbedaan lingkungan biofisik.
Lingkungan merupakan komponen inti Geografi ketiga yang mencakup
lingkungan alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagai komponen
inti yang
memadukan dengan komponen geografi lainnya. Lingkungan menjadi interface antara
lingkungan alam dan budaya, lahan dan kehidupan, penduduk dan lingkungan
biofisikalnya.
Peta sebagai komponen inti Geografi keempat lebih merupakan bentuk
representasi, tehnik dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori.
Peta
dipandang sebagai pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang
dikaji
dalam Geografi.
Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen
tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalam kajian
Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar
konsep
untuk disiplin Geografi secara utuh.
Komponen inti Geografi tersebut bersifat dinamik, dalam arti dapat terjadi
perubahan, yang tergantung karakteristik lingkungan, proses yang berlangsung
dan
waktu. Oleh sebab itu perlu ada dimensi kualifikasi dari komponen inti geografi
tersebut.
Dimensi yang dimaksud adalah waktu, proses, keterbukaan dan skala. Sebagai
contoh
tempat yang terletak di pegunungan yang semula subur menjadi lahan kritis dalam
waktu
10 tahun, karena proses erosi dan longsor karena daerahnya terbuka akibat
pembalakan
hutan di atasnya, yang luasnya melebihi 70%. Komponen inti geografi dan dimensi
kualifikasinya tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen esensial inti Geografi dan dimensi kualifikasinya
Komponen esensial Dimensi kualifikasi
1. Ruang
2. Tempat
3. Lingkungan
4. Peta
1. Waktu
2. Proses
3. Keterbukaan
4. Skala
Sumber: Matthews, et al., 2004
6. SPESIALISASI DALAM GEOGRAFI TERPADU
Setelah dibahas alasan untuk menjadi geografi terpadu dan komponen esensial
inti
geografi, kemudian timbul masalah yang terkait dengan spesialisasi dalam
geografi
terpadu. Spesialisasi dalam geografi tetap dapat eksis , baik spesialisasi
dalam intinya
maupun periperinya, sedangkan yang berada di luar periperi merupakan disiplin
antar
bidang yang relatif sedikit berbasis pada inti geografinya (Gambar 1).
Gambar 1. Geografi terpadu, geografi fisik dan geografi manusia, dan
spesialisasi
geografi dalam hubungannya dengan bidang Geografi periperi dan antar bidang.
Sumber
Mattews et al., 2004.
Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi dalam Geografi dapat dibedakan
menjadi : spesialisasi geografi secara utuh, dalam geografi fisik dan geografi
manusia
dengan kadar inti geografi relatif lebih sedikit dan spesialisasi antar bidang
dengan basis
inti geografi lebih kecil lagi.
7. KOMPETENSI DALAM BIDANG GEOGRAFI FISIK
Seseorang yang belajar geografi kompetensi yang dimiliki akan sejalan dengan
jenjang pendidikan yang diikuti. Kompetensi ideal bagi orang yang mempelajari
geografi
tercapai apabila yang bersangkutan belajar hingga perguruan tinggi atau telah
menjadi
geograf. Berikut ini disampaikan kompetensi ideal bagi orang yang mempelajari
geografi
hingga perguruan tinggi, namun demikian sebagian dari kompetensi tersebut dapat
juga
dimiliki oleh orang yang hanya mempelajari geografi dalam jenjang pendidikan
tertentu
saja (Sutikno, 2002).
Kompetensi Dalam Pengertian dan Pemahaman
Setelah mempelajari geografi seseorang diharapkan memperoleh pengertian dan
pemahaman sebagai berikut:
1) hubungan timbal balik antara aspek fisik dan manusia dari lingkungan dan
bentanglahan;
2) konsep variasi spasial;
3) perbedaan utama dari wilayah /daerah tertentu yang selalu mengalami
perubahan
akibat proses: fisik, lingkungan, biotik, sosial, ekonomi dan budaya;
4) konsepsualisasi terhadap pola, proses, interaksi dan perubahan lingkungan,
sebagai suatu sistem dengan skala yang bervariasi;
5) kekritisan terhadap aspek spasial dan temporal dari proses-proses fisikal,
manusia
dan interaksinya;
6) perubahan yang terus terjadi pada komponen lingkungan fisik dan manusia,
termasuk interaksi dan interdependensinya;
7) perbedaan menurut ruang, tempat dan waktu dalam masyarakat manusia;
8) sifat dari disiplin ilmu itu dinamik, prural dan bersaing;
9) cara representasi data geografi: aspek fisik maupun aspek manusianya;
10) strategi dalam analisis dan interpretasi informasi geografis;
11) metode penelitan geografis: observasi, survai, pengukuran lapangan,
analisis
laboratorium, analisis kuantitatif dan kualitatif;
12) aplikasi konsep dan teknik geografi untuk pemecahan masalah, kesejahteraan
manusia, perbaikan lingkungan hidup, perencanaan perkotaan, kebencanaan alam,
keberlanjutan dan konservasi.
Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Intelktual
Geografi memberikan serangkaian keahlian intelektual dan kemampuan dalam
kompetensi sebagai berikut:
1) penilaian teori yang berbeda, penjelasan dan kebijakan;
2) analisis dan pemecahan masalah;
3) membuat keputusan;
4) penilaian kejadian secara kritis;
5) interpretasi data dan teks secara kritis;
6) menyarikan dan mensintesiskan informasi;
7) mengembangkan argumentasi yang mendasar;
8) mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan kemampuan diri dan
mengembangkan kebiasaan untuk belajar terus menerus.
Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Praktis
Pendidikan geografi dapat memberikan keahlian praktis dalam bidang/hal berikut:
1) mampu melakukan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan riset, termasuk
penyusunan laporan akhir;
2) mampu melaksanakan kerja lapangan yang efektif, dalam konteks keamanan dan
keselamatan;
3) mampu melakukan kerja laboratoris dengan aman dengan memperhatikan
prosedur baku;
4) mampu melaksanakan survai dan metode penelitian untuk pengumpulan, analisis
dan pemahaman informasi aspek manusia;
5) mampu melakasanakan variasi teknik dan metode analisis laboratorium untuk
pengumpulan dan analisis data spasial dan informasi lingkungan;
6) mampu mengkombinasikan dan menginterpretasikan kejadian geografis yang
berbeda tipenya;
7) mampu mengenali isu-isu moral dan etika yang diperdebatkan.
Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Kunci ( Key Skills)
Siswa /mahasiswa geografi harus mengembangkan kemampuan sebagai berikut:
1) belajar dan mengkaji,
2) komunikasi tertulis,
3) presentasi data geografis,
4) penilaian dan perhitungan,
5) kesadaran spasial dan observasi,
6) keja lapangan dan laboratoris,
7) tehnologi informasi,
8) penanganan dan penyimpanan data/informasi,
9) situasi personal, kerja sama.
Uraian tersebut menujukkan bahwa pembelajaran geografi penuh dengan kandungan
kompetensi khususnya dalam aspek spasial, lingkungan dan kewilayahan dari
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya binaan. Kompetensi yang
disebutkan di atas kurang spesifik dalam artian praktis atau terapannya,
berikut ini
disampaikan kompetensi Geografi Fisik yang lebih aplikatif antara lain:
1) survey komponen lingkungan fisikal: cuaca, iklim, geomorfologi, tanah,
hidrologi
dan biogeografi;
2) inventarisasi dan evaluasi potensi sumberdaya alam;
3) mitigasi dan evaluasi bahaya dan bencana alam;
4) evaluasi risiko bahaya/bencana alam;
5) penataan ruang dari aspek fisikalnya
6) pengeolaan sumberdaya alam,
7) konservasi sumberdaya alam,
8) penilaian degradasi lingkungan,
9) pengelolaan daaerah aliran sungai.
PENUTUP
1) Geografi terpadu lebih sesuai untuk dikembangkan di Indonesia ke depan,
mengingat kondisi lingkungan alamnya sangat bervariasi dan berpenduduk padat
dengan banyak etnik, sehingga banyak permasalahan lingkungan yang perlu
penanganan secara terpadu.
2) Geografi sebagai disiplin ilmu perlu label komponen inti Geografi, yang
terdiri
dari ruang, tempat, lingkungan dan peta, dengan dimensi kualifikasi waktu,
proses, keterbukaan dan skala.
3) Dalam geografi terpadu spesialisasi tetap eksis, yang meliputi spesialisasi
inti,
periperi dan antar bidang; baik dalam bidang kajian geografi manusia maupun
geografi fisik.
REFERENSI
Bintarto, 1981. Suatu Tijauan Filsafat Geografi. Seminar Peningkatan Relevansi
Metode
Penelitian Geografi. Fakultas Geogari UGM. Yogyakarta 24 Oktober 1981.
Matthews J. A; D. T. Herbert. 2004. Unifying Geography. Common heritage, share
future. London: Routlege. Taylor&Francis Group.
Widoyo Alfandi. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sutikno. 2002. Peran Geografi dalam Pemberdayaan Sumberdaya Wilayah. Makalah
dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Kongres Ikatan Geograf
Indonesia di UPI Bandung tanggal 28-29 Oktober 2002
DII IINDONESIIA
Oleh Muh. Dimyati
Geografi merupakan disiplin yang mempelajari permukaan
bumi, penyebaran dan interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Pengertian geografi berkembang dinamis dan terus
disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman. Dinamika
pemahaman atas pengertian tersebut berpengaruh terhadap
implementasi geografi dalam berbagai bidang, termasuk dalam penataan
ruang.
Sebagai disiplin yang cukup tua, geografi telah memberikan
kontribusi signifikan terhadap penyelenggaraan penataan ruang,
khususnya di Indonesia. Tulisan ini dibatasi hanya dalam
perkembangan konsepsi geografi dan evaluasi terhadap prakteknya
dalam penataan ruang. Penyajiannya dalam satuan dasa warsa, dari
sekitar tahun 1960 menuju tahun 2000-an. Mengingat pengetahuan
penulis yang terbatas, maka perkembangan tahun 1960-an
disampaikan secara selintas.
PENGERTIIAN GEOGRAFII DAN PENATAAN RUANG
Seabad sebelum masehi, pengertian geografi masih
bernuansa astronomi dan matematika. Pada abad pertengahan dan
renaissance, pengertian geografi menjadi suatu cabang pengetahuan
yang mempelajari proses dan fenomena alamiah seperti yang terjadi
di litosfer, hidrosfer dan atmosfer. Pandangan geografi modern,
dimotori oleh Immanuel Kant (1724-1804), yang menjelaskan
pengertian geografi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
fakta yang berasosiasi dengan ruang.
Pada masa yang hampir bersamaan, Alexander von Humboldt
menambah pengertian tersebut dengan mengkaitkannya pada aspek
manusia. Sementara itu, pada akhir abad 19 geografi memusatkan
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-2
perhatian pada iklim, tumbuhan dan hewan, terutama terhadap
bentang alamnya. Dalam perkembangannya, Wrigley (1965)
berpendapat, geografi merupakan disiplin yang berorientasi pada
masalah (problem oriented) dalam rangka interaksi antara manusia
dengan lingkungan.
Peter Haggett (1970) membedakan geografi dalam dua
struktur, yaitu geografi ortodoks dan geografi terpadu. Dalam struktur
geografi ortodoks dibedakan antara geografi fisikal, geografi
manusia, geografi regional dan teknik geografi. Geografi fisikal
mencakup kajian, antara lain, geomorfologi, hidrologi, klimatologi dan
pedologi. Geografi manusia, antara lain, mencakup geografi ekonomi,
geografi penduduk, geografi perdesaan, geografi perkotaan dan
geografi kemasyarakatan.
Sementara geografi regional mencakup kajian geografi
menurut wilayah, seperti geografi Asia Tenggara, Geografi Eropa dan
lainnya. Berbeda dengan ketiga hal tersebut, teknik geografi
mencakup kartografi, penginderaan jauh, metode kuantitatif, statistik
dan sistem informasi geografi. Pandangan tersebut berbeda dengan
pandangan dalam struktur geografi terpadu yang hanya
membedakan analisa keruangan, analisa ekologi dan analisa
kompleks wilayah.
Memahami dinamika perkembangan pandangan geografi
dalam berbagai madzhab luar negeri, ahli Geografi Indonesia yang
dimotori oleh Bintarto dan Surastopo pada awal tahun 1970-an mendorong
kita agar tidak terlalu terpengaruh terhadap fanatisme
madzhab tersebut. Dalam berbagai kesempatan, termasuk saat
menyampaikan kuliah, beliau berdua lebih mendorong pemahaman
geografi dengan menggunakan pendekatan analisa keruangan,
analisa ekologi, dan analisa kompleks wilayah. Sikap konsisten
tersebut dituangkan dalam salah satu tulisan berjudul “Metode
Analisa Geografi” (LP3ES. 1979).
Konsistensi dua sesepuh geografi tersebut berlanjut dengan
perkembangan penggunaan berbagai cara seperti statistik, pemetaan
(remote sensing) dan sistem informasi geografi sebagai pelengkap
dalam mempermudah implementasi pendekatan-pendekatan di atas.
Dalam berbagai pengertian yang berkembang, terlihat ada tiga
kesamaan pandangan yang disepakati semua madzhab, yaitu (a)
bahwa arena yang menjadi titik perhatian adalah permukaan bumi,
bukan ruang yang abstrak; (b) bahwa semua madzhab
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-3
memperhatikan penyebaran manusia pada ruang dalam kaitan manusia
dengan lingkungannya; (c) bahwa dalam geografi terdapat
unsur-unsur utama seperti jarak, interaksi, gerakan dan penyebaran.
Titik perhatian tersebut sedikit berbeda dengan penataan
ruang yang tidak hanya memperhatikan aspek darat dan laut (muka
bumi) saja, tetapi juga udara dan bawah permukaan bumi. Namun,
aspek perhatian dari geografi terhadap manusia dan lingkungannya
sangat berimpit, dengan tujuan penataan ruang untuk menjaga
sustainabilitas (kualitas) lingkungan dan kesejahteraan manusianya.
Ada pun jarak, interaksi dan gerakan manusia merupakan dimensidimensi
utama dalam penataan ruang.
Penataan ruang merupakan proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang (UU
Nomor 24/1992). Dari pengertian ini, secara ideal hasil dari penataan
ruang adalah suatu ruang yang tertata (bermutu) untuk kehidupan
(human being). Namun dalam praktek, banyak ditemukan perkembangan
ruang yang menyimpang dari rencana tata ruang, sementara
ruang yang bermutu sulit ditemukan. Dengan kata lain, yang ditemui
adalah kondisi ruang yang merupakan hasil dari proses penyesuaian
dari human being pada dan di sekitar ruang tersebut dengan alam
sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya, secara fisik, ekonomi
maupun sosial.
Dalam konteks penulisan ini, penataan ruang dipahami
sebagai upaya yang seharusnya dilaksanakan seluruh pelaku untuk
mewujudkan keseimbangan dan sustainabilitas lingkungan dalam
menopang kehidupan. Penataan ruang merupakan proses mengelola
wadah (ruang) yang meliputi daratan, lautan dan udara sebagai
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidup. Oleh
karena itu, uraian dalam tulisan ini akan difokuskan pada seberapa
jauh teknik dan pendekatan geografi telah memberikan kontribusi
terhadap proses perwujudan ruang yang seimbang dan sustainable
tersebut.
Pendekatan Geografi
Dalam ruang lingkup seperti yang dikemukakan di atas, maka
pendekatan yang dibahas dibatasi pada kelompok struktur geografi
terpadu. Seperti telah dijelaskan, dalam geografi terpadu dikenal tiga
pendekatan geografi, yaitu analisa keruangan, analisa ekologi dan
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-4
analisa kompleks wilayah. Meski secara formal pendekatan tersebut
baru dipopulerkan oleh Peter Hagget pada tahun 1970, tetapi wacana
pengelompokannya telah berkembang puluhan tahun sebelumnya.
Untuk itu penulis mencoba melakukan analisis peranan geografi
dalam penataan ruang berdasarkan tiga pendekatan tersebut, yang
mempunyai ciri dan karakteristik berbeda.
Pendekatan Keruangan
Sesuai dengan namanya, pendekatan ini menilai lokasi atau
ruang dari sudut pandang penyebaran penggunaannya dan
penyediaannya untuk berbagai keperluan. Ada dua macam
pengertian penyebaran, yaitu penyebaran ekspansi (expansion
diffusion) dan penyebaran penampungan (relocation diffusion).
Pengertian penyebaran ekspansi digunakan untuk memahami
proses di mana informasi, material atau jenis benda lain menjalar
melalui suatu populasi dari suatu daerah ke daerah lain. Material
yang disebarkan tetap ada dan terkadang menjadi lebih intensif di
tempat asalnya. Hal ini berarti terjadi penambahan luas dibanding
aslinya karena mendapat anggota dan wilayah baru. Dari hal ini,
dikenal dua terminologi penyebaran, yaitu penyebaran menjalar
(contagious diffusion) yaitu yang proses menjalarnya melalui kontak
langsung antarmanusia atau antardaerah; dan penyebaran kaskade
(cascade diffusion) dimana proses penjalarannya melalui hirarki.
Sementara itu, penyebaran penampungan merupakan proses
penyebaran keruangan di mana informasi atau material yang disebar
meninggalkan daerah yang lama dan berpindah atau ditampung di
daerah yang baru.
Pendekatan Ekologi
Dalam pendekatan ini yang dikaji bukan hanya ketertarikan
manusia atas tanggapan dan penyesuaian terhadap lingkungan fisik
saja, tetapi juga interaksi dengan manusia lain yaitu ruang sosial.
Untuk itu, pendalaman mengenai ekologi dan ekosistem menjadi
penting untuk mengimplementasikan pendekatan ekologi. Dinamika
yang terdapat dalam lingkungan sosial dapat menimbulkan
perubahan gagasan manusia, sehingga dapat menimbulkan
penyesuaian dan pembaruan sikap dan tindakan terhadap
lingkungan tempat hidupnya. Pada sisi lain, lingkungan fisik dimana
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-5
manusia hidup dapat pula mengalami perubahan bentuk dan fungsi
yang disebabkan oleh campur tangan manusia.
Dalam konteks ini, William Kirk (1963) memperkenalkan
terminologi geografi lingkungan, geografi perencanaan, geografi
hayati dan geografi tanah. Geografi lingkungan merupakan suatu
kajian geografi dengan mengutamakan pendekatan lingkungan.
Geografi perencanaan merupakan kajian geografi yang lebih concern
dalam membantu tahapan-tahapan perencanaan. Geografi hayati
merupakan suatu kajian geografi yang concern pada aspek-aspek
kehidupan manusia dan flora-faunanya. Geografi tanah merupakan
kajian geografi yang mengutamakan analisis tentang aspek tanah
dan sebarannya.
Pendekatan Kompleks Wilayah
Pendekatan ini merupakan perpaduan pendekatan keruangan
dan ekologi. Interaksi antar wilayah akan berkembang karena
hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain karena ada
perbedaan permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut. Pada
pendekatan ini analisa keruangan dan analisa ekologi atas wilayah
dan atas interaksi antarwilayah tersebut tak hanya dipandang dari sisi
penyebaran penggunaannya serta penyediaannya saja, tapi juga
interaksinya dengan manusia pada wilayah tersebut.
Dalam konteks pendekatan ini dikenal terminologi
pewilayahan dan klasifikasi wilayah. Dikenal pula uniform region yaitu
pewilayahan berdasar keseragaman atau kesamaan dalam kriteria
tertentu; nodal region, yaitu wilayah yang dalam banyak hal diatur
beberapa pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis
melingkar, generic region merupakan klasifikasi wilayah yang
menekankan pada jenisnya, fungsi wilayah kurang diperhatikan, dan
akhirnya specific region merupakan klasifikasi wilayah menurut
kekhususannya, merupakan daerah tunggal, mempunyai ciri geografi
khusus.
GEOGRAFII DAN PENATAAN RUANG PERIIODE 1960-1970 AN
Pendekatan dan Prakteknya
Pada era konsolidasi bangsa dan awal Repelita I yang
didominasi pencarian format baku pembangunan fisik, pendekatan
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-6
yang digunakan masih sangat parsial, sektoral dan bernuansa
memperkuat semangat wawasan nusantara. Untuk itu kelompok
pendekatan keruangan lebih menonjol dibandingkan pendekatan
lainnya. Hal tersebut ditandai pula dengan awal berkembangnya
konsep pembagian wilayah pembangunan nasional. Pada era
tersebut pemanfatan teknik geografi masih terbatas pada
penggunaan peta dasar produk Jawatan Topografi, Angkatan Darat
yang masih mencakup skala kecil untuk wilayah Indonesia karena
peta skala besar masih terbatas coverage-nya. Pendekatan
keruangan yang menekankan aspek geografi manusia dalam struktur
geografi ortodoks, lebih mendominasi pelaksanaan pembangunan
pada era tersebut. Kondisi tersebut agak berubah pada akhir dekade
dimana mulai muncul konsep pendekatan ekologis. Konsep
pendekatan tersebut walau belum terkenal telah banyak dielaborasi
untuk mendukung analisa-analisa pembangunan infrastruktur fisik.
Evaluasi Praktek Pelaksanaan
Meski pendekatan keruangan yang lebih menekankan aspek
geografi manusia telah dimanfaatkan, tetapi dalam implementasinya
belum sepenuhnya menempatkan manusia sebagai subyek
pembangunan. Pendekatan tersebut masih terlalu kental dengan
nuansa untuk menempatkan manusia sebagai obyek pembangunan.
Hal tersebut kental pula dengan pendekatan sentralistik yang
diwarnai target pertumbuhan ekonomi wilayah yang cenderung
merusak sumber alam.
GEOGRAFII DAN PENATAAN RUANG PERIIODE 1970-1980 AN
Pendekatan dan Prakteknya
Periode tahun 1970-an merupakan tahapan awal dari
pembangunan terencana, ditandai dengan hampir berakhirnya
Repelita I dan berawalnya Repelita II, yang lebih mengarah pada
dominasi pembangunan fisik dengan tidak hanya pembangunan per
sektor, tetapi sudah menggabungkan berbagai sektor dan juga
persebaran pembangunan di daerah. Pada masa yang kental dengan
implementasi konsep wawasan nusantara, pembangunan bertitik
berat pada penyediaan infrastruktur fisik untuk meningkatkan
pertumbuhan wilayah. Pada masa ini, pemunculan sekaligus
implementasi pengembangan wilayah yang mengacu pada satuan
wilayah pengembangan (SWP) yang antara lain mengelompokkan
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-7
wilayah nasional menjadi 4 wilayah pembangunan utama dan 10
wilayah pembangunan menjadi sangat diminati para pelaku
pembangunan.
Walau diintrodusir permasalahan lingkungan hidup dalam
konferensi PBB di Stocholm (1972), namun pembangunan pada
dekade ini kental dengan nuansa sentralistik, di mana perencanaan,
pelaksanaan bahkan pengawasan di daerah yang jauh dari ibukota
dan juga dari pusat kota dilakukan dan dikoordinasikan di dan oleh
pemerintahan pusat. Sebagian kecil pekerjaan pembangunan yang
diperbantukan dan didekonsentrasikan ke daerah. Dalam kondisi
tersebut pemerintah pusat berperan dominan. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa birokrat pusat dan tenaga ahli yang
bergandengan erat dengan pusat, termasuk dari perguruan tinggi
yang berlokasi dekat dengan pusat pemerintahan mendapat cipratan
mandat untuk terlibat lebih intens dalam pembangunan sentralistik
tersebut.
Pada masa tersebut bermunculan apilkasi yang diwarnai
pendekatan atau analisis kewilayahan yang lebih menekankan aspek
geografi fisik, juga walau tidak secara dominan dipertimbangkan pula
aspek geografi regional. Sebagai contoh adalah membludaknya
pendekatan kewilayahan seperti SWP dan SP (Satuan
Pengembangan) untuk mendorong kegiatan transmigrasi.
Pendekatan tersebut berakibat pada miskinnya pertimbangan atau
kajian sosial yang menempatkan manusia sebagai subjek
pembangunan.
Evaluasi Praktek Pelaksanaan
Meski pendekatan yang mempertimbangkan aspek sosial,
yang dimotori oleh kelompok geografi manusia dan geografi regional
telah berkembang dan didorong pula untuk tidak ditinggalkan dalam
implementasi, tetapi dalam prakteknya masih kurang mendapat
respons. Hal ini disebabkan ada persepsi bahwa untuk
mempertimbangkan aspek sosial perlu waktu lebih lama dan
kompleks, sehingga yang lebih berkembang adalah pertimbangan
fisik karena akan lebih cepat dan kasat mata atau terlihat nyata
dalam mendukung justifikasi untuk membangun. Aspek ekologi dan
sosial sebagai bagian yang telah juga diintrodusir, antara lain oleh
geografi manusia, masih jauh dari target untuk dipertimbangkan
secara seksama.
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
Hal itu menunjukkan, sebenarnya telah diintrodusir
pendekatan yang telah memadukan pendekatan fisik dan pendekatan
sosial dalam perencanaan pengembangan wilayah, khususnya dalam
aspek rencana tata ruang. Namun, ada faktor lain yang perlu
diperhatikan seperti peningkatan pertumbuhan wilayah yang sangat
pesat.
GEOGRAFII DAN PENATAAN RUANG PERIIODE 1980-1990 AN
Pendekatan dan Prakteknya
Ditandai dengan munculnya UU No. 4/1982 tentang
“Ketentuan Pokok Lingkungan Hidup” disertai dengan produk hukum
turunannya, maka banyak pendekatan dan analisis yang mengedepankan
aspek ekologi, satuan wilayah sungai (SWS) dan juga
sustainabilitas. Kondisi tersebut mendorong berkembanganya
pendekatan ekologi sebagai salah satu pendekatan yang diyakini
para ahli geografi. Euforia tersebut juga ditandai dengan
bermunculannya Pusat-Pusat Studi Lingkungan Hidup di berbagai
Perguruan Tinggi yang banyak sekali mendorong berkembangnya
analisa berbasis lingkungan seperti AMDAL dan lainnya.
Pendekatan satu sungai satu manajemen pun mulai mencuat
untuk diimplementasikan pada dekade ini. Hal ini ditandai dengan
munculnya pengelolaan sungai besar yang mengalir pada wilayah
lintas batas administrasi, terutama di Jawa, dalam satu manajemen.
Tidak kalah penting, juga penegasan pendekatan penataan ruang
yang disebutkan dalam dokumen Repelita V telah ikut mendorong
pendekatan ekologi dan pendekatan keruangan dalam disiplin
geografi berkembang pesat. Pendekatan-pendekatan tersebut telah
mendorong pula perkembangan teknik geografi seperti
diidentifikasinya teknik interpretasi foto udara, citra satelit (remote
sensing) dan sistem informasi geografi (SIG) berbasis computer dan
ICT (Information and Communication Tecnology) yang real time
dengan berbagai kecanggihan dan kelemahannya.
Evaluasi Praktek Pelaksanaan
Pendekatan itu, dalam prakteknya belum dilaksanakan secara
optimal. AMDAL misalnya lebih banyak sebagai pelengkap saja,
belum diterapkan secara konsisten. Hal ini tampak dengan munculnya
kasus AMDAL setelah atau saat proyek dilakukan. Bukan hanya
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-9
pendekatan itu saja yang mengalami de-optimalisasi implementasi,
tapi penggunaan teknik geografi seperti SIG juga masih terbatas
pada tataran wacana, belum pada track dalam tatanan pengambilan
keputusan. Implementasi pemetaan (remote sensing) dan SIG masih
digunakan secara sektoral dan terpisah, belum terintegrasi. Namun,
di sisi lain, semangat menggunakan SIG sebagai alat bantu penataan
ruang dalam berbagai kegiatan tampak sekali meningkat.
Lebih jauh, kian jelas terlihat, bahwa aspek manusia (atau
masyarakat) sebagai satu elemen penting dalam pembangunan
belum diposisikan seperti yang seharusnya. Hal ini terlihat jelas
dengan belum tingginya praktek memperankan masyarakat dalam
pembangunan dan juga semakin bersemangatnya pembangunan
yang masih kental dengan nuansa fisik.
GEOGRAFII DAN PENATAAN RUANG PERIIODE 1990-2000 AN
Pendekatan dan Prakteknya[if !mso]>
Deklarasi mengenai pembangunan dan lingkungan atau
Agenda 21 (1992) telah mendorong paradigma baru dalam
pembangunan wilayah di Indonesia. Hal tersebut ditandai antara lain
dengan munculnya UU No. 24/1992 tentang “Penataan Ruang”, juga
PP No.45/1992 tentang “Penyelenggaraan Otonomi Daerah”. Hal ini
telah mengendepankan aspek manusia (masyarakat) sebagai
konsideran penting dalam setiap kegiatan pembangunan. Selain itu,
juga mengangkat teknik geografi seperti SIG menjadi alat bantu
penataan ruang yang perlu terus dikembangkan.
Pendekatan kompleks wilayah (geografi terintegrasi) yang
lebih menonjolkan aspek masyarakat, yaitu yang mengedepankan
konsiderasi sosial dan HAM (Hak Asasi Manusia), dan dianalisis
dengan pendekatan kuantitatif dan lebih mantap lagi setelah
munculnya UU No.22/ 1999 tentang “Pemerintahan Daerah” dan UU
No. 25/1999 tentang “Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah”.
Pendekatan kompleks wilayah ini tampaknya cenderung berkembang
dengan dipasarkannya citra satelit skala besar seperti ikonos beserta
kecanggihan SIG yang berbasis web.
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-10
Evaluasi Praktek Pelaksanaan
Walau analisa kuantitatif yang ditetapkan dalam pendekatan
kompleks wilayah mulai menonjol, namun dalam pelaksanaannya
belum seperti yang diharapkan, terutama belum dimanfaatkannya
secara baik GPS (Geo Positioning Sattelite) sebagai elemen
penambah ketelitian spasial (lokasi) yang akan sangat membantu
akurasi analisa.
Aspek masyarakat (manusia) memang telah mulai diangkat
dalam pendekatan-pendekatan geografi, namun implementasinya
masih terlihat belum serius dan konsisten. Kata masyarakat atau
publik lebih banyak digunakan sebagai wahana untuk menjustifikasi
sesuatu yang menguntungkan satu fihak saja, belum diletakkan
dalam posisi yang seharusnya diajak bersama berbuat sesuatu.
KESIIMPULAN
Sebagai disiplin yang mempelajari permukaan bumi,
penyebaran dan interaksi antara manusia dengan lingkungannya,
geografi selalu terkait dengan ruang dan interaksi human being-nya.
Dalam upaya mewujudkan ruang yang bermutu, pendekatan geografi
yang mencakup pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan
pendekatan kompleks wilayah, memberikan kontribusi signifikan dan
dinamis sesuai perkembangan jaman, dalam konsep maupun implementasi
penataan ruang di tanah air.
Meski tidak mudah untuk dikuantifikasikan, namun peranan
geografi dalam penataan ruang dapat dengan mudah dirasakan
secara rasional. Sebagai disiplin yang sama-sama mengkaji masalah
wilayah atau ruang, geografi dan penataan ruang merupakan dua hal
yang saling melengkapi, dalam kerangka teori maupun praktek.
Bab 10 Teori dan Praktek Penataan Ruang
Peranan Geografi dalam Penataan Ruang di Indonesia
Sejarah Penataan Ruang Indonesia
- Muh. Dimyati -
X.3-11
DAFTAR PUSTAKA
1. BKTRN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Jakarta. 1992.
2. Dokumen Rencana Pembangunan Lima Tahunan I-V. Jakarta.
3. E.A.Wrigley. Changes in the Philosophy of Geography dalam
R.J Chorley and P. Haggett, Frontiers in Geographical
Teaching. London. 1965.
4. Hagget, Petter. Locational Analysis in Human Geography.
London: Edward Arnold. 1970.
5. Rahardjo Adisasmita. Kumpulan Karya Ilmiah dalam Bidang
Perencanaan dan Pembangunan Regional. Ujung Pandang.
1977/1978.
6. R. Bintarto dan Surastopo H. Metode Analisa Geografi.
LP3ES. Jakarta. 1979.
7. William Kirk. Problems in Geography. No. 221. vol XLVIII.
1963.
Peran Strategis Geografi Sebagai Disiplin Ilmu Multi-Variate
Oleh: Nasruddin, M.Sc Staf Pengajar Prodi Geografi FKIP Unlam Banjarmasin
Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang pernah disebut sebagai induk ilmu
pengetahuan (mother of sciences) mengalami pasang-surut peranannya untuk
memberikan sumbangan pemikiran
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan. Pemisahan geografi fisik
dan geografi manusia yang
terjadi kurang mencirikan jati diri geografi, dan jika kecenderungan pemisahan
tersebut semakin berlanjut jati diri
geografi akan pudar dan akan larut dalam disiplin ilmu lainnya, dan bahkan akan
kehilangan sebagian dari kompetensi
keilmuan geografi. Geografi terpadu atau geografi yang satu (unifying
geography) menjadi satu pilihan sebagai dasar
pembelajaran geografi yang diikuti dengan pendalaman keilmuan pada
masing-masing obyek material kajian geografi
tanpa melupakan obyek formalnya (Sutikno, 2008). Bidang ilmu geografi merupakan
salah satu ilmu yang sangat
istimewa, hal ini karena memiliki sifat multi-variate dimana beberapa bidang
kajian yang berbeda-beda dipelajari dan
membentuk satu kesatuan ilmu yang solid (Hadi Sabari Yunus, 2006). Sifat inilah
yang menguntungkan mereka yang
mempelajari geografi dengan bidang kajian yang poly entry memberikan keuntungan
dan peluang yang lebih besar dan
sebaliknya dengan beberapa ilmu lain yang kebanyakan bersifat mono entry
dibutuhkan pengkhususan dalam analisis
hingga bidang kerjanya. Sifat multi-variate merupakan kekuatan bidang kajian
geografi yang dicirikhasi oleh tiga
pendekatan (approach) utamanya yakni pendekatan keruangan (spatial),
kelingkungan (ecologycal) dan kompleks
wilayah (regional complex). Komponen inti dari geografi terpadu adalah ruang,
tempat/lokasi, lingkungan dan peta,
yang berdimensi waktu, proses, dan skala. Komponen inti geografi terpadu
tersebut dijadikan dasar untuk menentukan
kompetensi geografi, misalnya obyek material dari fenomena lingkungan biotik
dan abiotik pada lapisan hidup manusia,
yang sangat luas antara lain: penataan ruang, pengelolaan sumberdaya alam,
konservasi sumberdaya alam, penilaian
degradasi lingkungan, pengelolaan daerah aliran sungai, penilaian tingkat
bahaya dan bencana, penilaian risiko bencana
hingga fenomena sosial budaya. Kompetensi geografi tersebut selalu dikaitkan
dengan kepentingan umat manusia
(human oriented). Ilmu geografi yang memadukan konsep (unifying consepts)
antara physical fenomenon dan human
fenomenon dalam setiap bidang kajiannya merupakan polemik dalam sistem keilmuan
yang membutuhkan spesialisasi.
Penjerumusan ilmu geografi dalam rumpun ilmu eksakta maupun sosial tidak dapat
dipandang sebelah mata, karena hal
ini akan mengakibatkan kaburnya jati diri ilmu geografi yang memadukan dua
fenomena tersebut. Marginalisasi
keilmuan geografi, mulai terasa dalam sistem pendidikan nasional sejak adanya
pemilahan antara ilmu sosial dan
eksakta dalam kurikulum pendidikan nasional yang secara tidak langsung telah
mengaburkan jati diri geografi yang
harus memilih salah satu rumpun keilmuan di atas, padahal geografi merupakan
ilmu yang menjembatani antara eksakta
dan sosial (bridge science), puncaknya Tahun 2000-an disiplin ilmu ini pernah
direncanakan untuk dihapus dari
kurikulum pendidikan nasional, alasannya karena disiplin geografi tidak
memiliki jati diri keilmuan, apakah kelompok
eksakta atau sosial? Kesatuan konsep yang ditawarkan geografi dengan memadukan
fenomena fisik dan fenomena
manusia dalam setiap kajian analisisnya merupakan jati diri geografi yang
sebenarnya dan tentunya memiliki perbedaan
dengan ilmu yang bersifat mono disiplin yang menyoroti problem secara parsial,
padahal berbagai permasalahan
misalnya banjir merupakan fenomena yang membutuhkan solusi secara utuh, dan
menyeluruh (holistik) bukannya
parsial-parsial karena didalamnya terdapat multi permasalahan seperti unsur
alam (topografi, litologi, vegetasi, iklim,
cuaca, sistem DAS), unsur manusia (perilaku, distribusi, aktivitas) serta
interaksi keduanya misalnya penggunaan lahan
(landuse). Banyaknya permasalahan yang tidak mampu ditangani secara parsial
misalnya dalam penanganan banjir,
kemiskinan, longsor, pemanasan global, hilangnya pulau-pulau di wilayah
perbatasan, dan lain sebagainya semakin
menunjukkan eksistensi peran dari ilmu geografi untuk diberikan porsi yang
sepadan dengan peran strategisnya, seperti
halnya di negara-negara maju yang menyediakan serta menggalakkan pendidikan
geografi setingkat departemen,
fakultas hingga universitas/institut misalnya di Belanda, Jerman, Amerika
Serikat, di Inggris terdapat school of
geography. Banyaknya permasalahan seperti banjir, kemiskinan hingga
tercaploknya pulau-pulau terluar dari NKRI
merupakan fenomena geografis yang memiliki keanekaraman masalah baik dari
politik, ekonomi, sosial, budaya hingga
biogeofisik yang menjadi tantangan bagi geograf untuk memberikan sumbangsih
pemikiran dan pemecahan masalah
agar mampu berfikir secara global (menyeluruh/holistik) serta dapat diterapkan
sesuai dengan kondisi wilayahnya
“Think globally action locally” melalui suatu kajian secara
keruangan, kewilayahan dan kelingkungan
dengan analisis peta, foto udara, citra satelit, GIS, hingga survey lapangan.
Besarnya peran yang diberikan dalam ilmu
geografi melalui konsep, obyek kajian, pendekatan, hingga analisisnya tentunya
harus disambut dengan partisipasi
semua pihak untuk lebih memahami hakekat disiplin ilmu geografi dengan cara
memberikan posisi yang selayaknya
bukannya harus memilih dan ditempatkan pada satu rumpun ilmu tertentu tetapi
harus mampu berdiri sendiri agar
eksistensi keilmuannya tetap dipertahankan. Peran lembaga pendidikan khususnya
pendidikan formal perguruan tinggi,
sistem kurikulum, pemangku kebijakan, pemerintah daerah maupun pusat sangat
diharapkan dalam membantu
mewujudkan pendidikan geografi agar mampu berdaya saing dan bernilai guna.
Standar Kompetensi Bahan Kajian
1. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang
sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:
a. Mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul
sebagai akibat perbedaan yang ada di masyarakat.
9
Pendahuluan
b. Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan
perubahan sosial budaya.
c. Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat
multikultur.
2. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang
manusia, tempat, dan lingkungan dan menerapkannya untuk:
a. Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling
ketergantungan antara gejala alam dan kehidupan di muka bumi
dalam dimensi ruang dan waktu.
b. Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan
informasi geografis.
3. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang
perilaku ekonomi dan kesejahteraan dan menerapkannya untuk:
a. Berperilaku yang rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan
sumber daya ekonomi.
b. Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan
c. Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga
ekonomi.
d. Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.
4. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang
waktu, keberlanjutan dan perubahan dan menerapkannya untuk:
a. Menganalisis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat, dan
kejadian.
b. Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan
memprediksi masa depan.
c. Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural,
agama, etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman
belajar peristiwa sejarah.
5. Kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan
bernegara dan menerapkannya untuk:
a. Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum,
dan menjalankan peraturan.
10
Geografi
c. Berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat dan pemerintahan
yang demokratis; menjunjung tinggi, melaksanakan, dan
menghargai HAM.
G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Geografi di
SMA dan MA:
a. Memahami ciri-ciri fisik dan sosial budaya secara keruangan;
b. Memahami interaksi antara lingkungan fisik dan sosial budaya
wilayah tertentu;
c. Menggunakan konsep wilayah dalam menginterpretasikan
keragaman bumi;
d. Menggunakan peta dan tampilan geografis lainnya untuk mengelola
informasi fisik dan sosial budaya dalam konteks keruangan.
H. Rambu-Rambu
1. Dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran merupakan salah satu
perangkat dari Kurikulum berbasis Kompetensi. Dokumen ini
sebagai pedoman bagi pengembang kurikulum di daerah dan guru
untuk menyusun silabus.
2. Bahan ajar bagi siswa program Ilmu Alam adalah gejala geografis
yang bersifat fisik, sedangkan bagi siswa program Ilmu Sosial adalah
yang bersifat sosial. Akan tetapi, uraian tentang interaksi kedua gejala
geografis itu sangat baik jika dibahas baik di program Ilmu Alam
maupun Ilmu Sosial.
3. Pengorganisasian materi dilakukan dengan menggunakan struktur
keilmuan. Selain itu, materi disusun dengan pendekatan kemasyarakatan
yang semakin meluas (expanding community approach), mulai dari
lingkungan terdekat sampai pada lingkungan yang terjauh, dan dari materi
yang bersifat konkrit menuju pada materi yang bersifat abstrak.
4. Pembelajaran Geografi memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan
dan kompleks wilayah. Pengorganisasian materi dimulai dari pengenalan
11
Pendahuluan
fenomena geografis dengan memanfaatkan bentang alam sekitarnya
sebagai sumber informasi geografis. Bersamaan dengan kemajuan
teknologi informasi, Geografi mengembangkan sistem informasi dari yang
konvensional ke dalam penyajian mutakhir dalam bentuk teknologi
sistem informasi geografis. Siswa diharapkan secara bertahap melakukan
penyesuaian dalam penyajian informasi geografis mulai dari mendeskripsi
ulang dan menggambar ulang dengan bantuan berbagai alat sehingga
mampu menuangkan gagasan dalam bentuk peraga.
5. Dalam pembelajaran Geografi, lapangan merupakan sumber materi
dan sekaligus media belajar langsung. Lapangan sebagai sumber
informasi merupakan tantangan yang penuh dengan permasalahan
yang menuntut jawaban dan penyelesaiannya. Untuk memahami
fenomena geografis para siswa seyogyanya diajak melakukan kontak
langsung dengan lapangan dalam kegiatan kerja lapang (fieldwork).
6. Penilaian hendaknya tidak hanya dilakukan sesaat, akan tetapi harus
dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Di samping itu
penilaian bukan hanya menaksir sesuatu secara parsial, melainkan
harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses
dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dicapai siswa.
7. Sumber belajar yang utama bagi guru antara lain: buku, brosur, majalah,
surat kabar, poster, lembar informasi lepas, internet, CD-ROM , peta, foto,
dan lain-lain. Pengajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin
sumber belajar untuk memperkaya pembelajaran. Pengambilan materi
pelajaran dari sumber belajar sudah barang tentu harus dipilih, disaring
dan diselaraskan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
8. Untuk memperluas wawasan siswa dalam mempelajari konsepkonsep
Geografi, pemanfaatan teknologi informasi sangat
dimungkinkan dalam pembelajaran, misalnya untuk:
• Menyimpan dan menyajikan informasi
• Menggunakan file data geografis
• Memperoleh informasi dari internet dan CD-ROM
• Menggunakan e-mail dalam bertukar informasi
• Memanfaatkan perangkat pengolah data untuk menganalisis
hubungan gejala geografis
• Menyajikan informasi geografis dalam situs internet
HAKIKAT GEOGRAFI
Dalam filsafat ilmu pengetahuan ditegaskan bahwa suatu pengetahuan yang
sistematis disebut ilmu pengetahuan bila memiliki sekurang-kurangnya tiga
aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan aspek aksiologis atau
aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu pengetahuan dapat ditelusuri
melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan kehidupan manusia.
1. Aspek Ontologis
Aspek ontologis suatu disiplin ilmu pengetahuan menghendaki adanya rumusan
(batasan) mengenai obyek studi yang jelas dan tegas sehingga menunjukkan
perbedaan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli, Geografi merupakan studi tentang :
(1) Bentangan atau landskap.
(2) Tempat-tempat (jenis, Lukerman).
(3) Ruang, khususnya yang ada pada permukaan bumi (E. Kant).
(4) Pengaruh tertentu dari lingkungan alam kepada manusia (Houston, Martin).
(5) Pola-pola ruang yang beraneka ragam (Robinson, Lindberg, dan Brinkman).
(6) Perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (Hartshorne).
(7) Proses-proses lingkungan dan pola-pola yang dihasilkannya (Barlow-Newton).
( Lokasi, distribusi,
interdependensi, dan interaksi dalam ruang (Lukerman).
(9) Kombinasi atau paduan, konfigurasi gejala-gejala pada permukaan bumi
(Minshull).
(10) Sistem manusia-lingkungan.
(11) Sistem manusia-bumi (Berry).
(12) Saling hubungan di dalam ekosistem (Morgan, Moss).
(13) Ekologi manusia.
(14) Kebedaan areal dari paduan gejala-gejala pada permukaan bumi (Hartskorus).
Ini berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup interrelasi, interaksi, dan
interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu
dengan manusia. Pengertian bagian permukaan bumi itu mencakup juga lingkungan
fauna, flora, dan biosfer. Unsur ruang atau wilayah atau tempat itulah yang
menjadi perhatian geografi sejak dulu. Tidak ada disiplin ilmu lain yang
memperhatikan fakta tentang ruang, yang justru penting sebagai tempat dari aneka
ragam gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini. Geografi memperhatikan
ruang (space) dari sudut pandangan wilayah “an sich” dan bukan dari sudut
pandangan gejala-gejala yang terhimpun di dalamnya. Hal tersebut yang
membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang “area yang
kompleks” merupakan bagian perhatian utama dari geografi.
Pada hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat
keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek
yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi sebagai satu kesatuan studi
(unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen
insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan
faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan.
Gejala—interaksi—integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada
Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
Dalam perkembangannya, dengan obyek studi geografi tersebut melahirkan ilmu
pengetahuan Geografi Fisis (Physical Geography), Geografi Manusia (Human
Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography); dengan berbagai anak
cabangnya masing-masing.
2. Aspek Epistemologis
Aspek epistemologis (metodologis, pendekatan) geografi sejalan dengan aspek
epistemologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah dengan
pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di
dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak
dari pengamatan secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang
dianggap sudah diakui secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara umum
ini diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to the
particular). Pola pendekatan induksi-empiris berpangkal tolak dari pengamatan
dan pengkajian yang bersifat khusus, berdasarkan fakta dari gejala yang diamati
dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara umum (reasoning from the
particular to the general). Dengan metode induksi-empiris saja, maka hukum-hukum,
dalil-dalil dan teori-teori geografi hanya berlaku di suatu tempat dan
waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori geografi sangat
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Untuk menjembatani kedua
pendekatan yang berbeda ini geografi menggunakan metode pendekatan reflective
thingking; yaitu menggunakan atau menggabungkan pendekatan dedukif dan induktif
secara hilir-mudik dalam penelitian geografi.
Terdapat tiga macam cara untuk menyelidiki realita pada permukaan bumi (menurut
Kant, Hettner, Hartshorne):
a. Secara sistematis; yaitu mencari penggolongan, ketegori,
kesamaan dan keadaan dari gejala-gejala yang ada pada permukaan bumi.
Terjadilah ilmu-ilmu seperti biologi, fisika, kimia (tergolong ilmu-ilmu
pengetahuan alam), dan ilmu-ilmu seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, politik
(tergolong ilmu-ilmu pengetahuan sosial).
b. Secara kronologis (chronos = waktu); yaitu menyelidiki
gejala-gejala pada permukaan bumi dalam urutan-urutan waktu (palaeontologi,
arkeologi, sejarah).
c. Secara korologis (choora = wilayah); yaitu menyelidiki
gejala-gejala dalam hubungannya dengan ruang bumi (geografi, geofisika,
astronomi).
Dari ketiga macam pendekatan tersebut, ilmu geografi menggunakan (mengutamakan)
pendekatan korologis. Penggunaan peta adalah wujud dari pendekatan korologis
ini. Sehingga ada ahli geografi yang berkata, “Geografer adalah orang yang
bekerja dengan peta untuk menghasilkan peta.”
Orang yang berkecimpung dalam bidang geografi, sekurang-kurangnya harus
melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang berlaku pada sistem keruangan
[korologis] dan yang berlaku pada ekologi atau ekosystem. Bahkan untuk mengkaji
perkembangan dan dinamika suatu gejala dan atau suatu masalah, harus pula
menggunakan pendekatan historis atau pendekatan kronologis (Sumaatmadja, 1981).
3. Aspek Aksiologis
Adapun aspek aksiologi geografi adalah mengikuti pendekatan fungsional untuk
kesejahteraan manusia. Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang studinya
tersebut membuatnya menjadi cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal,
dan mengontrol yang diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan
wilayah. Aspek aksiologi ilmu pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi
Terapan.
a. Menjelaskan
Geografi harus dapat memberikan penjelasan tentang gejala-gejala obyek
studinya. Fungsi menjelaskan memungkinkan orang akan mengerti akan
gejala-gejala, bagaimana adanya (deskriptif) dan terjadinya serta mengapa itu
terjadi (analisis kausalitas). Penalaran dengan logika deduktif dan induktif
merupakan sarana dalam memberikan penjelasan itu. Penjelasan itu dapat
dilakukan secara kualitatif dan secara kuantitatif. Sistem Informasi Geografis
(SIG atau GIS = Geographic Information System) adalah inplikasi dari
fungsi-fungsi menjelaskan data dari gejala geografis.
b. Meramal
Geografi harus dapat meramal (memprediksi) gejala-gejala yang mungkin akan
terjadi ke depan. Fungsi meramal ini bertolak dari penjelasan yang telah
diberikan dan yang melahirkan pengertian pada orang lain. Dengan pengertian itu
orang dapat berbuat sesuatu, memanfaatkan gejala, menghindarinya, mencegah
terjadinya atau pun mengurangi ekses yang mungkin merugikan sebagai akibat
terjadinya gejala itu. Dengan pengertian ini, orang juga bisa membayangkan apa
kira-kira yang akan terjadi apabila suatu gejala tertentu muncul.
c. Mengontrol
Geografi harus dapat mengontrol gejala-gejala. Ramalan dalam geografi, seperti
juga dalam disiplin ilmu yang lainnya, memberikan stimuli bagi seseorang untuk
mengambil inisiatif atau pun mempertimbangkan berbagai alternatif. Karena
ramalan itu juga orang dapat mengatur segala sesuatu untuk mendorong
terjadinya, menyambutnya, menghindarinya, mencegahnya, atau pun mengatasinya.
Dengan hakekat demikian, maka geografi berperan untuk penyebaran efektif,
pemanfaatan potensi sumberdaya, dan perbaikan lingkungan dengan segala
dampaknya. Gerakan perbaikan kependudukan dan lingkungan hidup adalah salah
satu manifestasi dari fungsi mengontrol untuk menghindari, mencegah atau
mengatasi masalah yang sedang dan akan di hadapi di muka planet bumi ini.
Demikian juga dengan penerapan pendekatan geografi dalam perencanaan dan
pengembangan wilayah.
Aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis geografi seperti ini mempermudah
geografi membatasi dirinya sendiri dalam lingkup yang jelas.
Apabila ada yang membedakan ilmu dan pengetahuan menjadi kelompok ilmu-ilmu
pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, maka kedudukan geografi
adalah menjembatani kedua kelompok ilmu tersebut. Kalau “semua” gejala pada
permukaan bumi telah dipilih dan ditekuni oleh berbagai disiplin ilmu (selain
Geografi), maka tempat atau ruang atau area di mana segala kejadian dan gejala
itu terhimpun, tetap tidak menjadi perhatian ilmu-ilmu tersebut.
Untuk menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen
inti Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen
inti Geografi : ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment)
dan peta (maps).
Ruang menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat
dipandang sebagai pendekatan spasial-korologikal untuk Geografi. Ruang juga
mendominasi Geografi setiap waktu, ketika analisis spatial menjadi satu
pendeskripsi untuk satu bentuk dari pekerjaan geografis. Pola spasial umumnya
menjadi titik awal untuk kajian geografis; yang selanjutnya dapat dilacak
proses perubahan secara spasial dan sistem spasial.
Tempat merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat
terkait dengan kosep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik,
kemelimpahan dan batas. Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat manusia
bertem dan dapat dikenali, dinterpretasi dan dikelola. Dalam ahli geografi
manusia tempat merupakan refleksi dari identitas idividu maupun kelompok;
sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat merupakan refleksi dari perbedaan
lingkungan biofisik.
Lingkungan merupakan komponen inti Geografi ketiga yang
mencakup lingkungan alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagai
komponen inti yang memadukan dengan komponen geografi lainnya. Lingkungan
menjadi interface antara lingkungan alam dan budaya, lahan dan kehidupan,
penduduk dan lingkungan biofisikalnya.
Peta sebagai komponen inti Geografi keempat lebih merupakan
bentuk representasi, tehnik dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau
teori. Peta dipandang sebagai pernyerhanaan perpektif spasial dari
fenomena/peristiwa yang dikaji dalam Geografi.
Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen
tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalam kajian
Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar
konsep untuk disiplin Geografi secara utuh.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Hakikat Geografi
Pengertian geografi memunculkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga
menimbulkan kesan yang berbeda-beda pula. Menurut Karl Ritter, geografi
mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Sebagai tempat tinggal
manusia, bumi memiliki struktur dan pola yang terbentuk karena pengaruh
aktivitas manusia.Agar pengertian geografi tidak terlalu meluas, adanya hakikat
geografi dapat dijadikan sebagai batasan.
Terdapat 6 hakikat dari geografi, yaitu
sebagai berikut.
Geografi sebagai ilmu pengetahuan bio-fisik. Hakikat ini berlaku apabila yang
dipelajari atau dibahas adalah geografi fisik dan geografi biotik yang menjadi
dasar telaah atas seluk beluk tanah.
Geografi sebagai relasi timbal balik antara manusia dan alam. Hakikat ini
berlaku apabila yang dikaji adalah topik-topik sosial, contohnya pengangguran,
migrasi, dan kelaparan.
Geografi sebagai ekologi manusia. Di dalam hakikat ini yang dipelajari atau
dibahas (ditelaah) adalah adaptasi manusia terhadap lingkungan hidupnya.
Manusia tidak hanya dianggap dan diakui sebagai makhluk dari dunia
fisik-biotik, tetapi juga sebagai suatu kekuatan. Setiap masyarakat memiliki
kemampuan dan cara-cara adaptasi yang diwariskan secara turun-temurun dan
selalu dikembangkan. Akan tetapi, ekologi manusia lebih mengutamakan relasi
manusia dengan lingkungannya dan kurang memperhatikan adanya hubungan
antarwilayah.
Geografi sebagai telaah bentang alam. Di dalam hakikat ini geografi menelaah
tentang geomorfologi permukaan bumi sehingga dapat diketahui adanya persamaan
dan perbedaan bentuk-bentuknya.
Geografi sebagai telaah tentang sebaran gejala alam dan sosial. Di dalam
hakikat ini geografi menelaah gejala dan fenomena yang terjadi di mana-mana.
Oleh karena gejala dan fenomena tersebut terjadi di mana-mana dan berbeda-beda,
maka teknik penelaahan yang dilakukan pun berbeda-beda pula.
Geografi sebagai teori tentang ruang bumi. Di dalam hakikat ini yang dibahas
adalah kemampuan adaptasi manusia di dalam berperilaku sesuai dengan ruang
keberadaannya.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas
hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai
tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia
berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk
oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan
bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi
yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi
kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang
terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada
hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu
dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang
secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian
itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan
keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang
bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi
hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan
pertanyaan geografi.
Rasional
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala
perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan peningkatan
kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia
memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang
menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia
memahami karakteristik dunianya dan tempat hidupnya.
Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang
membentuknya, hubungan antara manusia dengan lingkungan, serta
pertalian antara manusia dengan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin
integratif, geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di
dunia, dalam menelaah manusia, tempat-tempat, dan lingkungannya.
Mata pelajaran Geografi mengembangkan pemahaman siswa tentang
organisasi spasial, masyarakat, tempat-tempat, dan lingkungan pada
muka bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang
membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial
ekologis di muka bumi, sehingga diharapkan siswa dapat memahami
bahwa manusia menciptakan wilayah (region) untuk menyederhanakan
kompleksitas muka bumi. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif untuk
menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi
manusia tentang tempat-tempat dan wilayah. Dengan demikian siswa
diharapkan bangga akan warisan budaya dengan memiliki kepedulian
kepada keadilan sosial, proses-proses demokratis dan kelestarian
ekologis, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya pada masa kini dan
masa depan.
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata
pelajaran Geografi, diharapkan membentuk siswa yang mampu
6
Geografi
mengembangkan darma baktinya untuk menjalin kerjasama dan
mengurangi konflik, sehingga siswa dapat bertindak secara sosial, spasial
dan ekologis serta bertanggung jawab, sebagai bekal hidupnya di
masyarakat dalam menghadapi fenomena lingkungan yang makin
terancam dan perekonomian global yang semakin kompetitif serta saling
bertautan.
B. Pengertian
Geografi mengkaji tentang aspek ruang dan tempat pada berbagai skala
di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam
dan kehidupan yang membentuk lingkungan dunia dan tempat-tempat.
Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai hasil dari proses
alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberi
dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi.
Untuk menjelaskan pola-pola gejala geografis yang terbentuk, dan
mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi, peta dan
tampilan geografis lainnya.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Fungsi pelajaran Geografi adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan
proses yang berkaitan.
b. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data
dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan
pengetahuan geografi.
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap
keragaman sosial-budaya masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan pembelajaran Geografi meliputi ketiga aspek sebagai
berikut:
7
Pendahuluan
Pengetahuan:
a. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan
pola keruangan dan proses-prosesnya.
b. Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan
keterbatasannya untuk dimanfaatkan.
c. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan
dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara/dunia.
Keterampilan:
a. Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan binaan.
b. Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data
dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan.
c. Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan
dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografis.
Sikap:
a. Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena
geografi yang terjadi di lingkungan sekitar.
b. Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab
terhadap kualitas lingkungan hidup.
c. Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam
pemanfaatan sumber daya.
d. Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan
budaya.
e. Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.
HAKIKAT GEOGRAFI
1. Pengertian Geografi.
Hasil Simlok IGI bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dari sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
2. Ruang Lingkup Geografi.
Studi geografi selalu menganalisis gejala manusia dan gejala alam dari segi
lokasi dan persebaran fenomena di
permukaan bumi, serta mencari interelasi dan interaksinya dalam ruang tertentu.
Rhoad Murphey mengemukakan tiga
pokok ruang lingkup geografi, yaitu sebagai berikut: a. Persebaran dan
keterkaitan penduduk di muka bumi dengan
sejumlah aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya. b.
Interaksi manusia dengan
lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah
c. Kajian terhadap region dan analisis
dari region yang mempeunyai ciri khusus.
3. Objek studi geografi
Para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa objek
studi geografi di dua.
a. Objek material geografi adalah fenomena geosfer terdiri atas litosfer,
atmosfer, hidrosfer, bisfer, dan antroposfer.
Misalnya pola permukiman desa-kota, DAS, bentangan alam, cuaca dan iklim.
b. Objek formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap objek material
geografi dari sudut pandang
keruangan dalam kontek kewilyahan dan kelingkungan. Objek formal meliputi
hal-hal sbb: - pola dari sebaran gejala
tertentu di muka bumi (spatial pattern) - keterkaitan sesame antar gejala
(spatial system) - perkembangan yang terjadi
pada gejala tersebut (spatial processes)
4. Hakikat Geograf.
Studi geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian keruangan tentang fenomena
dan masalah kehidupan manusia.
Studi itu disusun berdasarkan hasil observasi berbagai fenomena di lapangan.
Hasil observasi di lapangan akan
membentuk pola abstrak dari fenomena yang diamati. Pola abstrak itulah yang
disebut konsep geografi. Oleh karena itu,
tanpa kerja lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang hakikat fenomena
dan masalah kehidupan yang
sebenarnya.
Guna menghasilkan konsep fenomena geografi diperlukan analisis fenomena
manusia, fenomena alam, serta
persebaran dan interaksinya dalam ruang. Adapun untuk menunjukkan dan
menjelaskan fenomena tersebut
dipermukaan bumi diawali dengan mengajukan enam pertanyaan pokok. Yaitu what,
where, why, who, dan how
( 5W 1H). Misalnya untuk menjelaskan fenomena kelaparan maka pertanyaan yang
diajukkan adalah apa yang terjadi, di
mana fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu
terjadi, siapa saja yang sedang
mengalami, dan bagaimana usaha untuk mengatasinya.
5. Konsep geografi.
Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang esensial, yaitu
a. Konsep lokasi, yaitu letak di permukaan bumi.
Monas terletak di Jakarta
b. Konsep jarak, yaitu jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain. Harga
tanah di desa
murah karena jauh dari pusat keramaian kota.
c. Konsep keterjangkauan, yaitu hubungan suatu tempat dengan tempat
lainnya (jalan, komunikasi, dll). Masyarakat Badui terbelakang karena terisolir
dengan masyarakat lain.
d. Konsep pola,
yaitu adanya pola persebaran suatu fenomena, seperti permukiman memanjang,
memusat atau tersebar. Pemukiman
penduduk nelayan memanjang mengikuti garis pantai.
e. Konsep morfologi, yaitu bentuk permukaan bumi sebagai hasil
tenaga eksogen dan endogen ( misalnya pulau, peguungan, daratan, lereng dan
lembah. Setiap permukaan bumi
mempunyai manfaat yang berbeda-beda bagi manusia. Misalnya di daerah pegunungan
cocok untuk pertanian sayur-sayuran dan perkebunan.
f. Konsep aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu kawasan. (industri, pertanian,
permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempunyai tingkat
kehidupan sejenis. Oleh
karena itu muncul istilah daerah elit, kumuh (slum).
g. Konsep nilai kegunaan, berkaitan dengan manfaat dari fenomena
yang ada di permukaan bumi yang bersifat relative. Misalnya daerah wisata
mempunyai nilai kegunaan yang berlainan
bagi setiap orang, ada orang yang datang ke daerah wisata hanya sekali bahkan
ada yang berulang kali. h. Konsep
interaksi dan interdependency, yaitu peristiwa saling mempengaruhi antar
berbagai fenomena geosfer. Misalnya
interaksi antara desa dan kota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam
memanfaatkan potensi sumber daya antara di
desa dan di kota. i. Konsep diferensiasi area, berkaitan dengan perbedaan corak
antarwilayah di permukaan bumi,
dengan ciri khusus yang dapat dibedakan dengan wilayah lain atau dikenal dengan
istilah region. ( Asia Tenggara, Asia
Selatan Amerika Selatan) j. Konsep keterkaitan keruangan, yaitu hubungan
persebaran suatu fenomena dengan
fenomena lain di suatu tempat. Misalnya pegunungan mempunyai suhu lebih rendah
daripada di daerah dataran rendah.
Oleh karena itu sayuran, the dan pinus dapat tumbuh dengan baik di daerah
pegunungan.
6. Prinsip-prinsip Geografi.
Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian pengkajian (studi) dan pengungkapan
gejala, variasi, factor-faktor maupun masalah geografi. Secara teoritis prinsip
geografi terdiri dari:
a. Prinsip penyebaran, yaitu gejala dan fakta geografi, baik menyangkut keadaan
alam maupun kemanusiaan yang tersebar luas di permukaan bumi. Penyebaran
tersebut
tidak merata antara wilayah satu dengan wilayah hubungan (relasi) gejala/factor
yang satu dengan yang lain. lainnya.
dengan melihat dan menggambarkan gejala dan fakta pada peta, kita dapat
mengungkapkan
b. Prinsip interelasi, yaitu interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa
terdapat saling berhubungan antara gejala satu denga gejala lainnya atau antara
factor yang satu dengan factor lainnya dalam suatu ruang tertentu.
c. Prinsip deskriptif, yaitu prinsip untk memberikan penjelasan atau gambaran
lebih jauh tentang gejala atau masalah yang dipelajari atau sedang diselidiki.
Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab interaksi dan interkasi
antara factor yang satu dan lainnya. Dalam kerangka kerja geografi prinsip ini
tidak dapat ditinggalkan. d. Prinsip korologis atau
prinsip keruangan, bahwa dalam prinsip ini gejala-gejala, fakta-fakta, dan
masalah-masalah geografi ditinjau dari
penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam hubungannya terdapat pada ruang
tertentu. Yang dimaksud dengan ruang ini adalah permukaa bumi, baik secara
keseluruan maupun sebagian.
7. Pendekatan Geografi.
Geografi sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbale balik antara
fenomena dan permasalahannya
dengan pendekatan keruangan, ekologi, dan regional komplek.
a. Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui
penggambaran, letak distribusi, relasi, dan interelasinya. Sebagai contoh
adalah teori difusi yang menelaah adanya penjalaran atau pemekaran fenomena
dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
a. Pendekatan kelingkungan (ecological approach)
Pendekatan ini berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam
suatu ekosistem jika ada satu elemen berkembang diatas batas maksimal, maka
elemen yang lain akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
b. Pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan
ekologi. Disebut kompleks wilayah tertentu (areal differentiation). Karena
suatu anggapan bahwa interaksi antarwilayah akan berkembang bila terdapat
permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut. Dalam hubungan kompleks wilayah
ini, ramalan wilayah (region forecasting) dan perencangan wilayah (regional
planning) merupakan aspek-aspek yang menelaah fenomena
tertentu pada suatu region/wilayah secara fisik atau sosial.
Region adalah suatu bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik (cirri
khas yang sama), sehingga dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya.
8. Aspek Geografi
Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek sosial.
Aspek fisik mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer meliputi
litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer.
Aspek sosial mengkaji manusia dan kehidupannya di muka bumi. Di dalam hal ini
geografi mempelajari persebaran dan keaneka ragaman budaya.
Contoh aspek fisik berupa litosfer mengenai dataran tinggi dan aspek sosial
geografi dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi fisik di daerah dataan tinggi suhu uadar dingin, tanah subur berada di
jalur pegunungan sehingga penduduk
memanfaatkan daerah dataran tinggi untuk usaha perkebunan sebagai mata
pencaharian kehidupan sehari-hari.
Prinsip Geografi
Dalam menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan prinsip-prinsip geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip
Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena, gejala, fakta,
peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala ada yang teratur ada
yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang mengelompok, menyebar, memusat,
memanjang bergantung kepada keadaan fenomena. Pengertian fenomena atau gejala
diartikan sebagai : semua data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan bumi.
Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri dari : kekuatan, proses, biotis,
topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial : terdiri
dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya terdiri dari :
pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena
yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2. Prinsip
dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena tersebut secara
detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer
berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang dikaji,
disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat
yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu
kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita.
Berdasarkan jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat
tabel) dst....dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang satu dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau gejala di muka bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan dengan fenomena lain. Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada keterkaitan yang sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan fenomena dataran rendah... dst
4. Prinsip Korologi : Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada ruang tertentu. Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara prinsip-prinsip geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini dalam menganalisis fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan penggabungan prinsip yang ada. misalnya kita bicara tentang pasar pada suatu wilayah, maka pasar itu akan bergantung kepada fenomena pembeli, penjual, barang, transportasi, transaksi pada ruang tertentu pula.
HAKIKAT GEOGRAFI
Materi :
1. Pengertian Geografi.
Hasil Simlok IGI bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dari sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
2. Ruang Lingkup Geografi.
Studi geografi selalu menganalisis gejala manusia dan gejala alam dari segi
lokasi dan persebaran fenomena di
permukaan bumi, serta mencari interelasi dan interaksinya dalam ruang tertentu.
Rhoad Murphey mengemukakan tiga
pokok ruang lingkup geografi, yaitu sebagai berikut: a. Persebaran dan
keterkaitan penduduk di muka bumi dengan
sejumlah aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya. b.
Interaksi manusia dengan
lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah
c. Kajian terhadap region dan analisis
dari region yang mempeunyai ciri khusus.
3. Objek studi geografi
Para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa objek
studi geografi di dua.
a. Objek material geografi adalah fenomena geosfer terdiri atas litosfer,
atmosfer, hidrosfer, bisfer, dan antroposfer.
Misalnya pola permukiman desa-kota, DAS, bentangan alam, cuaca dan iklim.
b. Objek formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap objek
material geografi dari sudut pandang
keruangan dalam kontek kewilyahan dan kelingkungan. Objek formal meliputi
hal-hal sbb: - pola dari sebaran gejala
tertentu di muka bumi (spatial pattern) - keterkaitan sesame antar gejala
(spatial system) - perkembangan yang terjadi
pada gejala tersebut (spatial processes)
4. Hakikat Geograf.
Studi geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian keruangan tentang fenomena
dan masalah kehidupan manusia.
Studi itu disusun berdasarkan hasil observasi berbagai fenomena di lapangan.
Hasil observasi di lapangan akan
membentuk pola abstrak dari fenomena yang diamati. Pola abstrak itulah yang
disebut konsep geografi. Oleh karena itu,
tanpa kerja lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang hakikat fenomena
dan masalah kehidupan yang
sebenarnya.
Guna menghasilkan konsep fenomena geografi diperlukan analisis fenomena
manusia, fenomena alam, serta
persebaran dan interaksinya dalam ruang. Adapun untuk menunjukkan dan
menjelaskan fenomena tersebut
dipermukaan bumi diawali dengan mengajukan enam pertanyaan pokok. Yaitu what,
where, why, who, dan how
( 5W 1H). Misalnya untuk menjelaskan fenomena kelaparan maka pertanyaan yang
diajukkan adalah apa yang terjadi, di
mana fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu
terjadi, siapa saja yang sedang
mengalami, dan bagaimana usaha untuk mengatasinya.
5. Konsep geografi.
Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang esensial, yaitu a. Konsep
lokasi, yaitu letak di permukaan bumi.
Monas terletak di Jakarta b. Konsep jarak, yaitu jarak antara satu tempat
dengan tempat yang lain. Harga tanah di desa
murah karena jauh dari pusat keramaian kota. c. Konsep keterjangkauan, yaitu
hubungan suatu tempat dengan tempat
lainnya (jalan, komunikasi, dll). Masyarakat Badui terbelakang karena terisolir
dengan masyarakat lain. d. Konsep pola,
yaitu adanya pola persebaran suatu fenomena, seperti permukiman memanjang,
memusat atau tersebar. Pemukiman
penduduk nelayan memanjang mengikuti garis pantai. e. Konsep morfologi, yaitu
bentuk permukaan bumi sebagai hasil
tenaga eksogen dan endogen ( misalnya pulau, peguungan, daratan, lereng dan
lembah. Setiap permukaan bumi
mempunyai manfaat yang berbeda-beda bagi manusia. Misalnya di daerah pegunungan
cocok untuk pertanian sayur-
SMA Kristen 2 BPK Penabur Jakarta Online
http://smak2.com Powered by Joomla! Generated: 11 March, 2008, 10:10
sayuran dan perkebunan. f. Konsep aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu
kawasan. (industri, pertanian,
permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempunyai tingkat
kehidupan sejenis. Oleh
karena itu muncul istilah daerah elit, kumuh (slum). g. Konsep nilai kegunaan,
berkaitan dengan manfaat dari fenomena
yang ada di permukaan bumi yang bersifat relative. Misalnya daerah wisata
mempunyai nilai kegunaan yang berlainan
bagi setiap orang, ada orang yang datang ke daerah wisata hanya sekali bahkan
ada yang berulang kali. h. Konsep
interaksi dan interdependency, yaitu peristiwa saling mempengaruhi antar
berbagai fenomena geosfer. Misalnya
interaksi antara desa dan kota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam
memanfaatkan potensi sumber daya antara di
desa dan di kota. i. Konsep diferensiasi area, berkaitan dengan perbedaan corak
antarwilayah di permukaan bumi,
dengan ciri khusus yang dapat dibedakan dengan wilayah lain atau dikenal dengan
istilah region. ( Asia Tenggara, Asia
Selatan Amerika Selatan) j. Konsep keterkaitan keruangan, yaitu hubungan
persebaran suatu fenomena dengan
fenomena lain di suatu tempat. Misalnya pegunungan mempunyai suhu lebih rendah
daripada di daerah dataran rendah.
Oleh karena itu sayuran, the dan pinus dapat tumbuh dengan baik di daerah
pegunungan.
6. Prinsip-prinsip Geografi.
Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian pengkajian (studi) dan pengungkapan
gejala, variasi, factor-faktor maupun
masalah geografi. Secara teoritis prinsip geografi terdiri dari: a. Prinsip
penyebaran, yaitu gejala dan fakta geografi,
baik menyangkut keadaan alam maupun kemanusiaan yang tersebar luas di permukaan
bumi. Penyebaran tersebut
tidak merata antara wilayah satu dengan wilayah hubungan (relasi) gejala/factor
yang satu dengan yang lain. lainnya.
dengan melihat dan menggambarkan gejala dan fakta pada peta, kita dapat
mengungkapkan
b. Prinsip interelasi, yaitu interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa
terdapat saling berhubungan antara gejala
satu denga gejala lainnya atau antara factor yang satu dengan factor lainnya
dalam suatu ruang tertentu. c. Prinsip
deskriptif, yaitu prinsip untk memberikan penjelasan atau gambaran lebih jauh
tentang gejala atau masalah yang
dipelajari atau sedang diselidiki. Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan
sebab-sebab interaksi dan interkasi antara
factor yang satu dan lainnya. Dalam kerangka kerja geografi prinsip ini tidak
dapat ditinggalkan. d. Prinsip korologis atau
prinsip keruangan, bahwa dalam prinsip ini gejala-gejala, fakta-fakta, dan
masalah-masalah geografi ditinjau dari
penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam hubungannya terdapat pada ruang
tertentu. Yang dimaksud dengan
ruang ini adalah permukaa bumi, baik secara keseluruan maupun sebagian.
7. Pendekatan Geografi.
Geografi sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbale balik antara
fenomena dan permasalahannya
dengan pendekatan keruangan, ekologi, dan regional komplek.
a. Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui
penggambaran, letak distribusi, relasi,
dan interelasinya. Sebagai contoh adalah teori difusi yang menelaah adanya
penjalaran atau pemekaran fenomena
dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
a. Pendekatan kelingkungan (ecological approach)
Pendekatan ini berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam
suatu ekosistem jika ada satu elemen
berkembang diatas batas maksimal, maka elemen yang lain akan mengalami
penurunan kualitas dan kuantitas. b.
Pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan
ekologi. Disebut kompleks
wilayah tertentu (areal differentiation). Karena suatu anggapan bahwa interaksi
antarwilayah akan berkembang bila
terdapat permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut. Dalam hubungan
kompleks wilayah ini, ramalan wilayah
(region forecasting) dan perencangan wilayah (regional planning) merupakan
aspek-aspek yang menelaah fenomena
tertentu pada suatu region/wilayah secara fisik atau sosial.
Region adalah suatu bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik (cirri
khas yang sama), sehingga dapat
dibedakan dengan daerah sekitarnya.
8. Aspek Geografi
Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek sosial.
Aspek fisik mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer
meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer dan
SMA Kristen 2 BPK Penabur Jakarta Online
http://smak2.com Powered by Joomla! Generated: 11 March, 2008, 10:10
biosfer.
Aspek sosial mengkaji manusia dan kehidupannya di muka bumi. Di dalam hal ini
geografi mempelajari persebaran dan
keaneka ragaman budaya.
Contoh aspek fisik berupa litosfer mengenai dataran tinggi dan aspek sosial
geografi dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi fisik di daerah dataan tinggi suhu uadar dingin, tanah subur berada di
jalur pegunungan sehingga penduduk
memanfaatkan daerah dataran tinggi untuk usaha perkebunan sebagai mata
pencaharian kehidupan sehari-hari.
Pergertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang menpelajari/menkaji bumi dan segala sesuatunya yang ada diatasnya seperti penduduk ,flora dan fauna,iklim,udara dan segala interaksi yang berada pada ruang,region,waktu.
Asal kata dari geografi berasal dari bahasa yunani yaitu geos yang artinya bumi dan grafein yang artinya melukisakan,menceritakan atau menguraikan tentang bumi atau geosfer.pergertian geografi menurut para ahli sangatlah bermacam- macam sesuai dengan kemampuan masing,karena tiap para ahli memadang geografi secara berbeda - beda.berikut ini akan disampaikan geografi menurut pendapat para ahli :
1. Prof. Bintarto : Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
2. Claudius Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
3. Erastothenes : geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
4. Ellsworth Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
5. Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
6. Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
7. John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
8. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
9. Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
10. Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
11. Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
12. Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
13. Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
14. UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.
Pengertian Geografi
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
• Where is it?
• Why is it there?
• So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Apakah Geografi itu?
Sesungguhnya ilmu bumi tidak sama dengan geografi. Ilmu bumi lebih tepat jika
disamakan dengan geologi, yaitu ilmu yang mengkaji bumi secara menyeluruh.
Geologi mengkaji kulit bumi hingga inti bumi tanpa membahas hubungannya dengan
manusia.
Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata geos yang artinya
bumi dan graphein yang artinya tulisan atau lukisan. Istilah itu pertama
kali dikemukakan oleh Erathostenes (176-194 SM). Secara umum geografi berarti
tulisan atau lukisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi lebih dikenal
sebagai ilmu bumi. Lebih dari sekadar ilmu tentang bumi, geografi tidak hanya
mengkaji bumi dan isinya saja. Akan tetapi, geografi juga mengkaji
gejala-gejala alam yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan
antroposfer.
Di Indonesia pengertian dan batasan geografi telah disepakati dalam seminar dan
lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang pada tahun 1989, yaitu
sebagai berikut.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di
geosfer (muka bumi) dengan sudut pandang kelingkungan (ekologis) dan
kewilayahan (regional) dalam konteks keruangan (space).
Pengertian Geografi
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Definisi 1: |
Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing. |
Definisi 2: |
“Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction. |
Definisi 3: |
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine. |
Definisi 4: |
Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan’. |
Definisi 5: |
Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. Definisi geografi menurut beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:
Definisi Geografi
geo berarti bumi dan graphein berarti lukisan, Geografi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari lukisan tentang bumi.
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang menceritakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk serta memperlajari corak khas mengenai kehidupan dan mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Geografi adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi.
Geografi yaitu uraian tentang bumi dengan segenap isinya yakni manusia ditambah dengan dunia hewan dan dunia tumbuh-tumbuhan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geografi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
Ilmu Bumi ialah ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan sifat permukaan bumi, serta penduduknya disusun menurut letaknya dan terdapat berbarengan dan timbal balik dari sifat-sifat serta gejala-gejala tersebut.
Geografi menggambarkan latar belakang ilmiah, semacam panggung tempat berlangsungnya peristiwa-peristiwa sejarah sehingga memperoleh makna. Semua gejala dan bentuk - bentuk alam dengan umat manusia mengorganisasikannya dalam suatu kerangka dasar asosiasi geografi yang khas tentang tanah dan manusia pada permukaan bumi. Suatu Ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dari berbagai sifat (beraneka musim) dipermukaan bumi. Geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional tentang sifat variabel di permukaan bumi. Geografi adalah selalu ingin menjelaskan gejala-gejala dari segi hubungan keruangan. |
Dalam Seminar Peningkatan Relevansi Metode Penelitian Geografi tanggal
24 Oktober 1981 Prof. Bintarto dalam papernya berjudul Suatu Tinjauan Filsafat
Geografi mengemukakan definisi Geografi sebagai berikut: Geografi mempelajari
hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta
permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan
program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984).
Seminar dan lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP
Semarang kerjasama dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi:
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbedaan dan persamaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks
keruangan.
Menurut wikipedia :
Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik
dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani
yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau
"menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang
terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak
hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan
tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang."
Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Geografer menggunakan empat pendekatan:
* Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang
kemudian dibahas secara global
* Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah
tertentu atau lokasi di atas planet.
* Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan
populasinya.
* Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada
wilayah geografis tertentu.
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada
abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang
berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes
dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan
bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh
permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan
informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius
Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini
berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf
terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis
terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya
yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau
fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia
sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang
hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam
kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut
ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian
diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Definisi 1: Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan
sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu
pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya
masing-masing.
Definisi 2: “Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan
oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial
Interaction.
Definisi 3: Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di
muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia
mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
Definisi 4: Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin
menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan’.
Definisi 5: Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan
lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan
kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan
dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami
perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli
tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut
adalah mengkaji:
1. bumi sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional
(kewilayahan).
Pengertian Geografi
Oleh: Heriyanto Chanra, S.IP*)
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada
abad ke-1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang
berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut,
maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap
sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan
bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh
permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan
informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius
Ptolomaeus dibukukan, diberi nama 'Atlas Ptolomaeus'.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini
berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf
terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis
terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya
yang terkenal adalah "Gen re de vie". Perbedaan kedua faham tersebut,
kalau fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga
hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia
sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang
hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam
kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut
ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian
diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
Definisi 1: Preston e James berpendapat bahwa, "Geografi dapat diungkapkan
sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan" karena banyak bidang ilmu
pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya
masing-masing.
Definisi 2: "Geografi adalah interaksi antar ruang". Definisi ini
dikemukakan oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial
Interaction.
Definisi 3: Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di
muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia
mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
Definisi 4: Paul Claval (1976) berpendapat bahwa 'Geografi selalu ingin
menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan'.
Definisi 5: Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan
lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan
kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan
dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami
perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli
tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut
adalah mengkaji:
1. bumi sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional
(kewilayahan).
A. GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI 1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya. Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani). Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya. Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati. Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya. |
|
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan. Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi. |
|
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks. Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu. Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan). |
Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
Objek Studi Geografi
Geografi memiliki cara berfikir yang khas dan berbeda dengan ilmu pengetahuan
yang lain karena geografi menekankan pembahasannya pada gejala-gejala fisik dan
sosial dalam hubungan saling kebergantungan.
Objek studi geografi pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu objek studi
material dan objek studi formal.
Objek Studi Material. Objek studi material adalah segala materi yang menjadi
kajian dalam geografi. Sesuai dengan pengertian geografi maka yang menjadi
objek studi material adalah segala fenomena geosfer, baik fisik maupun sosial.
Objek studi material fisik antara lain iklim, tanah, dan air, sedangkan objek
studi material sosial antara lain persebaran penduduk, mobilitas penduduk, dan
pola permukiman.
Objek Studi Formal. Objek studi formal adalah sudut pandang atau cara berfikir
terhadap gejala geosfer sebagai objek material geografi, baik fisik ataupun
sosial. Objek studi formal inilah yang selanjutnya dapat membedakan geografi
dengan ilmu-ilmu yang lain.
Sudut pandang geografi adalah ruang dan waktu. Sudut pandang ini berbeda dengan
sudut pandang ilmu yang lain. Contohnya, sejarah yang menitikberatkan pada
waktu (time), antropologi pada budaya (culture), ekonomi pada biaya (cost) dan
hukum pada norma (norm, standard). Akan tetapi, ilmu-ilmu tersebut objek
materialnya sama, yaitu membahas hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya.
Gejala-gejala Geografi dalam Hidup Sehari-hari
Gejala-gejala geografi yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, tercermin dalam berbagai hal, antara lain dalam persebaran pemukiman, persebaran pusat-pusat aktivitas penduduk (sekolah, rumah, pasar dan industri), peristiwa alam seperti banjir, gempa, letusan gunung api, cuaca, iklim dan sebagainya.
Di dalam geosfer peristiwa-peristiwa alam banyak yang berkaitan dengan kehidupan manusia secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung maksudnya manusia dapat merasakan sedangkan tidak langsung maksudnya berpengaruh terhadap manusia walaupun manusia tersebut tidak semua merasakannya.
Dalam uraian berikut akan dijelaskan obyek kajian material dan obyek kajian formal dalam kaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Kajian Obyek Material Geografi dalam kaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari
1. Gejala pada Atmosfer |
|
• |
Terjadi perubahan musim. |
• |
Bisa juga berpengaruh pada jenis pakaian yang digunakan penduduk, misalnya di daerah beriklim dingin, pakaian yang digunakan tebal-tebal.Bisa juga berpengaruh pada jenis pakaian yang digunakan penduduk, misalnya di daerah beriklim dingin, pakaian yang digunakan tebal-tebal. |
2. Gejala pada Hidrosfer |
|
• |
Besar kecilnya air limpasan, selain dipengaruhi oleh besar dan lamanya hujan juga dipengaruhi oleh penggunaan lahan oleh manusia. Bila perbukitan yang seharusnya dijadikan tempat peresapan air, dijadikan untuk permukiman, atau kegiatan pertanian yang tidak memperhatikan pelestariannya, maka air limpasan semakin banyak. Air limpasan yaitu air yang mengalir di permukaan tanah (run off). |
• |
Besar kecilnya cadangan air tanah dipengaruhi banyak sedikitnya peresapan air ke dalam tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jenis batuan dan jenis penutup lahan. Cadangan air tanah juga dipengaruhi oleh cara manusia memanfaatkannya. Bila manusia memanfaatkan air tanah secara boros, maka ketersediaannya akan cepat habis. |
3. Gejala pada Lithosfer |
|
• |
Untuk mengurangi tingkat erosi, pemanfaatan lahan di daerah miring dilakukan dengan membuat sengkedan (terrasering). |
• |
Supaya tidak terjadi penurunan daya dukung lahan, maka harus diupayakan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan kemampuan lahannya. |
4. Gejala pada Biosfer
Keanekaragaman flora dan fauna menyebabkan keanekaragaman konsumsi bahan
pangan. Pada daerah penghasil padi penduduk makan nasi dari beras, pada daerah
gandum menggunakan terigu sebagai bahan untuk membuat makanannya. Keberadaan
hewan juga demikian, contoh orang Thailand menggunakan gajah untuk membantu
pekerjaannya, sedangkan di Indonesia penduduk memanfaatkan kuda, sapi dan
kerbau. Hal ini disebabkan karena keberadaan dari hewan-hewan itu.
5. Gejala pada Antroposfer
Manusia di permukaan bumi beragam adat dan budayanya, hal ini mengakibatkan
interaksi antara penduduk yang berbeda. Penduduk mempunyai keahlian yang
berbeda-beda pula sehingga terjadi saling membutuhkan. Penduduk juga menempati
tempat yang berbeda-beda kondisi alam dan sumberdayanya, hal ini menyebabkan
kehidupannya juga menjadi beragam karena memanfaatkan alam yang berbeda perlu
pengolahan dan alat yang berbeda pula.
Jadi perlu Anda ingat, ruang lingkup geografi secara umum adalah sama luasnya dengan objek studi yang menjadi kajian geografi, yaitu meliputi semua gejala geosfer baik gejala alam maupun gejala sosial serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Objek Studi Geografi
Menurut para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) melalui seminar dan lokakarya nasional di Semarang, telah bersepakat mengenai objek studi geografi. Menurut IGI objek geografi adalah: Objek material dan objek formal.
1. |
Objek Material Geografi |
|||||||||
|
Objek material geografi yaitu merupakan sasaran atau yang
dikaji dalam studi geografi. |
|||||||||
|
- |
Atmosfer, yaitu lapisan udara: cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan Meteorologi, dll. |
||||||||
|
- |
Lithosfer, yaitu lapisan batu-batuan yang dikaji dalam Geologi, Geomorfologi, Petrografi, dll. |
||||||||
|
- |
Hydrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam Hidrologi dan Oceanografi, dll. |
||||||||
|
- |
Biosfer, yaitu lapisan kehidupan: flora dan fauna yang dikaji dalam Biogeografi, Biologi, dll. |
||||||||
|
- |
Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan lapisan lainnya.Tema sentral artinya diutamakan dalam kajiannya. |
||||||||
|
Jadi dalam mengkaji objek studi geografi tersebut diperlukan pengetahuan dari disiplin ilmu lain seperti Klimatologi, Geologi, Hydrologi, dan sebagainya. Singkatnya geografi berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 1.1. Gambar 2. Hubungan antara geografi dengan ilmu-ilmu lain. |
|||||||||
2. |
Objek Formal Geografi |
|||||||||
|
Kalau objek material geografi bersangkut-paut dengan bahan kajian, maka objek formal geografi bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi), kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).
Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkaji suatu permasalahan, geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi manusia yang keduanya tak dapat dipisahkan. Bahkan masingmasing cabang geografi saling membutuhkan dan saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya, tentang objek geografi Anda dapat melihat skema berikut. Setelah mempelajari kegiatan 1 dan memahaminya, maka Anda dapat mengerjakan tugas/tes mandiri. GEOGRAFI : |
• |
Sebagai kajian ilmiah, geografi selalu mempelajari gejala di bumi (fenomena geosfer) yang bertumpu pada konteks keruangan dan kewilayahan. Oleh karena itu paling sedikit ada tiga pertanyaan yang dapat dijawab melalui kajian geografi, yaitu mengenai apa, di mana dan mengapa suatu gejala terjadi di permukaan bumi. |
||||
• |
Dua hal yang menjadi objek geografi, yakni objek material dan objek formal. Objek material berkaitan dengan isi atau bahan kajian, sedangkan objek formal menyangkut metode atau pendekatan pengkajian. |
||||
• |
Objek kajian (objek material) geografi adalah fenomena geosfer meliputi atmosfer, lithosfer, biosfer, hydrosfer, dan anthroposfer. |
||||
• |
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai gejala-gejala geografi yang tercermin dalam beberapa hal antara lain: persebaran pemukiman, persebaran pusat kegiatan, banjir, letusan gunung api, gempa dan sebagainya. |
||||
• |
Untuk mengkaji geografi secara tepat dan ilmiah, perlu dukungan ilmu-ilmu yang merupakan cabang dari geografi seperti: Geomorfologi, Meteorologi, Oceanografi maupun disiplin ilmu lain, seperti: Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi dan sebagainya. Obyek Studi GeografiObyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni: Objek MaterialObjek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:
Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
Terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia. Objek FormalMetode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,
Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai kepentingan.
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
|
Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Ruang Lingkup Geografi
Pengertian tentang geografi di atas menunjukkan bahwa yang
dipelajari dalam geografi ternyata sangat luas. Oleh karena itu, perlu adanya
batasan yang menjadi ruang lingkup bahasan geografi. Ruang lingkup bahasan
geografi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut.
Geografi Fisik: Geografi fisik mempelajari
gejala-gejala alam di permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer,
hidrosfer, dan biosfer. Gejala-gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk,
relief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi, serta tentang proses-proses
fisik yang terjadi di darat, laut, dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan
hidup manusia.
Geografi Sosial: Geografi sosial mempelajari
segala aktivitas kehidupan manusia di bumi dan interaksinya dengan lingkungan,
baik dalam lingkungan sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa geografi sosial (geografi manusia) mempelajari dampak aktivitas
manusia terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap manusia.
Geografi Regional: Geografi regional
mempelajari topik atau bahasan khususnya yang mencakup suatu daerah atau
wilayah tertentu. Geografi regional merupakan bahasan yang menyeluruh, baik
dari aspek fisik ataupun sosial sehingga dianggap sebagaio bentuk tertinggi
dalam geografi.
Struktur Ilmu Geografi
Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi beberapa percabangan,
Geografi Fisik
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik,
- Geologi
- Geomorfologi
- Meteorologi dan Klimatologi
- Hidrologi
- Oceanografi
- Biogeografi
- Kosmografi
- Pedologi
Geografi Manusia
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi manusia,
- Geografi Ekonomi
- Demografi
- Geografi Politik
- Etnografi
- Geografi Sosial
- Geografi Industri
- Geografi Pariwisata
- Geografi Sejarah
- Geografi Pertanian
- Geografi Transportasi
Geografi Regional
Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas,
- Geografi Regional berdasar Zonasi
Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa, Geografi Kota
- Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara, Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia
Geografi Teknik
Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi teknik terbagi atas,
Ruang Lingkup Geografi
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:
- Kajian terhadap wilayah (regional);
- Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah;
- Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya
Ruang Lingkup Kajian Geografi Regional
1. Apa yang menjadi ruang lingkup kajian geografi regional?
Geografi regional dianggap sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang di wilayah tertentu baik secara lokal, negara maupun benua. Yang dibicarakan semua gejala di wilayah yang bersangkutan baik gejala fisik maupun manusia.
Geografi Regional mengkaji:
a. Lokasi (location)
lokasi adalah konsep geografi terpenting, karena lokasi dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Lokasi dapat menjawab pertanyaan di mana (where) dan mengapa di sana (why is it thre) tidak di tempat lain.
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, gejala, peristiwa lain. Ada dua komponen lokasi yaitu arah dan jarak. Arah menunjukkan posisi suatu tempat bila dibandingkan dengan tempat dimana kita berada. Sedangkan jarak adalah ukuran jauh atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut.
Ada dua macam lokasi, yaitu:
1. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut ini mutlak adanya dan dapat dipercaya karena massa daratan relatif tetap, perubahannya kecil sekali dan berlaku umum di seluruh dunia. Melalui lokasi absolut kita dapat mengetahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi.
2. Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah sekitarnya. Kondisi dan situasi disini dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya dan keberadaan transportasi dengan daerah disekitarnya. Seperti Indonesia terletak diantara dua samudera dan dua benua. Dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis karena berada di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda yaitu Asia dan Australia. Kedua benua tersebut mempunyai kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.
b. Tempat (place)
tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan [if !mso]>sosial suatu daerah. Suatu tempat dibentuk oleh karakter fisik (seperti iklim, jenis tanah, tata air, morfologi, flora dan fauna) dan manusia yang hidup di dalamnya (seperti jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan, pendapatan dan kebudayaannya).
Dalam mengkajisuatu tempat, kita dapat melihatnya dari dua aspek yaitu site dan situasi. Site berkenaan dengan kondisi internal suatu tempat atau daerah, seperti iklimnya, keadaan tanah, topografi, penduduknya, dan segala sumber daya yang terkandung di dalamnya.
Situasi adalah kondisi eksternal suatu tempat atau kondisi suatu tempat bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
c. Hubungan Timbal balik (interelasi)
setiap gejala dipermukaan bumi ini pada dasarnya adalah hasil hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat berupa antar faktor fisik, faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia.
Contoh hubungan antar faktor fisik: ketinggian tempat dengan faktor iklim makro; kemiringan lereng dengan erosi; kesuburan lahan dengan jenis batuan; ketersediaan air tanah dengan curah hujan.
Contoh hubungan antara faktor manusia: perdagangan; transportasi; komunikasi dan organisasi.
Contoh hubungan antara faktor manusia dan faktor fisik: penggundulan hutan oleh manusia yang dapat menimbulkan banjir; penggalian bahan tambang yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; irigasi untuk pengairan; industri yang dapat meningkatkan daya dukung lahan dan pemanfaatan sinar matahari untuk sumber energi dan pertanian (greenhouse).
d. Gerakan (movement)
Setiap gejala di permukaan bumi mengalami gerakan. Gerakan obyek tersebut ada yang tampak dan tidak tampak. Gerakan ini menjadi kajian geografi untuk memahami latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi dan dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Contohnya adalah terjadinya berbagai macam usaha tani sebagai akibat dari adanya perbedaan iklim; perbedaan iklim disebabkan oleh adanya sirkulasi udara secara global di atmosfer.
e. Perwilayahan (regionalisasi)
Tema yang paling mendasar dari studi geografi adalah region, adapun kajian utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya. Regionalisasi pada dasarnya adalah pengklasifikasian atau pengelompokan data kedalam data sejenis. Dari pengelomp[okan tersebut maka akan tampak daerah yang menunjukkan persamaan dan perbedaan. Kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan daerah lainnya disebut region. Karakteristik atau ciri khas daerah suatu tempat itu dapat berupa karakteristik aspek fisik, manusia atau gabungan keduanya.
Jenis region menurut Stephen L.J. Smiith:
<!--[if !supportLists]–>1. region apriori : region yang dibuat tidak berdasarkan regionalisasi secara metodologis, jadi unsur kesamaannya dibentuk oleh pandangan yang bersifat individual atau kepentingan tertentu seperti unsur politik, kebiasaan setempat atau keuntungan-keuntungan lainnya secara sepihak.
2. region formal atau regional homogenius : region yang dibentuk karena adanya kesamaan kenampakan secara internal.
3. regional fungsional : region yang dibentuk oleh tinggi atau rendahnya derajat interaksi antar tempat di permukaan bumi.
Pembagian regionalisasi berdasarkan presepsi individual yaitu:
1. Region uniform atau formal
Region uniform atau region statis yaitu region yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan, termasuk iklim, vegetasi, tanah, landform, pertanian atau penggunaan lahan lain.
2. Region nodal
Region nodal atau region dinamis ditandai oleh gerak dari dan ke pusat. Pusat ini disebut sebagai node.
Region nodal dikatakan dinamis sebab didefinisikan sebagai gerakan bukan objek yang statis dan terdapat fungsi suatu tempat sebagai pusat sirkulasi.
Terdapat 4 unsur yang esensial dalam struktur regional nodal, yaitu:
1. adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia
2. adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara terorganisir
3. adanya wilayah yang makin meluas
4. adanya jaring-jaring rute tempat tukar-menukar berlangsung
2. Apa unsur-unsur esensial dalam geografi regional?
Geografi regional mempelajari hubungan yang bertautan antara aspek-aspek fisik dengan aspek-aspek manusia dalam kaitan keruangan di suatu wilayah (region) tertentu. Melalui interpretasi dan analisis geografi regional maka ciri khas suatu wilayah dapat ditonjolkan sehingga perbedaan antar wilayah akan nampak semakin jelas.
Geografi regional adalah geografi yang mempelajari kewilayahan atas dasar luas dan sempitnya daerah tersebut. Jadi, unsur esensial dalam geografi adalah region atau wilayah. Region adalah suatu wilayah yang mempunyai kesamaan yang dapat dilihat dari unsur fisikal, unsur manusia maupun gabungan antara keduanya.
Wittlesay mengemukakan unit-unit region dapat dibentuk oleh:
1. kenampakan iklim saja, tanah saja, sehingga menunjukkan areal saja.
2. multiple feature region (region yang menunjukkan kenampakan majemuk seperti gabungan antara jenis tanah dan tumbuhan, tumbuhan dengan budidaya bercocok tanam).
3. region total atau compage yang terdiri atas banyak unsur fisik dan manusianya seperti provinsi, negara atau kawasan tertentu.
Bintarto mengemukakan bahwa region dapat dilihat dari:
1. a. Keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu (region uniform)
b. wilayah dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berhubungan dengan garis melingkar (nodal region)
2. a. Generic region, klasifikasi wilayah yang terutama menekankan pada jenisnya, fungsinya diabaikan.
b. spesific region, klasifikasi wilayah berdasarkan kekhususannya merupakan daerah tunggal mempunyai ciri-ciri geografi yang khusus.
3. wilayah yang dalam klasifikasinya menggunakan metode statistik deskriptif.
Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembelajaran Geografi di SMA dan MA adalah:
1. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG)
2. Dinamika perubahan atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer, dan
antroposfer
3. Sumber daya alam dan pemanfaatannya
4. Lingkungan hidup
5. Konsep dasar perwilayahan
6. Negara maju dan negara berkembang
Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
a. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
b. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
c. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
d. Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
a. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
b. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
c. Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
b. Geografi Manusia
1) Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
2) Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3) Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
4) Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
5) Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
c. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
- Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
- Pitogeografi yang mempelajari tanaman
- Zoogeografi yang mempelajarai hewan
- Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
- Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
- Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
- Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
- Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
- Geografi Manusia
- Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
- Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
- Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
- Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
- Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
- Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.
Kedudukan Geografi Budaya Dalam Konteks Geografi
Geografi budaya adalah bukan satu ilmu baru. Penggeneralisasian ini menganggap sah/membenarkan apakah kita menggambarkan" pokok" untuk berarti satu disiplin ilmiah yang dikenal atau hanya pandangan. Kemudian merasakan dunia, geografi budaya sungguh didirikan jaman dahulu; di dalam [perasaan/pengertian] terdahulu, akar nya adalah sama men[dalam ketika mereka yang geografi akademis secara keseluruhan. Sampai titik ini adalah cukup untuk menarik perhatian terhadap perbedaan-perbedaan budaya – area budaya yang tentu saja- di dalam tulisan Herodotus dan Strabo, atau statemen-statemen yang semakin tegas/eksplisit Ratzel dan Vidal de la Blache.
Keinginan pembaca juga catatan bahwa banyak dari penulis buku geografi budaya adalah sarjana-sarjana senior yang telah aktif di dalam geografi atau bidang-bidang terkait selama bertahun-tahun. Itu adalah sesuatu paradox, oleh karena itu, yang mana geografi budaya belum banyak didukung oleh pedoman dan letteratur yang baku.
Geografi Budaya sebenarnya telah berkembang lama, dan menjadi bagian integral dari disiplin geografi. Geografi Budaya tidak sama dengan geografi manusia, tetapi keberadaannya sebagaimana halnya geografi ekonomi, geografi politik, dan cabang geografi lainnya. Yang kesemua itu merupakan sub-bagian dari geografi yang lebih luas.
Geografi budaya merupakan aplikasi ide/gagasan dari budaya terhadap maslah-masalah geografi. Oleh karena itu dalam kajian geografi budaya ada lima tema inti yang perlu dijadikan perhatian. Kelima tema inti tersebut adalah: budaya, area budaya, bentang budaya, sejarah budaya, dan ekologi budaya (Wagner P.L dan M.W. Mikeesell, 1971: 1). Pokok kajian seperti halnya cabangcabang geografi yang lain, yakni yang berkenaan dengan muka bumi, khusus yang berhubungan dengan hasil/modifikasi dari tindakan-tindakan manusia.
Dalam hal ini geografi budaya berusaha menhkaji hasil budi daya manusia perbedaan-perbedaan di antara komunitas, cara-cara hidup (way of life) yang khas dari setiap budaya yang ada. Geografi budaya, mencoba memperbandingkan distribusi perubahan dari area budaya (cultural area) dan distribusi dari kenampakan muka bumi. Dari situ, dapat dilakukan identifikasi terhadap karakteristik kenampakan lingkungan sebagai akibat dari pengaruh kebudayaan. Selain itu juga berusaha mencari tahu tentang apa peran tindakan manusia dalam penciptaan dan pemeliharaan kenampakan geografik. Geografi budaya juga berusaha membedakan, mendeskripsikan, dan mengklasifikasikan tipe yang kompleks dari kenampakan lingkungan, termasuk di dalamnya hasil buatan manusia yang serupa dari setiap komunitas kebudayaan, atau yang disebut dengan bentang budaya; termasuk juga berusaha mempelajari latar belakang sejarah dalam konteks sejarah budaya yang asli.
Di samping itu geografi budaya, berusaha mengkaji proses-proses spesifik dimana manusia memanipulasi lingkungan, serta implikasinya untuk kesejahteraan dari komuniti dan umat manusia atau yang dikenal sebagai ekologi budaya. Kelima tema inti dalam kajian geografi udaya tersebut akan diuraikan secara lebih rinci pada bagian berikut:
Cultural geography is a relatively new sub-field within human geography. A very simple and broad definition of Cultural Geography is the study of geographical aspects of human culture. Areas of study The area of study of Cultural Geography is very broad. Among many applicable topics within the study are: • Globalization as the process, in which connections around the world increase and cultures become more alike. Globalization is an example of cultural convergence different cultures blending together [1]. • Westernization or other similar processes such as Americanization [2], Islamization and others. Theories of Cultural hegemony or cultural assimilation via cultural imperialism. Cultural areal differentiation as a study of differences in way of life encompassing ideas, attitudes, languages, practices, institutions, and structures of power and whole range of cultural practices in geographical areas [3] (see also Cultural region). Study of cultural landscapes [4][5] • Other topics include Spirit of place, colonialism, post-colonialism, internationalism, immigration, emigration. Ecotourism.
KONSEP DASAR GEOGRAFI SOSIAL
A. Beberapa Definisi Geografi Sosial1.
Watson (1957)
Suatu identifikasi daerah (region) yang berdasarkan himpunan gejala sosial hubungannya dengan lingkungan secara keseluruhan
2. Phal (1965)
Studi tentang pola dan proses sosial penduduk dalam
ruang tertentu
3. Buttimer (1968)
Studi pola keruangan dan hubungan fungsional kelompok masyarakat dalam konteks lingkungan sosial mereka, struktur internal n eksternal dari kegiatan penduduk beserta berbagai jalur komunikasinya
4. Eyless (1974)
Analisis pola dan proses sosial yang timbul dari
persebaran dan keterjangkauan sumber daya yang langka
5. Jones (1975)
Ilmu yang bertugas mengetahui pola-pola yang timbul dari kelompok masyarakat yang memanfaatkan ruang, dan mengetahui proses pembetukan dan proses perubahan pola-pola tersebut
6. Bintarto (1968)
Ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktifitas dan usaha menyesuaikan keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan
7. Nursid Sumaadmadja (1981)
Cabang geografi manusia yang bidang studinya aspek keruangan yang karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, dan unsur kebudayaan serta kemasyarakatan.
B. Tema
dalam Geografi Sosial
1.
Berkaitan dengan ruang
2.
Meneliti keteraturan (orde) yang membentuk pola
3.
Menjelaskan pola
4.
Pendekatan berorientasi pada masalah
C. Konsep
Geografi Sosial
1.
Ruang
Seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup bagi mahluk hidup baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun organisme lainnya. Unsur-unsurnya adalah a) jarak/panjang, b) lebar dan tinggi. Ruang dalam Geografi Sosial memiliki dimensi a) sebagai tempat atau wadah dari benda-benda atau perilaku, b) tempat yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan, dan c) sesuatu yang dapat diatur dan dimanfaatkan oleh dan untuk manusia
2. Proses
Tindakan manusia dalam beradaptasi dan memanfaatkan lingkungan, kaitannya dengan relasi, interelasi dan interaksi. Proses bisa secara makro maupun mikro.
3. Pola
Proses yang terjadi berulang-ulang, dalam hal ini adalah pola kehidupan dan penghidupan atau pola spasial yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya yang mencerminkan berbedaan sifat daerah dan penduduknya sehingga akan terwujud bentang sosial yang berbeda.
4.
Bentang sosial Sekelompok penduduk atau beberapa kelompok penduduk yang
hidup dalam suatu wilayah atau tempat tertentu dan mempunyai gagasan yang sama
terhadap lingkungannya
D. Sifat
atau Ciri Geografi Sosial
Geografi sosial erat kaitannya dengan geografi manusia yang diajarkan di mazhab Perancis pada awal abad 20. Paul Vidal De Lablace menekankan pentingnya hubungan manusia-alam. Menurut Paul Vidal De Lablace dan pengikutnya:
1.
Kepribadian daerah itu merupakan hasil cara masyarakat mengeksploitasi sumber
daya alam
2.
Bagaimana masyarakat bereaksi terhadap habitatnya
3.
Bagaimana manusia mengorganisasi dirinya sendiri E. Unsur-unsur
Geografi Sosial
1. Manusia, yaitu sekelompok manusia yang bergantung satu sama lain dan yang telah memperkembangkan pola organisasi yang memungkinkan mereka hidup bersama dan dapat mempertahankan diri sebagai kelompokyang terdiri dari masyarakat dan komunitas
2.
Lingkungan alam, terdiri dari topografi, tanah, tumbuhan, keadaan geologis, dan
fenomena alam lainnya.
3.
Relasi, Interelasi, dan Interaksi antara manusia dan Alam
Pada zaman Yunani kuno pengetahuan manusia tentang bumi
masih sangat dipengaruhi oleh mitologi. Namun, sejak abad ke-6 SM pengaruh mitologi
itu terus berkurang seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan
sehingga pengetahuan tentang bumi mulai didasarkan atas ilmu alam, ilmu pasti,
dan logika. Salah satu bukti bahwa pengetahuan telah didasarkan pada logika
adalah telah adanya usaha untuk menjelaskan tentang suatu wilayah termasuk
perilaku penduduknya. Orang yang pertama kali menguraikan seluk-beluk keadaan
suatu tempat, yang kemudian dinamakan topografi adalah Herodutus (485-428 SM).
Claudius Ptolomeus dalam bukunya yang berjudul Geographike
Unphegesis (pertengahan abad ke-2) menjelaskan bahwa geografi adalah
suatu bentuk penyajian dengan peta terhadap sebagian permukaan bumi yang
menunjukkan kenampakan umum. Menurut Ptolomeus geografi lebih mengutamakan
hal-hal atau fenomena yang bersifat kuantitatif. Pandangan dan pendapat
Ptolomeus ini merupakan sumber bagi definisi geografi zaman modern.
Asmaul- Husna
Seorang ahli filsafat dari Arab Ibnu Khaldun (1332-1406), menulis buku
kesejarahan yang dapat dikatakan sebagai embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu
Khaldun memperhatikan permasalahan irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan
aktivitas perdagangan di daerah gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab
munculnya kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan
tersebut. Ibnu Khaldun termasuk ahli geografi yang telah menunjukkan contoh
cara menguraikan pengaruh lingkungan alam terhadap masyarakat dalam suatu
wilayah.
Pandangan Geografi Modern (abad
ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804).
Menurut Kant, geografi merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya adalah
benda-benda atau gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi
dalam ruang (space).
Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada kajian fisik dan
biologi. Humboldt adalah seorang ahli geografi asal Jerman yang melakukan
perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari perjalanannya itu adalah sebuah
deskripsi tentang hubungan antara ketinggian tempat dan vegetasi yang
mendiaminya. Namun demikian, Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan
manusia, antara lain perhatiannya tentang kebudayaan penduduk Asia dan
kebudayaan penduduk Amerika.
Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan dengan pemikiran Humboldt,
yaitu menjelaskan kegiatan manusia dalam suatu wilayah. Ritter menganggap
permukaan bumi sebagai tempat tinggal manusia dan menggolongkannya menjadi
wilayah alamiah, terutama berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit
wilayah tersebut bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19
Pada akhir abad ke-19 pandangan geografi dipusatkan terhadap iklim,
tumbuhan, dan hewan (biogeografi) terutama pada bentang alamnya. Perhatian
utama geografi pada masa ini adalah gejala-gejala fisik sehingga gejala-gejala
sosial (manusia) tidak mengalami kemajuan. Perhatian geografi terhadap manusia
pada akhir abad ke-19 tetap becorak pada pandangan Ritter, yaitu mengkaji
hubungan manusia dengan lingkungannya.
Friedrich Ratzel (1844-1904) mempelajari pengaruh lingkungan fisik terhadap
kehidupan manusia. Menurut Ratzel aktivitas manusia merupakan faktor penting
bagi kehidupan dalam suatu lingkungan. Ratzel juga beranggapan bahwa faktor
manusia dan faktor lingkungan memiliki kedudukan dan pengaruh yang sama dalam membentuk
lingkungan hidup.
Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah satu ciri pandangan geografi pada abad ke-20 adalah kajiannya yang
bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu merupakan
reaksi atas dominasi geografi alam hingga akhir abad ke-19.
Vidal de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian
geografi harus menyatukan faktor manusia dan faktor fisik karena tujuan
geografi adalah untuk mengetahui adanya interaksi antara manusia dan lingkungan
fisiknya. Oleh karena itu, konsep geografi yang dikemukakan Vidal de la Blache
adalah kewilayahan.
Pandangan Geografi Mutakhir
E. A. Wrigley (1965) mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa dapat
digunakan dalam kajian geografi selama analisa tersebut mampu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Wrigley juga berpendapat bahwa geografi adalah
disiplin ilmiah yang berorientasi pada masalah (problem oriented) dalam
mengkaji interaksi antara manusia dan lingkungannya.
Pandangan geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi
yang bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara manusia
dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah menggunakan metode statistik
dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.
Geografi Ortodoks dan Geografi
Terintegrasi
Perbedaan pandangan terhadap geografi menghasilkan definisi yang berbeda-beda
sehingga tidak dapat diterima oleh setiap orang. Akan tetapi, meskipun
pandangan para ahli berbeda-beda terhadap geografi, mereka mengakui adanya
elemen-elemen yang sama dalam geografi, yaitu sebagai berikut.
Para ahli geografi mengakui adanya persamaan dengan ahli ilmu pengetahuan bumi
(earth science) yang lain karena wilayah kajiannya sama, yaitu permukaan bumi
dan bukan ruang yang bersifat abstrak. Menurut para ahli geografi permukaan
bumi merupakan lingkungan hidup bagi manusia yang dapat mempengaruhi
kehidupannya dengan mengubah dan membangunnya.
Para ahli geografi memiliki perhatian sama, yaitu persebaran manusia dalam
ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Para ahli geografi mengkaji
cara tentang pengelolaan wilayah yang tepat untuk dapat memanfaatkan ruang dan
sumber daya. Para ahli geografi mengakui adanya unsur-unsur yang sama dalam
geografi, antara lain jarak, interaksi, gerakan (mobilitas), dan persebaran.
Adanya persamaan-persamaan dalam kajian geografi berpengaruh terhadap
perkembangan berbagai topik yang berhubungan dengan geografi. Oleh karena itu,
pada saat ini kajian geografi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu geografi
ortodoks dan geografi terintegrasi.
Geografi ortodoks adalah geografi yang melakukan kajian terhadap suatu wilayah
(geografi regional) dan analisis terhadap sifat-sifat sistematiknya (geografi
sistematik). Geografi ortodoks dibagi lagi menjadi 5 bagian sesuai dengan
topik-topiknya, yaitu berikut ini.
Geografi fisik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap fenomena-fenomena
fisik geosfer dan lingkungannya. Geografi fisik antara lain meliputi
geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan pedologi.
Geografi manusia, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap aktivitas
manusia, antara lain meliputi geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi
perdesaan, dan geografi perkotaan.
Geografi regional, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap perwilayahan
dan kultural. Geografi perwilayahan antara lain terdiri dari geografi daerah
tropika, geografi daerah arid, dan geografi daerah kutub. Geografi kultural
antara lain terdiri dari geografi Asia Tenggara, Geografi Amerika Latin, dan
geografi Eropa Barat.
Geografi teknik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap bidang teknik
dalam geografi, anatara lain terdiri atas kartografi dan pengindraan jauh.
Geografi filsafat, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap hakikat,
sebab, asal, dan hukum yang berkenaan dengan bidang geografi, antara lain
metodologi geografi dan geografi sejarah.
Geografi terintegrasi adalah kajian geografi dengan jalan memadukan antara
elemen-elemen geografi sistematik dan geografi regional sehingga disebut juga
geografi terpadu. Oleh karena itu, di dalam kajiannya geografi terintegrasi
menggunakan tiga analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.
Sejarah Geografi
Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada awal perkembangan geografi adalah Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melakukan perjalanan menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang melakukan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal adalah dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan bahwa pad dasarnya bumi itu bulat dan Eratosthenes telah mampu menghitung keliling Bumi dengan hanya berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir bangsa Romawi.
Pada abad pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam mengembangkan ilmu geografi seperti Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun.
Kemudian pada abad ke-17 hingga abad ke-19 Ilmu geografi semakin menunjukkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh dengan menjadi bagian kurikulum yang lengkap di berbagai universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya adalah Bernard Varen (1622-1650) atau yang dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt (1769–1859) dikenal sebagai peletak dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918) asal Prancis merupakan pelopor posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geography yang berisi konsep man-land relation.
Ilmu Geografi selama abad ke-20 di Barat melewati empat fase utama :
- Determinisme lingkungan
Teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.
- Geografi regional.
Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
- Revolusi kuantitatif
usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
- Geografi kritis
Muncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi. Beberapa ahli yang beraliran ini diantaranya Yi-Fu Tuan, Karl Marx dengan pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.
Perkembangan Ilmu Geografi
Geografi di zaman Yunani
Zaman ini merupakan zaman awal perkembangan ilmu geografi. Ilmu geografi ini
timbul karena usaha untuk mengetahui dari mana atau asal usul dari negeri serta
penduduk yang hidup pada zaman tersebut. Ilmu sejarah yang mempunyai seorang
tokoh bernama Herodotus sebagai bapak sejarah, mengungkapkan bagaimana seluk
beluk keadaan suatu tempat atau topografi serta menerangkan sebab terjadinya.
Itulah mengapa Herodotus juga disebut sebagai bapak geografi. Dalam hal ini
Herodotus membahas tentang lembah sungai Nil dengan tanahnya yang subur
terutama pada daerah delta sungai Nil.
Eratosthenes (176-194 SM) memastikan bahwa bumi berbentuk seperti bola dengan
ukuran-ukurannya secara detail. Setelah itu dibentuk susunan garis lintang
serta garis bujur bola bumi untuk menentukan letak suatu lautan, negeri, serta
tempat lain meskipun masih dalam model yang sederhana sehingga lahirlah peta.
Dengan adanya perubahan pola cuaca dan perbedaan iklim maka disusun sistem
permusiman berdasarkan garis lintang serta garis bujur tersebut iklim
digolongkan menjadi beberapa macam.
Geografi di zaman Romawi
Perkembangan ilmu geografi yang diwariskan dari zaman Yunani ini melahirkan
geografi kuno yang dipelopori oleh Strabo (64 SM – 20M) yang menulis buku
Geographia. Buku tersebut berisi tentang uraian tentang dunia beserta isinya.
Tokoh lain yang berperan pada zaman ini adalah Ptolomeus yang membahas tentang
aspek matematis dalam geografi dan kemudian menerapkannya pada peta dan
lokasinya. Posidonius kemudian berusaha lebih teliti dari Eratothenes dalam
menentukan keliling bumi yang akhirnya diperoleh ukurannya hanya berselisih
7000 mil dari ukuran sekarang.
Geografi abad pertengahan
Di belahan bumi Eropa pada masa ini mengalami masa gelap perkembangan ilmu
geografi hal ini disebabkan karena gambaran dunia yang berasal dari masa Yunani
yang mayoritas kafir tidak sejalan dengan apa yang ada dalam Al Kitab sebagai
kitab suci agama Kristen yang banyak dianut oleh bangsa-bangsa di Eropa.
Pandangan yang berkembang menganggap bahwa bumi tidaklah bulat, namun berbentuk
datar menyerupai cakram sehingga peta dirubah dengan kota Yerusalem sebagai
pusatnya.
Dilain pihak warisan terhadap pandangan geografi dari zaman Yunani kuno
dikembangkan oleh berbagai universitas Islam dari Persia hingga Spanyol. Peta
bumi dilengkapi dengan hasil kunjungan para pelancong dan saudagar yang
menjelajah.
Ahli geografi Arab yaitu Al Idrisi (1099 – 1166) menyempurnakan pembagian
daerah iklim bumi konsep Yunani. Tokoh lain yang berperan yaitu Ibnu Batuta
(1304 – 1348). Seorang filsuf Arab yaitu Ibnu Khaldun (1332 – 1406) dengan buku
geografi kesejarahannya dapat dipandang sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan
kemasyarakatan.
Pada zaman Renaisance buku Geographia karangan Ptolomeus mendorong bangsa
Portugis dan Spanyol menjelajah karena buku tersebut telah diterjemahkan dalam
bahsa Latin. Kemudian disempurnakan peta sebelumnya dengan penemuan benua
Amerika oleh Colombus.
Pada Abad 17 dikenal tokoh Varenius yang membagi geografi menjadi 2 bagian
yaitu:
1. Geografi umum yang mencakup:
a. Terestrial yaitu pengetahuan tentang bumi beserta keseluruhannya,
b. Falakiah berupa hubungan dengan bintang-bintang sehingga muncul kosmografi,
c. Komparatif menjelaskan secara detail tentang bumi.
2. Geografi khusus meliputi:
a. Aspek langit, khususnya membahas iklim,
b. Aspek litosfer, meliputi segala yang ada di permukaan bumi,
c. Aspek manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan serta
pemerintahan di berbagai negeri.
Cluverius, tokoh dari Jermandalam karyanya menerangkan tentang peralihan
geografi zaman pertengahan hingga zaman modern yang merupakan pengantar dari
geografi umum. Dalam bukunya dijelaskan tentang deskripsi sebagian
negara-negara didunia.
Geografi modern
Geografi mulai diberi dasar filsafat yang dilakukan oleh tokoh dari Jerman
yaitu Imanuel Kant. Menurutnya ilmu pengetahuan digolongkan menjadi 3, antara
lain:
1. Ilmu sistematis, dengan objek studinya yaitu sesuatu yang nyata ada, misal:
botani mempelajari tumbuhan, geologi mempelajari kulit bumi, sosiologi
mempelajari kemasyarakatan.
2. Ilmu historis, dengan onjek kajian berupa fakta-fakta yang ada kaitannya
dengan waktu, misal: sejarah, pra sejarah.
3. Ilmu Geografis, dengan objek kajian benda-benda, hal-hal, serta
gejala-gejala yang tersebar dalam konteks spasial atau keruangan, misal:
geografi dan kosmografi
Imanuel Kant menguraikan aspek geografi menjadi 5:
1. Matematis, menelaah bentuk, ukuran sarta perputaran bumi dan posisi terhadap
matahari.
2. Moral, menelaah berbagai adat kebiasaan serta perwatakan manusia yang
berbeda di setiap negeri.
3. Politik, menelaah relasi antar unit-unit politis latar belakang alam
masing-masing
4. Perniagaan, menelaah adanya potensi niaga khusus pada suatu negeri hingga terlibat
dalam perniagaan dunia.
5. Teologis, menelaah bagaimana latar belakang alam menjadikan bentuk-bentuk
ibadat lahiriah yang berlainan di berbagai negeri.
Penjelajahan dunia juga dilakukan oleh Alexander Von Humboldt yang juga seorang
ahli kosmografi. Humboldt menggolongkan ilmu menjadi 3 yaitu
1. fisiografi (ilmu alam dan sistematis)
2. natural (sejarah alam dalam waktu)
3. geografi (uraian bumi dengan persebaran spasial).
Carl Ritter memberikan deskripsi tentang geografi regional yang membagi dunia atas
wilayah-wilayah yang biasanya didasarkan atas morfologinya. Setiap wilayah akan
mempunyai ciri dan karakter tersendiri yang membedakan dengan wilayah lain.
Pandangannya menunjukkan bahwa pada suatu unit wilayah yang berisi unsur-unsur,
akan berinterelasi antar unsur secara kompleks.
Zaman pengagungan alam
Pada abad ke-19 di Amerika Serikat timbul dorongan untuk mengenal lingkungan
sekitar dengan tokohnya yaitu Mayor Powell serta Marsh. Pemikirannya lebih
diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang baik serta pengawetannya. Mereka
melanjutkan pemikiran dari Humboldt dan Ritter bagaimana kondisi alam luar
mempengaruhi kemajuan serta kehidupan sosial manusia.
Setelah Humboldt dan Ritter meninggal pada tahun 1859, muncul buku dari Darwin
“On The Origin of Species” yang mempengaruhi pandangan ahli kembali pada konsep
lama geografi, maka timbul hubungan kegiatan ekonomi dan budaya dengan
lingkungan alam. Friedrich Ratzel melalui buku Antrhropogeographie menjelaskan
bahwa adanya pengaruh lingkungan fisis terhadap kehidupan manusia yang sesuai
dengan faham adaptasi manusia dan evolusi menurut Darwin. Dalam bukunya
diuraikan tentang bagaiman kondisi penduduk beserta persebarannya dan hal yang
mempengaruhi. Dijelaskan pula adanya gejala interelasi antara gejala di bumi.
Ritter dengan Ratzel menandang geografi sosial secara sistematis bukan secara
regional serta bertolak pikir terhadap paham Darwin. Namun antar keduanya
memiliki perbedaan , jika Ritter berkesimpulan bahwa hubungan timbal serta
balik manusia dengan alam adalah sejalan sesuai dengan kehendak Pencipta, namun
Ratzel memandang keberadaan manusia adalah sebagai hasil bentukan lingkungan
yang berasal dari berbagai kekuatan alam yang ada dengan adaptasinya yang
tepat.
Paham determinisme yang diajarkan oleh Ratzel terbawa dan diteruskan di Amerika
Serikat oleh anak didik Ratzel, E.C. Semple. Pengaruhnya tampak pada muculnya
Davis, Ellsworth Huntington, dan Griffith Taylor pada awal abad ke-20. pengaruh
determinisme alam tampak jelas tertuang dalam buku-buku geografi sebagai buku
ajar. Dalam kurun waktu 1903 – 1930 geografi terbagi menjadi geografi fisis dan
geografi manusia yang mengindikasikan adanya hubungan manusia dengan alam bahwa
manusia dan perilakunya merupakan produk dari pengaruh-pengaruh lingkungan alam
dan mengesampingkan faktor serta pengaruh lain.
Lain cerita di Jerman, tahun 1883 paham natur-determinisme ditinggalkan karena
geografiharusnya menjadi ilmu yang khorologis sebagai uraian dari suatu lokasi
yang berperan memberi pengertian interelasi antara alam dan manusia yang mampu
menunjukkan karakter suatu lokasi. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Von
Richthofen yang kemudian dilanjutkan usahanya oleh muridnya Hettner yang
mengarahkan studinya terhadap seluk beluk wilayah.menurut Hettner, geografi
bukanlah ilmu yang umumtentang bumi , melainkan ilmu yang khorologis menyangkut
tentang permukaan bumi terutama membahas gejala alam dengan manusia selain
menilai hubungan keruangan. Tujuan utama geografi adalah menelaah wilayah untuk
diterangkan secara analisis dan sintesis.
Tata kerja Hettner ini kemudian banyak dicontoh oleh para ahli geografi modern
tentang deskripsi dan penjelasannya. Hal yang kurang berupa perencanaan telaah
geografis.
Geografi pada abad ke-20
Dari dahulu geografi selalu berpusat pada manusia. Perkembangan ilmu geografi
pada abad ke-20 pendekatannya lebih pada corak sosial dan budaya. Sebutan
antropogeografi pada abad ke-19 adalah sebagai penguat bahwa geografi bukan
hanya pada lingkungan alamnya saja. Kini pandangan tersebut berubah dengan
bahasan topik pada geografi misalnya iklim atau relief akan berhubungan dengan
kehidupan manusia sehingga tepat jika bumi dikatakan sebagai tempat tinggal
manusia.
Ahli geografi Perancis Vidal De La Blache mengoreksi determinisme lingkungan
dari Ratzel yang sedang berkembang. Menurutnya, bumi tidak menentukan perilaku
manusia, bumi hanya menyediakan berbagai kemungkinannya, perilaku manusia
ditentukan dari pilhan manusia itu sendiri. Ia menunjukkan dengan jelas bahwa
manusia memiliki keterbatasan. Pilihan manusia dalam memanfaatkan lingkungan
masih tergantung dari sistem nilai masyarakatnya maupun budayanya. Dengan kata
lain pemanfaatan terhadap ketersediaan alam berlainan antar tempat satu dengan
lainnya.
Di Rusia Melezin mendefinisikan geografi kependudukan sebagai suatu telaah atas
sebaran penduduk dan relasi produktif yang terdapat di dalam berbagai kelompok
penduduk, jaringan pemukiman dan fungsinya, manfaatnya sertaketepatgunaannya
bagi tujuan-tujuan yang produktif dari masyarakat. Kemudian Pokshishevskii
menjelaskan definisi dari Melezin dengan 4 pernyataannya yaitu:
1. Tipe ekonomi menentukan watak dan bentuk suatu pemukiman.
2. Sebaran dan organisasi teritorial dari produk menentukan segala pernyataan
dari kondisi alam dan pengaruhnya atas bentuk-bentuk permukiman.
3. Adaptabilitas para migran terhadap suatu lingkungan geografis yang baru,
dipengaruhi oleh kebiasaan tata kerja dan keterampilan yang telah mereka miliki
sebelumnya.
4. Situasi ekonomi geografis dari kota-kota mempengaruhi tipe, fungsi-fungsi
serta pemusatannya.
Geografi budaya mencakup topik-topik seperti bentuk pemukiman, tipe rumah,
sebaran agama, bahasa, teknologi, ternak, tanaman, serta budaya lain. Carl
Sauer tokoh dari Amerika Serikat merupakan pelopor serta peletak dasar bagi
geografi budaya.
Geografi budaya pada dasarnya mempelajari tentang aspek material dari budaya
itu sendiri yang memberikan corak khas terhadap suatu region atau wilayah
tertentu, terutama pada kenampakan alam atau landscape. Namun kenampakan alam
ini bukan hanya memberi corak khas terhadapfaktor budaya saja, namun terdapat
pula kekhasan dalam beberapa faktor seperti sosial ekonomi.
Geografi agama dikembangkan oleh beberapa tokoh antara lain Jongeneel, P.
Deffontaines, dan D.E. Sopher. Geografi agama bukan hanya menelaah pengaruh
ruang atas agama dan gejala keagamaan namun juga sebaliknya yakni pengaruh
agama dan gejala keagamaan atas keruangan. Relasi antara agama dan tata ruang
sebenarnya sudah diketahui sejak zaman kuno, salah satu tokohnya yaitu Hippocrates
namun baru mulai populer di zaman filsuf pencerahan salah satunya oleh
Montesquieu di Prancis. Montesquieu mengungkapkan bahwa agama monotheisme
seprti Yahudi, Kristen, dan Islam lahir di tepi-tepi gurun pasir dengan bentang
alam yang monoton diungkapkanpula bahwa hampir semua agama besar muncul di
wilayah permukaan bumi yang diapit 25 dan 35 derajat Lintang Utara.
Deffontaines membicarakan geografi agama dalam 5 pokok:
1. Agama dan geografi sebagai tempat kediaman baik bagi orang yang masih hidup
maupun bagi yang sudah mati serta bagi dewa-dewa.
2. Agama dan penduduk; pengaruh agama atas daerah dan sejarah penduduk; agama
dan macam-macam penduduk; agama dan kota-kota; agama dan demografi.
3. Agama dan eksploitasi; agama dan pertanian; agama dan peternakan; agama dan
industri; agama dan potensi geografis daerah.
4. Agama dan lalu lintas; pengungsian para penganut agama;kegiatan ziarah;
perdagangan dan pertukaran barang atas latar belakang agama; jalan sebagai alat
transportasi.
5. Agama dan jenis kehidupan; kalender agama; tata kerja pemimpin agama;
pekerjaan sehri-hari; kebiasaan.
Dalam geografi ekonomi tokoh yang berperan antara lai H. Robinson dengan
bukunya Economic Geography (1979) membahas geografi ekonomi dengan pokok
cakupannya yaitu bentuk perjuangan untuk hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan
materiilnya dengan berbagai masalahnya yang terjadi di dalam kerangka interaksi
keruangan. Geografi ekonomi membicarakan tentang ekplorasi sumberdaya alam dari
bumi oleh manusia, produksi dari komoditi, transportasi, distribusi, dan
konsumsi. Sehingga Robinson telah mengaitkannya dengan geografi modern dengan
tepat. Definisi dari geografi modern itu sendiri berupa pengetahuan eksak dan
sistematis tentang persebaran serta penataan gejala di permukaan bumi. Geografi
modern sangat diperlukan bagi perkembangan ekonomi yang efektif serta
pengertiannya terhadap hubungan internasional.
Geografi Mutakhir
Roger Minshull akhir-akhir ini membahas perubahan geografi dan mencatat 3
gejala:
1. Jenis bidang khusus yang dipelajari bertambah.
2. Penyelesaian masalah ditekankan pada kausalitas dan hubungan.
3. Penelaahan fenomena diutamakan dimana fenomena tersebut terdapat.
Minshull mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari tentang:
1. bentang alam
2. tempat
3. ruang
4. pengaruh alam atas manusia
5. kovariasi pola wilayah
6. lokasi, sebaran ,ketergantungan
7. kombinasi gejala dipermukaan bumi
8. sistem alam-manusia
9. sistem manusia-alam
10. relasi dan reprositas
11. ekologi manusia
12. perbedaan wilayah dan antar hubungan gejala
Ditemukan pula tujuan studi geografi, yaitu:
1. penguraian wilayah yang berlainan
2. pemahaman atas pengaruh lingkungan alam atas manusia
3. perencanaan sosial ekonomi
4. pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya
5. pemahaman atas persebaran dalam ruang
6. pembuatan hukum tentang perilaku dalam ruang
7. penyusunan model yang melukiskan susunan dalam ruang
Perbedaan geografi lama dengan yang baru adalah geografi lama merupakan ilmu
yang bersifat retrospektif yang berorientasi pada masa lampau dari tata kerja
serba ideografis. Sedangkan geografi yang kita kenal adalah ilmu yang bersifat
prospektif, nomotetis yang mampu menemukan hukum-hukum dari fenomena-fenomena
yang dikaji. Dengan demikian geografi mampu meramalkan apa yang akan terjadi di
masa depan.
DAFTAR PUSTAKA:
Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Alumni:Bandung
www.geografiana.com
www.wikipedia.org
Pengertian, Prinsip, Pendekatan, Konsep , dan Aspek Geografi
Manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh
alam lingkungannya. Mulai dari bahan makanan sampai tempat berlindung dari
pengaruh cuaca, semuanya diperoleh dari alam. Kondisi alam yang penuh rintangan
semakin mendorong manusia untuk mengenal alam secara mendalam. Sebagian hanya
menyesuaikan diri dengan alam, sebagian yang lain berusaha mengatasinya dengan
mempelajari alam dengan baik dan menggunakan teknologi yang dibuat manusia.
Inilah awal lahirnya studi geografi
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, pengenalan manusia terhadap
alam tidak terbatas pada kondisi alam yang ada di wilayahnya sendiri, tetapi
juga sampai ketempat yang lebih jauh sesuai dengan kemampuannya. Dalam setiap
perjalanannya mereka memperoleh pengetahuan tentang kehidupan manusia
diberbagai kondisi alam dan lingkungannya. Kegiatan manusia banyak berhubungan
dengan lingkungan alam. Hubungan ini terjadi karena adanya keinginan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia tidak selalu dapat
dipenuhi di daerahnya sendiri, sehingga harus berinteraksi dengan daerah lain.
Hasil dari perjalanan manusia dituangkan dalam cerita yang berbentuk tulisan
dan gambar. Sajian cerita perjalanan tersebut merupakan awal dari adanya cerita
yang bersifat geografi.
Pengetahuan
tentang geografi sudah lama dikenal manusia sejalan dengan peradaban manusia.
Peradaban manusia berkembang karena manusia pandai memanfaatkan potensi
lingkungan alam yang ada. Meskipun kadang alam membatasi manusia dalam
berusaha. Interaksi manusia dengan lingkungan alam merupakan bagian penting
yang dikaji dalam geografi.
Pengertian Geo
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani, GEO yang berarti bumi dan
GRAPHEIN yang berarti tulisan. Jadi secara harfiah GEOGRAFI berari tulisan atau
gambaran tentang bumi. GEOGRAFI sering disebut juga ilmu bumi.
Ternyata hal-hal yang dipelajari oleh geografi bukan hanya mengenai permukaan
bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di dalam bumi, diluar bumi dan
bahkan benda-benda luar angkasapun turut menjadi obyek kajian geografi. Dengan
demikian definisi yang sangat singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi
sehingga mencakup semua hal yang dikaji dalam studi geografi.
Para ahli mencoba untuk mendevinisikan geografi, diantaranya :
1. Eratosthenes(276-194 SM)
Eratosthenes adalah seorang
ilmuwan Yunani yang memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya yang
berjudul”Geographica”. Dalam bukunya ia menulis tentang gambaran permukaan
bumi, sejarah, dan konsep utama geografi. Ia berpendapat bahwa bumi bebentuk
bulat. Dan juga telah melakukan perhitungan keliling bumi yang hanya selisih
kurang dari 1% keliling sebenarnya. Keliling bumi sebenarnya adalah 24.875 mil,
sedangkan hasil perhitungan Eratosthenes adalah 24.650 mil.
2. Bernand Varen (1622-1650)
Bernand Varen atau lebih dikenal dengan Varenius adalah seorang geograf asal
Jerman. dia seorang lulusan Ilmu kedokteran Universitas Leiden., Belanda.
Dalam bukunya,”Geographia Generalis”, ia mengatakan bahwa geografi adalah
campuran dari matematika yang membahas kondisi bumi beserta bagian- bagiannya
juga tentang benda-benda langit lainnya.
Dalam buku itu Varenius membagi geografi menjadi dua yaitu:
1. Geografi Umum
Bagian ini membahas karateristik bumi secara umum, tidak tergantung oleh
keadaan suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum mencakup 3
bagian, yaitu:
a. Terestrial, merupakan pengetahuan tentang bumi
secara keseluruhan, bentuk dan ukuranya.
b. Astronomis, membicarakan hubungan bumi dengan
bintang-bintang yang merupakan cikal bakal ilmu kosmografi.
c. Komparatif, menyajikan deskripsi lengkap
mengenai bumi, letak, dan tempat-tempat di permukaan bumi.
2. Geografi khusus
Bagian ini mendeskripsikan tentang wilayah tertentu menyangkut wilayah luas
maupun wilayah sempit. Bagian ini terdiri atas 3 aspek, yaitu:
a. Atmosferis yang secara khusus membicarakan tentang iklim.
b. Litosfer yang secara khusus menelaah permukaan bumi
meliputi relief, vegetasi., dan fauna dari berbagai negeri.
c. Manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan,
dan pemerintah dari berbagai negeri.
3. Immanuel Kant (1724-1821)
Selain seorang geograf, Kant juga seorang filsuf. Kant tertarik pada geografi
karena menurutnya ilmu itu dekat dengan filsafat. Semua gagasan Kant tentang
hahikat geografi dapat ditemukan dalam buku Physische Geographie yang
ditulisnya. Menurutnya, geografi adalah ilmu yang objek studinya adalah
benda-benda, hal-hal, atau gejala-gejala yang tersebar diwilayah-wilayah
permukaan bumi.
4. Alexander von Humboldt (1769-1859)
Pada mulanya Humboldt adalah seorang ahli botani. Ia
tertarik geografi ketika ia mulai mempelajari tentang batuan. Ia diakui sebagai
peletak dasar geografi fisik modern. Ia menyatakan geografi identik atau serupa
dengan geografi fisik. Ia menjelaskan begaimana kaitan bumi dengan matahari dan
tingkah laku bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca iklim di dunia, tipe-tipe
permukaan bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan
hidrosfer dan biosfer.
5. Karl Ritter ( 1779-1859)
Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai
peletak dasar geografi modern. Professor geografi Universitas Berlin ini
mengatakan bahwa geografi merupakan suatu telaah tentang bumi sebagai tempat
hidup manusia. Hal-hal yang menjadi obyek studi geografi adalah semua fenomena
dipermukaan bumi, baik organik maupun an organik yang berkaitan dengan
kehidupan manusia.
6. Friederich Ratzel (1844-1904)
Ratzel adalah guru besar geografi di Leipzig. Ia mengemukakan konsep geografi
dalam bukunya yang berjudul Politische Geographi. Konsep itu diberi nama
Lebensraum yang artinya wilayah geografis sebagai sarana bagi organisme untuk
berkembang. Ia melihat suatu negara cenderung meluaskan Libensraumnya sesuai
kekuatan yang ia miliki.
7. Elsworth Huntington (1876-1947)
Huntington adalah geograf asal Amerika Serikat. Melalui bukunya yang berjudul
The Pulse of the Earth, ia memaparkan bahwa kelangsungan hidup dan peradaban
manusia sangat dipengaruhi oleh iklim. Atas dasar teorinya itu, Huntington
kemudian terkenal sebagai determinis iklim (memandang iklim sebagai penentu
kehidupan). Ia mengatakan, geografi sebagai studi tentang fenomena permukaan
bumi beserta penduduk yang menghuninya. Ia menjelaskan adanya hubungan timbal
balik antara gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dengan pendududknya.
8. Paul Vidal de La Blache(1845-1918)
Vidal adalah seorang geograf asal Perancis. Ia adalah pelopor posibilisme dalam
geografi. Posibilisme (teori kemungkinan) muncul setelah Vidal melakukan
penelitian untuk membuktikan interaksi yang sangat erat antara manusia dan
lingkungan pada masyarakat agraris pra modern. Ia menegaskan bahwa lingkungan
menawarkan sejumlah kemungkinan (possibilities) kepada manusia untuk hidup dan
berkembang .Atas dasar itu, vidal mengemukakan konsepnya yang disebut genre de
vie atau mode of live (cara hidup). Dalam konsep ini, geografi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaiman proses produksi dilakukan manusia
terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.
9. Rhaod Murphy
Dalam bukunya The Scope of Geography Rhaod Murphy menulis tentang ruang
lingkup kajian geografi, yang terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
1. Persebaran dan keterkaitan (relasi) manusia di bumi serta
aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia.
2. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan
fisik alam yang merupakan bagian dari kajian keanekaragaman wilayah.
3. Kajian terhadap region atau wilayah. Kajian terhadap
region atau wilayah ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu
antara unsur-unsur wilayah. Oleh karena itu kajian regional merupakan obyek
formal geografi.
10. Bintarto
Bintarto adalah guru besar geografi di fakultas geografi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa geografi pada dasarnya adalah ilmu
pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis
gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang
kehidupan dari unsur-unsur bumi.
11. Daldjoeni
Nama Daldjoeni dikenal karena buku-bukunya yang membahas hal-hal yang berkaitan
dengan geografi. Menurutnya, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang
mengajarkan manusia mencakup 3 hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan
region (wilayah). Dalam hal spasial, geografi mempelajari persebaran gejala
baik yang alami maupun manusiawi di muka bumi. Kemudian dalam hal ekologi,
geografi mempelajari bagaimana manusia harus mampu beradaptasi dengan
lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari wilayah sebagai
tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya.
12. I Made Sandy
Merupakan sal;ah satu tokoh geografi di Indonesia, menyatakan bahwa geografi
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan dan memahami
persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi
13. Berdasarkan hasil seminar dan lokakarya para pakar geografi di
Semarang, pengertian dan batasan geografi sebagai berikut. Geografi
adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan
di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi antara manusia dengan
lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
Ilmu
Bantu dan Sarana Bantu Geografi
Dua aspek pokok geografi, yaitu aspek fisik dan aspek sosial dipelajari oleh
ilmu-ilmu yang menjadi ilmu penunjang geografi. Ilmu penunjang geografi sangat
diperlukan mengingat luasnya bahasan dalam geografi. Ilmu penunjang geografi
tersebut antara lain sebagai berikut.
Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan
batuan penyusun bumi.
Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari
bentuk permukaan bumi dan proses terbentuknya.
Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang
lapisan tanah, antara lain tentang proses pembentukan dan jenis-jenisnya.
Meteorologi, yaitu ilmu yang mempelajari
lapisan atmosfer, antar lain tentang ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan,
suhu udara, angin, dan per-awanan.
Klimatologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang iklim.
Antropogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang persebaran manusia di permukaan bumi dalam hubungannya dengan
lingkungan geografi.
Demografi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang kependudukan, antara lain hubungannya dengan jumlah dan pertum-buhan,
komposisi, srta migrasi penduduk.
Hidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan air di permukaan bumi, di bawah tanah, dan di atmosfer.
Oseanografi, yaitu ilmu yang mempelajari
lautan, antara lain tentang sifat air laut dan gerakan air laut.
Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi, membatasi, dan menentukan pola persebarannya.
Untuk mempermudah dalam mempelajari geografi diperlukan sarana bantu, antara
lain tabel, diagram, grafik, dan peta. Sarana bantu tersebut digunakan untuk
melihat secara tidak langsung atas gejala fisik dan sosial, persebaran,
hubungan, serta susunan keruangannya.
Tabel- Tabel menjadi sarana bantu geografi karena memuat data, baik
berupa kata, kalimat, ataupun angka tentang fenomena di permukaan bumi. Data
tersebut disusun secara bersistem (sistematis), yaitu urut ke bawah atau ke
samping dalam lajur dan deret tertentu dan diberi garis pembatas sehingga mudah
untuk disimak.
Informasi yang disusun dalam tabel disesuaikan dengan tema atau topik yang
disampaikan, contohnya berikut ini.
Tabel Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Kelembapan Udara Rata-Rata Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia
Tahun 2000
Tabel Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur Menurut Provinsi di Indonesia
Tahun 2000
Tabel Produksi Jagung Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Diagram- Diagram termasuk sarana bantu geografi yang digunakan untuk
menjelaskan fenomena geosfer dengan melukiskan bagian-bagiannya dan cara
kerjanya secara berurutan, biasa disebut dengan diagram arus.
Grafik- Grafik termasuk sarana bantu geografi yang menunjukkan naik dan
turun atau pasang surut suatu gejala atau fenomena tertentu antarwaktu dengan
menggunakan garis. Sebagai contoh adalah grafik tentang pertumbuhan penduduk
dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000.
Peta- Peta termasuk sarana bantu geografi karena memuat bermacam-macam
data dari permukaan bumi yang dapat diinformasikan. Untuk memudahkan
penyampaian informasi, peta dibuat dengan ukuran, tema, dan topik tertentu,
antara lain sebagai berikut.
Peta Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Peta Transportasi Laut di Indonesia
Peta Jenis Tanah di Indonesia
Peta Geologi di Indonesia
Peta Objek Wisata di Indonesia
Ilmu
Penunjang Geografi |
|
a. |
Geologi, adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk permukaan bumi akibat tenaga dari dalam bumi (endogen: vulkanisme, tektonisme, gempa bumi), termasuk struktur, komposisi dan sejarahnya. Dalam kehidupan sehari-hari Geologi bermanfaat dalam bidang pertambangan. Untuk mencari bahan tambang diperlukan pengetahuan formasi dan umur dari batu-batuan. |
b. |
Geomorfologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk muka bumi serta perubahannya akibat tenaga dari luar (Exogen: pelapukan, erosi, sedimentasi). Bahan-bahan galian yang berasal dari endapan dapat diketahui berdasarkan sejarah geomorfologinya atau sebaliknya. Contoh bahan endapan: pasir, tanah liat, dsb. |
c. |
Meteorologi, adalah ilmu yang mempelajari atmosfer, yaitu tentang udara, cuaca, suhu, angin, awan, curah hujan, radiasi matahari, dan sebagainya. Meteorologi sangat penting bagi informasi cuaca terutama untuk penerbangan, pelayaran, pertanian dan industri. |
d. |
Hidrologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang air di permukaan bumi/tanah, di bawah tanah; termasuk sungai, danau, mata air, air tanah dan rawa-rawa. Dalam kehidupan sehari-hari penting untuk mengetahui lapisan yang mengandung cadangan air yang cukup misalnya untuk industri dan peternakan. |
e. |
Klimatologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan kondisi rata-rata cuaca. Untuk pertanian dan industri atau keperluan yang lain, mengetahui sifat iklim dan cuaca setempat sangat penting. Contoh untuk mendirikan pabrik kerupuk tentu bukan di daerah yang curah hujannya tinggi. |
f. |
Antropologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia khususnya mengenai ciri, warna kulit, bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Adatistiadat penduduk perlu diketahui untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari, barang yang diperlukan, bahan makanan yang dikonsumsi, dsb. |
g. |
Ekonomi, adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk melestarikan usaha perlu diketahui antara lain bagaimana memperoleh untung, menjual barang, menentukan “nilai” barang, memilih tempat berjualan, dsb. |
h. |
Demografi, adalah ilmu yang mempelajari dan
menguraikan tentang penduduk. Komposisi penduduk, jumlah penduduk dan
sebagainya perlu diketahui untuk menentukan pola konsumsi penduduk terhadap
barang tertentu. |
Manfaat Geografi
Karena kajian geografi adalah interaksi antara manusia dan lingkungan, maka
geografi memberikan manfaat bagi manusia, baik individu maupun kelompok. Di
dalam aktivitas pendidikan, geografi memberikan 2 sumbangan yang penting, yaitu
sumbangan bersifat pendidikan (pedagogis) dan sumbangan bersifat pembentukan
kepribadian.
Sumbangan Pedagogis
a. Wawasan dalam Ruang
Geografi melatih manusia untuk melakukan orientasi di bumi sebagai tempat
tinggalnya dan memproyeksikan dirinya dalam ruang. Orientasi dan proyeksi
tersebut meliputi semua unsur ruang, yaitu arah, jarak, luas, dan bentuk.
b. Persepsi Relasi Antargejala
Geografi dapat melatih kegiatan pengamatan dan pemahaman hubungan antargejala
yang terdapat dalam suatu bentang alam. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan
yang bersifat pengamatan lapangan atau kegiatan luar ruang (outdoor). Melalui
kegiatan luar ruang tersebut kita dapat mengetahui setiap proses dan pola dari
fenomena geosfer.
c. Pendidikan Keindahan
Buku-buku geografi yang dilengkapi dengan gambar-gambar tentang fenomena
geosfer dapat menumbuhkan rasa kecintaan terhadap keindahan alam. Namun,
pengamatan langsung terhadap fenomena alam yang umum terdapat di lingkungan
sekitar dapat lebih meningkatkan kecintaan tersebut.
d. Kecintaan Terhadap Tanah Air
Geografi mengajak kita untuk menyadari tentang kekayaan dan kemiskinan sumber
daya di tempat tinggal kita. Geografi berusaha menjelaskan potensi sumber daya
yang ada di setiap wilayah sehingga dapat dimanfaatkan secara bijaksana.
Potensi sumber daya tersebut tentu saja diupayakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, baik masa sekarang ataupun masa yang akan datang.
e. Pemahaman Global
Geografi memberikan wawasan tentang wilayah-wilayah yang lebih luas selain
wilayah tempat tinggal kita. Kita dikenalkan pada sifat dan karakter tempat
lain sehingga kita dapat menilainya sesuai dengan sifat dan karakternya.
Pemahaman terhadap wilayah global ini dapat memupuk sifat salingmenghargai dan
menghormati antarbangsa.
Pembentukan Kepribadian
Kita dapat mengerti permasalahan sosial yang sangat kompleks sebagai akibat
adanya perbedaan dalam lingkungan.
Kita dapat menghargai adanya fakta gejala geografi sehingga akan lebih
memperhatikan berbagai masalah, baik lokal ataupun global.
Kita dapat mengetahui ketersediaan sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan.
Kita dapat menghargai kondisi perekonomian dan kultural yang saling bergantung
antardaerah.
Kita dapat membentuk pribadi melalui refleksi atas lingkungannya dengan
lingkungan orang lain.
Di dalam kehidupan sehari-hari geografi memiliki manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan manusia, meskipun manfaat tersebut tidak secara langsung dirasakan
manusia. Contoh manfaat ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari antara lain
sebagai berikut.
1. Bidang Pertanian
Kebiasaan petani dalam memulai bercocok tanam, meskipun secara tradisional,
sebenarnya sudah menunjukkan bahwa petani tersebut menggunakan ilmu geografi.
Perhitungan terhadap musim, jenis tanah, dan sistem pengairan merupakan contoh
bahwa geografi memiliki peran yang sangat penting dalam bidang pertanian.
2. Bidang Industri
Pemilihan lokasi industri umumnya mempertimbangkan faktor biaya, baik biaya
untuk bahan baku, proses produksi, maupun distribusi. Di dalam pemilihan lokasi
industri tersebut faktor jarak menjadi pertimbangan yang sangat penting, baik
jarak untuk memperoleh bahan baku maupun untuk pemasarannya.
Saat ini lokasi industri telah dikelola sedemikian rupa sehingga berdiri
pemusatan lokasi perindustrian berupa kawasan-kawasan industri. Faktor jarak
merupakan contoh bahwa geografi sangat penting dalam bidang industri.
Paradigma dalam Geografi
Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.
Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian yaitu:
- Paradigma Metafisika atau metaparadigm yang menggambarkan pandangan secara global keseluruhan sebuah ilmu, dimana mempunyai fungsi dasar yaitu, menetapkan apa saja yang sebenarnya (dan yang bukan ) menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, memberi petunjuk kepada ilmuwan kearah mana melihat (dan arah mana yang tidak usah dilihat) agar menemukan apa-apa yang sebenarnya menjadi urusannya, serta memberi petunjuk kepada ilmuwan apa yang dapat diharapkan untuk ditemukan jika ia mendapatkan dan menyelidiki apa-apa yang sebenarnya menjadi urusan dalam bidang ilmunya.Paradigma ini mencakup wilayah konsensus paling luas dalam suatu disiplin dan menetapkan bagian-bagian wilayah penelitian.
- Paradigma Sosiologis, pengertiannya hanya terbatas pada keberhasilan ilmiah yang konkret yang mendapat pengakuan secara universal.
- Paradigma Artefak atau Construct paradigm mengandung artian paling sempit, yang dapat berarti apa-apa yang secara khas (spesifik) termuat dalam suatu buku, instrumen ataupun hasil karya pengetahuan klasik. Secara konseptual paradigma Artefak ada dalam lingkup cakupan paradigma Sosiologis, dan paradigma Sosiologis ada dalam lingkup cakupan Metaparadigm.
Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami berbagai periode perkembangannya. Masing-masing periode menunjukkan kesamaan karakter persepsi terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.
Contoh paradigma dalam geografi sosial antara lain yaitu :
- Paradigma Determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Ratzel
- Paradigma atau faham Posibilitis sekaligus sebagai salah satu pengembang paradigma regional yang dikembangkan oleh Vidal
- Paradigma Bentang alam budaya yang juga menerapkan pendekatan kesejahteraan yang dikembangkan oleh Saver
- Paradigma Regional di Amerika yang dikembangkan oleh Hatshorne
- Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut positivisme ilmu
Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan berjalan melalui kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan yang telah berkembang sebelumnya, sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.
10. Periode Perkembangan Paradigma-paradigma Tradisional
Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara garis besarnya dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:
- Paradigma Eksplorasi
- Paradigma Environmentalisme
- Paradigma Regionalisme
Masing-masing paradigma ini menunjukkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang merupakan pencerminan perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan perkembangan teknologi penelitian serta analisis yang ada.
a. Paradigma eksplorasi
Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada “geographical thought” yang pernah dikenal arsipnya. Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan, penggambaran-penggambaran tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta dasar yang berhubungan dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan atau gambaran-gambaran, peta-peta daerah baru yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang kuat bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik berupa tulisan maupun peta-petanya.
Penemuan-penemuan daerah baru yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat barat mulai bermunculan pada saat itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa deskriptif dan klasifikasi daerah baru beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang mencolok adalah sangat terbatasnya latar belakang teoritis yang mendasari penelitian-penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang menganggap bahwa untuk menyebut perkembangan “geographical thought” atau pikiran/ gagasan secara geografi sebagai suatu deskripsi sederhana tentang apa yang diketahui dan dihasilkan dari pengaturan (ordering) dan klasifikasi (classification) data yang masih sangat sederhana.
b. Paradigma Environmentalisme
Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya sajian yang lebih akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk melakukan pengukuran-pengukuran lebih mendalam lagi mengenai elemen-elemen lingkungan fisik dimana kehidupan manusia berlangsung. Paradigma ini terlihat mencuat pada akhir abad sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari “lingkungan fisik” terhadap pola-pola kegiatan manusia di permukaan bumi bergaung begitu lantang (geographical determinism). Bahkan, sampai pertengahan abad dua puluh saja, ide-ide ini masih terasa gemanya.
Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan. Dalam beberapa hal “morphometric analysis” pada taraf mula ini berakar pada “cognitive description”dimana pengembangan sistem geometris, keruangan dan koordinat yang dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan klasifikasi data yang lebih lengkap, akurat dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.
Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya, merupakan salah satu contohnya dan kemudian sampai batas-batas tertentu dapat digunakan untuk membuat prediksi (model-model prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter Christaller (1993) merupakan contoh yang baik. Upaya untuk menjelaskan terkondisinya fenomena-fenomena tertentu, khususnya “human phenomena” oleh elemen-elemen lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang analisis hubungan antara manusia dan lingkungan alam bermulai disini.
Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis hubungan antara manusia dengan lingkungan alam telah memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan manusia pada ekosistem. Manusia tidak lagi sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi manusia mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam menentukan bentuk-bentuk kegiatannya di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).
c. Paradigma Regionalisme
Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional adalah paradigma Regionalisme. Disini nampak unsur “fact finding tradition of exploration” di satu sisi dan upaya memunculkan sistesis hubungan manusia dan lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar pengenalan ruang yang lebih detail.
Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi hirarkinya (the 1st order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari segi kategorinya (single topic, duoble topic, combine topic, multiple topic, total, regions) adalah beberapa contoh konsep-konsep yang muncul sejalan dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu “temporal analysis” sebagai salah satu bentuk “causal analysis” berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960; Harvey, 1969).
12. Periode Perkembangan Paradigma-Paradigma Kontemporer
Pada masa ini mulai terjadi perkembangan baru di bidang metode analisis kuantitatif dan “model building”. Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai periode paradigma analisis keruangan (the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan tentang ciri-ciri paradigma geografi kontemporer antara lain yaitu adanya sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer adalah adanya kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian terpisah atau salah satu sama lain sehingga hubungan intelektualnya pudar.
Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi agar bahaya yang disinyalir oleh para pakar mengenai pudarnya fitrah geografi adalah dengan pendekatan sistem, khususnya spatial system approach. Untuk sampai ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa geografi. Pada masa ini functional analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik pula sejalan dengan inovasi daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).
Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar. Hal ini memang wajar sekali karena telah disinyalir munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri khas geografi itu sendiri. Selama perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ide sintesis ini. Gerakan pertama kali dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu “regional synthesis”. Semua fenomena dianggap berhubungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan harus mempelajari sintesis daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang mengungkapkan apa yang disebut sebagai “wholeness”. Ide pendekatan sistem memang tidak dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.
Konsep sintesis baru dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang berjudul “Geography : A Modern Synthesis”. Sintesis baru ini berusaha merangkum beberapa pendekatan terdahulu sampai saat ini dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.
13. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
- Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
- Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
- Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan masalah.
14. Tantangan Geografi Ke Depan
a. Dampak Teknologi Komunikasi dan Internet
Sekiar tahun 1990 beredar buku megatrend 2000. Dalam buku itu Naibit dan Arburdense (1990) mensinyalair ada sepuluh kecenderungan (trend) yang akan terjadi pada tahun 2000-an, yaitu:
- masyarakat informasi menjadi masyarakat industri
- teknologi pasca menjadi high tech
- ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia
- jangka pendek menjadi jangka panjang
- sentralisasi menjadi desentralisasi
- bantuan institusional menjadi bantuan diri
- demokrasi representatif menjadi demokrasi partisipatif
- hirarki menjadi jaringan
- utara menjadi selatan
- salah satu menjadi pilihan ganda
Bedasarkan ramalan itu tampak bahwa dewasa ini terjadi perubahan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Informasi telah menjadi bagian penting bagi individu, masyarakat dan negara. Informasi merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari untuk pengambilan keputusan.
Keberadaan masyarakat informasi dewasa ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi komuniasi dan internet. Integrasi kedua teknologi itu telah melipatkan gandakan informasi dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cepat. Intergrasi teknologi komputer dengan teknologi komunikasi itu telah mewujudkan suatu jaringan besar antar warga negara tanpa harus diikat dengan batas-batas negara yang bersangkutan (bordeless).
Teknologi itu telah mampu membuktikan sebagai wahana untuk mengolah (procesess) data menjadi informasi dengan cepat. Selain itu teknologi itu juga telah mampu digunakan sebagai infrastruktur untuk pengiriman data atau informasi secara cepat, murah dan praktis.
Disiplin geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang memerlukan infrastruktur untuk mengolah data geografis menjadi informsi geografi secara cepat. Informsi geografi hasil prosesing itu dibutuhkan oleh berbagai bidang untuk pengembangan wilayah, konsrvasi sumburdaya, penataan ruang, dan sebagainya.
Dalam mempelajari obyeknya, disiplin geografi menggunakan pendekatan keruangan. Dalam pendekatan itu struktur, pola dan proses keruangan harus dapat dipelajari dengan baik dan cepat.
Untuk mempelajari aspek keruangan seperti itu teknologi komputer telah menyediakan program-program analisis keruangan yang makin praktis dan mudah dioperasikan. Dengan kemudahan itu informasi geografi dapat lebih cepat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
Dengan teknolgi internet informasi dapat dengan mudah dan cepat dikirim keseluruh penjuru dunia. Hal itu tidak hanya bermakna untuk penyebaran informasi, tetapi juga untuk memberikan paradigma baru dalam pengelolaan lingkungan menuju keberlanjutan. Sebagaimana permasalahan lingkungan dewasa ini yang paling serius adalah mewujudkan keberlanjutannya.
Dengan kehadiran komputer sebagai komponen teknologi informasi proses analisis dan integrasi yang rumit kalau dikerjakan secara manual akan menjadi mudah, cepat dan akurat (Sutanto, 2000). Oleh karena itu dalam 2 (dua) dekade belakangan ini peran teknologi informasi dalam aplikasi ilmu geografi berkembang dengan cepat dan mejadi kebutuhan yang penting bagi setiap warganegara untuk mengelola wilayah dan sumberdayanya. Pemanafaatan teknologi informasi dlam aplikasi ilmu geografi dikenana dengan Sistem Informasi geografi (SIG). SIG dewasa ini telah berkembang dengan pesat karena didukung dengan teknologi pengindraan jauh (inderaja) dan Global Posistion System (GPS).
Objek Studi Geografi
Objek studi geografi antara lain adalah tentang:
a. Permukaan bumi dan segenap proses yang berlangsung di atasnya;
b. Pengorganisasian wilayah dan ruang di bumi, baik di daratan, perairan maupun di udara;
c. Tafsiran bentang alam dan bentang sosial, termasuk budaya, perkotaan dan pedesaan;
d. Hubungan manusia dengan lingkungan yang berbeda-beda, baik yang merupakan hasil budaya maupun teknologi;
e. Interaksi manusia dengan proses-proses yang ada di muka bumi, yang pada prinsipnya merupakan pendekatan ekologi.
Fungsi Pelajaran Geografi
a. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan.
b. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan Geografi.
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman sosial–budaya masyarakat.
Tujuan Pembelajaran Geografi
Tujuan pembelajaran Geografi meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pengetahuan:
a. Mengembangkan konsep dasar Geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses-prosesnya.
b. Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang, dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan.
c. Mengembangkan konsep dasar Geografi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara/dunia.
Keterampilan:
a. Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan binaan.
b. Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan.
c. Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecendrungan, dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografis.
Sikap:
a. Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar.
b. Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan hidup.
c. Mengembangkan kepekaan tarhadap permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya.
d. Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya.
e. Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.
PRINSIP-PRINSIP GEOGRAFI
Gejala Geografi dalam Kehidupan Sehari-hari
Di muka bumi ini terdapat beberapa gejala alam yang mempengaruhi kehidupan manusia. Timbulnya gejala-gejala alam ini tidak dapat diminta dan tidak dapat ditolak oleh manusia. Corak kehidupan manusia sedikit banyak dipengaruhi gejala alam tersebut. Dapat dikatakan bahwa fenomena alam atau gejala alam mendukung dan sekaligus membatasi aktiviutas manusia. Pada batas-batas tertentu, manusia harus menyesuaiskan diri dengan alam.
Beberapa gejala alam yang mempengaruhi kehidupan manusia antara lain iklim, gempa bumi, vulkanisme, dan bentuk medan atau bentuk permukaan bumi. Masing-masing gejala alam itu mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap kehidupan manusia.
Prinsip-prinsip Geografi dan Unsur Pokok Geografi
Apabila diamati dan dianalisis gejala geografi dalam kehidupan sehari-hari, maka ahli geografi harus selalu berpegang pada empat prinsip berikut.
Prinsip persebaran, yaitu suatu gejala yang tersebar tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang alam, tumbuhan, hewan, dan manusia.
Prinsip interrelasi, yaitu suatu hubungan saling terkait dalam ruang, antara gejala yang satu dengan yang lain.
Prinsip deskripsi, yaitu penjelasan lebih jauh mengenai gejala-gejala yang diselidiki/dipelajari. Deskripsi, selain disajikan dengan tulisan atau kata-kata, dapat juga dilengkapiu dengan diagram, grafik, tabel, gambar, dan peta.
Prinsip korologi, yaitu gejala, fakta atau masalah geografi di suatiu tempat yang ditinjau sebarannya, interrelasinya, interaksinya, dan integrasinya dalam ruang tertentu, sebab ruang itu akan memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala tersebut.
Dalam geografi terdapat dua unsur pokok, yaitu keadaaan alam dan keadaan manusia.
Keadaan alam (realm of nature)
Keadaan alam tidak dinamis dan tidak mengalami perubahan secara cepat bila dibandingkan dengan keadaan manusia. Keadaan alam meliputi lingkungan alam dan bentang alam. Pada lingkungan alam tercakup unsur-unsur:
Kekuatan, seperti rotasi bumi, revolasi bumi, gravitasi, dan perubahan cuaca.
Proses-proses, seperti erosi, sedimentasi, sirkulasi air, dan gejala-gejala vulkanisme.
Unsur-unsur fisik, topologi, dan biotik. Unsur fisik meliputi iklim, air dan tanah. Unsur topologi meliputi luas, letak, dan bentuk. Unsur biotik meliputi flora, fauna, organisme, dan manusia.
Keadaan manusia (human realm)
Keadaan manusia mengalami perubahan yang lebih cepat dan bersifat dinamik dan kreatif. Keadaan manusia meliputi lingkuangan sosial, bentang alam budi daya, dan masyarakat. Lingkuangan sosial seperti faktor-faktor kebiasaan, tradisi, hukum, dan kepercayaan. Sedangkan bentang alam budi daya, seperti hutan buatan, danau buatan, perkebunan, dan persawahan.
Lingkungan geografi sangat berpengaruh terhadap pemusatan penduduk, sebaran penduduk, perilaku dan kebudayaan penduduk, serta hubungannya dengan keadaan alam sekitarnya.
1. Objek
Material Geografi
Yang dimaksud objek material geografi adalah segala sesuatu yang dipelajari
dalam kaitannya dengan fenomena geosfer yang terdapat dan terjadi di lapisan
litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer.
Contoh Objek Material Geografi:
- Kabut, petir, awan adalah fenomena geosfer yang terjadi di lapisan atmosfer;
- Gempa, tanah longsor,d an patahan adalah fenomena geosfer yang terjadi di lapisan litosfer.
- Erosi, banjir dan tsunami merupakan contoh kejadian yang terjadi pada lapisan hidrosfer;
- Kebakaran, perburuan gajah, merupakan contoh kejadian di lapisan biosfer;
- Peperangan, kelaparan, wabah penyakit, merupakan contoh kejadian di lapisan antroposfer.
2. Ojek Formal Geografi
Yang dimaksud dengan objek formal geografi adalah cara pandang dan cara
berpikir mengenai fenomena geosfer. Cara pandang dan berpikir ini dapat
dilakukan melalui analisis dengan pendekatan keruangan, kelingkungan dan
kewilayahan.
Mempelajari geografi dengan mudah dapat dilakukan dengan bentuk beebrapa
perrtanyaan kunci, diantaranya (what), dimana (where), akpan (When), mengapa
(Why), siapa (Who), dan bagaimana (Who). Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut merupakan hasil kajian geografi yang sistematik.
. Objek Studi Geografi
Menurut para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) melalui seminar dan lokakarya nasional di Semarang, telah bersepakat mengenai objek studi geografi. Menurut IGI objek geografi adalah: Objek material dan objek formal.
1. |
Objek Material Geografi |
|||||||||
|
Objek
material geografi yaitu merupakan sasaran atau yang dikaji dalam studi
geografi. |
|||||||||
|
- |
Atmosfer, yaitu lapisan udara: cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan Meteorologi, dll. |
||||||||
|
- |
Lithosfer, yaitu lapisan batu-batuan yang dikaji dalam Geologi, Geomorfologi, Petrografi, dll. |
||||||||
|
- |
Hydrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam Hidrologi dan Oceanografi, dll. |
||||||||
|
- |
Biosfer, yaitu lapisan kehidupan: flora dan fauna yang dikaji dalam Biogeografi, Biologi, dll. |
||||||||
|
- |
Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan lapisan lainnya.Tema sentral artinya diutamakan dalam kajiannya. |
||||||||
|
Jadi dalam mengkaji objek studi geografi tersebut diperlukan pengetahuan dari disiplin ilmu lain seperti Klimatologi, Geologi, Hydrologi, dan sebagainya. Singkatnya geografi berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 1.1.
Gambar 2. Hubungan antara geografi dengan ilmu-ilmu lain. |
|||||||||
2. |
Objek Formal Geografi |
|||||||||
|
Kalau objek material geografi bersangkut-paut dengan bahan kajian, maka objek formal geografi bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi), kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).
Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkaji suatu permasalahan, geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi manusia yang keduanya tak dapat dipisahkan. Bahkan masingmasing cabang geografi saling membutuhkan dan saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya, tentang objek geografi Anda dapat melihat skema berikut. Setelah mempelajari kegiatan 1 dan memahaminya, maka Anda dapat mengerjakan tugas/tes mandiri. |
Obyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni:
Objek Material
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:
- Litosfer (lapisan keras),
Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
- Atmosfer (lapisan udara),
Terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
- Hidrosfer (lapisan air),
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
- Biosfer (lapisan tempat hidup),
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
- Pedosfer (lapisan tanah),
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.
Objek Formal
Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,
- Aspek Keruangan,
Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai kepentingan.
- Aspek Kelingkungan,
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
- Aspek Kewilayahan,
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
- Aspek Waktu
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
Obyek Studi Geografi
Obyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni:
Objek Material
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:
- Litosfer (lapisan keras),
Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
- Atmosfer (lapisan udara),
Terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
- Hidrosfer (lapisan air),
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
- Biosfer (lapisan tempat hidup),
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
- Pedosfer (lapisan tanah),
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.
Objek Formal
Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,
- Aspek Keruangan,
Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai kepentingan.
- Aspek Kelingkungan,
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
- Aspek Kewilayahan,
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
- Aspek Waktu
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
Ruang Lingkup Geografi
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:
- Kajian terhadap wilayah (regional);
- Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah;
- Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya
Pendekatan Ilmu Geografi
Dalam geografi terpadu, para ahli geografi tidak hanya memfokuskan kajiannya pada objek material, tetapi lebih menekankan pada sudut pandang keilmuannya. Menurut Peter Hagget untuk menemukan masalah geografi, maka digunakan tiga bentuk pendekatan, yaitu :
- Pendekatan Keruangan
Fenomena geografi berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dan mempunyai pola keruangan/spasial tertentu (spatial structure).
- Pendekatan Ekologi
Fenomena geografi membentuk suatu rangkaian yang saling berkaitan di dalam sebuah sistem, dengan manusia sebagai unsur utamanya.
- Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis kompleks wilayah merupakan perpaduan antara analisis keruangan dan analisis ekologi.
Konsep Esensial Geografi
Para Ahli Geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan tahun 1988 menghasilkan sepuluh konsep esensial geografi, yaitu:
- Konsep Lokasi
Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok konsep lokasi dibedakan menjadi Lokasi Absolut dan Lokasi Relatif
- Konsep Jarak
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan perhitungan keuntungan berkaitan antar lokasi.
- Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan berhubungan dengan kemudahan interaksi dan caranya antar lokasi
- Konsep Morfologi
Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi.
- Konsep Aglomerasi
Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan.
- Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu tidak sama, tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan.
- Konsep Pola
Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi.
- Konsep Deferensiasi Areal
Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam ataupun kehidupan.
- Konsep Interaksi/ Interdependensi
Interaksi adalah kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat lainnya.
- Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang.
Prinsip-Prinsip Geografi
Dalam studi geografi Nursid Sumaatmadja membagi menjadi empat prinsip utama,
- Prinsip persebaran,
Bahwa gejala, kenampakan, dan masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebarannya sangat bervariasi.
- Prinsip interrelasi,
Bahwa antara komponen atau aspek-aspek lingkungan geografi senantiasa ada hubungan timbal balik atau saling keterkaitan satu sama lain.
- Prinsip deskripsi,
Merupakan cara pemaparan hasil pengkajian studi geografi terhadap gejala, fenomena atau masalah yang ada.
- Prinsip korologi,
Merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip di atas.
Struktur Ilmu Geografi
Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi beberapa percabangan,
Geografi Fisik
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik,
- Geologi
- Geomorfologi
- Meteorologi dan Klimatologi
- Hidrologi
- Oceanografi
- Biogeografi
- Kosmografi
- Pedologi
Geografi Manusia
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi manusia,
- Geografi Ekonomi
- Demografi
- Geografi Politik
- Etnografi
- Geografi Sosial
- Geografi Industri
- Geografi Pariwisata
- Geografi Sejarah
- Geografi Pertanian
- Geografi Transportasi
Geografi Regional
Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas,
- Geografi Regional berdasar Zonasi
Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa, Geografi Kota
- Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara, Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia
Geografi Teknik
Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi teknik terbagi atas,
Objek Studi Geografi
Objek Studi Geografi
Menurut para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf
Indonesia (IGI)
melalui seminar dan lokakarya nasional di Semarang, telah bersepakat mengenai
objek
studi geografi. Menurut IGI objek geografi adalah: Objek material dan objek
formal.
1. Objek Material Geografi
Objek material geografi yaitu merupakan sasaran atau yang dikaji dalam studi
geografi.
Objek studi geografi adalah lapisan-lapisan bumi atau tepatnya fenomena
geosfer.
Geosfer itu luas sekali, meliputi:
- Atmosfer, yaitu lapisan udara: cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi
dan
Meteorologi, dll.
- Lithosfer, yaitu lapisan batu-batuan yang dikaji dalam Geologi, Geomorfologi,
Petrografi, dll.
- Hydrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang
dikaji dalam
Hidrologi dan Oceanografi, dll.
- Biosfer, yaitu lapisan kehidupan: flora dan fauna yang dikaji dalam
Biogeografi, Biologi,
dll.
- Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara
lapisanlapisan
lainnya. Tema sentral artinya diutamakan dalam kajiannya.
Jadi dalam mengkaji objek studi geografi tersebut diperlukan pengetahuan dari
disiplin
ilmu lain seperti Klimatologi, Geologi, Hydrologi, dan sebagainya.
Singkatnya geografi berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain. Untuk lebih jelasnya
perhatikan
gambar 1.1.
Gambar 1.1. Hubungan antara geografi dengan ilmu-ilmu lain.
2. Objek Formal Geografi
Kalau objek material geografi bersangkut-paut dengan bahan kajian, maka objek
formal
geografi bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal
adalah
metode atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah.
Objek studi geografi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
objek material dan objek formal.
1. Objek Material
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material
yang umum dan luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:
a. Litosfer (lapisan keras), merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini
disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
b. Atmosfer (lapisan udara), terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
dikenal sebagai troposfer.
c. Hidrosfer (lapisan air), baik yang berupa lautan, danau, sungai dan air
tanah.
d. Biosfer (lapisan tempat hidup), yang terdiri atas hewan, tumbuhan, dan
manusia sebagai suatu komunitas bukan sebagai individu.
e. Pedosfer (lapisan tanah), merupakan lapisan batuan yang telah mengalami
pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.
Jadi secara nyata objek material geografi meliputi gejala-gejala yang terdapat
dan terjadi di muka bumi, seperti aspek batuan, tanah, gempa bumi, cuaca,
iklim, gunung api, udara, air serta flora dan fauna yang terkait dengan
kehidupan
manusia.
2. Objek Formal
Objek formal adalah sudut pandang dan cara berpikir terhadap suatu gejala
di muka bumi, baik yang sifatnya fisik maupun sosial yang dilihat dari sudut
pandang keruangan (spasial). Dalam geografi selalu ditanyakan mengenai dimana
gejala itu terjadi, dan mengapa gejala itu terjadi di tempat tersebut. Di sini
ilmu geografi diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut.
1) Apa (what), berkaitan dengan struktur, pola, fungsi dan proses gejala atau
kejadiandi permukaan bumi.
2) Di mana (where), berkaitan dengan tempat atau letak suatu objek geografi di
permukaan bumi.
3) Berapa (how much/many), berkaitan dengan hal-hal yang menyatakan ukuran
(jarak, luas, isi, dan waktu) suatu objek geografi dalam bentuk angka-angka.
4) Mengapa (why), berkaitan dengan rangkaian waktu dan tempat, latar belakang,
atau interaksi dan interdependensi suatu gejala, peristiwa, dan motivasi
manusia.
5) Bagaimana (how), berkaitan dengan penjabaran suatu pola, fungsi, dan proses
gejala dan peristiwa.
6) Kapan (when), berkaitan dengan waktu kejadian yang berlangsung, baik waktu
yang lampau, sekarang, maupun yang akan datang.
7) Siapa (who), berkaitan dengan subjek atau pelaku dari suatu kejadian atau
peristiwa.
Sebagai contoh suatu daerah yang mengalami kekeringan. Dalam memandang
peristiwa ini pertanyaan yang harus dijawab seperti berikut.
1) Apa (what), yang terjadi?
Jawab: kekeringan.
2) Di mana (where) kekeringan itu terjadi?
Jawab: di Kabupaten Gunung Kidul.
3) Berapa (how much/many) banyak air yang masih bisa dimanfaatkan?
Jawab: bila dalam keadaan normal, debit sungai mencapai 1 l/S, namun saat
kemarau panjang sama sekali tidak ada debit.
4) Mengapa (why) kekeringan itu bisa terjadi?
Jawab: karena pengaruh iklim dan faktor litologi penyusun di kawasan tersebut.
5) Bagaimana (how) kekeringan itu berlangsung?
Jawab: kekeringan melanda seluruh kawasan batu gamping di wilayah gunung kidul,
hal ini ditandai dengan mengeringnya sumur-sumur penduduk, sungai, dan telaga
atau sumber mata air yang ada.
6) Kapan (when) kekeringan itu terjadi?
Jawab: terutama pada musim kemarau tiba (April – Oktober).
7) Siapa (who) yang harus terlibat dalam mengatasi kekeringan tersebut?Jawab:
seluruh lapisan masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, dan pemerintah pusat
SIMPULAN:
Dalam objek formal ada tiga hal pokok dalam sudut pandang keruangan, yang
terdiri atas:
a. pola dari sebaran gejala tertentu di muka bumi (spatial paterns),
b. keterkaitan atau hubungan sesama antargejala (spatial system), dan
c. perkembangan atau perubahan yang terjadi pada suatu gejala (spatial
process).
Jadi, objek formal geografi adalah cara pandang atau cara berpikir terhadap
objek material dari sudut pandang keruangan (spatial) yang meliputi pola,
sistem, dan proses
Objek Studi Geografi
Tahukah kamu geografi mempunyai dua objek studi ?
1. Objek material, geosfer yang terdiri dari litosfer, hidrosfer, biosfer, atmosfer dan antroposfer
2. Objek formal, cara pandang dan berfikir terhadap objek materil dalam kerangka region. inti kajian tersebut meliputi spatial pattern (pola sebaran objek dipermukaan bumi, spatial system (keterkaitan antar gejala dipermukaan bumi), spatial procces (dinamika/perubahan gejala dipermukaan bumi.
Kemunculan geografi diawali ketidaktahuan manusia tentang lingkungan tempat hidupnya, sehingga manusia berusaha memahami setiap gejala dan fenomena yang terjadi disekitarnya. Salah satunya adalah dengan melakukan perjalanan ke beberapa tempat yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan, aliran ini dikenal dengan sebutan Logografi.
Orang yang pertama kali memunculkan istilah geografi adalah seorang ilmuan Yunani yang bernama Eratosthenes (276 - 196 SM) dengan menggunakan istilah Geograpika Sekaligus mendefinisikan geografi yaitu Geography is writing about the earth (geografi adalah tulisan atau tulisan tentang bumi).
Perkembangan ilmu geografi di Indonesia ditandai dengan dirumuskannya definisi geografi oleh para ahli Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) pada tahun 1988 di Semarang. bunyi definisinya adalah "Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena gesfera dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan".
Menurut Sumaatmadja geografi sebagai ilmu memilki nilai pendidikan (edukasi) dan nilai keagamaan (religius) selain itu untuk mendidik warga negara agar mempunyai nilai nasinalisme karena adanya wawasan keruangan (wawasan nusantara), dan cinta tanah air.
Secara praktis dewasa ini geografi memberikan sumbangan pemikiran terhadap penataan dalam pemanfaatan ruang di permukaan bumi, misalnya untuk kegiatan pertanian, perindustrian, pemukiman, transportasi dan pemanfaatan sumberdaya.
PERKEMBANGAN ILMU GEOGRAFI
Disiplin ilmu Geografi berkembang akibat tuntutan kebutuhan manusia. Setiap generasi cenderung memiliki perbedaan kebutuhan sesuai perkembangan masyarakat saat itu (Holt-Jensen, 1980 p. 9). Dalam kehidupannya, setiap individu pada umumnya memiliki kemampuan untuk menjelaskan tentang situasi dan kondisi tempat tinggalnya serta memberikan penjelasan apa yang terjadi jika menetap di tempat lain yang berbeda. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa setiap manusia pada dasarnya sudah memiliki apa yang disebut “geographical thingking” (pola berpikir geografis).
Geografi sebagai ilmu mulai menjadi perhatian sejak tahun 300 sebelum masehi yaitu pertama kali digunakan secara ilmiah oleh peserta didik di Mesir. Pengamatan tentang aliran air sungai Nil rata rata tahunan serta penjelasan tentang keragaman nilai pengamatan dilakukan oleh Herodotus merupakan awal pengenalan istilah “geographical setting” yaitu istilah yang berkaitan dengan lokasi obyek baik lokasi absolut maupun lokasi relatif.
Dalam perkembangannya, Wayne K Davies (dalam Holt-Jensen, 1980 p.2) menjelaskan bahwa pada periode abad 15 sampai abad 19, para geograf dunia aktif dalam kegiatan penemuan benua baru, menyusun peta berikut uraiannya melalui keahlian kartografi yang dikuasainya. Pada abad 19 bermunculan perkumpulan ahli Geografi seperti Societe de Geographie de Paris (1821), Gessellschaft fur Erdkunde zu Berlin (1828), the Royal Geographical Society di London (1830), Meksiko (1833), Frankfurt (1836), Brasil (1838), Rusia (1845) dan the American Geographical Society (1852). Sampai dengan tahun 1885 tercatat hampir 100 organisasi masyarakat geografi dengan jumlah anggota mencapai lebih dari 50.000 orang. Apabila dibandingkan dengan kondisi di Indonesia, masyarakat Geografi baru mulai menghimpun diri dengan nama Ikatan Geograf Indonesia pada tahun 1980 an dengan jumlah anggota kurang dari 1000 orang. Organisasi IGI bernaung di bawah International Geography Union (IGU) yang berpusat di Jerman (Haggett, 2001).
Perkembangan ilmu Geografi semakin pesat mulai awal abad XX. Pada tahun 1919 Feneman (Holt-Jensen, 1980 p.5) menjelaskan tentang bagaimana para geograf melakukan sintesa berbagai kajian disiplin ilmu lain, dari sudut pandang keruangan (spatial perspective), terutama menyangkut relasi spasial. Sebagai contoh , hasil kajian yang menyangkut karakteristik batuan (Geologi), karakteristik tumbuhan (Biologi), karakteristik iklim (Klimatologi) dan perilaku masyarakat di suatu wilayah (Sosiologi), dengan menggunakan metode analisis geografis, hasil hasil kajian tersebut dapat ditelaah agar diperoleh dalil dalil tertentu. Contoh sederhana tersebut selanjutnya dapat dikembangkan pada jenis dan jumlah variabel yang lebih banyak untuk menghasilkan informasi geografis yang lebih lengkap.
Gambar 1. Ruang lingkup ilmu Geografi (Fenneman dalam Holt-Jensen, 1980).
Saat ini berbagai model dan metode analisis kuantitatif, di samping metode kualitatif deskriptif, sudah dimanfaatkan secara meluas dalam penelitian geografi. Laju pemanfaatan model model kuantitatif semakin meningkat seiring dengan tersedianya berbagai fasilitas analisis dalam bentuk perangkat lunak teknologi Sistem Informasi Geografi dan perangkat keras teknologi Komputer dan Telekomunikasi serta kemudahan dalam penggunaanya (Worboys, 1998). Proses pengolahan data dan analisis dapat dilakukan dengan lebih cepat dalam satuan menit, tidak lagi dalam satuan jam atau hari sebagaimana sistem lama. Dalam kondisi ideal, informasi geografis yang dibutuhkan akan dapat dengan cepat diperoleh pemakai (user). Dalam era persaingan yang semakin ketat dewasa ini kecepatan memperoleh informasi merupakan salah satu faktor kritis penentu keberhasilan (csf) usaha. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari perubahan paradigma masyarakat sejak masyarakat nomaden (nomadic society) sampai dengan masyarakat informasi (knowledge society) sebagaimana pendapat Boar (1997.p 5).
Gambar 2. Perkembangan paradigma masyarakat.
Perkembangan paradigma seperti dalam gambar 2 di atas dapat menjelaskan adanya perbedaan pola kehidupan masyarakat, cara bekerja dan tingkat kesejahteraannya. Perbedaan karakteristik pasar (marketplace) dalam bentuk individu per individu (person to person) pada masyarakat nomaden, pasar tradisionil pedesaan pada masyarakat agraris, pasar grosir pada masyarakat perdagangan, pusat perbelanjaan (shopping malls) pada masyarakat industri dan karakteristik adanya transaksi berbasis internet seperti online-shopping pada masyarakat informasi. Dalam masyarakat informasi, setiap individu tidak perlu melakukan perjalanan untuk memenuhi kebutuhannya karena barang yang dibutuhkan akan diterima di tempat setelah melakukan transaksi melalui internet. Perubahan perilaku masyarakat tersebut secara siknifikan akan mengurangi kepadatan lalulintas baik darat, laut maupun lalulintas udara, di mana pada gilirannya pemakaian ruang fisik geografis akan semakin efisien.
Hal menarik dari masyarakat informasi adalah adanya akibat dari dampak perkembangan teknologi informasi yang tidak memandang lagi batas geografis (borderless) sehingga muncul pendapat yang menyatakan bahwa era informasi saat ini adalah era matinya ilmu Geografi (death of geography). Perkembangan teknologi informasi dipandang sebagai peubah determinan terhadap laju perkembangan ilmu Geografi. Sebagai contoh, perkembangan teknologi tersebut akan mempercepat terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam berproses mengikuti perkembangan globalisasi yang melanda seluruh dunia. Struktur marketplace berubah menjadi marketspace.
Perubahan mendasar paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat ini mendorong masyarakat geografi untuk memenuhi tuntutan perubahan paradigma dan substansi pendidikan Geografi di Indonesia. Perumusan kompetensi lulusan, penyempurnaan bahan ajar (kurikulum), pembinaan staf pengajar, kegiatan pemasyarakatan peran Geografi dan peningkatan apresiasi profesi geograf perlu segera dilakukan. Demikian pula kegiatan penelitian yang berkaitan dengan hambatan pengembangan disiplin ilmu Geografi di Indonesia, dari berbagai sudut pandang, perlu dilaksanakan secara intensif .
Struktur Ilmu Geografi
Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi beberapa percabangan,
Geografi Fisik
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik,
- Geologi
- Geomorfologi
- Meteorologi dan Klimatologi
- Hidrologi
- Oceanografi
- Biogeografi
- Kosmografi
- Pedologi
Geografi Manusia
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi manusia,
- Geografi Ekonomi
- Demografi
- Geografi Politik
- Etnografi
- Geografi Sosial
- Geografi Industri
- Geografi Pariwisata
- Geografi Sejarah
- Geografi Pertanian
- Geografi Transportasi
Geografi Regional
Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas,
- Geografi Regional berdasar Zonasi
Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa, Geografi Kota
- Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara, Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia
Geografi Teknik
Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi teknik terbagi atas,
- Kartografi
- Penginderaan Jauh
- Sistem Informasi Geografis
- Metode Kuantitatif Geografi
Pengertian dan Batasan Geografi
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti bumi dan grafhein
berarti tulisan. Jadi secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi.
Oleh karena itu, geografi sering juga disebut ilmu bumi. Akan tetapi, yang
dipelajari dalam geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan
juga berbagai hal yang ada di permukaan bumi, di luar bumi, bahakan benda-benda
di ruang angkasa pun turut menjadi objek kajian geografi. Geografi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari/ mengkaji bumi dan segala sesuatu
yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara, dan segala
interaksinya.
Ruang Lingkup Geografi
Secara garis besar, seluruh objek kajian geografi dapat dibedakan atas dua
aspek utama, yaitu aspek fisik dan aspek sosial. Aspek fisik meliputi aspek
kimiawi, biologis, astronomis, dan sebagainya, sedangkan aspek sosial meliputi
aspek antropologis, politis, ekonomis, dan sebaginya.
Interaksi geografi dengan ilmu-ilmu lain melahirkan disiplin ilmu baru yang
merupakan cabang tersendiri. Misalnya,
· Interaksi antara geografi dan biologi melahirkan biogeografi.
· Interaksi antara geografi dan antropologi melahirkan antropogeografi atau
etnografi.
· Interaksi antara geografi dengan matematika melahirkan geografi matematik.
Jika bumi dipandang dari segi teori lingkungan hidup, permukaan bumi dapat
dikelompokkan menjadi tiga lingkungan, yaitu sebagai berikut.
1. Lingkungan fisikal (physical environment) atau abiotik adalah segala sesuatu
di sekitar manusia yang berupa makhluk tak hidup, misalnya tanah, udara, air,
dan sinar matahari.
2. Lingkungan biologis (biological environment) atau biotic adalah segala
sesuatu di sekitar manusia yang berupa makhluk hidup, seperti binatang,
tumbuhan-tumbuhan termasuk di dalamnya adalah manusia.
3. Lingkungan sosial (social environment) adalah segala sesuatu di sekitar
manusia yang berwujud tindakan atau aktivitas manusia baik dalam hubungannya
dengan lingkungan alam maupun hubungan antarmanusia.
Berkaitan dengan teori lingkungan, William Kirk telah menyusun struktur
lingkungan geografi yang digolongkan menjadi lingkungan fisikal dan lingkungan
non fisikal.
A. Lingkungan fisik
1. Aspek topologi
· Letak
· Luas
· Bentuk
· Batas
2. Aspek non-biotik
· Tanah
· Air
· Iklim
3. Aspek biotik
· Manusia
· Hewan
· Tanaman
B. Lingkungan non-fisik
1. Aspek sosial
· Tradisi, adat
· Kelompok
· Masyarakat
· Lembaga sosial
2. Aspek ekonomi
· Industri
· Perdagangan
· Perkebunan
· Transportasi
· Pasar, dsb
3. Aspek budaya
· Pendidikan
· Agama
· Bahasa
· Kesenian, dll
4. Aspek politik
· Pemerintahan
· Kepartaian
Ilmu Penunjang Geografi
Geologi : ialah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan: kejadian,
struktur, komposisi, sejarah, dan proses perkembangannya.
Geofisika : ialah ilmu yang mengkaji sifat-sifat bumi bagian dalam dengan
metode teknik fisika, seperti mengukur gempa bumi, gravitasi, medan magnet, dan
sebagainya.
Meteorologi : ialah ilmu yang mempelajari atmosfer, misalnya udara, cuaca,
suhu, angin, dan sebaginya.
Astronomi : ialah ilmu yang mempelajari benda-benda langit diluar atmosfer
bumi, seperti matahari, bulan, bintang, dan ruang angkasa.
Biogeografi : ialah studi tentang penyebaran makhluk hidup secara geografis di
muka bumi ini.
Geomorfologi : ialah studi tentang bentuk-bentuk muka bumi dan segala proses
yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.
Hidrografi : ialah ilmu yang berhubungan dengan pencatatan, survey serta
pemetaan laut, danau, sungai, dan sebagainya.
Oseanografi : ialah ilmu yang mempelajari lautan, misalnya: sifat air laut,
pasang surut, arus, kedalaman, dan sebaginya.
Paleontologi : ialah ilmu tentang fosil-fosil serta bentuk-bentuk kehidupan
dimasa purba (prasejarah) yang terdapat dibawah lapisan-lapisan bumi.
Antropogeografi : ialah cabang gografi yang mempelajari penyebaran
bangsa-bangsa di muka bumi dilihat dari sudut geografis. Oleh karena itu,
disebut juga etnografi.
Geografi Matematik : ialah ilmu geografi yang berkenaan dengan perkiraan
bentuk, ukuran serta gerakan bumi: lintang dan bujur geografi, meridian,
paralel, luas permulaan bumi dan sebaginya (kadang-kadang disebut juga geografi
teknik).
Geografi Historik : ialah cabang geografi yang mempoelajari bumi ditinjau dari
sudut sejarah dan perkembangannya.
Geografi Regional : ialah cabang geografi yang mempelajri suatu kawasan
tertentu secara khusus, misalnya, Geografi Asia Tenggara, Geografi Timur
Tengah, dan sebagainya.
Geografi Politik : ialah cabang geografi yang khusus mengkaji kondisi-kondisi
geografis ditinjau dari sudut politik atau kepentingan negara.
Geografi Fisik : ialah cabang geografi yang mengkaji tentang bentuk dan
struktur permukaan bumi, yang mencakup aspek geomorfologi dan hidrologi.
Geografi Manusia : ialah cabang geografi yang mengkaji tentang aspek sosial,
ekonomi, dan budaya penduduk.
Hakikat
Geografi : sebuah ulasan
Geografi adalah mata ajar yang diberikan kepada siswa, baik di tingkat
pendidikan dsar maupun menengah. Pada tingkat pendidikan dasar, mata ajar ini
disampaikan dalam satu nama rumpun, yaitu ilmu pengetahuan social, kendati
kalau di tingkat SMP/MTs-nya pelajaran ini dipecah menjadi empat pelajaran IPS
(sejarah dan PKn, serta Ekonomi). Sedangkan untuk tingkat SMA/MA, pelajaran
geografi diberikan kepada siswa kelas X, dan kelas XI-XII program IPS .
Terkait dengan agenda pendidikan multicultural, setidaknya ada dua hal yang bisa mendukung pada kesadaran ini. Pertama, dilihat dari hakikat geografi, dan kedua dilihat dari materi ajar geografi itu sendiri.
Geografi pada hakikatnya adalah ilmu yang mempelajari sebaran, interaksi dan aktualitas fenomena geosfera. Dalam geografi dikemukakan mengenai sebaran anekaragam fenomena geosfera. Ini sudah tentu, sangat erat dengan inventarisasi fakta-fakta keanekaragaman budaya.
Dengan belajar geografi, orang akan diajak untuk membaca, menelaah, dan atau menganalisis mengenai anekaragam dan sebaran anekaragam fenomena geosfera. Keanekaragaman suku bangsa adalah fenomena geosfera yang diajarkan kepada peserta didik.
Lebih jauh
dari itu, geografi pun tidak sekedar menjelaskan letak-letak keanekaragaman
budaya, tetapi menjelaskan pula mengenai interaksi antara manusia, dan antara
manusia dengan lingkungan. Arthur Getis, menyebutkan bahwa interaksi antar
manusia dan lingkungan (human environment interaction) adalah salah satu konsep
dasar dalam bidang studi geografi. Dengan kata lain, geografi bukan hanya
mempelajari mengenai ada apa dengan anekaragam fenomena gesfera, namun
bagaimana pola atau model interaksi antara manusia dengan lingkungan, dan antar
ruang fenomena geosfera tersebut.
Melalui kajian ini jelas sudah, bahwa geografi memiliki potensi besar dalam
menjelaskan mengenai bagaimana pola-pola interaksi keruangan antar perbedaan
atau persamaan fenomena geosfera. Fenomena orang gunung berinteraksi dengan
orang pantai, atau orang pantai dengan orang pemukiman, orang Sunda dengan
Padang dan lain sebagainya. Analisis mengenai fenomena-fenomena tersebut,
merupakan nilai penting dalam usaha pengembangan pendidika multicultural di
Indonesia.
Cirri dasar ketiga dari hakikat geografi yaitu mempelajari mengenai
aktualitas-keanekaragaman. Pertanyaan “mengapa berbeda” adalah salah satu dari
pertanyaan geografi. Mengap orang Sunda memiliki pola makan yang berbeda dengan
orang Jakarta, mengapa seni orang Bali berbeda dengan orang Dayak, mengapa
rumah orang Batak berbeda dengan orang Dani di Papua, dan lain sebagainya.
Jawaban terhadap pertanyaan itu, membutuhkan ada analisis keruangan yang
memadukan antara kondisi social budaya, ekonomi dan lingkungan fisik .
Penjelasan yang mendalam mengenai keruangan tersebut, merupakan bentuk nyata
dari analisis aktualitas keanerakagam budaya. Dengan kata lain, melalui
penjelasan yang geografik, seseorang akan dengan mudah memahami mengapa koteks
dibolehkan di Papua, sedangkan dianggap kurang cocok bila dikenakan oleh
masyarakat Kota Bandung atau Jakarta. Hal ini adalah bagian penting dari analisis
geografik mengenai aktualitas keanekargaman budaya.
Selain mengaju kepada hakikat geografi tersebut, potensi besar sumbangan geografi terhadap pendidikan multicultural adalah dilihat dari objek material geografi itu sendiri. Baik di SMP/MTs maupun SMA/MA, keanekaragam kehidupan manusia (antroposfera) merupakan materi penting yang disampaikan geografi. Kendati sayangnya, materi ajar ini lebih banyak ke aspek kuantitaif kependudukan, seperti menghitung angka kematian (mortalitas), kelahiran (natalitas), dan perpindahan penduduk (mograsi), dan belum menyentuh aspek keunikan dan keragamanan budaya masyarakat.
Bab I Hakekat Geografi
- Pengertian / Definisi Geografi
1) Eratothenes ; mengungkapkan istilah geografi yang berasal dari kata geo (bumi) dan graphein (mencitra) berarti geografi adalah penulisan tentang bumi.
2) Claudius Ptolomeus ; geografi adalah penyajian dari sebagian atau seluruh permukaan bumi melalui peta.
3) Ellsworth Huntington ; geografi adalah studi tentang alam & penyebarannya dan relasi antara lingkungan alam dengan kualitas / aktivitas manusia.
4) James E Preston ; geografi adalah ilmu yang berhubungan dengan interelasi manusia dengan habitatnya, geografi menurutnya dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu yang ada.
5) Bintarto ; geografi adalah ilmu pengetahuan yang menceritakan, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam & penduduk serta mempelajari corak yang khas dalam kehidupan & berusaha mencari fungsi dan unsur bumi dalam ruang dan waktu.
6) Seminar Lokakarya IGI (Ikatan Geografi Indonesia ) Semarang 1988 ; geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan & perbedaan fenomena geosfer dari sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
B. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut. Menurut Seminar Lokakarya yang disepakati ada 10 konsep, yaitu :
1. Konsep Lokasi
Lokasi atau letak merupakan konsep utama yang mencirikan geografi. Konsep lokasi ada 2 yaitu Absolut dan Relatif. Konsep lokasi dibedakan menjadi dua yaitu :
§ Lokasi absolut menunjukan letak yang tetap terhadap system grid (kisi- kisi) atau koordinat. Untuk penentuan lokasi absolute dimuka bumi dipakai sistem koordinasi garis lintang dan garis bujur yang biasa disebut Letak Astronomis. Letak absolut bersifat tetap, tidak berubah, meskipun kondisi tempat yang bersangkutan disekitarnya dapat berubah. Contoh : letak astronomis Indonesia berada pada 95° BT - 141° BT dan 6° LU - 11° LS.
§ Lokasi relief lokasi relief lazim disebut dengan Letak Geografis. Artinya lokasi ini berubah-ubah berkaitan dengan keadaan sekitarnya. Misalnya : tempat yang mempuyai fakta 2° LS dan 134° BT yang sekarang berupa tempat di hutan daerah pegunungan pulau Irian, tempat itu mungkin tidak penting artinya, namun pada suatu saat apabila di lokasi itu diusahakan sebagai tambang minyak bumi maka tempat itu mempuyai arti yang sangat penting.
2. Konsep Jarak
Dinyatakan dalam satuan geometrik dan satuan waktu (jarak tempuh)
3. Konsep Keterjangkauan
Mudah atau sulitnya suatu lokasi dijangkau. Faktor-faktor yang mempengaruhi: lokasi, jarak dan kondisi setempat.
4. Konsep Pola
Kaitan antara pola gejala alam dengan kehidupan
5. Konsep Geomorfologi
Geografi selalu membicarakan mengenai bentuk permukaan bumi
6. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi adalah kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dengan aktifitas manusia. Misalnya pengelompokkan permukiman daeerah kumuh (slum), permukaan daerah elit dan pengelompokkan pusat perdagangan.
7. Konsep Perbedaan Wilayah atau Differensiasi areal
Satu wilayah dengan wilayah,terwujud hasil integrasi berbagi unsur atau fenomena lingkungan baik bersifat alam maupun kehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah mempuyai corak tersendiri sebagai region yang berbeda dari tempat atau wilayah lain.
8. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan bersifat relatif, sesuai sudut pandang manusia.
9. Konsep Interaksi
Interaksi adalah terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara objek atau tempat yang satu dengan yang lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan yang ada di tempat lain.
Interdependensi itu sendiri merupakan peristiwa yang tidak bisa dipisahkan keterkaitannya dengan interaksi. Karena interdenpendensi mempuyai arti saling tergantung. Jadi, faktor interaksi bisa terjadi karena adanya saling ketergantungan dalam banyak hal.
10. Konsep Keterkaitan dengan keruangan
Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena yang lain.
C. Geografi dalam mengkaji suatu fenomena yang ada di permukaan bumi menggunakan 3 pendekatan sebagai berikut :
• Pendekatan keruangan
• Pendekatan kelingkungan
• Pendekatan kewilayahan
PENDEKATAN KERUANGAN
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
PENDEKATAN KELINGKUNGAN
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.
PENDEKATAN KEWILAYAHAN
merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat horisontal dan vertikal.
- Objek Geografi
Ø Objek Material (Geosfer)
ü Litosfer
ü Hidrosfer
ü Atmosfer
ü Biosfer
ü Anthroposfer
ü Pedosfer
Ø Objek Formal (Region) ; ada pola hubungan / interaksi & interdepensi di dalam region.
E. Geografi mempunyai Prinsip Prinsip dalam kajiannya terhadap fenomena geosfer, prinsip itu adalah :
v Prinsip Sebaran atau distribusi
Gejala dan fakta geografi tersebar tidak merata di muka bumi, baik yang merupakan gejala alam maupun kemanusiaan.
v Prinsip Interelasi
Hubungan atau keterkaitan yang terjadi antara gejala alam, fakta atau peristiwa yang terdapat disuatu wilayah atau tempat.
v Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia saling keterkaitan. Keterkaitan aspek alam dan manusia dapat dideskripsikan melalui fakta, gejala, masalah, sebab akibat. Secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik maupun diagram.
v Prinsip Korologi
lmu tentang wilayah-wilayah di permukaan bumi, antara wilayah satu dengan yang lain terdapat persamaan dan perbedaan. Prinsip korologi adalah mempelajari gejala, fakta atau peristiwa geografi dengan memperhatikan penyebarannya, interelasinya dan interaksinya dalam ruang.
F. PARADIGMA GEOGRAFI
paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Terdiri dari :
· Pandangan Kosmografis yaitu pandangan sementara para ilmuwan terhadap alam semesta. Disebut juga pandangan holistic, munculnya berbagai teori seperti “geosentris” oleh ptolomeus bahwa bumi sebagai pusat tata surya dan “ heliosentris “ oleh Nicholas Copernicus bahwa sebenarnya mataharilah sebagai pusat tata surya.
· Pandangan Environmentalis / Determinism Fisik yaitu pandangan kehidupan manusia masih dipengaruhi oleh alam dan lingkungan. Tokohnya adalah Ratzel dan Elsworth Huntington.
· Pandangan Possilibis / Neo Determinism yaitu pandangan untuk segala kemungkinan manusia masih dipengaruhi oleh alam tetapi manusia dapat menentukan sendiri nasibnya dengan bantuan teknologi. Tokoh yang terkenal yaitu Paul Vidal de Blache.
· Pandangan Probabilisme yaitu pandangan segala kemungkinan terhadap ukuran prilaku manusia dilihat dari statistikanya. Tokonya adalah Peter Hagget.
· Pandangan Voluntarisme yaitu pandangan para ilmuwan bahwa manusia bebas menguasai apapun di dunia ini.
G. ILMU PENUNJANG GEOGRAFI
a. Geologi, adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk permukaan bumi akibat tenaga dari dalam bumi (endogen: vulkanisme, tektonisme, gempa bumi), termasuk struktur, komposisi dan sejarahnya
b. Geomorfologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk muka bumi serta perubahannya akibat tenaga dari luar (Exogen: pelapukan, erosi, sedimentasi).
c. Meteorologi, adalah ilmu yang mempelajari atmosfer, yaitu tentang udara, cuaca, suhu, angin, awan, curah hujan, radiasi matahari, dan sebagainya.
d. Hidrologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang air di permukaan bumi/tanah, di bawah tanah; termasuk sungai, danau, mata air, air tanah dan rawa-rawa.
e. Klimatologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan kondisi rata-rata cuaca.
f. Antropologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia khususnya mengenai ciri, warna kulit, bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.
g. Ekonomi, adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
h. Demografi, adalah ilmu yang mempelajari dan menguraikan tentang penduduk..
H. Rang Lingkup Geografi
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun
gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi
yaitu:
- Kajian terhadap wilayah (regional);
- Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah;
- Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya
Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
- obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
- pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
- pendekatan keruangan,
- pendekatan kelingkungan, dan
- pendekatan kompleks wilayah
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau
kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan.
Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial
structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial proces)
(Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
- What? Struktur ruang apa itu?
- Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
- When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
- Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
- How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
- Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk
kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti
itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan
elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan
keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension).
Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar
analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di
kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup
lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek,
yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena
(phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu
pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting
dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya
gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai
lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan
pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah
dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
- menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
- menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua
- menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
- Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
- Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
- Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
konsep- konsep Geografi1. Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas :
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.
7. Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi antara desa dengan kota.
9. Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.
Konsep Geografi
1. Globalisme
Konsep ini terwujud dari hasil studi tentang bumi sebagai suatu bentuk “sphaira” atau bola, dan bumi sebagai bagian dari tata-surya. Bentuk bumi seperti itu (speroid), peredarannya, dan hubungannya dengan matahari, menghasilkan kejadian-kejadian penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain. Inklinasi sumbu-sumbu dan revolusi bumi mengelilingi matahari menghasilkan musim dan zona iklim; rotasi bumi menimbulkan gejala siang-malam, mempengaruhi gerakan air dan udara. Studi tentang globe sebagai model (miniatur) dari bumi memberikan dasar pengertian tentang grid-paralel dan meridian, yang selanjutnya memberikan pengertian tentang waktu, letak geografis, hakikat skala, distorsi peta.
Pengetahuan tentang hubungan bumi-matahari, grid, skala, distorsi peta itu sangat mendasar bagi geografi.
2. Diversitas dan Variabilitas
Gejala-gejala permukaan bumi tidak sama dan tidak tersebar merata, menimbulkan kebedaan atau diversitas dari tempat ke tempat. Ada tiga buah konsep penting yang berkaitan dengan pengertian diversitas tersebut, yaitu pola, kebedaan areal, dan regionalisasi.
a. Pola
Gejala-gejala alam yang tersebar tidak merata pada permukaan bumi membentuk aneka ragam pola yang digambarkan pada peta dalam berbagai ragam skala. Contohnya : pola iklim dunia, pola persebaran gunung-api, pola pengaliran sungai Jeneberang, pola okupasi manusia (berladang, bertani, berdagang, industri), pola pemukiman, pola lalu-lintas, dsb. Pola-pola dari berbagai ragam gejala tersebut dapat digolong-golongkan dan dipelajari secara sistematis. Gabungan dari berbagai macam pola di suatu tempat atau wilayah akan menentukan ciri-ciri tertentu dan memberikan corak khas dari berbagai area. Keadaan areal yang berbeda-beda tersebut menjadi perhatian para ahli geografi.
b. Kebedaan Areal
Kebedaan areal merupakan konsep dasar geografi. Pada umumnya kebedaan areal tersebut mengacu kepada variabilitas dari permukaan bumi. Tidak ada dua tempat atau kawasan di dunia ini yang identik sama.
Geografi terwujud karena hasrat manusia untuk mengerti tentang kebedaan (diversitas) dari permukaan bumi, yaitu kebedaan areal. Dunia ini terdiri dari tempat-tempat dan kawasan yang berbeda satu sama lain sebagai akibat dari kejadian paduan (konfigurasi) gejala-gejala yang berada di atasnya.
c. Regionalisasi
Sungguhpun tidak ada dua tempat yang persis sama, namun ada wilayah-wilayah geografis yang sedikit-banyak memiliki kesamaan. Wilayah yang relatif sama atau homogen itu disebut kawasan atau region.
Lingkup kawasan (region) ditentukan oleh dasar alasan yang berbeda-beda, tergantung tujuan penyelidikan. Ada yang dasarnya kesamaan tunggal, misalnya penduduk; ada yang berdasarkan kesamaan jamak seperti iklim, vegetasi serta pertanian. Kawasan juga dapat disatukan berdasarkan intensitas hubungan. Kawasan fungsional demikian itu, contohnya sebuah pusat perdagangan di sebuah kota. Batas-batas kawasan merupakan zona yang relatif sempit (jadi bukan garis), dimana beberapa gejala atau kombinasi beberapa gejala menandai batas tersebut. Kedudukan batas-batas kawasan dapat berubah-ubah dari tempat ke tempat. Regionalisasi merupakan alat untuk dapat melakukan deskripsi dan memiliki pengertian tentang aneka-ragam kawasan dalam kurun waktu tertentu. Adapun geografi yang mempelajari kawasan atau region tersebut diberi nama Geografi Wilayah atau Geografi Regional.
3. Lokasi Keruangan dan Areal
a. Ruang-bumi
Aristoteles percaya bahwa ruang merupakan kondisi logis bagi tercapainya gejala-gejala. Newton menganggap ruang sebagai “wadah” dari obyek. Berkley melihat ruang sebagai konsep mental berdasarkan koordinasi penglihatan dan pendengaran kita. Leibniz mengartikan nilai sebagai suatu gagasan yang kita ciptakan agar dapat menstruktur hubungan di antara obyek-obyek yang kita pelajari. Bila obyek ditiadakan, maka ruang akan lenyap. Jadi menurut Leibniz, ruang bersifat subyektif dan relatif. Pernyataan kita tentang ruang sangat berbeda-beda berdasarkan latar-belakang ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Bagi geografi, yang dimaksud dengan ruang ialah ruang bumi, dan yang diartikan sebagai “wadah” dari gejala-gejala maupun sebagai ciri dari obyek atau gejala-gejala yang secara subyektif kita ciptakan. Ruang bumi diisi oleh segala macam benda, obyek, atau gejala material dan non material yang terwujud pada permukaan bumi. Asosiasi yang kompleks dari perwujudan berbagai gejala material dan non material itu merupakan hasil dari proses perubahan yang kontinyu (berkelanjutan) merupakan hasil proses dari urutan-urutan kejadian. Ada proses fisik, proses biotik, dan juga proses budaya. Proses-proses tersebut saling berinteraksi membentuk aneka ragam paduan (konfigurasi) gejala pada permukaan bumi, merupakan sistem manusia-lingkungan (men-environment system) yang disebut juga sebagai sistem keruangan (spatial system).
b. Situs
Situs (site) erat hubungannya dengan suatu gejala pada suatu letak fisis (physical setting) pada areal yang ditempatinya. Karena itu untuk mengerti tentang situs perlu pula mengerti tentang gejala-gejala fisis yang terdapat pada setiap kawasan atau region.
Gejala-gejala yang biasanya diselidiki oleh geografer dalam menguraikan dan menilai suatu situs ialah:
1) Bentuk-bentyuk permukaan (dataran rendah, pebukitan, pegunungan, lembah, plato, pulau, semenanjung, dsb.).
2) Perairan (perairan air sungai dan air laut, drainage, sungai, danau, rawa, lautan, dsb.).
3) Iklim (suhu, kelembaban, angin, curah hujan).
4) Tanah dan materi tanah.
5) Vegetasi (hutan, padang rumput, sabana, mangrove, dsb.).
6) Mineral (minyak bumi, batubara, emas, dsb.).
7) Situasi (situation), menjelaskan gejala dalam hubungannya dengan gejala lain. Misalnya hubungan tempat dengan tempat. Dalam hal ini diperlukan konsep jarak dan arah, juga hubungan fungsional antar tempat atau wilayah.
Isi lokasi bukanlah sekedar posisi atau kondisi atau situasi arah dan jarak yang menyangkut tempat atau wilayah, tetapi juga menyangkut persebaran dari gejala-gejala pada permukaan bumi
c. Ketersangkutpautan (interelatedness)
Para ahli geografi percaya akan adanya kebersangkut-pautan di antara tempat-tempat pada permukaan bumi dan gejala-gejala pada suatu area. Istilah-istilah seperti interdependensi, interkoneksi, interaksi keruangan, dan assosiasi areal menguraikan dan menjelaskan saling hubungan antar tempat dan antar gejala pada permukaan bumi.
1) Assosiasi areal
Assosiasi areal menyatakan identifikasi kepada hubungan sebab akibat (kausalitas) antara gejala manusia dengan lingkungan fisiknya, yang menimbulkan ciri-ciri yang berbeda-beda pada berbagai tempat dan wilayah. Preston James menganggap konsep ini sebagai inti dari mana teori-teori geografi terbentuk. Penekanan dari konsep assosiasi ialah menunjuk kepada adanya kombinasi atau paduan (konfigurasi) dari gejala-gejala yang dapat menimbulkan kebedaan dari tempat ke tempat. Contoh sederhana dari peristiwa ini ialah hubungan antara persebaran penduduk dengan faktor kelembaban lingkungan.
2) Interaksi keruangan
Merupakan saling hubungan antara gejala-gejala pada tempat-tempat dan area-area yang berbeda-beda di dunia. Semua tempat pada permukaaan bumi itu diikat oleh kekuatan alam dan manusia (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia). Terjadi gerak dari gejala-gejala tersebut dari tempat ke tempat; udara, air laut, tumbuhan dan hewan, serta manusia. Setiap kejadian berkenaan dengan hal itu akan mencerminkan adanya interaksi antar tempat. Manusia sebagai “pencipta” ilmu dan teknologi mampu berinteraksi dan bergerak dalam ruang secara leluasa melalui komunikasi dan transportasi. Migrasi dan bentuk-bentuknya misalnya terjadi di mana-mana dan menimbulkan dampak baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosio-budaya manusia. Semua itu menimbulkan peredaran/sirkulasi gejala-gejala secara intensif di seluruh ruang di dunia.
(a) Peredaran atau sirkulasi : menyangkut gerak dari gejala fisik, manusia, barang, dan gagasan (ide) ke seluruh penjuru dunia. Meliputi antara lain difusi kebudayaan, distribusi, perdagangan, migrasi, komunikasi dan lain sebagainya.
(b) Interdependensi : Merupakan bentuk saling-hubungan karena peredaran gejala-gejala. Dalam interdependensi, kadar ikatannya lebih kuat dan lebih nyata daripada peristiwa interrelasi. Dunia sekarang sebenarnya merupakan masyarakat-masyarakat dunia dengan saling ketergantungan yang kuat di antara negara-negara (Asean, MEE, PBB).
(c) Perubahan : Salah satu aspek paling penting di dalam geografi dunia ialah ciri dinamika dari gejala-gejala. “Panta Rhei” kata Heraklites, yang artinya “semua mengalir”. Memang di dunia ini tidak ada yang diam mutlak; apakah itu gejala alami maupun gejala buatan manusia. Manusia bersama alam mengubah ciri-ciri dari bumi.
Geografi merupakan studi tentang masa kini. Tetapi untuk mengetahui masa sekarang, perlu mengetahui pula masa lalu (sejarah). Dalam hal ini geografi melakukan rekonstruksi kejadian-kejadian. Perubahan yang tercantum pada peta menunjuk kepada perubahan tempat dan wilayah pada permukaan bumi.
Erat hubungannya dengan konsep perubahan, ialah konsep proses. Proses ialah kejadian yang berurutan yang menimbulkan perubahan, dalam batas waktu tertentu. Permukaan bumi ini menjadi begitu kompleks karena adanya proses-proses dalam berbagai tingkat dan tempo (Preston James). Ada tiga macam proses, yaitu proses fisik, proses biotik, dan proses sosial. Di dalam geografi ketiga macam proses tersebut dalam kenyataannya adalah satu proses utuh; penggolongan tersebut (analisis kategori) hanya berlaku dalam penyelidikan dan kajian saja.
e. Wilayah Kebudayaan
Salah satu konsep dari Geografi modern ialah menyangkut penyesuaian dan pengawasan manusia (kontrol) terhadap lingkungan fisiknya. Keputusan yang diambil manusia tentang penyesuaian dan pengawasan terhadap lingkungan fisis tersebut sangat ditentukan oleh pola kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat. Kebudayaan dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Secara sempit sebagai aspek yang menarik seperti kesenian, tata-krama, ilmu dan teknologi. Secara luas kebudayaan diartikan sebagai hasil dari daya akal atau daya budi manusia yang merupakan keseluruhan yang kompleks menyangkut pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, hukum dan lain-lain. Kemampuan atau kebiasaan yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat (E.B.Taylor).
Di dalam Geografi, kebudayaan diartikan secara luas. Herskovits mengartikannya sebagai “man-made part of the environment”, sedang C.Kluckhohn sebagai “way of live”. P.V. de la Blache menyebutnya sebagai “genre de vie”, yaitu tipe-tipe proses produksi yang dipilih manusia dari kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh tanah, iklim, dan ruang yang terdapat pada suatu wilayah atau kawasan, serta tingkat kebudayaan (dalam arti sempit) di wilayah tersebut.
(buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan di muka bumi.
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Geografi pun mengajarkan kearifan teknologi dalam mengelola alam lingkungan hidupnya manusia.
Konsep adalah pengertian-pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep essensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapkan atau menggambarkan corak abstrak fenomena essensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
1. Konsep Lokasi
Terdapat dua pengertian lokasi yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Yang dimaksud dengan lokasi absolut adalah lokasi yang berhubungan dengan posisi menurut koordinat garis lintang dan garis bujur. Contoh : Indonesia terletak diantara 60 LU-110 LU dan diantara 950 BT-1410 BT.
Sedangkan yang dimaksud dengan lokasi relatif adalah lokasi berdasarkan lingkungan sekitarnya. Contoh : Indonesia terletak antara Benua Asia dan Australia.
2. Konsep Jarak
Dalam kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi jarak dapat diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam satuan panjang kilometer dan jarak waktu yang diukur dengan satuan waktu(jarak tempuh).
3. Konsep Keterjangkauan/Accessibility
Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau dipengaruhi oleh lokasi, jarak dan kondisi tempat. Misalnya, suatu daerah pedalaman yang hanya terdapat jalan setapak tentu merupakan daerah yang sulit dapat dijangkau.
4. Konsep Pola
Pola merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola adalah pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau sungai.
5. Konsep Geomorfologi
Yang dimaksud geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi. Ilmu geografi tidak terlepas dari bentuk-bentuk permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, lembah dan dataran. Hal inilah yang menyebabkan permukaan bumi merupakan obyek studi geografi.
6. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkai[if !mso]>
terkait dengan aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan
kawasan industri, pusat perdagangan dan daerah pemukiman.
7. Konsep Perbedaaan Wilayah
Terdapat perbedaan antara wilayah satu dengan wilayah lain. Perbedaan ini
kemudian menimbulkan suatu hubungan atau interaksi suatu wilayah dengan wilayah
lainnya.
8. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu sumber bersifat relatif.
Misalnya pantai mempunyai nilai kegunaan yang tinggi sebagai tempat rekreasi
bagi warga kota yang selalu hidup dalam keramaian, kebisingan dan kesibukan.
9. Konsep Interaksi
Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara suatu
gejala dengan gejala lainnya. Contohnya adalah perbedaan kondisi antara daerah
pedesaan dan perkotaan yang kemudian dapat menimbulkan suatu kegiatan interaksi
seperti halnya penyaluran kebutuhan pangan, arus urbanisasi maupun alih
tehnologi.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu
keterkaitan keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu
wilayah dengan ketebalan lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur
dengan kesulitan air.
Banyak ahli geografi mengajarkan dan terus mencari konsep yang relevan atas
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan geografi ini penting untuk memahami apa saja
yang kita kerjakan setiap hari atau pada saat-saat tertentu, dan bagaimana
kegiatan rutin sehari-hari (seperti berangkat ke tempat kerja/sekolah)
mempengaruhi lingkungan sekeliling kita (misalnya kemacetan, atau polusi udara
yang memberi sumbangan pada pemanasan global). Penekanan ini membawa kegiatan
sehari-hari pada konteks yang lebih besar - terutama konteks keruangan -
sehingga meningkatkan kesadaran kita pada kegiatan dan kehidupan pribadi, dan
konteks sosio-spatial mulai dari skala kecil (lingkungan tempat tinggal) sampai
skala besar (global). Kita sering beranggapan bahwa kita tidak perlu
mempelajari geografi karena toh kita sudah "tahu". Praktisi geografi
yang naif menganggap "Geografi lebih banyak merupakan pengetahuan
umum" - mereka bahkan menunjukkan bahwa pengetahuan geografi mereka yang
naif adalah salah atau sangat tidak lengkap (lihat saja kuis-kuis yang banyak
di televisi seperti "Kuis Siapa Berani" atau "Who Wants to be a
Millionaire"). Banyak orang tidak ingin mempercayai bahwa mereka harus
mengetahui konsep geografi seperti lokasi, pengenalan tempat, penghitungan
jarak, persebaran dan konteks regional. Untuk menggambarkan kelemahan keadaan
ini, penulis akan memberikan contoh yang menunjukkan bahwa ternyata masyarakat
menerapkan geografi - bahkan jika mereka tidak tahu bahwa mereka melakukannya.
Berikut adalah daftar kegiatan yang kita semua lakukan.
Hal-hal berbau geografis yang anda lakukan :
1.Memilih di mana anda tinggal.
2.Memilih bagaimana atau lewat mana anda pergi ke tempat kerja.
3.Mencari di mana pasar, supermarket, pertokoan, dokter atau sekolah terdekat.
4.Memilih tempat berlibur dan bagaimana cara pergi ke sana.
5.Memahami perubahan lingkungan lokal dan global sehingga mempengaruhi jenis
pakaian apa yang anda akan bawa/beli jika anda akan mengunjungi suatu tempat.
6.Pada sebuah perjalanan yang panjang dengan kendaraan sendiri, memperkirakan
di mana kota yang cukup besar sehingga anda akan bisa mencari penginapan untuk
beristirahat.
7.Mengetahui dimana restoran masakan etnis/negara tertentu berada dalam sebuah
kota.
8.Mengetahui lokasi yang disebutkan pada siaran berita baik nasional maupun
internasional.
9.Menyiapkan materi-materi yang dibutuhkan untuk pergi ke suatu tempat
(nasional maupun internasional) misalnya untuk pekerjaan.
10.Berjalan-jalan di sekitar rumah dan kembali dengan selamat.
11.Mencari mobil anda di tempat parkir.
12.Berjalan di rumah anda dalam keadaan gelap - misalnya karena mati listrik -
tanpa menabrak perabotan atau tembok.
13.Mencari jalan kembali ke hotel di kota yang baru pertama kali anda kunjungi.
14.Mencari di mana tempat rekreasi.
15.Memilih tim olahraga (sepakbola, basket) yang anda sukai.
16.Memilih koran yang akan anda beli.
17.Mengerti akan interaksi internasional dan aliran barang yang membuat barang
konsumsi anda tetap segar di toko langganan anda.
18.Mengetahui apakah Padang lebih utara atau selatan dibandingkan Samarinda.
19.Mengerti mengapa sulit membangun rumah di tempat berlereng dengan tanah yang
tidak stabil.
20.Bertanya-tanya kenapa orang tetap saja tinggal di tempat yang sering
kebanjiran, kebakaran, gempa bumi, emisi listrik tegangan tinggi atau terkena
polusi industri.
Penulis mencoba menjabarkan beberapa konsep geografi dan konsep spatial dari
daftar di atas menjadi sebagai berikut :
1.Masalah Lokasi : Di mana saya parkir ? Mungkin ini pertanyaan yang paling
sering (dan menjengkelkan) dijumpai dan merupakan salah satu pengenalan lokasi
- hal mendasar dalam geografi.Geografi adalah ilmu yang menekankan pada lokasi
dan tempat. Mempelajari pola kota-kota di Jawa Tengah, perladangan di
Kalimantan, pertambangan emas di Afrika Selatan atau sumber berjangkitnya
penyakit di Jakarta secara esensi sama dengan mencari lokasi sekolah untuk anak
anda, toko, tempat rekreasi, masjid, gereja, dan restoran. Kita menyerap
informasi ini secara visual dari siaran berita televisi atau iklan, kita
mendapatkan deskripsi tertulis dari koran, jurnal, majalah, kita mendengar
lewat siaran radio, atau mungkin mendapatkan informasi itu dari teman, tetangga
atau karena melihat langsung saat melewati tempat-tempat itu. Informasi yang
kita serap tentang tempat dan lokasinya itu geografis - merujuk pada suatu
tempat. Saat kita terlibat percakapan tentang suatu peristiwa yang sedang
hangat, kita mengutip informasi yang diambil dari memori otak kita, atau yang
sudah diolah dengan proses informasi spatial. Ini membutuhkan integrasi dari
sejumlah informasi spatial yang berbeda sehingga memberikan pengertian yang
lebih baik atas suatu masalah. Jadi, dimana anda parkir tadi ? Apakah dekat
dengan tanda tertentu ? Apakah di blok atau lantai tertentu ? Apakah dekat
dengan pintu masuk tempat parkir ? Apakah menghadap jalan atau menghadap gedung
? Apakah dekat atau jauh dengan pintu masuk gedung ? Dari mana anda masuk ke
gedung tersebut ? Dari mana keluarnya ? Untuk menjawab pertanyaan ini
melibatkan pencarian pada "mental map" yang sudah terbentuk dari
pengalaman anda atau dari yang anda lihat. Dan apa yang lebih simbolis pada pemikiran
geografis dari pada membuat (pada memori anda) dan menggunakan peta untuk
memecahkan masalah lokasi anda ? Fakta sederhana ini mengubah dunia teknologi
informasi. Informasi menjadi ber-"georeferensi" pada derajat yang
terus meningkat: mempelajari sifat keruangan inilah yang merupakan jantung dari
Ilmu Informasi Geografis, dan teknologi SIG/GIS menggunakan metafora geografis
dan keruangan sebagai antarmuka dan mesin pencari atas data yang bisa diakses
secara digital.
2.Meng-overlay sejumlah informasi : Mencari tempat untuk tinggal adalah hal
yang diperlukan semua orang. Keterlibatan geografi menjadi sangat penting dalam
hal ini. Di mana anda mencari ? Dalam konteks hubungan lokasional antara tempat
tinggal dan tempat kerja, geograf mendapatkan bahwa kedekatan spatial ke tempat
kerja sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, selebihnya dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, sosial dan hambatan lainnya. "Ketidakcocokan
spatial" terjadi jika seseorang harus tinggal jauh dari tempat dia kerja -
misalnya seseorang harus tinggal jauh dipinggir atau bahkan di luar kota karena
tidak mampu menyewa atau membeli rumah yang dekat dengan tempat kerjanya.
Bahkan keadilan sosial didasarkan atas konsep geografis dan informasi
geografis.
Di Amerika Serikat, jika kita ingin mencari tempat tinggal, agen dari perumahan
akan bertindak sebagai perantara yang membantu memberikan beberapa alternatif
(untuk disewa atau dibeli). Mereka mempelajari ekonomi, sosial, budaya, usia,
pendapatan dan karakteristik keluarga calon pembeli dan mencocokkannya dengan
kualitas rumah dan karakteristik lingkungan. Tetapi jika kita lihat lagi, ada
sejumlah paradoks geografis yang menarik. Misalnya, harga tanah di sebagian
besar daerah yang terletak di pusat kota sangat tinggi karena lokasinya dan
kemudahannya mencapai daerah lainnya di kota tersebut. Tetapi ternyata bagian
pusat kota lebih banyak dihuni oleh penduduk yang berpendapatan sedikit. Mereka
rela tinggal di areal tempat tinggal yang sempit dan berdesak-desakan beberapa
keluarga (pada suatu apartemen atau rumah). Paradoksnya - seperti dinyatakan
oleh ilmuwan regional William Alonso sekitar lima puluh tahun yang lalu -
adalah di banyak kota penduduk yang berpendapatan sedikit menempati daerah yang
paling mahal dan terpaksa menggunakan sedikit tempat dengan basis perkapita,
sehingga menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di bagian itu, sedangkan
penduduk yang berpendapatan tinggi tinggal di daerah yang lebih murah ke arah
pinggir kota tetapi lebih luas, sehingga kepadatan penduduk di daerah itu (pinggir
kota) menjadi lebih rendah dibanding di pusat kota. Hasilnya adalah
"gradien kepadatan" penduduk menurut jarak dari pusat kota dan satu
dari generalisasi yang banyak digunakan oleh para geograf tentang fenomena
distribusi spatial - bahwa kejadian dari banyak hubungan menunjukkan
pengurangan menurut jarak atau penurunan frekuensi atas jarak dari pusatnya.
Generalisasi ini juga berlaku pada frekuensi migrasi, panggilan/penggunaan
telepon, dan banyak kegiatan lainnya.
Hasilnya adalah kepadatan penduduk yang tinggi di bagian paling tengah kota dan
kepadatan rendah di pinggir kota - fakta yang mudah diamati dari kehidupan
sehari-hari tetapi kita tidak sadar bahwa itu termasuk geografi. Geograf atau
ahli geografi, mencoba memahami lingkungan kota dan membakukan
"pengetahuan umum" ini dengan membangun teori dan membuat kebijakan
darinya. Dengan demikian, kejadian sehari-hari yang "kita semua
tahu", tetapi membutuhkan pengetahuan yang formal untuk menyatakan dan
mempengaruhi kebijakan kota, mencapai kelengkapan dengan menanyakan pertanyaan
geografi sederhana - di mana orang tinggal dan mengapa di sana ?
3.Di mana saya ? Mengetahui di mana anda berada sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain, tidak mengetahui di mana anda berada berarti
anda tersesat. Seorang penglaju yang menggunakan KRL mungkin tidak akan begitu
peduli di mana dia berada saat dalam perjalanan. Tetapi lupa akan sebuah
penanda yang menjadi petunjuk lokasi secara absolut atau relatif di mana dia
berada akan membuat perjalanannya menjadi kacau - misalnya terlewat atau
mungkin belum sampai tetapi sudah turun - dan memaksa untuk mencari tahu lagi
untuk mencapai tujuan. Contoh lainnya, mengetahui di mana anda berada, mencari
arah ke tempat fasilitas umum, memilih aktivitas (misalnya, daerah/bank/toko
mana yang harus dikunjungi), kegiatan sosial (misalnya, Apakah sekarang lebih
dekat ke rumah teman atau ke bioskop ?), atau kegiatan lainnya baik sudah atau
belum direncanakan yang bergantung pada pengetahuan anda atas lokasi anda berada.
Konsep dasar geografi yg esensial, ada 10 yaitu :
1. Konsep Lokasi : Letak suatu tempat di permukaan bumi.
1.1. Lokasi Absolut : Tempatnya tetap.
1.2. Lokasi relative : tempatnya bias berubah karena factor tertentu.
2. Konsep jarak : Jark antara tempat satu ke tempat lain.
2.1. Jarak Absolut : Diukur dgn satuan ukuran.
2.2. Jarak relative : Dikaitkan factor waktu ekonomi dan psikologis.
3. Konsep keterjangkauan :
Hub. Antara satu tempat dgn tempat yg lain, dikaitkan dgn sarana dan prasarana
angkutan.
4. Konsep pola :
Berkaitan dgn persebaran fenomena geosfer di permukaan bumi.
Contoh : Persebaran flora dgn fauna.
5. Konsep Morfologi :
Berkaitan dgn fauna bentuk permukaan bumi, sebagai akibat tenaga eksogen dan
endogen.
Contoh : Pegunungan, lembah, dataran rendah.
6. Konsep Aglomerasi :
Pemusatan penimbunan suatu kawasan
contoh : kawasan industri, pertanian, pemukiman.
7. Konsep nilai kegunaan :
Suatu nilai guna tempat –tempat di bumi.
Contoh : tempat wisata.
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi :
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala di muka bumi.
Contoh : Antara desa dgn kota.
9. Konsep Deferensiasi Areal:
Fenomena yg berbeda antara tempat yg satu dgn yg lain.
Contoh : Areal pedesaan khas dan corak persawahan.
10. Konsep keterkaitan keruangan :
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dgn fenomena lain.
Contoh : daerah pantai pada umumnya bermata pencaharian nelayan.
1. Konsep Lokasi
Konsep ini berkaitan dengan letak suatu tempat di permukaan bumi.
Konsep ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Lokasi Absolut : Lokasi yang tetap dan tidak berubah ubah.
Contoh: Suatu tempat dilihat dari garis lintang dan garis bujur.
b. Lokasi Relatif : Lokasi yang berubah dipengaruhi oleh faktor tertentu.
Contoh: Bali dulu termasuk waktu indonesia bagian barat, sekarang termasuk
waktu wilayah indonesia tengah.
2. Konsep Jarak
Konsep ini berkaitan dengan Jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Konsep ini terbagi menjadi dua yaitu:
• Jarak Absolut: Jarak yang diukur dengan satuan ukur
Contoh: jakarta sampai ke karawang = 63km
• Jarak Relatif: Jarak yang berkaitan dengan faktor waktu, ekonomi,dll.
Contoh: Satu jam pelajaran = 45 menit
3. Konsep Keterjangkauan
Hubungan antara satu tempat dengan satu tempat yang lain dikaitkan dengan
keadaan permukaan bumi dan tersedianya sarana dan prasarana angkutan atau alat
komunikasi. (Mudah/Sulitnya suatu lokasi untuk dijangkau).
Contoh : Sarana angkutan kota terhadap kehidupan manusia
4. Konsep Pola
Konsep ini berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer dipermukaan bumi.
Contoh: Persebaran jenis flora,fauna,dll
5. Konsep Morfologi
Konsep ini berkaitan dengan bentuk pemukaan bumi, sebagai akibat dari tenaga
endogen dan eksogen.
Contoh: Pegunungan, lembah,dll yang dimanfaatkan bagi kehidupan manusia
6. Konsep Aglomerasi
Konsep ini berkaitan dengan pemusatan, penimbunan, pengelompokan pada suatu
tempat atau kawasan.
Contoh : Kawasan industri, pertanian, pemukiman.
7. Konsep Nilai Kegunaan
Konsep ini berkaitan dengan nilai guna tempat-tempat dipermukaan bumi berkaitan
dengan manfaat dari fenomena yang ada dan bersifat relatif
Contoh : Nilai guna daerah pegunungan, laut, sungai, bagi setiap orang.
8. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala dimuka bumi.
Contoh : Perbedaan desa dan kota
9. Konsep Deferensi Areal (Perbedaan Wilayah)
Fenomena yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Konsep ini
berkaitan dengan perbedaan corak antara wilayah dipermukaan bumi dengan
ciri-ciri khusus yang membedakan dengan daerah lain atau disebut region.
Contoh: Corak khas wilayah pedesaan
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain disuatu tempat atau
ruang.
Contoh: Daerah pantai pendudukya bermata pencaharian sebagai nelayan karena
dekat laut.
Pembangunan pabrik semen perlu memperhatikan keberadaan gunung batu kapur,
sarana transportasi, dan pemasaran.
Konsep Geografi yang berkaitan dengan hal itu adalah…..
A. konsep diferensiasi area
B. konsep interaksi/independensi
C. konsep keterkaitan keruangan
D. konsep keterjangkauan
E. konsep lokasi
Kupasan:
● Soal ini
mengacu pada:
- Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 1:
Menganalisis hakikat, obyek, ruang lingkup, prinsip, konsep,
aspek, dan pendekatan Geografi.
- Kemampuan Yang Diuji (KYD):
Menjelaskan penggunaan konsep dasar dan pendekatan
Geografi dalam rangka memahami fenomena geosfer.
- Materi: Konsep Geografi.
- Kelas/semester: X/1.
●Indikator
soal:
Disajikan stimulus tentang pembangunan pabrik semen perlu
memperhatikan keberadaan gunung kapur, sarana transportasi,
dan pemasaran, siswa dapat mengemukakan konsep Geografi
yang dimaksud.
● Ranah:
kognitif—penerapan (C3).
● Tingkat
kesulitan soal: sedang.
● Stimulus,
stem/kalimat soal dan pilihan jawaban yang disajikan
mudah dimengerti oleh siswa, instruktif dan operasional.
● Penekanan
soal tersebut terletak pada konsep keterkaitan
keruangan. Konsep keterkaitan keruangan adalah: konsep yang
menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena
dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan, baik
yang menyangkut fenomena alam, tumbuh-tumbuhan, maupun
sosial. Konsep ini disebut pula dengan konsep asosiasi keruangan
(Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2007:10—11).
Derajat keterkaitan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan
antara fenomena pembangunan pabrik semen yang tidak bisa
dipisahkan dengan fenomena keberadaan gunung batu kapur,
sebab bahan mentah/bahan baku pabrik semen adalah batu kapur.
Di sisi lain pembangunan pabrik semen terkait pula dengan
fenomena sarana transportasi untuk mengangkut bahan
mentah/bahan baku dari gunung batu kapur menuju pabrik di
satu sisi, dan untuk mengangkut semen hasil produksi pabrik
tersebut menuju pasar. Untuk bisa menjual produksinya, pabrik
tersebut juga terkait adanya fenomena pemasaran. Laku tidaknya
semen yang diproduksi pabrik tersebut terkait dengan fenomena
pemasaran yang ada.
● Dengan
demikian soal tersebut jawabannya adalah: C.
● Tambahan:
Untuk mempertegas hal di atas, perlu ditambahkan pengertian
dari masing-masing konsep yang dijadikan pilihan jawaban pada
soal nomor 1 untuk paket A dan nomor 2 untuk paket B,
khususnya untuk pilihan jawaban A, B, D, dan E.
- Konsep diferensiasi area adalah konsep dalam Geografi yang
digunakan untuk mempelajari perbedaan gejala Geografi antara
daerah/wilayah yang satu dengan lainnya di permukaan Bumi
yang berpengaruh pada aktifitas manusia.
Contoh: batuan induk penyusun daerah Malang Utara berbeda
dengan batuan induk penyusun daerah Malang Selatan. Batuan
induk penyusun daerah Malang Utara adalah batuan induk
vulkanis, sedang Malang selatan batuan induknya adalah batuan
kapur (karst).
- Konsep interaksi/interdependensi adalah konsep dalam
Geografi yang digunakan untuk mempelajari adanya hubungan
timbal balik dan saling ketergantungan antara suatu
daerah/wilayah dengan daerah/wilayah lainnya.
Contoh: hubungan timbal balik dan saling ketergantungan
antara desa dengan kota. Desa menghasilkan bahan pokok dan
bahan mentah/bahan baku yang dibutuh oleh kota, sedang kota
menghasilkan barang-barang industri yang dibutuhkan oleh
desa. Lantaran itulah kedua wilayah tersebut saling
membutuhkan hingga terjadilah interaksi/interdependensi antara
masyarakat desa dengan masyarakat kota.
- Konsep keterjangkauan adalah konsep dalam Geografi yang
digunakan untuk mempelajari hubungan melalui transportasi
dan komunikasi suatu daerah/wilayah yg dipengaruhi oleh
faktor jarak, kondisi medan (kondisi daerah/wilayah), dan
ada/tidak adanya sarana angkutan dan komunikasi yang
berpengaruh pada aktifitas manusia. Berdasarkan hal ini ada
daerah/wilayah/tempat yang mudah dijangkau dan ada pula
daerah yang sulit dijangkau (sering disebut daerah
terasing/terisolasi/terpencil). Konsep ini sering pula disebut
dengan konsep aksesibilitas (accessibility).
Contoh: daerah-daerah di pedalaman Papua merupakan daerah-
daerah yang sulit dijangkau, mengingat daerahnya
berpegunungan tinggi (berelief sangat kasar) sehingga pesawat
terbang perintis merupakan sarana transportasi penting. Itupun
hanya pada jam-jam tertentu ketika cuaca tidak berkabut.
Sebaliknya Jakarta dapat diakses dengan berbagai sarana
transportasi dan komunikasi secara mudah dan cepat.
- Konsep lokasi adalah konsep dalam Geografi yang digunakan
untuk menjelaskan letak/posisi suatu gejala Geografi di
permukaan Bumi yang berpengaruh pada aktifitas manusia.
Konsep lokasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Lokasi absolut, ialah konsep lokasi yang berdasarkan
grid/koordinat (sering pula disebut letak astronomis), bersifat
mutlak/tetap. Untuk daerah yang relatif sempit menggunakan
1 (satu) garis lintang dan 1 (satu) garis bujur, sedang untuk
daerah/wilayah yang relatif luas menggunakan 2 (dua) garis
lintang dan 2 (dua) garis bujur.
Contoh: lokasi absolut Kota Malang adalah 8°LS dan
112°30’BT, sedang lokasi absolut Indonesia adalah antara
6°LU--11°LS dan 95°BT--141°BT.
b. Lokasi relatif, ialah konsep lokasi yang berdasarkan keadaan
sekitarnya atau juga berdasarkan peninjaunya, sehingga letak
ini bisa berubah-ubah. Lokasi relatif ini sering pula disebut
letak Geografis.
Contoh: Kota Malang terletak di sebelah selatan Kota
Surabaya dan terletak di sebelah utara Kepanjen. Contoh lain,
Indonesia terletak antara benua Asia dan benua Australia dan
terletak antara samudera Pasifik dan samudera Hindia.
Sumber:
1. Akhwan Nurhasan, dkk. 2009. Geografi (Lembar Kerja dan Tugas Siswa.
Surabaya: Bintang Karya.
2. Gunawan Totok, dkk. 2007. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: Inter Plus.
3. Harmanto Gatot. 2008. Geografi Bilingual. Bandung: Yrama Widya.
4. Nianto Mulyo Bambang dan Suhandini Purwadi. 2004 & 2007. Kompetensi
Dasar Geografi 1. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
5. S. Sri Lestari. 2007. Geografi untuk SMA dan MA Kelas X. Bandung: PT Sarana
Panca Karya Nusa.
6. Sudarsono Agus. 2009. Geografi Kontekstual. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
7. Udayanti Atik dan Effendi Johan. 2008. Seri Pendalaman Materi Geografi SMA
dan MA. Jakarta: Erlanga.
Pengertian Konsep Geografi
Konsep geografi(Nursid Sumaatmadja) adalah pola abstrak yang berkenaan dengan
gejala-gejala konkret tentang Geografi. Pada dasarnya konsep geografi terbagi
ke dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut
1.Konsep Geografi secara Denotatif
Konsep Geografi secara denotative dapat menjelaskan berbagai pengertian gejala
Geografi berdasarkan definisi atau kamus. Contoh : Erosi merupakan proses
pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat
lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di atas permukaan bumi.
2. Konsep Geografi secara Konotatif
Konsep Geografi konotatif memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan
arti secara harfiah. Di dalamnya menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan
konsep yang dibahas antara lain persebarannya, faktor pendorongnya, jenisnya,
dan proses pembentukannya. Konsep Geografi bermanfaat untuk membimbing kita
dalam berfikir dari sudut pandang Geografi. Berikut ini akan dijelaskan tiga
pendapat yang mengungkapkan tentang konsep Geografi :
Konsep Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI)
1.
Konsep Lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena
geosfer dan konsep yang digunakan untuk menjawab pertannyaan where(dimana)
terjadinya fenomena. Konsep lokasi dibagi atas : - Lokasi Absolut Lokasi
berdasarkan garis lintang dan garis bujur, dan sifatnya tetap. Contoh :
Indonesia terletak di 6˚LU - 11˚LS dan 95˚BT - 141˚ BT - Lokasi Relatif Lokasi
yang artinya berubah-ubah karena dipengaruhi daerah sekitar. Contoh : Bagi
seseorang yang tinggal di kec. Kepanjen, lokasi Stadion Kanjuruhan tidaklah
jauh. Namun menurut orang yang tinggal di kec. Batu lokasi Stadion kanjuruhan
cukup jauh.
2.
Konsep Jarak yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas : - Jarak
absolute : satuan panjang yang diukur dengan kilometer. -Jarak Relatif : jarak
tempuh yang menggunakan satuan waktu.
Konsep jarak berkaitan dengan lokasi, kehidupan social, ekonomi, dan bersifat
relative. Jarak juga berpengaruh terhadap harga dan nilai barang. Contoh : o
Harga tanah akan semakin mahal jika jaraknya berdekatan dengan jalan raya o
Harga produksi pertanian akan lebih mahal di pasar yang letaknya jauh dari dari
pusat produksi dari pada pasar yang letaknya lebih dekat dengan tempat produksi
3.
Konsep Keterjangkauan Menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat,
sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan
sebagainya. Contoh: Daerah yang terletak dipedalaman hutanyang lebat akan
terisolir dari daerah luar karena tidak adanya akses untuk menuju kesana.
4.
Konsep Pola Pola adalah sesuatu yang berulang sehingga menampakkan suatu bentuk
yang konsisten. Konsep pola berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer di
permukaan bumi. seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan
lain-lain. Contoh: Pola permukiaman penduduk biasanya terkait dengan
ketersediaan SDA, sungai, jalan, dan bentuk lahan.\
5.
Konsep Morfologi Menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan
eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Dengan
konsep morfolofi, orang akan mudah memperkirakan potensi lahan tertentu. Contoh
: Daerah pegunungan cocok digunakan untuk pertanian dan perkebunan
6.
Konsep Aglomerasi atau Konsep Mengelompok Berkaitan dengan kecenderungan
penyebaran obyek geografi di permukaan bumi. Pengelompokan fenomena di suatu
kawasan biasanya karena adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif
Contoh : - Adanya daerah kumuh dan daerah elit - Pengelompokan industry disuatu
tempat (aglomerasi industri) - Didaerah pedesaan, pemukiman akan mengelompok di
dekat lahan pertanian atau dekat dengan sumber air.
7.
Konsep Nilai Guna Konsep nilai guna, yaitu nilai sesuatu yang ditentukan atau
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lokasi, jarak, dan keterjangkauan.
Manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup,
tidak akan sama pada semua orang.
8.
Konsep Interaksi atau Interdependensi Menyatakan bahwa sesuatu yang ada di
permukaan bumi terkait dengan objek lain dan tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : interaksi antara desa dengan kota, orang kota membutuhkan bahan pangan
dari desa dan sebaliknya orang desa membutuhkan alat-alat elektronik dan
alat-alat produksi dari kota. i) Konsep Diferensiasi Areal Konsep diferensiasi
areal, yaitu konsep yang memandang bahwa tidak ada suatu ruang di permukaan
bumi yang sama. Pasti suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. daerah-daerah
yang terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang
dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
9.
Konsep Keterkaitan Ruang Memandang bahwa setiap kehidupan di suatu ruang tidak
terlepas dari kehidupan di ruang sekitarnya. Konsep ini hampir sama dengan
konsep interaksi, perbedaannya pada lingkup yang lebih luas. Jadi dapat
diartikan sebagai, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang
lain pada suatu tempat. Contoh: Daerah pantai penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan, karena dekat laut. Ruang Kota Jakarta terkait dengan ruang
Kota Bandung. Setiap akhir pekan, jalur atau jalan sekitar Puncak-Bogor selalu
macet karena banyak orang Jakarta yang ingin berlibur di Bandung.
Konsep Geografi Menurut Henry J.Warman
Henry J.Warman mengemukakan 15 konsep Geografi yang dapat dipergunakan sebagai
landasan untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terrdapat di permukaan bumi.
Dengan demikian, dapat dipahami adanya hubungan sebab-akibat, hubungan fungsi,
proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah Geografi yang terrdapat dalam
kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :
1) Konsep Regional (Regional concept).
2) Konsep Ruang Kehidupan (Life layer concept).
3) Konsep manusia sebagai makhluk yang paling dominan (Man ecological dominant
concept).
4) Konsep Global (Globalism concept).
5) Konsep Interaksi Keruangan (Spatial interaction concept).
6) Konsep Hubungan Antartempat (Areal relationship concept).
7) Konsep tempat yang sama (Areal likenesses concept).
8) Konsep perbedaan tempat (Areal differences concept).
9) Konsep keunikan tempat (Areal uniquenesses concept).
10) Konsep persebaran lokasi (Areal distribution concept).
11) Konsep lokasi relative (Relative location concept).
12) Konsep perbandingan keuntungan (Comperative advantage concept).
13) Konsep perubahan yang terus-menerus (Perpetual transformation concept).
14) Konsep penetapan sumber budaya (Culturally defined resources concept).
15) Konsep Bumi bulat pada bidang datar (Round Earth on flat paper concept).
Konsep Geografi Menurut Getrude WippleGetrude Wipple kemudian menyederhanakan
15 konsep tersebut menjadi lima konsep utama,
yaitu sebagai berikut :
a. Bumi sebagai sebuah planet (The Earth as a planet).
b. Keragaman cara hidup (Varied ways of living).
c. Keragaman region alam (Varied natural regions).
d. Arti manfaat region bagi manusia (Significance of region to man).
e. Peranan lokasi dalam memahami berbagai kejadian didunia (The importance of
location in understanding world
affairs).
Konsep, Pendekatan dan Prinsip Geografi
A.Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu
bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau
menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian
suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam
memahami fenomena yang terjadi.
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan
penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan
lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup”
setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya
mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang
bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian
itu.
Konsep esensial geografi , ada 10 yaitu :
1. Konsep Lokasi :
Letak suatu tempat di permukaan bumi.
1.1. Lokasi Absolut : Tempatnya tetap.
1.2. Lokasi relative : tempatnya bias berubah karena factor tertentu.
Contoh
1. Sebuah rumah yang bagus memiloki nilai yang rendah apabila berdekatan dengan
kuiburan (mengferikan),stasiun kereta api,lapangan terbang,terminal (bising)
atau daerah industri (pencemaran)
2. Di daerah dingin orang harus berpakaian tebal
2. Konsep jarak :
Jarak antara tempat satu ke tempat lain.
2.1. Jarak Absolut : Diukur dgn satuan ukuran.
2.2. Jarak relative : Dikaitkan factor waktu ekonomi dan psikologis.
Contoh
a. Harga produksi pertanian menjadi lebih mahal bila harus ke pasar yang jauh
letaknya
b. Nilai tanah akan semakin mahal bila semakin dekat dengan kota atau jalan
raya
3. Konsep keterjangkauan :
Hubungan antara satu tempat dgn tempat yg lain, dikaitkan dgn sarana dan
prasarana angkutan.
Contoh
a. Surabaya – jakarta bisa ditempuh dengan bus atau pesawat
4. Konsep pola :
Keadaan alam tertentu berpengaruh terhadap pola persebaran dan pemukiman
penduduk . Pola aliran sungai behubungan dengan jenis batuan,struktur geologi
dan tanahnya.
Contoh
Pola aliran sungai dendritik dan trellis
Pola permukiman terkait dengan sungai,jalan ,bentuk lahan dan sebagainya.
Contoh
Pola permukiman di kalimantan umumnya mengikuti tepian sungai
5. Konsep Morfologi :
Bentuk lahan sangat bepengaruh terhadap pola pemanfaatanya bagi manusia..
Contoh
a. Daerah yang miring lahanya rawab terhadap erosi
b. Tanah di dataran rendah lebih tebal dibandingkan dengan daerah dataran
tinggi
c. Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki panjang pantai 81.497 Km.
6. Konsep Aglomerasi :
Pemusatan penimbunan suatu kawasan contoh : kawasan industri, pertanian,
pemukiman.
7. Konsep nilai kegunaan :
Suatu nilai guna tempat –tempat di bumi. Contoh : tempat wisata.
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi :
Saling berpengaruh dan ketergantungan antara gejala di muka bumi. Contoh :
Antara desa dgn kota.
9. Konsep Deferensiasi Areal:
Fenomena yg berbeda antara tempat yg satu dgn yg lain. Contoh : Areal pedesaan
khas dan corak persawahan.
10. Konsep keterkaitan keruangan :
Keterkaitan persebaran suatu fenomena dgn fenomena lain. Contoh : daerah pantai
pada umumnya bermata pencaharian nelayan.
B. Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami,
yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang
meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati
dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan
geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan
hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan. Pendekatan geografi dapat
diartikan sebagai suatu metod atau cara (analisis) untuk memahami berbagai
gejala atau fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia dan
lingkunganya. Pendekata geografi menjadi ciri bagi kajian geografi dan
membedakanya bagi kajian ilmu – ilmu yang lain .
Pendekatan (approuch) yang digunakan dalam kajian geografi terdiri atas tiga
macam, yaitu analisis keruangan ( spatial analysis ),analisis ekologi (
ecological analysis ) dan analisis komplek wilayah ( regional complex analysis
). Oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam geogafi tidak membedakan
antara elemen fisik dan non fisik.
1. pendekatan keruangan,
Pendkatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Pada pengekatan keruangan, kita hanya
mengkaji fenomena atau kejadian yang terjadi pada suatu wilayah dan tidak
terkait dengan wilayah yang lain. Contoh : banjir di Jakarta.
2. pendekatan kelingkungan ( ekologi )
Pendekatan kelingkungan (ekologi ) adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer
khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkunganya, termasuk
dengan organisme hidup yang lain. Contoh : banjir di Jakarta akibat ulah
warganya yang membuang sampah sembarangan.
3. pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan kompleks wilayah adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi . Penekatan kompleks
wilayah beranggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena adanya
perbedaan antar wilayah itu . juga kejadian suatu wilayah karena akibat
kejadian pada wilayah yang lain. Contoh banjir di Jakarta akibat rusaknya hulu
Sungai Ciliwung ( hulu Sungai Ciliwung berada di Bogor)
C. Prinsip Geografi
Dalam menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan
prinsip-prinsip geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena, gejala,
fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala ada yang
teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang mengelompok, menyebar,
memusat, memanjang bergantung kepada keadaan fenomena. Pengertian fenomena atau
gejala diartikan sebagai : semua data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan
bumi. Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri dari : kekuatan, proses, biotis,
topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial : terdiri
dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya terdiri dari :
pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena
yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut
Contoh : Tambang timah tedapat di Pulau Bangka, Belitung, dan Tanjung Balai
Karimun.
2. Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena
tersebut secara detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer
berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang dikaji,
disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat
yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu
kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita.
Berdasarkan jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat
tabel) dst....dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang satu
dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau gejala di muka
bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan dengan fenomena lain.
Contoh :Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada keterkaitan yang
sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan fenomena dataran rendah...
dst contoh yang lain adalah : hutan gundul terjadi karena penebangan liar.
4. Prinsip Korologi : Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada
ruang tertentu. Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara
prinsip-prinsip geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini dalam
menganalisis fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan penggabungan
prinsip yang ada. misalnya kita bicara tentang pasar pada suatu wilayah, maka
pasar itu akan bergantung kepada fenomena pembeli, penjual, barang,
transportasi, transaksi pada ruang tertentu pula.
III. PENUTUP
A. Rangkuman
Konsep Esensial Geografi terdiri dari
1. Konsep Lokasi
2. Konsep jarak
3. Konsep keterjangkauan
4. Konsep pola
5. Konsep Morfologi
6. Konsep keterkaitan keruangan
7. Konsep nilai kegunaan
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi
9. Konsep Deferensiasi Area
10. Konsep Aglomerasi
Pendekatan Geografi
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan,
3. pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan Geografi
1. Prinsip Penyebaran
2. Prinsip Korologi
3. Prinsip Deskripsi
4. Prinsip Interelasi
HAKIKAT GEOGRAFI
Dalam filsafat ilmu pengetahuan ditegaskan bahwa suatu
pengetahuan yang sistematis disebut ilmu pengetahuan bila memiliki
sekurang-kurangnya tiga aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan
aspek aksiologis atau aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu
pengetahuan dapat ditelusuri melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan
kehidupan manusia.
1. Aspek Ontologis
Aspek ontologis suatu disiplin ilmu pengetahuan menghendaki adanya rumusan
(batasan) mengenai obyek studi yang jelas dan tegas sehingga menunjukkan
perbedaan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli, Geografi merupakan studi tentang :
(1) Bentangan atau landskap.
(2) Tempat-tempat (jenis, Lukerman).
(3) Ruang, khususnya yang ada pada permukaan bumi (E. Kant).
(4) Pengaruh tertentu dari lingkungan alam kepada manusia (Houston, Martin).
(5) Pola-pola ruang yang beraneka ragam (Robinson, Lindberg, dan Brinkman).
(6) Perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (Hartshorne).
(7) Proses-proses lingkungan dan pola-pola yang dihasilkannya (Barlow-Newton).
(8) Lokasi, distribusi, interdependensi, dan interaksi dalam ruang (Lukerman).
(9) Kombinasi atau paduan, konfigurasi gejala-gejala pada permukaan bumi
(Minshull).
(10) Sistem manusia-lingkungan.
(11) Sistem manusia-bumi (Berry).
(12) Saling hubungan di dalam ekosistem (Morgan, Moss).
(13) Ekologi manusia.
(14) Kebedaan areal dari paduan gejala-gejala pada permukaan bumi (Hartskorus).
Ini berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup interrelasi, interaksi, dan
interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu
dengan manusia. Pengertian bagian permukaan bumi itu mencakup juga lingkungan
fauna, flora, dan biosfer. Unsur ruang atau wilayah atau tempat itulah yang
menjadi perhatian geografi sejak dulu. Tidak ada disiplin ilmu lain yang
memperhatikan fakta tentang ruang, yang justru penting sebagai tempat dari
aneka ragam gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini. Geografi
memperhatikan ruang (space) dari sudut pandangan wilayah “an sich” dan bukan
dari sudut pandangan gejala-gejala yang terhimpun di dalamnya. Hal tersebut
yang membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang “area yang
kompleks” merupakan bagian perhatian utama dari geografi.
Pada hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat
keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek
yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi sebagai satu kesatuan studi
(unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen
insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan
faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan.
Gejala—interaksi—integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada
Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
Dalam perkembangannya, dengan obyek studi geografi tersebut melahirkan ilmu
pengetahuan Geografi Fisis (Physical Geography), Geografi Manusia (Human
Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography); dengan berbagai anak
cabangnya masing-masing.
2. Aspek Epistemologis
Aspek epistemologis (metodologis, pendekatan) geografi sejalan dengan aspek
epistemologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah dengan
pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di
dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak
dari pengamatan secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang
dianggap sudah diakui secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara umum
ini diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to the
particular). Pola pendekatan induksi-empiris berpangkal tolak dari pengamatan
dan pengkajian yang bersifat khusus, berdasarkan fakta dari gejala yang diamati
dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara umum (reasoning from the particular
to the general). Dengan metode induksi-empiris saja, maka hukum-hukum,
dalil-dalil dan teori-teori geografi hanya berlaku di suatu tempat dan
waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori geografi sangat
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Untuk menjembatani kedua
pendekatan yang berbeda ini geografi menggunakan metode pendekatan reflective
thingking; yaitu menggunakan atau menggabungkan pendekatan dedukif dan induktif
secara hilir-mudik dalam penelitian geografi.
Terdapat tiga macam cara untuk menyelidiki realita pada permukaan bumi (menurut
Kant, Hettner, Hartshorne):
a. Secara sistematis; yaitu mencari penggolongan, ketegori, kesamaan dan
keadaan dari gejala-gejala yang ada pada permukaan bumi. Terjadilah ilmu-ilmu
seperti biologi, fisika, kimia (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan alam), dan
ilmu-ilmu seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, politik (tergolong ilmu-ilmu
pengetahuan sosial).
b. Secara kronologis (chronos = waktu); yaitu menyelidiki gejala-gejala pada
permukaan bumi dalam urutan-urutan waktu (palaeontologi, arkeologi, sejarah).
c. Secara korologis (choora = wilayah); yaitu menyelidiki gejala-gejala dalam
hubungannya dengan ruang bumi (geografi, geofisika, astronomi).
Dari ketiga macam pendekatan tersebut, ilmu geografi menggunakan (mengutamakan)
pendekatan korologis. Penggunaan peta adalah wujud dari pendekatan korologis
ini. Sehingga ada ahli geografi yang berkata, “Geografer adalah orang yang
bekerja dengan peta untuk menghasilkan peta.”
Orang yang berkecimpung dalam bidang geografi, sekurang-kurangnya harus
melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang berlaku pada sistem keruangan
[korologis] dan yang berlaku pada ekologi atau ekosystem. Bahkan untuk mengkaji
perkembangan dan dinamika suatu gejala dan atau suatu masalah, harus pula
menggunakan pendekatan historis atau pendekatan kronologis (Sumaatmadja, 1981).
3. Aspek Aksiologis
Adapun aspek aksiologi geografi adalah mengikuti pendekatan fungsional untuk
kesejahteraan manusia. Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang studinya
tersebut membuatnya menjadi cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal,
dan mengontrol yang diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan
wilayah. Aspek aksiologi ilmu pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi
Terapan.
a. Menjelaskan
Geografi harus dapat memberikan penjelasan tentang gejala-gejala obyek
studinya. Fungsi menjelaskan memungkinkan orang akan mengerti akan
gejala-gejala, bagaimana adanya (deskriptif) dan terjadinya serta mengapa itu
terjadi (analisis kausalitas). Penalaran dengan logika deduktif dan induktif
merupakan sarana dalam memberikan penjelasan itu. Penjelasan itu dapat
dilakukan secara kualitatif dan secara kuantitatif. Sistem Informasi Geografis
(SIG atau GIS = Geographic Information System) adalah inplikasi dari
fungsi-fungsi menjelaskan data dari gejala geografis.
b. Meramal
Geografi harus dapat meramal (memprediksi) gejala-gejala yang mungkin akan
terjadi ke depan. Fungsi meramal ini bertolak dari penjelasan yang telah
diberikan dan yang melahirkan pengertian pada orang lain. Dengan pengertian itu
orang dapat berbuat sesuatu, memanfaatkan gejala, menghindarinya, mencegah
terjadinya atau pun mengurangi ekses yang mungkin merugikan sebagai akibat
terjadinya gejala itu. Dengan pengertian ini, orang juga bisa membayangkan apa
kira-kira yang akan terjadi apabila suatu gejala tertentu muncul.
c. Mengontrol
Geografi harus dapat mengontrol gejala-gejala. Ramalan dalam geografi, seperti
juga dalam disiplin ilmu yang lainnya, memberikan stimuli bagi seseorang untuk
mengambil inisiatif atau pun mempertimbangkan berbagai alternatif. Karena
ramalan itu juga orang dapat mengatur segala sesuatu untuk mendorong
terjadinya, menyambutnya, menghindarinya, mencegahnya, atau pun mengatasinya.
Dengan hakekat demikian, maka geografi berperan untuk penyebaran efektif,
pemanfaatan potensi sumberdaya, dan perbaikan lingkungan dengan segala
dampaknya. Gerakan perbaikan kependudukan dan lingkungan hidup adalah salah
satu manifestasi dari fungsi mengontrol untuk menghindari, mencegah atau
mengatasi masalah yang sedang dan akan di hadapi di muka planet bumi ini.
Demikian juga dengan penerapan pendekatan geografi dalam perencanaan dan
pengembangan wilayah.
Aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis geografi seperti ini mempermudah
geografi membatasi dirinya sendiri dalam lingkup yang jelas.
Apabila ada yang membedakan ilmu dan pengetahuan menjadi kelompok ilmu-ilmu
pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, maka kedudukan geografi
adalah menjembatani kedua kelompok ilmu tersebut. Kalau “semua” gejala pada
permukaan bumi telah dipilih dan ditekuni oleh berbagai disiplin ilmu (selain
Geografi), maka tempat atau ruang atau area di mana segala kejadian dan gejala
itu terhimpun, tetap tidak menjadi perhatian ilmu-ilmu tersebut.
Untuk menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen
inti Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti
Geografi : ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta
(maps).
Ruang menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai
pendekatan spasial-korologikal untuk Geografi. Ruang juga mendominasi Geografi
setiap waktu, ketika analisis spatial menjadi satu pendeskripsi untuk satu
bentuk dari pekerjaan geografis. Pola spasial umumnya menjadi titik awal untuk
kajian geografis; yang selanjutnya dapat dilacak proses perubahan secara
spasial dan sistem spasial.
Tempat merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat terkait dengan
kosep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik, kemelimpahan dan
batas. Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat manusia bertem dan dapat
dikenali, dinterpretasi dan dikelola. Dalam ahli geografi manusia tempat
merupakan refleksi dari identitas idividu maupun kelompok; sedang bagi ahli
geografi fisik tempat tempat merupakan refleksi dari perbedaan lingkungan
biofisik.
Lingkungan merupakan komponen inti Geografi ketiga yang mencakup lingkungan
alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagai komponen inti yang
memadukan dengan komponen geografi lainnya. Lingkungan menjadi interface antara
lingkungan alam dan budaya, lahan dan kehidupan, penduduk dan lingkungan
biofisikalnya.
Peta sebagai komponen inti Geografi keempat lebih merupakan bentuk
representasi, tehnik dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori.
Peta dipandang sebagai pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa
yang dikaji dalam Geografi.
Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen
tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalam kajian
Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar
konsep untuk disiplin Geografi secara utuh.
Pendekatan Geografi
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.( makalah kelompok 1
xa )
2. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang
terjadi pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan
hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut
membentuk sistem keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam
pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi
berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region
lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi
antara manusia dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan
ketiga lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam
geografi lingkungan, pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk
memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik
tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai
geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam
mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.( makalah
kelompok 2 XG)
3. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan
masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya
adalah perpaduan antara keduanya.
kesimpulannya:
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan
satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan
geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya,
keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan
geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai
alternatif- alternatif pemecahan masalah.
Pendekatan geografi dapat diartikan sebagai suatu. metode atau cara (analisis)
untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer. khususnya interaksi antara
manusia terhadap lingkungannya . setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang
yang berbeda terhadap suatu kejadian. Fenomena atau kejadian yang sama dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang.
Seorang ahli kedokteran melihat dari kontek kesehatan yaitu banjir akan
mengakibatkan tingkat kesehatan penduduk akan menurun, ketersediaan air bersih
akan berkurang, kebutuhan makanan tidak tercukupi, terkontaminasi air kotor
sehingga akan tersebar penyakit, gatal-gatal, diare, mencret dll
Seorang ahli ekonomi maka akan melihat dari kontek aktivitas ekonominya, karena
banjir, aktivitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi terganggu, sementara harta
benda mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi juga rusak, sehingga berapa
kerugiannya dan apa akibatnya dilihat secara ekonomi
Seorang ahli geografi melihat fenomena tersebut dilihat dari kontek
keruangannya yaitu, lokasi banjirnya, sebaran banjirnya, penyebab dan akibatnya
dll
Pendekatan (approach) yang digunakan dalam kajian geografi terdiri atas 3
macam, yaitu analisis keruangan (spaÂtial analysis), analisis ekologi
(ecological analysis). danan analisis kompleks wilayah (regional complex
analysis). Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam geografi tidak membedakan
antara elemen fisik dan nonfisik.
1. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dari
perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Di dalam pendekatan keruangan ini yang
perlu diperhatikan adalah persebaran penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang
akan dimanfaatkan.
Contoh penggunaan pendekatan keruangan adalah perencanaan pernbukaan lahan
untuk daerah permukiman yang baru. Maka yang harus diperhatikan adalah segala
aspek yang berkorelasi terhadap wilayah yang akan digunakan tersebut. Contohnya
adalah morfologi, ini kaitannya dengan banjir, longsor, air tanah. Hal itu
diperlukan karena keadaan fisik lokasi dapat mempengaruhi tingkat adaptasi
manusia yang akan menempatinya,
Pendekatan keruangan juga merupakan ciri khas yang membedakan ilmu geografi
dengan lainnya. Pendekatan ini dapat di tinjau dari 3 aspek yaitu:
*
Analisis pendekatan topik yaitu menghubungkan suatu kejadian dengan dengan
tema-tema utama dalam permasalahan tersebut. Contoh pemanasan glokal adalah
suatu fenomena geografi yang terjadi di seluruh ruang, gejala tersebut
diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan manusia yang menambah tingkat polutan dalam
udara sehingga berpengaruh terhadap perubahan komposisi penyusun atmosfer.
Berikut Ini adalah gambar aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan ruang
(sumber www.wordpress.com)
*
Analisis dengan pendekatan aktivitas manusia yaitu mendeskripsikan aktivitas
manusia dalam ruang. Kehidupan manusia dimanapun ruang dan tempatnya maka akan
beradaptasi dan menyesuaikan dengan kondisi ruang. Pada ruangan pantai maka
aktivitas manusia sebagai nelayan, tambak udang, garam atau industri berat.
Contoh gambar ini adalah aktivitas manusia sesuai dengan keruangannya (sumber
www.matanews.com dan www.wordpress.com)
*
Analisis pendekatan wilayah, yaitu bahwa persebaran fenomena geografi
persebarannya tidak merata, sehingga setiap wilayah mwmiliki karakteristik,
memiliki kelebihan dibandingkan dengan wilayah lain, sehingga pada wilayah yang
berrbeda maka akan memiliki karakteristik yang berbeda pula. Berikut ini adalah
gambar karakteristik wilayah(sumber www.wordpress.com dan www.uwsp.edu)
2. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya
terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya. termasuk dengan
organisme hidup yang lain. Di dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu
komponen yang penting dalam proses interaksi, Oleh karena itu, muncul istilah
ekologi manusia (huÂman ecology) yang mempelajari interaksi antar manusia
serta antara manusia dan lingkungan. Aktivitas manusia dalam kaitannya dengan
inetarksi dalm ruang terutama terhadap lingkungannya mengalami tahan-tahapan
sebagai berikut
*
Tahapan yang sangat sederhana yaitu manusia tergantung terhadap alam (fisis
Determinisme). Manusia belum memiliki kebudayaan yang cukup sehingga pemenuhan
kebutuhan hidup manusia dipenuhi dari apa yang ada di alam dan lingkungannya
(hanya sebagai pengguna alam). Sehingga pada saat alam tidak menyediakan
kebutuhannya maka di akan pindah atau mungkin punah (kehidupan jaman purba)
*
Manusia dan alam saling mempengaruhi. Manusia memanfaatkan alam yang berlebihan
dan tidak memperhatikan kemampuan alamnya, sehingga lingkungan alam rusak dan
berakibat juga pengaruhnya terhadap manusia. Manusia sudah mampu mengurangi
ketergantunggannya terhadap alam tapi manusia juga masih membutuhkan alam.
Contohnya. Para petani zaman dulu dalam waktu setahun hanya mampu bercocok
tanam hany sekali, karena kebutuhan pengairan hanya mengandalkan dari musim
hujan (tadah hujan), sementara jumlah penduduk semakin bertambah, kebutuhan
terhadap pangan juga bertambah, maka manusia berupaya bagaimana agar kebutuhan
irigasi untuk pengairan pertanian bisa sepanjang musim dan tahun, maka
dibuatlah bendungan. Kemudian dengan bioteknologi juga sudah ditemukan varietas
pada yang bagus dengan usia dan masa panen cukup pendek.
*
Manusia menguasai alam. Dengan berkembangnya ilmu, kemampuan, dan budayanya,
manusia dapat memanfaatkan alam sebesar-besarnya. Contohnya dibuatnya
mesin-mesin mengekploitasi alam yang sebesar-besarnya. Jika alam sudah tidak
mampu lagi maka mesin -mesin digunakan untuk memproduksi bahan-bahan sintetis
yang tidak bisa di buat alam. Â
3. Pendekatan komplek kewilayahan
Pendekatan komplek kewilayahan ini mengkaji bahwa fenomena geografi yang
terjadi di setiap wilayah berbeda-beda, sehingga perbedaan ini membentuk
karakteristik wilayah. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya interaksi
suatu wilayah dengan wilayah lain untuk saling memenuhi kebutuhannya. semakin
tinggi perbedaannya maka interaksi dengan wilayah lainnya semakin tinggi
a) Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan adalah suatu metode analisis yang menekankan pada
eksistensi ruang yang berfungsi untuk mengakomodasi kegiatan manusia.
Contoh :
Pada musim hujan Jakarta banjir, karena tiada sejengkal tanahpun yang dapat
untuk peresapan air, lahan untuk pemukiman, kantor dan jalan selain itu
penduduknya membuang sampah di saluran air.
b) Pendekatan Ekologi/kelingkungan
Pendekatan ekologi (ecological approach) merupakan metodelogi untuk mendekati ,
menelaah dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan
konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan ekologi diarahkan kepada hubungan
manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungannya.
Contoh :
Daerah Jakarta banjir karena hutan didaerah Bogor/puncak terjadi penggundulan
hutan
c) Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis geografi dalam pendekatan kompleks wilayah mempelajari fenomena atau
kejadian berdasarkan hubungan aspek-aspek suatu wilayah tertentu yang berkaita
dengan wilayah lainnya. Artinya, permasalahan yang dikaji dalam pendekatan
kompleks wilayah adalah permasalahan keruangan komplek antar wilayah yang tidak
dapat diselesaikan dengan hanya pada satu ruang wilayah tertentu.
Contoh :
Untuk mengatasi banjir di Jakarta, Pemda DKI bekerjasama dengan Pemda daerah
sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) untuk memperbaiki DAS dan
menggalakkan penghijauan.
Dalam geografi terpadu untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi
digunakan macam-macam pendekatan atau hampiran yaitu pendekatan analisa
keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach),
dan pendekatan kompleks kewilayahan (regional complex approach).
Gambar diagram pendekatan Geografi
a. Analisis keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processes)
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Analisis kerungan yang mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat
pentingnya. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola
penyebaran serta cara mengubah pola sehingga dicapai penyebaran yang lebih
baik, efisien dan wajar.
Pendekatan keruangan kajiannya dapat pula diarahkan pada aktivitas manusia
dalam ruang/wilayah. Hal ini dapat ditinjau dari sebaran keruangan aktivitas
mana interrelasinya dengan aspek lain, baik menyangkut fisik manusia.
Dalam analisis keruangan dikumpulkan data ruang di suatu tempat/wilayah yang
terdiri dari data titik (point) dan data bidang (areal). Data titik meliputi
letak lintang, tinggi tempat, curah hujan, sampel batuan, tanah dan lain-lain.
Data bidang meliputi luas hutan, daerah pertanian, luas lahan kritis dan
lain-lain. Hal yang harus diperhatikan dalam analisis keruangan adalah
penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang.
Dalam pendekatan keruangan dipergunakan beberapa analisis dalam mengkaji
permasalah geografi yaitu:
1. Analisis lokasi
lokasi suatu ruang dimuka bumi ada dua yaitu lokasi absolute dan lokasi
relatif. Lokasi absolute adalah lokasi dengan posisi ditentukan oleh garis
lintang dan garis bujur bola bumi. Lokasi relative yaitu lokasi suatu wilayah
yang berhubungan dengan kondisi alam, social budayadaerah sekitarnya.
2. Analisis penyebaran
Pola penyebaran secara umum dapat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
mengelompok, tersebar merata dan tersebar tidak merata. Analisis penyebaran ini
dapat menganalisis pola-pola pemukiman, sebaran sumberdaya alam, vegetasi dan
lain-lain, sehingga dapat kita bedakan dari wilayah lainnya.
3. Analisis interaksi
Pada dasarnya wilayah berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
terdapat interaksi antar wlayah. Interaksi ini ditandai dengan adanya aliran
barang dan orang antar wilayah.
4. Analisis diffusi
Dalam proses interaksi akan terjadi diffusi (pencemaran). Diffuse ekspansi
yaitu proses informasi material menjalar malalui populasi dari suatu daerah ke
daerah lain. Diffuse penampungan merupakan proses yang sama dengan penyebaran
keruangan, informasi, material yang didifusikan meninggalkan daerah yang lama
dan berpindah ke daerah yang baru.
Menurut Edward Ullman adanya interaksi keruangan didasrkan atas tiga faktor
yaitu: (1) saling melengkapi antar wilayah, (2) kesempatan berintervensi, dan
(3) kemudahan permindahan dalam ruang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi
di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut.
Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di
kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi
wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan
zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai,
landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona
tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi,
penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam
pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan
dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Analisis kelingkungan atau ekologi
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Analisis yang mendasarkan pada interaksi makhluk hidup dengan lingkungan.
Ketekaitan antar manusia dengan lingkungan mempunyai kaitan dengan dua arah,
manusia mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkunggan yang mempengaruhi
manusia.
Organisme beserta lingkungan hidupnya sebagai suatu ekosistem, disebut
ekosistem. Dalam ekosistem dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitua: bagian
yang hidup (biotik) dan bagian yang tidak hidup (abiotik). Abiotik terdiri dari
bagian yang padat (litosfer), bagian yang cair (hidrosfer) dan bagian berupa
selubung udara (atmosfer). Tiap-tiap unit ekosistem mempunyai sifat-sifat
tertentu yang menentukan dalam ekosistem dan saling berinteraksi serta memeliki
corak tersendiri.
Dalam kajian ekologi terdapat dua pendekatan, yaitu ekologi yang menekankan
pada habitat dan ekologi yang menekankan pada organisme hidup sebagai komponen
dalam ekologi.
Pendekatan lingkungan dalam geografi, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam
mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah memepunyai
keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Analisis kompleks wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota.
Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Analisis yang mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis
ekologi. Analisis ini menekankan pengertian “areal differentiation” yaitu
adanya perbedaan karateristik tiap-tiap wilayah. Perbedaan ini mendorong suatu
wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain. perkembangan wilayah yang
saling berinteraksi terjadi karena terdapat permintaan dan penawaran.
Jadi fenomena, gaya dan masalah ditinjau dari penyebaran keruangannya,
keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan
geografi terhadap gaya dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai
alternatif-alternatif pemecahan masalah.
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Pendekatan Geografi dalam Pengelolaan Wilayah
Beberapa waktu lalu, banjir menggenangi beberapa daerah yang termasuk dalam DAS
Bengawan Solo. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah
dan Jawa Timur mengejutkan berbagai pihak dan masyarakat karena luapannya yang
sangat luas telah menggenangi wilayah di beberapa kabupaten, mulai dari
Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan
Gresik.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah di daratan yang secara
topografis dibatasi oleh igir alam berupa punggung bukit/ perbukitan dan
gunung/ pegunungan, dimana wilayah tersebut berfungsi menampung air yang
berasal dari presipitasi (curah hujan) yang kemudian mengalirkannya melalui
suatu sungai utama yang merupakan single outlet.
Beberapa kalangan dan pakar berpedapat bahwa kerusakan ekositem DAS dan
sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri-lah penyebab utama banjir. Sebenarnya jauh
hari sebelumnya, sudah muncul prediksi atau dugaan dari para pakar bahwa usia
waduk tidak akan lebih dari 20 – 30 tahun ‘jika’ kondisi sedimentasi akibat
erosi lahan di daerah tangkapan waduk dibiarkan terus menerus. Sementara itu
pada awal pembuatan Waduk Serbaguna Wonogiri diharapan usia waduk dapat
mencapai 100 tahun. Prediksi para pakar tersebut sangatlah berlawanan dengan
yang diharapkan sebelumnya. Pada kenyataannya kondisi sedimentasi yang terjadi
sungguh diluar prediksi, anak-anak Bengawan Solo di daerah hulu, utamanya di
daerah tangkapan airnya telah membawa banyak material sedimen yang tersuspensi
pada air yang dialirkannya. Sungai Keduang dilansir sebagai penyumbang terbesar
sedimen di Waduk Wonogiri. Banyaknya muatan sedimen pada aliran Sungai Keduang
tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat erosi yang terjadi akibat
maraknya konversi penggunaan lahan dan pola pengelolaan lahan pertanian yang
belum mengindahkan konsep dan arahan konservasi tanah.
Ada beberapa faktor penyebab degradasi fungsi hidrologis dan degradasi lahan
DAS Bengawan Solo, diantaranya :
1. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Misalnya, daerah
yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung dialihfungsikan menjadi lahan
budidaya, kawasan penyangga dialihfungsikan menjadi lahan budidaya semusim dan
kawasan produksi dialihfungsikan menjadi permukiman. Kondisi seperti tersebut,
sangatlah mudah dijumpai di daerah hulu DAS Bengawan Solo.
2. Pola penggunaan lahan belum menyesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian
lahan. Lahan yang semestinya hanya untuk kawasan budidaya tahunan dipakai
sebagai lahan budidaya tanaman semusim atau bahkan dipergunakan sebagai
permukiman. Lahan dengan kemiringan lereng >30% masih difungsikan sebagai
lahan pertanian intensif dan dipergunakan juga sebagai lokasi permukiman.
3. Perlakuan terhadap lahan belum memenuhi kaidah-kaidah konservasi lahan.
Kaidah-kaidah konservasi lahan sangatlah dipengaruhi oleh faktor geografis atau
lokasi dimana lahan tersebut berada. Pengelolaan dan teknik konservasi dari
suatu lokasi akan berbeda dengan lokasi yang lainnya, hal ini tergantung pada
kondisi tanah, topografi, penggunaan lahan, iklim dan geologi dari lahan yang
bersangkutan.
4. Tekanan penduduk atas lahan yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang cukup
pesat. Pertumbuhan penduduk berarti pertambahan kebutuhan akan pangan dan
permukiman, dua hal tersebut akan memicu intensifikasi dan ekstensifikasi
penggunaan lahan. Daerah tangkapan air disekitar lereng Gunung Merapi dan
Gunung Lawu merupakan lahan yang sangat subur dan mempunyai daya tarik
keindahan pariwisata sehingga menjadi faktor penarik bagi manusia untuk mengembangkan
pemukiman dan pertanian di daerah tersebut.
5. Belum ada peraturan yang mengatur dan mengikat secara jelas mengenai
konservasi tanah dan air, sehingga masyarakat sebagai agen pengguna lahan
diharuskan menerapkan usaha konservasi tanah dan air secara memadai pada setiap
lahan yang digunakannya.
Dalam pengelolaan DAS, secara garis besar, sumberdaya alamnya dapat dipilahkan
menjadi dua sumberdaya alam utama, yaitu sumberdaya lahan dan sumberdaya air.
Dalam prakteknya, pengelolaan kedua sumberdaya tersebut tidak dapat dipisahkan,
namun harus terpadu, karena suatu kegiatan/ usaha pengelolaan salah satu
sumberdaya tersebut akan berdampak pada sumberdaya yang lain.
Secara keruangan, karakteristik DAS dapat diklasifikasikan menjadi 3 wilayah,
yaitu daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir. Tiap keruangan dari DAS
tersebut mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda, sehingga dalam usaha
pengelolaan dan pemanfaatannya pun akan berbeda. Daerah hulu dari suatu DAS
berfungsi sebagai kawasan lindung dan tangkapan air bagi keseluruhan wilayah
DAS. Daerah tengah dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasan penyangga,
sedangkan daerah hilir dari suatu DAS berfungsi sebagai kawasa budidaya.
Dalam konsep DAS berlaku hukum sebab akibat yang mengalir dari atas ke bawah,
oleh karena itu rusaknya daerah hulu (atas) dan tengah tentunya akan berdampak
pada kelestarian wilayah dibawahnya (hilir). Daerah hulu sebagai kawasan
lindung mempunyai nilai dan fungsi penting dalam menangkap dan menyimpan air,
karena itu terjadinya perubahan tata air di daerah hulu akan berdampak di
daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air, volume dan tranportasi
sedimen serta material yang tersuspensi dalam sistem aliran airnya. Dalam
interaksi antar ruang antara daerah hulu dan hilir, keduanya mempunyai
keterkaitan dalam hal daur hidrologi. Mengingat pentingnya fungsi daerah hulu
dalam sistem tata air suatu DAS, maka daerah hulu harus menjadi salah satu
fokus perhatian.
Dalam suatu pembangunan berwawasan lingkungan, maka dalam pendekatannya juga
harus menggunakan sistem satuan wilayah yang mengacu pada ruang/ ekosistem
lingkungan. DAS sebagai sebuah ruang (space) dan ekosistem seharusnya sudah
mulai digunakan sebagai pendekatan dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan karena DAS memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi keruangan, karena DAS mempunyai ke-khas-an karakteristik dan
batas-batas fisik dan yang jelas. Didalamnya terdapat berbagai komponen yang
berinteraksi sehingga membentuk sistem terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem.
2. Fungsi hidrologi, karena didalamnya terdapat siklus hidrologi dan
proses-proses ikutannya.
3. Fungsi pembangunan, karena DAS dapat digunakan sebagai satuan wilayah
pembangunan dimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat di dalamnya.
Sistem pewilayahan yang sudah ada, dimana batas administrasi selalu dijadikan
batas pemisah, tidak akan berhasil untuk mengelola ruang dan ekosistem yang
notabene bukan ruang administratif. Sistem pewilayahan yang sudah ada tidaklah
harus dirubah, akan tetapi sistem dan pola koordinasi antar wilayah didalam
DAS-lah yang harus dibenahi. Akan selalu diperlukan kemauan dan itikad baik
dari berbagai pihak demi ruang hidup yang lebih baik untuk kemaslahatan
bersama.
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di
kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk
mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan
sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya
banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara
mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan
hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan
perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3)
mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang
dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu
tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal)
dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka
bumi dan peristiwa peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun
yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatnn
keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan
keberhasilan pembangunan. Konteks geografi ternyata membicarakan dan membahas
tentang aspek kehidupan manusia dengan segala perilakunya serta gejala fisik
yang terjadi dalam rulIng stall.
Pengertian ruang merupakan suatu tempat yang mewujudkan keberadaan dirinya yang
bersifat fisik ataupun yang bersifat hubungan-hubungan sosial serta memiliki
perbedaan dan persamaan aspek kehidupan yang ads dalam ruang tersebut. Ruang
mencerminkan adanya hubungan fungsional antara gejala obyek-obyek yang ada
dalam ruang itu sendiri. Sebab itulah diperlukan analisis keruangan dalam
rangka mengkaji gejala-gejala yang mill dalam rlmng (space). Space terdiri
dari: (1) physical space dan (2) social space. Dalam hal mengkaji
perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam ruang dengan segala
obyeknya merupakan tugas geografi.
Sebagai suatu disiplin ilmu, geografi mempelajari suatu system alam yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait. Aliran energi dalam suatu
sistem menghasilkan perubahan. Perubahan yang berkesinambungan akan
menghasilkan suatu bentuk keseimbangan sistem.
Suatu sistem mempunyai tiga bagian yang berbeda, yaitu bagian komponen, bagian
input, dan bagian output. Salah satu contoh sistem sederhana yang banyak
diketahui dan dikenal luas adalah sistem hi-fi. Suatu sistem hi-fi tersusun
dari beberapa komponen seperti amplifier, speaker, radio, tape, dan pemutar
”Compact Disk” (CD). Ketika kita menghubungkan sistem hi-fi dengan aliran
listrik dan menghidupkannya, energi listrik mengalir melalui system serta
menghidupkan seluruh komponen. Aliran energi ini disebut dengan input,
sedangkan outputnya adalah musik yang kita dengar.
Pada sistem yang berfungsi baik, seluruh komponen harus tersambung bersama.
Planet Bumi yang mempunyai banyak komponen dapat dilihat sebagai sistem yang
kompleks dan sangat besar. Di dalam sistem Bumi, input adalah energi yang
datang dari Matahari dan juga energi yang berasal dari dalam Bumi, seperti
tenaga tektonik. Output adalah perubahan konstan yang dapat dilihat di sekitar
kita dalam lingkungan fisik dan manusia, seperti panas serta hujan.
Sistem Bumi memang suatu sistem yang kompleks, sehingga cara terbaik untuk
mempelajarinya dengan memahami setiap komponen-komponennya dengan berbagai
pendekatan dalam geografi. Inilah geografi dari sudut pendekatan sistem.
Pendekatan ini terus mengalami perkembangan hingga masa geografi modern.
Dalam geografi modern yang dikenal dengan geografi terpadu (Integrated
Geography) digunakan tiga pendekatan atau hampiran. Ketiga pendekatan tersebut,
yaitu analisis keruangan, kelingkungan atau ekologi, dan kompleks wilayah.
1. Pendekatan Keruangan
Dari namanya dapat ditangkap bahwa pendekatan ini akan menekankan pada
keruangan. Pendekatan ini mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat
pentingnya seperti perbedaan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan
terkait dengan elemen pembentuk ruang yang berupa kenampakan titik, garis, dan
area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi distribusi ketiga elemen
tersebut. Distribusi atau agihan elemen geografi ini akan membentuk pola
seperti memanjang, radial, dan sebagainya. Nah, proses keruangan sendiri
berkenaan dengan perubahan elemen pembentuk ruang. Ahli geografi berusaha
mencari faktor-faktor yang menentukan pola penyebaran serta cara mengubah pola
sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik, efisien, dan wajar. Analisis suatu
masalah menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan dengan pertanyaan 5W 1H
seperti berikut ini.
a. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
b. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
c. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam
berlangsung.
d. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena
alam.
e. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan
terjadinya fenomena alam.
f. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena
alam.
Salah satu contoh kasus fenomena atau gejala alam adalah gempa bumi di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah, pada tanggal 27 Mei 2006. Gempa bumi merupakan suatu fenomena
alam yang sangat merugikan
manusia. Analisis peristiwa gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah, dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apa fenomena alam yang terjadi?
Gempa bumi
b. Kapan terjadinya?
27 Mei 2006.
c. Di mana terjadi gempa bumi tersebut?
Sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
d. Mengapa terjadi peristiwa itu?
Peristiwa tersebut terjadi karena adanya pergerakan lempeng tektonik.
e. Siapa atau apa yang menyebabkannya?
Adanya tumbukan antara dua lempeng tektonik.
f. Bagaimana gempa bumi itu dapat terjadi?
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik yang terus bergerak. Ketiga
lempeng tersebut adalah lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lempeng
tersebut terus bergerak. Apabila terjadi tumbukan lempeng mengakibatkan gempa
bumi. Peristiwa gempa bumi di Yogyakarta terjadi karena tumbukan lempeng
Indo-Australia dan Eurasia. Tumbukan tersebut menyebabkan lempeng
Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia di zona subduksi.
Nah, dengan cara seperti ini kamu bisa menganalisis suatu gejala alam yang
terjadi di sekitar wilayahmu. Bahkan bencana alam yang akhir-akhir ini mendera bangsa
kita. Sebagai perbandingan, kamu akan diberikan satu contoh lagi mengenai
penggunaan pendekatan ini dalam analisis masalah geografi yang lain, yaitu
analisis terjadinya banjir di Jakarta. Untuk kesekian kali Jakarta banjir lagi.
Yang paling akhir, bencana ini terjadi tanggal 1 Februari 2007. Banjir ini
hampir merendam sebagian Jakarta. Tahap pertama penerapan pendekatan keruangan
dilakukan dengan melihat struktur, pola, dan proses keruangan di
wilayah-wilayah sekitar Jakarta, seperti Bogor, kawasan puncak, dan Cianjur.
Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena alam seperti kawasan hulu sungai.
Setelah itu, pada tahap kedua ilakukan zonasi berdasarkan karakteristik
kelerengannya, misalnya curam, agak landai, dan datar. Tahap ketiga ditinjau
ketepatan pemanfaatan lahan di tiap-tiap zona. Studi aspek fisik ini perlu
ditambahkan dengan karakteristik penduduk di wilayah tersebut, seperti mata
pencahariannya, tingkat pendidikan, keterampilan yang dimiliki serta
kebiasaannya. Melalui informasi ini dapat ditemukan keterkaitan antara kondisi
alam dan manusia dengan terjadinya banjir. Pada akhirnya, dapat dirumuskan
upaya penanggulangannya.
2. Pendekatan Kelingkungan atau Ekologi
Pendekatan ini tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan
lingkungan, tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada dan juga perilaku
manusia. Karena pada dasarnya lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu
perilaku dan fenomena lingkungan. Sisi perilaku mencakup dua aspek, yaitu
pengembangan gagasan dan kesadaran lingkungan. Interelasi keduanya inilah yang
menjadi cirri khas pendekatan ini. Menggunakan keenam pertanyaan geografi,
analisis dengan pendekatan ini masih bisa dilakukan. Nah, perhatikan contoh
analisis mengenai terjadinya banjir di Sinjai berikut dan kamu akan menemukan
perbedaannya dengan pendekatan keruangan. Untuk mempelajari banjir dengan
pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut.
a. Identifikasi kondisi fisik yang mendorong terjadinya bencana ini, seperti
jenis tanah, topografi, dan vegetasi di lokasi itu.
b. Identifikasi sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di lokasi
tersebut.
c. Identifikasi budi daya yang ada kaitannya dengan alih fungsi lahan.
d. Menganalisis hubungan antara budi daya dan dampak yang ditimbulkannya hingga
menyebabkan banjir.
e. Menggunakan hasil analisis ini mencoba menemukan alternative pemecahan
masalah ini.
3. Analisis Kompleks Wilayah
Analisis ini mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis
ekologi. Analisis ini menekankan pengertian
”areal differentiation” yaitu adanya perbedaan karakteristik tiap-tiap wilayah.
Perbedaan ini mendorong suatu wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain.
Perkembangan wilayah yang saling berinteraksi terjadi karena terdapat
permintaan dan penawaran. Contoh analisis kompleks wilayah diterapkan dalam
perancangan kawasan permukiman. Langkah awal, dilakukan identifikasi wilayah
potensial di luar Jawa yang memenuhi persyaratan minimum, seperti kesuburan
tanah dan tingkat kemiringan lereng. Langkah kedua, identifikasi aksesibilitas
wilayah. Dari hasil identifikasi ini dirumuskan rancangan untuk jangka panjang
dan jangka pendek untuk pengembangan kawasan tersebut.
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi
geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang
meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati
dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan
geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan
hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
Prinsip-prinsip Geografi
Prinsip-prinsip Geografi
Dalam menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan
prinsip-prinsip geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena, gejala,
fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala ada yang
teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang mengelompok, menyebar,
memusat, memanjang bergantung kepada keadaan fenomena. Pengertian fenomena atau
gejala diartikan sebagai : semua data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan
bumi. Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri dari : kekuatan, proses, biotis,
topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial : terdiri
dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya terdiri dari :
pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena
yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2. Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena
tersebut secara detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer
berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang dikaji,
disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat
yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu
kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita.
Berdasarkan jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat
tabel) dst....dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang satu
dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau gejala di muka
bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan dengan fenomena lain.
Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada keterkaitan yang sangat tinggi
antara fenomena tanaman padi dengan fenomena dataran rendah... dst
4. Prinsip Korologi : Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada
ruang tertentu. Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara
prinsip-prinsip geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini dalam
menganalisis fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan penggabungan
prinsip yang ada. misalnya kita bicara tentang pasar pada suatu wilayah, maka
pasar itu akan bergantung kepada fenomena pembeli, penjual, barang, transportasi,
transaksi pada ruang tertentu pula.
Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu
fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai
pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang
dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan
dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena
atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau
beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu
yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang
geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi,
prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
1. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan
bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber
air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran
air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
2. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara
aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara
aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek
manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah
hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat
terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena
kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
3. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara
aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan.
Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran,
interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji
penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang
itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan
bentuk.
Secara teoritis dalam mempelajari geografi perlu dijiwai oleh prinsip-prinsip
geografi yang meliputi prinsip distribusi, prinsip interrelasi, prinsip
deskripsi, dan prinsip korologi.
1. Prinsip Distribusi
Prinsip ini pada hakikatnya adalah terjadi persebaran gejala-gejala geosfer
yang ada di permukaan bumi, di mana distribusi (penyebarannya) berbeda antara
satu tempat dengan tempat lainnya. Gejala geografi baik yang menyangkut kondisi
fisik maupun sosial tersebar luas di permukaan bumi, tetapi penyebarannya
tidaklah merata antara wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Dengan jalan menggambarkan dan memerhatikan persebaran gejala-gejala geografi
di permukaan bumi maka dapat diungkapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
gejala dan fakta tersebut, bahkan selanjutnya dapat digunakan untuk meramalkan
keadaan pada masa yang akan datang. Prinsip distribusi dalam ruang ini menjadi
kunci pertama dalam studi geografi. Berdasarkan pada prinsip distribusi ini,
selanjutnya dapat ditetapkan prinsip-prinsip yang lain. Sebagai contoh
persebaran kandungan minyak bumi dan gas di wilayah Indonesia tidaklah merata,
lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Indonesia bagian barat, sedangkan di
wilayah Indonesia bagian timur lebih banyak mengandung bahan mineral.
2. Prinsip Interrelasi
Prinsip ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gejala geografi yang satu
dengan gejala geografi yang lain di muka bumi. Oleh karena itu setelah dilihat
persebaran gejala geografi dalam satu ruang atau wilayah tertentu maka dapat
pula diungkapkan hubungan antara gejala geografi satu dengan gejala geografi
lainnya. Selain itu dapat pula diungkapkan hubungan antara gejala-gejala yang
ada di permukaan bumi. Misalnya hubungan antara gejala fisik dengan gejala
fisik, antara gejala fisik dengan gejala sosial dan antara gejala sosial dengan
gejala sosial.
Dari interrelasi tersebut dapat diungkapkan karakteristik geografi dari suatu
wilayah. Sebagai contoh, usaha pembukaan lahan di hutan untuk keperluan area
pertambangan akan menyebabkan terjadinya penebangan hutan dan berubahnya
ekosistem satwa dan tumbuhan di area hutan tersebut.
3. Prinsip Deskripsi
Prinsip ini pada intinya memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang
karakteristik yang spesifik pada gejala geografi. Gejala geografi berdimensi titik,
garis, bidang, dan ruang. Prinsip deskripsi ini tidak saja dilaksanakan dengan
menggunakan uraian dan peta melainkan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
diagram, grafik, maupun tabel.
Bentuk-bentuk deskripsi harus dapat memberikan penjelasan kepada para pembaca
agar dapat memahami tentang makna yang dibahas. Prinsip deskripsi digunakan
untuk menjelaskan karakteristik gejala geografi yang dipelajari, hubungan
antargejala, dan distribusi keruangannya. Dalam geografi urutan kegiatannya
antara lain pengumpulan data, klasifikasi data, pemetaan, deskripsi tiap satuan
pemetaan. Jadi deskripsi baru dapat dibuat setelah dilakukan pemetaan tentang
kajian geografi yang dimaksud.
4. Prinsip Korologi
Prinsip ini melihat permasalahan geografi dari sudut pandang persebaran,
interelasi dan interaksinya dalam suatu wilayah (region) dan ruang tertentu.
Ruang ini menunjukkan karakteristik kesatuan gejala geografi, kesatuan fungsi,
dan kesatuan bentuk. Misal kita melihat definisi bumi, tidak hanya meliputi
bagian luar dari kerak bumi tetapi mencakup pula lapisan atmosfer yang
mengelilinginya, termasuk air yang ada di bumi, baik air yang ada di permukaan
bumi maupun air tanah, serta makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa dalam mengkaji gejala geografi pada
suatu wilayah baik sempit maupun luas harus ditunjukkan mengenai persebaran
gejala geografi, interrelasi antargejala, deskripsi masing- masing gejala dan
hubungan keruangannya.
Prinsip keilmuan geografi merupakan dasar pengkajian gejala dan masalah
geografi baik menyangkut aspek fisik, manusia, atau hubungan manusia dan
lingkungan. Prinsip geografi ini terdiri dari prinsip penyebaran, prinsip
interelasi, prinsip deskripsi, prinsip korologi. Keempat prinsip ini menjadi
satu kesatuan prinsip yaitu prinsip geografi dalam kegiatannya.
1. Prinsip penyebaran
Merupakan prinsip dasar dalam mengkaji setiap gejala dan fakta geografi, baik
gejala alam maupun manusia. Prinsip ini memandang bahwa setiap gejala dan fakta
di permukaan bumi tersebar secara tidak merata antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Suatu gejala geografi bisa terlihat terkumpul dalam jumlah
yang padat dan banyak, tetapi di tempat lain terlihat sangat jarang dan
sedikit.
Misalnya: persebaran flora dan fauna di indonesia, tumbuhan kelapa di tepi
pantai, tumbuhan teh tumbuh subur di pegunungan.
2. Prinsip interelasi
Digunakan untuk melihat pola hubungan antara satu gejala dan gejala lainnya,
meliputi hubungan antara:
a. Faktor fisik dengan faktor fisik lainnya
Misal: hubungan antara mata air panas dengan energi panas bumi di sekitar
gunung berapi.
b. Faktor fisik dengan faktor manusia
Misal: hubungan antara manusia dengan cara bertani di lahan miring dengan
membuat tersering (sengekedan), peristiwa longsor dan aktivitas penebangan liar
yang menyebabkan penggundulan hutan.
c. Faktor manusia dengan faktor manusia lainnya
Misal mengkaji tentang kehidupan di desa dengan jenis mata pencaharian. Dengan
memperhatikan pola hubungan antar gejala-gejala tersebut secara kualitatif.
Dengan bantuan ilmu statistik, hubungan antar fenomena dapat dianalisa/diukur
secara kuantitatif.
3. Prinsip deskripsi
Merupakan prinsip yang menggambarkan lebih jauh terhadap persebaran dan
hubungan interelasi antara fakta dan gejala di permukaan bumi. Untuk menyajikan
gejala secara komprehensif dapat dimulai mengajukan pertanyaan 5w1h, sedangkan
bentuk penyajiannya dapat berupa kata-kata, tulisan, tabel, grafik dan peta.
4. Prinsip korologi
Merupakan prinsip yang meninjau gejala, fakta, dan masalah geografi dari
penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang. Ruang dalam sudut pandang
geografi adalah permukaan bumi secara keseluruhan yang membentuk suatu fungsi.
Perbedaan prinsip-prinsip geografi diatas dapat dilihat dari aspek:
1. sudut pandangnya, prinsip penyebaran memperlihatkan penyebaran dari suatu
fenomena geosfer baik itu fisik maupun sosial. Atau lebih menitikberatkan
”What”, apa yang ada disuatu wilayah, apa yang tersebar di wilayah tertentu.
2. Interelasi lebih menitikberatkan pada ”Who dan Where” karena pada interelasi
ini lebih melihat hubungan antara gejala yang ada dalam prinsip penyebaran
tadi. Jadi tingkatan prinsip interelasi lebih tinggi daripada penyebaran.
3. Prinsip deskripsi lebih memperhatikan ”Why”, yaitu mengapa fenomena geosfer
tersbut terjadi di suatu tempat tertentu, mengapa tidak ditempat lain. Pada
prinsip ini dikaji lebih mendalam, dengan mengajukan pertanyaan Why.
4. Prinsip korologi, memperhatikan ”How” karena dari prinsip yang atelah ada
diatas yaitu prinsip penyebaran, prinsip interelasi, deskripsi selanjutnya
ditinjau dari interaksi mereka dalam sudut pandang keruangan. Dataran tinggi,
dataran rendah atau keruangan lainnya. Pada analisa keruangan ini perlu
diperhatikan mengenai pendekatan keruangan yang melihat setiap fenomena
berdasarkan sudut pandang kerungan, dimana setiap ruang itu berbeda dan
keruangan ini akan membentuk hubungan yang berbeda juga antara satu tempat
dengan tempat lainnya.
Geografi memiliki prinsip-prinsip tertentu yang menjadi dasar pada setiap
pengkajiannya. Pada waktu melakukan pendekatan terhadap obyek yang dipelajari,
dasar atau prinsip ini harus selalu menjiwai. Prinsip-prinsip geografi antara
lain prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi, dan prinsip
keruangan.
1. Prinsip penyebaran.
Prinsip ini merupakan prinsip dasar ilmu geografi yang tidak boleh
ditinggalkan. Setiap gejala dan fakta geografi, baik yang berkenaan dengan
gejala alam maupun manusianya tersebar dipermukaan bumi. Penyebaran gejala dan
fakta tersebut tidak merata dari satu wilayah kewilayah lain.Dengan
memperhatikan dan menggambarkan penyebaran yang tidak merata tersebut, muncul
pertanyaan dimana dan bagaimana persebarannya, serta mengapa persebaran
tersebut tidak merata .
2. Prinsip interelasi.
Prinsip ini merupakan prinsip geografi yang menuntun untuk melihat pola
hubungan antara satu faktor dan faktor yang lainnya. Didalamnya akan
diungkapkan hubungan antara faktor fisis dan faktor fisis lainnya, antara
faktor fisis dan faktor manusia, dan antara faktor manusia dengan faktor
manusia lainnya. Dari antarhubungan tersebut, akan dapat diungkapkan
karakteristik gejala atau fakta geografi disuatu tempat atau wilayah tertentu.
3. Prinsip deskripsi.
Prinsip ini merupakan prinsip yang menggambarkan lebih jauh terhadap persebaran
dan hubungan interelasi antara fakta dan gejala dipermukaan bumi. Prinsip ini
tidak hanya dapat dilaksanakan melalui kata-kata dan peta, tetapi dapat pula
ditampilkan dalam bentuk diagram, grafik, atau tabel.
4. Prinsip keruangan ( korologi ).
Prinsip ini merupakan prinsip yang meninjau gejala, fakta, dan masalah geografi
dari penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam ruang. Ruang dalam sudut
pandang geografi adalah permukaan bumi, baik keseluruhan maupun sebagian. Ruang
permukaan bumi bukan hanya bagian bumi yang bersinggungan dengan udara,
melainkan lapisan atmosfer terbawah yang mempengaruhi permukaan bumi, lapisan
batuan sampai kedalaman tertentu yang merupakan sumber daya bagi kehidupan, air
yang ada dipermukaan bumi, dan air tanah sampai kedalaman bumi. Dengan demikian
prinsip keruangan ini memperhatikan penyebaran, interelasi, dan interaksi
gejala unsur atau gejala komponen dipermukaan bumi sebagai suatu ruang yang
membentuk suatu kesatuan fungsi.
Prinsip-prinsip geografi merupakan dasar untuk menjelasakan berbagai fenomena
geografi. Prinsip geografi terdiri atas 4 macam, yaitu prinsip persebaran,
interelasi, deskripsi, dan korologi (keruangan).
Prinsip persebaran, yaitu bahwa gejala atau fenomena geografi terdapat di mana-mana
dan tersebar di permukaan bumi. Gejala atau fenomena geografi tersebut dapat
berupa fenomena fisik atau fenomena sosial yang persebarannya tidak merata di
permukaan bumi. Misalnya, keadaan sumber air tanah tidak dijumpai di semua
tempat atau kemacetan lalu lintas juga tidak dijumpai di semua tempat. Oleh
karena itu, untuk mengamati gejala dan fenomena yang tersebar itu diperlukan
alat bantu antara lain peta.
Prinsip interelasi, yaitu adanya hubungan saling keterkaitan antargejala dalam
ruang. Hubungan saling keterkaitan itu dapat terjadi antarfenomena fisik,
antarfenomena sosial, serta antara fenomena fisik dan fenomena sosial.
Misalnya, terjadinya banjir di wilayah hilir salah satu penyebabnya adalah
rusaknya hutan di wilayah hulu akibat perilaku manusia.
Prinsip deskripsi, yaitu penjelasan tentang adanya gejala atau fenomena
geografi. Persebaran dan hubungan gejala atau fenomena geografi dapat
diungkapkan antara lain dalam bentuk data, grafik, dan peta. Ketiga bentuk
pengungkapan fenomena tersebut akan lebih jelas apabila diberikan pemaparan
atau penjelasan dengan menggunakan rangkaian kalimat.
Prinsip korologi, yaitu pengkajian gejala atau fenomena geografi secara
menyeluruh (komprehensif) dalam ruang tertentu (spatial). Di dalam prinsip
korologi setiap gejala atau fenomena geografi dikaji dengan cara memadukan
prinsip-prinsip persebaran, interelasi, dan deskripsi. Hasil pengkajian melalui
prinsip korologi menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan gejala, fenomena, dan
fakta antarwilayah. Oleh karena itu, akan memberikan corak tertentu sehingga
tampak adanya kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk.
Berbagai fenomena geosfer dapat dikaji dalam geografi melalui enam pertanyaan
pokok, yaitu what, where, when, why, who, dan how. Keenam pertanyaan tersebut
dikenal dengan prinsip 5W 1H.
What untuk mengetahui peristiwa apa yang terjadi.
Where untuk mengetahui di mana peristiwa terjadi.
When untuk mengetahui kapan peristiwa terjadi.
Why untuk mengetahui mengapa peristiwa terjadi.
Who untuk mengetahui siapa yang terlibat dalam peristiwa yang terjadi.
How untuk mengetahui bagaimana solusi atas peristiwa yang terjadi.
Pendekatan dan Prinsip Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena
geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks
wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu
dipahami, yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang
meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati
dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan
geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan
hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola
dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features),
dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan
dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.
Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik
secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989).
Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan
cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang
(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di
kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam
dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang
terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat
dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu
akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak
curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah
hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata
pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang
ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai
berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan
lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan
mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses
anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu
pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat
terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu
dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi,
tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan,
sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting
untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di
wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga
keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah
tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks.
Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk
memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan
menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi
antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada
keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek
kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang
lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya
membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu
wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut.
1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan
kedua
3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan
inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya,
meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk
pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan
dan pendekatan kewilayahan.
1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan
ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang
disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek
fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena
pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam
kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau
penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam
ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat
menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
GEOGRAFI
A. PENGERTIAN GEOGRAFI
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada
abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang
berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes
dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi.
Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan
bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh
permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan
informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius
Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini
berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf
terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis
terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya
yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau
fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia
sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang
hidupnya.
Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam
kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut
ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian
diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
1. Pengertian geografi menurut para ahli:
1) Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai induk
dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu
mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing.
2) “Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan oleh
Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction.
3) Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia mengemukakan dalam
bukunya yang berjudul La Geographie Humaine
4) Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin menjelaskan
gejala gejala dari segi hubungan keruangan’
5) Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di
Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan
dalam konteks keruangan
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi)
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu gê (“Bumi”) dan graphein (“menulis”, atau
“menjelaskan”).
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang
terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).Geografi
lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya
menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak
di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang.” Geografi
mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
2. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan
Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat
berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu
kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang
sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu
menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi
pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini
menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng
identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi
para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat
jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu
pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”.
Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata
geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan
tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti
geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde
(Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan
bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung
di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin
maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus
berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan.
Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi
ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi
telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya
menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan
konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan.
Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita,
makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan
tempat rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988)
merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam
konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang
menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal
balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi
merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan
keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan,
kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang
esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia
(reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan
intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat
keruangan.
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya
hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan
intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi
lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk
memahami masalah lingkungan yang kompleks.
Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi
manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi
lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan
beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk
memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses
ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang
meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan
tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia
(sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang
digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.
Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan
fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental
geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both
physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).
Geografi ada karena adanya perbedaan keruangan antara suatu daerah dengan
daerah lainnya. Geografi menjelaskan bagaimana bentuk dan lapisan muka bumi,
bisa berbentuk sedemikian rupa secara sistematis. Juga berkaitan dengan
kegiatan manusia di muka bumi yang berbeda-beda tersebut. Perbedaan Geografi
dengan ilmu-limu lainnya seperti Pertanian, Geologi, dan lainnya adalah dari
pendekatan teorinya.
3. Pengertian geografi menurut para pakar:
1) Geografi adalah ilmu kausal yang mempelajari gejala-gejala di muka bumi
beserta permasalahannya melalui Spatial Approach, Ecology Approach, dan Human
Approach untuk program pembangunan jangka panjang, proses pembangunan dan
menunjang pembangunan. (Bintaro, 1981)
2) Geografi adalah ilmu yang mempelajari geosfer dan komponen-komponennya
secara terpadu (integrated), sistematik, dalam konteks keruangan dan
lingkungan, serta wilayah untuk kepentingan negara, manusia (human
civilization) dan ilmu pengetahuan atau pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan. (Sugeng Martopo)
3) Geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer melalui pendekatan
keruangan, ekologi, dan wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kompleks
suatu wilayah untuk pembangunan berkelajutan
B. SEJARAH GEOGRAFI
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi
geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari
Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari
Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan
karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu
tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis
pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno
sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya
selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut
Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu
Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan
perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance
dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari
landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh
Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap
dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris
dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai
sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos:
sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak
ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan
botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama:
determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi
kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik
manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik
deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan
Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah “iklim yang panas
menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas” dan “banyaknya perubahan
pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas”.
Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori
yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena
tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan
lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer
kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim
alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan
tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi
deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi
menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan
oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai
ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran
Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut “kadet angkasa”, menyatakan
bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang
pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme
dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika – terutama statistika –
sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan
utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang
penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik
atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar
belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia
(seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan
tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial
Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet
merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada
namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir
dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori
pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari
hubungan keruangan
C. METODE
Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta
sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan
analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi
Geografis (SIG) yang berbasis komputer.
Geografer menggunakan empat pendekatan:
1. Sistematis – Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang
kemudian dibahas secara global
2. Regional – Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah
tertentu atau lokasi di atas planet.
3. Deskriptif – Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan
populasinya.
4. Analitis – Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut
pada wilayah geografis tertentu.
D. CABANG
1. Geografi fisik
Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi
untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk
memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain.
Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.
Topik terkait: atmosfer – kepulauan – benua – gurun – pulau – bentuk muka bumi
– samudera – laut – sungai – danau – ekologi – iklim – tanah – geomorfologi –
biogeografi – garis waktu geografi, paleontologi – paleogeografi – hidrologi.
2. Geografi manusia
Cabang geografi manusia, atau politik/budaya – juga disebut antropogeografi
yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena
dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia
lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia.
Bisa dibagi menjadi: geografi ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik),
geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi
militer.
3. Geografi manusia-lingkungan
Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang
hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya
berinteraksi. walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang,
masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar
manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan:
ekologi budaya dan politik dam penelitian resiko-bencana.
4. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada sekitar
tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat
kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal
Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah
lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu
Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural
and Regional Development Planning (RRDP).
5. Ekologi budaya dan politik
Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan
pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia
beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan (sustainability)
kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa
geografer menggunakan aspek geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan
alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya, studi yang
berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat bahwa kelaparan di Sahel disebabkan
oleh perubahan sistem politik dan ekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari
kolonialisme dan menyebarnya praktek kapitalisme.
6. Penelitian resiko-bencana
Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba memahami
mengapa orang tinggal dataran banjir yang mudah terkena bencana. Sejak itu,
bidang ini berkembang menjadi multi disiplin dengan mempelajari bencana alam
(seperti gempa bumi) dan bencana teknologi (seperti kebocoran reaktor nuklir).
Geografer yang mempelajari bencana tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana
manusia dan masyarakat menghadapinya.
7. Geografi sejarah
Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi
berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu
dari banyak kunci atas bidang ini – banyak disimpulkan tentang pengaruh
masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.
“Geografi Sejarah” tentu saja merupakan akibat timbal-balik dari geografi dan
sejarah. Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai arti yang yang lebih spesifik.
Nama ini dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari Universitas California,
Berkeley dengan programnya me-reorganisir geografi budaya (beberapa orang
menyebutkan semua geografi) pada semua wilayah, dimulai pada awal abad ke-20.
Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya bisa dipahami jika
mempelajari semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi, politik, lingkungan)
menurut sejarah. Sauer menekankan kajian wilayah sebagai satu-satunya cara
untuk mendapatkan kekhususan pada wilayah di atas bumi.
Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di Amerika pada
pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah masih menjadi bagian
departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi banyak geografer beranggapan
ini akan membahayakan ilmu geografi itu sendiri untuk jangka panjang:
penyebabnya adalah terlalu banyak pengumpulan data dan klasifikasi, sementara
analisis dan penjelasannya terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih spesifik
pada wilayah sementara geografer angkatan berikutnya berusaha mencari nama yang
tepat untuk ini. Mungkin ini yang menyebabkan krisis 1950-an pada geografi yang
hampir menghancurkannya sebagai disiplin akademis.
E. TEKNIK GEOGRAFIS
1. Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah
ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau
fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau
fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang
memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan
hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian ‘tanpa kontak langsung’
di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa
memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra
satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur
permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan
dalam bentuk aktivitas ‘ground truth’, yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk
dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah
yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.
Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi,
dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa
penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu
memberikan synoptic overview –pandangan secara ringkas namun menyeluruh– atas
suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga
mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis
dan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi
persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan
Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, ’school’ atau
fakultas) geografi.
Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau
visual dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual
memanfaatkan citra tercetak atau ‘hardcopy’ (foto udara, citra hasil pemindaian
skaner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi
secara manual/visua]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format
digital, misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara
yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan
menganalisisnya dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital
menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi
menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan
digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer,
yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation),
yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital menurunkan
peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd dapat di-’lay
out’ dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat
kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem
informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk
selanjutnya menjaid titik toak para geografiwan dalam menjalankan kajian
geografinya.
2. Kartografi
Kartografi mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol abstrak. Bisa
dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya
kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada
geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka.
walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk
menampilkan hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak
untuk dianggap sebagai ilmu terpisah.
Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah
ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk
membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa
dimengerti orang lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk mempengaruhi
pembaca memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi
dan matematika yang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh
pada penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.
3. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi tentang bumi
dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara informasi. Sebagai
tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya, spesialis SIG harus mengerti
ilmu komputer dan sistem database. SIG memacu revolusi kartografi sehingga
sekarang hampir semua pembuatan peta dibuat dengan piranti lunak (software)
SIG.
4. Metode kuantitatif geografi
Metode kuantitatif geografi membahas metode numerik yang khas (atau paling
tidak yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan pada analisis
keruangan, anda mungkin akan menemukan analisis klaster, analisis diskriminan
dan uji statistik non-parametris pada studi geografi.
F. BIDANG TERKAIT
1. Perencanaan Kota dan Wilayah
Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu
mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut
kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi,
perlindungan cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota
kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap
sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran
sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah diantaranya
adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).
2. Ilmu Wilayah
Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard
untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah
geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi
tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan
menjadi peran penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori
lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi
manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.
G. OBYEK GEOGRAFI
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya.
Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek
material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal
berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis
substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain
dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu
geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer,
biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi
disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan
disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu
juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal
geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek
material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang
membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan
pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut
dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological
approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
H. PRINSIP GEOGRAFI
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu
fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai
pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang
dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan
dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena
atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau
beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu
yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang
geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip
interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
1. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan
bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber
air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran
air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
2. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara
aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara
aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek
manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah
hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu
dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi
karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
3. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara
aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan.
Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran,
interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji
penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang
itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan
bentuk.
I. KONSEP ESENSIAL GEOGRAFI
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu
bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau
menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian
suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam
memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
1. bumi sebagai planet
2. variasi cara hidup
3. variasi wilayah alamiah
4. makna wilayah bagi manusia
5. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan
penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan
lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup”
setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya
mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang
bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian
itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
1. wilayah atau regional
2. lapisan hidup atau biosfer
3. manusia sebagai faktor ekologi dominan
4. globalisme atau bumi sebagai planet
5. interaksi keruangan
6. hubungan areal
7. persamaan areal
8. perbedaan areal
9. keunikan areal
10. persebaran areal
11. lokasi relatif
12. keunggulan komparatif
13. perubahan yang terus menerus
14. sumberdaya dibatasi secara budaya
15. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan
berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu
akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses
terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu
dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan
dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat
dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi
suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun
model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat
disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang
disebut generalisasi.
J. RUANG LINGKUP GEOGRAFI
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi
itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah
dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi
dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan
permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara
masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3)
kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak
terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya.
Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip
penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi
diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan
lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran
dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi
dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah
lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan
pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat
menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat
menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat
menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat
menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai
faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat
menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi
gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.
K. HAKEKAT GEOGRAFI
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas
hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai
tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan
dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh
aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan
bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang
tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan
manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang
terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada
hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu
dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang
secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian
itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan
keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang
bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi
hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan
pertanyaan geografi.
L. PENDEKATAN-PENDEKATAN GEOGRAFI
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.
Berdasarkan definisi geografi ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang
meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera).
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati
dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan
geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan
hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
pendekatan keruangan.Ø
pendekatan kelingkungan.Ø
pendekatan kompleks wilayahØ
M. PENDIDIKAN TINGGI GEOGRAFI
Di Indonesia, perguruan tinggi yang membuka program studi Geografi sebagai ilmu
murni hanya dua perguruan tinggi negeri (Universitas Indonesia (UI) dan UGM
(Universitas Gadjah Mada) dan satu perguruan tinggi swasta (Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Sedangkan program studi Pendidikan Geografi ada di 45
perguruan tinggi.
UGM, Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga menjadi Fakultas tersendiri
sejak tahun 1963, yaitu Fakultas Geografi. Saat ini telah mempunyai jenjang
pendidikan tinggi dari D3 (diploma) Penginderaan Jauh dan SIG, S1, S2 dan S3.
Fakultas Geografi UGM juga mempelajari ilmu Perencanaan dan Pengembangan
wilayah.
Di UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan ilmu-ilmu murni sejajar
dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
Fakultas Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan dosen Fakultas
Geografi UGM. Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian membentuk sebuah
asosiasi profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan Indonesia (IGI).
Disamping itu, dalam wadah yang lebih sempit, para Geografiwan dari UGM juga
mempunyai wadah Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada (disingkat IGEGAMA).
Bakosurtanal, salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berkumpul
banyak alumni Geografi, baik dari UI, UGM maupun UMS
Berikut merupakan kumpulan Definisi Geografi yang dimuat dari berbagai sumber
Bahasa Indonesia
- Berdasar Kosa Kata
geo berarti bumi dan graphein berarti lukisan, Geografi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari lukisan tentang bumi.
- Drs. R. Bintarto (dosen Fak. Geografi UGM, dalam buku Penuntun Geografi Sosial)
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang menceritakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk serta memperlajari corak khas mengenai kehidupan dan mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Geografi adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi.
- Drs. N. Daldjoeni (berdasar buku Pengantar Geografi)
Geografi yaitu uraian tentang bumi dengan segenap isinya yakni manusia ditambah dengan dunia hewan dan dunia tumbuh-tumbuhan.
- Hasil Pertemuan Ilmiah Tahunan Ahli Geografi, Semarang 1988
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geografi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
- Ferdinand Von Richthoven (1833)
Ilmu Bumi ialah ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan sifat permukaan bumi, serta penduduknya disusun menurut letaknya dan terdapat berbarengan dan timbal balik dari sifat-sifat serta gejala-gejala tersebut.
- James dan Martin Herodotus
Geografi menggambarkan latar belakang ilmiah, semacam panggung tempat berlangsungnya peristiwa-peristiwa sejarah sehingga memperoleh makna.
Semua gejala dan bentuk - bentuk alam dengan umat manusia mengorganisasikannya dalam suatu kerangka dasar asosiasi geografi yang khas tentang tanah dan manusia pada permukaan bumi.
Suatu Ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dari berbagai sifat (beraneka musim) dipermukaan bumi.
Geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional tentang sifat variabel di permukaan bumi.
Geografi adalah selalu ingin menjelaskan gejala-gejala dari segi hubungan keruangan.
Bahasa Inggris (in English)
Geography as the study of man-environment system from the view point of spatial relationship and spatial processes.
Geography is a board and integerating disclipine that bring together important aspect of both physical and social sciences as well as on the humanities.
The study geography in term of location and spaces on the earth and they have made much use of quantitative methods and computer.
Geography is knowledge of land and people and their interrelations.
Geography in the science of places, concerned with qualities and potentialities of countries.
Geography is for everyone and that is full of interest at every stage and that it is practical subject.
Geography is organized knowledge of the earth as the world of man it deals with organics and the organics phenomena. Not for their own sake as they help understand the earth as the plain where people live, work meet and migle transformine its surface in this habitat.
The function of geography is to train future to imagine accurately the condition of the great world stage and so to help them to think sanely about political and social problem in the world arround.
HAKEKAT DAN KONSEP DASAR GEOGRAFI
Oleh : Abd. Hallaf Hanafie Prasad
I. PENDAHULUAN
Adalah sebuah kecerobohan bagi semua cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dalam penerapannya tidak memahami dan menerapkan hakikat dan konsep geografi
(buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing
mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli
sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi
(space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan
di muka bumi. Ilmu pengetahuan ekonomi misalnya yang paling depan kepada usaha
pemenuhan kebutuhan manusia, sepanjang sejarahnya hingga kini, belum mampu
menawarkan kepastian-kepastian, bahkan sering berhadapan dengan ketidak pastian
dalam usahanya mensejahterakan manusia. Bahkan di satu sisi ilmu ekonomi telah
melahirkan teknik-tehnik (trik-trik) bagi manusia berbuat serakah dalam
mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Para ahli ekonomi masih
terperangkap dalam pertarungan ideologi dan sistem ekonomi politik, kapitalisme
dan sosialisme.
Matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam (MIPA) murni
yang miskin (Poor Sciences) hanya dapat berbuat “onani” dalam menikmati
teori-teorinya sendiri. Justru temuan-temuannya dimanfaatkan oleh bidang-bidang
ilmu lain, maka ia pun “impoten”. Teknologi industri, misalnya, yang
memanfaatkan teori-teori dan temuan MIPA yang diharapkan akan mengurangi waktu
kerja, menikmati waktu senggang, menghemat biaya dan meningkatkan produksi guna
memenuhi kebutuhan manusia, justru telah membuat manusia mengurangi waktu
tidurnya dan mengeksploitasi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia secara
serampangan, menempatkan manusia dalam kegelisahan. Lingkungan hidup tempat
(space) manusia membangun kesejahteraan itu telah dan sedang diproses
kerusakannya. Ketimpangan-ketimpangan antar wilayah, pertentangan
Utara-Selatan, negara-negara kaya versus negara-negara miskin, kapitalis versus
sosialis menjadi fenomena yang sudah mencemaskan.
Penguasa-penguasa dan para ahli di Indonesia sendiri
sedang “lupa” kalau citra Wilayah Indonesia adalah kepulauan dan kelautan,
sehingga tidak peduli lagi bahwa kebedaan gejala antar region, antar kawasan
atau antar pulau-pulau itu hanya dapat disatukan dalam inplementasi prinsip
(konsep) interrelasi, interaksi, dan interdepedensi bagian permukaan bumi itu
dengan manusia yang hidup di dalamnya. Kebahagiaan yang diharapkan sebagai
tujuan murni ilmu pengetahuan tetap hanya ada dalam impian. Dan kekecewaan
serta kecemburuan sosial antar region di negara kepulauan maritim ini sedang
mengarah kepada desintegrasi bangsa ini.
Sementara itu, suatu hal yang sering terjadi dalam
mengajarkan geografi di sekolah adalah adanya “kesan”, seolah geografi sebagai
mata-pelajaran “gampangan” yang dapat diberikan (diajarkan) oleh siapa saja
tanpa pendidikan kegeografian. Akibatnya, geografi seakan-akan menjadi
pelajaran hafalan tanpa makna, yaitu pelajaran tentang daftar panjang
kota-kota, gunung-gunung, sungai-sungai, laut-laut, selat-selat, suku-suku
bangsa dan sebagainya tanpa kemampuan melihat dan menjelaskan hubungan
fungsional interrelasi, interaksi, dan interdepedensi bagian permukaan bumi
(space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia. Padahal, sesungguhnya
aspek-aspek nyata dalam persepsi abstrak ini merupakan substansi yang esensial
(hakiki) dalam konsep-konsep geografi dimana pendekatan deduktif, induktif dan
reflective thingking terhadap obyek studi geografi sebagai ilmu pengetahuan
menjadi utuh. Dalam hal ini, aspek ontologis, epistemologis dan aspek
aksiologis dalam ilmu geografi merupakan suatu keutuhan (kesatuan pandang)
dalam mengkaji setiap gejala di permukaan bumi dari sudut pandang studi
geografi sebagai ilmu pengetahuan yang bermakna dan bernilai guna.
Jika berbagai cabang ilmu pengetahuan telah berkembang
sendiri-sendiri, mendalam dan meluas atau tinggi mengangkasa; apakah itu ilmu
pengetahuan eksak maupun non-eksak, maka yang dapat menjembatani keterpisahan
dan kebedaan itu adalah keilmuan geografi. Karena, seperti kata Preston E.
James (1959), “Geography has sometimes been called the mother of sciences,
since many fields of learning that started with observations of the actual face
of earth turned to the study of specific processes wherever they might be
located.”
Kalau ada yang mengatakan bahwa filsafat sebagai induk
ilmu pengetahuan, maka katakan, “bahwa filsafat hanya mampu merenung di
tempatnya dan menyampaikan pesan; filsafat itu hanya mengurung diri untuk
menjelaskan dunia. Filsafat hanya sampai di ambang dunia tetapi tidak
mendunia”. Adalah geografi yang menyatukan rasio, emosi (moral) dan empiris ke
dalam tindakan nyata di ruang muka bumi ini.”
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu
melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang
tertentu di permukaan bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang
membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Geografi pun
mengajarkan kearifan teknologi dalam mengelola alam lingkungan hidupnya manusia.
II. HAKIKAT GEOGRAFI
Dalam filsafat ilmu pengetahuan ditegaskan bahwa suatu
pengetahuan yang sistematis disebut ilmu pengetahuan bila memiliki
sekurang-kurangnya tiga aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan
aspek aksiologis atau aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu
pengetahuan dapat ditelusuri melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan
kehidupan manusia.
1. Aspek Ontologis
Aspek ontologis suatu disiplin ilmu pengetahuan
menghendaki adanya rumusan (batasan) mengenai obyek studi yang jelas dan tegas
sehingga menunjukkan perbedaan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, Geografi merupakan studi tentang :
(1) Bentangan atau landskap.
(2) Tempat-tempat (jenis, Lukerman).
(3) Ruang, khususnya yang ada pada permukaan bumi (E.
Kant).
(4) Pengaruh tertentu dari lingkungan alam kepada manusia
(Houston, Martin).
(5) Pola-pola ruang yang beraneka ragam (Robinson,
Lindberg, dan Brinkman).
(6) Perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (Hartshorne).
(7) Proses-proses lingkungan dan pola-pola yang
dihasilkannya (Barlow-Newton).
(8) Lokasi, distribusi, interdependensi, dan interaksi
dalam ruang (Lukerman).
(9) Kombinasi atau paduan, konfigurasi gejala-gejala pada
permukaan bumi
(Minshull).
(10) Sistem manusia-lingkungan.
(11) Sistem manusia-bumi (Berry).
(12) Saling hubungan di dalam ekosistem (Morgan, Moss).
(13) Ekologi manusia.
(14) Kebedaan areal dari paduan gejala-gejala pada
permukaan bumi (Hartskorus).
Ini berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup
interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area,
wilayah, kawasan) itu dengan manusia. Pengertian bagian permukaan bumi itu
mencakup juga lingkungan fauna, flora, dan biosfer. Unsur ruang atau wilayah
atau tempat itulah yang menjadi perhatian geografi sejak dulu. Tidak ada
disiplin ilmu lain yang memperhatikan fakta tentang ruang, yang justru penting
sebagai tempat dari aneka ragam gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini.
Geografi memperhatikan ruang (space) dari sudut pandangan wilayah “an sich” dan
bukan dari sudut pandangan gejala-gejala yang terhimpun di dalamnya. Hal
tersebut yang membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang
“area yang kompleks” merupakan bagian perhatian utama dari geografi.
Pada hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan,
selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara
mendalam tiap aspek yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi sebagai
satu kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah
dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji
faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah
yang bersangkutan. Gejala—interaksi—integrasi keruangan, menjadi hakekat
kerangka kerja utama pada Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
Dalam perkembangannya, dengan obyek studi geografi
tersebut melahirkan ilmu pengetahuan Geografi Fisis (Physical Geography),
Geografi Manusia (Human Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography);
dengan berbagai anak cabangnya masing-masing.
2. Aspek Epistemologis
Aspek epistemologis (metodologis, pendekatan) geografi
sejalan dengan aspek epistemologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan
metodologi ilmiah dengan pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta
penelaahan induktif terutama di dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif
analisis geografi bertitik tolak dari pengamatan secara umum, yaitu dari
postulat, dalil atau premis yang dianggap sudah diakui secara umum. Kemudian
dari hasil pengamatan secara umum ini diambil kesimpulan secara khusus
(reasoning from the general to the particular). Pola pendekatan induksi-empiris
berpangkal tolak dari pengamatan dan pengkajian yang bersifat khusus,
berdasarkan fakta dari gejala yang diamati dan dari sini diambil suatu
kesimpulan secara umum (reasoning from the particular to the general). Dengan
metode induksi-empiris saja, maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori
geografi hanya berlaku di suatu tempat dan waktu-waktu tertentu, sebab hukum,
dalil maupun teori geografi sangat tergantung pada kondisi lingkungan setempat.
Untuk menjembatani kedua pendekatan yang berbeda ini geografi menggunakan
metode pendekatan reflective thingking; yaitu menggunakan atau menggabungkan
pendekatan dedukif dan induktif secara hilir-mudik dalam penelitian geografi.
Terdapat tiga macam cara untuk menyelidiki realita pada
permukaan bumi (menurut Kant, Hettner, Hartshorne):
a. Secara sistematis; yaitu mencari penggolongan,
ketegori, kesamaan dan keadaan dari gejala-gejala yang ada pada permukaan bumi.
Terjadilah ilmu-ilmu seperti biologi, fisika, kimia (tergolong ilmu-ilmu
pengetahuan alam), dan ilmu-ilmu seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, politik
(tergolong ilmu-ilmu pengetahuan sosial).
b. Secara kronologis (chronos = waktu); yaitu menyelidiki
gejala-gejala pada permukaan bumi dalam urutan-urutan waktu (palaeontologi,
arkeologi, sejarah).
c. Secara korologis (choora = wilayah); yaitu menyelidiki
gejala-gejala dalam hubungannya dengan ruang bumi (geografi, geofisika,
astronomi).
Dari ketiga macam pendekatan tersebut, ilmu geografi
menggunakan (mengutamakan) pendekatan korologis. Penggunaan peta adalah wujud
dari pendekatan korologis ini. Sehingga ada ahli geografi yang berkata, “Geografer
adalah orang yang bekerja dengan peta untuk menghasilkan peta.”
Orang yang berkecimpung dalam bidang geografi,
sekurang-kurangnya harus melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang berlaku
pada sistem keruangan [korologis] dan yang berlaku pada ekologi atau ekosystem.
Bahkan untuk mengkaji perkembangan dan dinamika suatu gejala dan atau suatu
masalah, harus pula menggunakan pendekatan historis atau pendekatan kronologis
(Sumaatmadja, 1981).
3. Aspek Aksiologis
Adapun aspek aksiologi geografi adalah mengikuti
pendekatan fungsional untuk kesejahteraan manusia. Keterlibatan geografi dengan
aspek-aspek bidang studinya tersebut membuatnya menjadi cabang ilmu yang
berfungsi menjelaskan, meramal, dan mengontrol yang diaplikasikan ke dalam
Perencanaan dan Pengembangan wilayah. Aspek aksiologi ilmu pengetahuan geografi
ini melahirkan Geografi Terapan.
a. Menjelaskan
Geografi harus dapat memberikan penjelasan tentang
gejala-gejala obyek studinya. Fungsi menjelaskan memungkinkan orang akan
mengerti akan gejala-gejala, bagaimana adanya (deskriptif) dan terjadinya serta
mengapa itu terjadi (analisis kausalitas). Penalaran dengan logika deduktif dan
induktif merupakan sarana dalam memberikan penjelasan itu. Penjelasan itu dapat
dilakukan secara kualitatif dan secara kuantitatif. Sistem Informasi Geografis
(SIG atau GIS = Geographic Information System) adalah inplikasi dari
fungsi-fungsi menjelaskan data dari gejala geografis.
b. Meramal
Geografi harus dapat meramal (memprediksi) gejala-gejala
yang mungkin akan terjadi ke depan. Fungsi meramal ini bertolak dari penjelasan
yang telah diberikan dan yang melahirkan pengertian pada orang lain. Dengan
pengertian itu orang dapat berbuat sesuatu, memanfaatkan gejala,
menghindarinya, mencegah terjadinya atau pun mengurangi ekses yang mungkin
merugikan sebagai akibat terjadinya gejala itu. Dengan pengertian ini, orang
juga bisa membayangkan apa kira-kira yang akan terjadi apabila suatu gejala
tertentu muncul.
c. Mengontrol
Geografi harus dapat mengontrol gejala-gejala. Ramalan dalam
geografi, seperti juga dalam disiplin ilmu yang lainnya, memberikan stimuli
bagi seseorang untuk mengambil inisiatif atau pun mempertimbangkan berbagai
alternatif. Karena ramalan itu juga orang dapat mengatur segala sesuatu untuk
mendorong terjadinya, menyambutnya, menghindarinya, mencegahnya, atau pun
mengatasinya.
Dengan hakekat demikian, maka geografi berperan untuk
penyebaran efektif, pemanfaatan potensi sumberdaya, dan perbaikan lingkungan
dengan segala dampaknya. Gerakan perbaikan kependudukan dan lingkungan hidup
adalah salah satu manifestasi dari fungsi mengontrol untuk menghindari,
mencegah atau mengatasi masalah yang sedang dan akan di hadapi di muka planet
bumi ini. Demikian juga dengan penerapan pendekatan geografi dalam perencanaan
dan pengembangan wilayah.
Aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis geografi
seperti ini mempermudah geografi membatasi dirinya sendiri dalam lingkup yang
jelas.
Apabila ada yang membedakan ilmu dan pengetahuan menjadi
kelompok ilmu-ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, maka
kedudukan geografi adalah menjembatani kedua kelompok ilmu tersebut. Kalau
“semua” gejala pada permukaan bumi telah dipilih dan ditekuni oleh berbagai
disiplin ilmu (selain Geografi), maka tempat atau ruang atau area di mana
segala kejadian dan gejala itu terhimpun, tetap tidak menjadi perhatian
ilmu-ilmu tersebut.
II. KONSEP ESENSIAL GEOGRAFI
Setiap gejala nyata menampakkan pada manusia di dalam
persepsi-persepsinya. Gejala itu disalin, difoto, direkam, digambarkan oleh persepsi
itu. Kesadaran seseorang terhadap gejala lingkungan misalnya, tersimpan di
dalam fikiran sebagai gambaran tentang lingkungan tersebut yang disebut pola
fikiran atau peta kognitif (Piaget menyebutnya skema kognitif). Peta kognitif
tersebut berperan untuk :
a. memecahkan masalah keruangan yang menuntut keputusan
yang efisien tentang lokasi obyek dan tempat yang dipermasalahkan, dari yang
paling sederhana sampai kepada yang kompleks.
b. memberi arah kepada perilaku terhadap lingkungan
(sesuai dengan peta kognitif yang dimiliki), baik itu rasional maupun
irrasional sesuai tingkat kemampuan budaya manusianya. Peta kognitif itu
merupakan alat bagi kita memecahkan masalah, yaitu menuntun kita kepada
pengambilan keputusan dan perilaku kita terhadap lingkungan.
Adapun interaksi antara persepsi, kognisi, dan perilaku
itu dikontrol oleh sistem nilai dalam masyarakat.
Gejala yang secara nyata dikenali oleh indra manusia itu
tidaklah mampu memberikan penjelasan apa-apa tanpa manusia sendiri memberinya
penafsiran. Konsep merupakan pola abstrak tentang sesuatu gejala yang nyata itu
dalam gambaran pikiran kita. Konsep adalah pola abstrak dalam bentuk pengertian
atau abstraksi mengenai suatu gejala yang kita kaji. Konsep geografi mengenai
gejala geografi, berfungsi sebagai ungkapan kunci atau istilah yang disepakati
oleh para Geografer untuk mengungkapkan arti dan kebermaknaan berbagai faktor,
gejala dan masalah yang menjadi obyek studi geografi.
Ada banyak ahli geografi yang mengemukakan konsep-konsep
geografi. Getrude Whipple, misalnya, mengemukakan lima kategori utama konsep
geografi sebagai berikut (dalam Sumaatmadja, 1981):
(1) The earth as a planet;
(2) Varied ways of living;
(3) Varied natural regions;
(4) The significance of region to man;
(5) The importance of location in understanding world
affairs.
Konsep the earth as a planet, konsep tentang kedudukan
bumi sebagai sebuah planet di tata surya mengantar kita kepada persepsi,
abstraksi dan pemahaman mengenai gejala mulai dari bentuk bumi yang bulat
(speroid) dengan variasi bentuk permukaan daratan dan samudera serta
keterkaitan hubungan gravitasi, peredaran (rotasi, revolusi) dengan segala
akibat pengaruhnya pada berbagai gejala di permukaan bumi. Bumi adalah
satu-satunya planet di tata surya yang berpenghuni manusia, atau satu-satunya
planet di tata surya kita ini yang bisa dihuni oleh manusia hanyalah bumi;
mengapa?. Demikian pula dalam memahami konsep-konsep lainnya.
Henry J. Warman (dalam Sumaatmaja, 1981), mengemukakan 15
konsep geografi sebagai berikut :
(1) Regional consept;
(2) Life-layer consept;
(3) Man ecological dominant concept;
(4) Globalism concept;
(5) Spatial interaction concept;
(6) Areal relationships concept;
(7) Areal likenesses concept;
(8) Areal differences concept;
(9) Areal uniquenesses concept;
(10) Areal distribution concept
(11) Relative location concept;
(12) Comparative advantage concept;
(13) Perspectual transformation concept;
(14) Culturally defined resources concept;
(15) Round earth on flat paper concept.
Sesungguhpun banyak dari istilah konsep geografi yang
tidak dapat dikatakan “khas geografi”. Sedikitnya ada enam pengertian yang
benar-benar dikembangkan melalui studi geografi yaitu : globalisme,
diversitas-variabilitas, lokasi keruangan, kebersangkutan, perubahan dan wilayah
budaya. (Frederic R. Steinhanser, 1963).
1. Globalisme
Konsep ini terwujud dari hasil studi tentang bumi sebagai
suatu bentuk “sphaira” atau bola, dan bumi sebagai bagian dari tata-surya.
Bentuk bumi seperti itu (speroid), peredarannya, dan hubungannya dengan
matahari, menghasilkan kejadian-kejadian penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup yang lain. Inklinasi sumbu-sumbu dan revolusi bumi mengelilingi
matahari menghasilkan musim dan zona iklim; rotasi bumi menimbulkan gejala
siang-malam, mempengaruhi gerakan air dan udara. Studi tentang globe sebagai
model (miniatur) dari bumi memberikan dasar pengertian tentang grid-paralel dan
meridian, yang selanjutnya memberikan pengertian tentang waktu, letak
geografis, hakikat skala, distorsi peta.
Pengetahuan tentang hubungan bumi-matahari, grid, skala,
distorsi peta itu sangat mendasar bagi geografi.
2. Diversitas dan Variabilitas
Gejala-gejala permukaan bumi tidak sama dan tidak tersebar
merata, menimbulkan kebedaan atau diversitas dari tempat ke tempat. Ada tiga
buah konsep penting yang berkaitan dengan pengertian diversitas tersebut, yaitu
pola, kebedaan areal, dan regionalisasi.
a. Pola
Gejala-gejala alam yang tersebar tidak merata pada
permukaan bumi membentuk aneka ragam pola yang digambarkan pada peta dalam
berbagai ragam skala. Contohnya : pola iklim dunia, pola persebaran gunung-api,
pola pengaliran sungai Jeneberang, pola okupasi manusia (berladang, bertani,
berdagang, industri), pola pemukiman, pola lalu-lintas, dsb. Pola-pola dari
berbagai ragam gejala tersebut dapat digolong-golongkan dan dipelajari secara
sistematis. Gabungan dari berbagai macam pola di suatu tempat atau wilayah akan
menentukan ciri-ciri tertentu dan memberikan corak khas dari berbagai area.
Keadaan areal yang berbeda-beda tersebut menjadi perhatian para ahli geografi.
b. Kebedaan Areal
Kebedaan areal merupakan konsep dasar geografi. Pada
umumnya kebedaan areal tersebut mengacu kepada variabilitas dari permukaan
bumi. Tidak ada dua tempat atau kawasan di dunia ini yang identik sama.
Geografi terwujud karena hasrat manusia untuk mengerti
tentang kebedaan (diversitas) dari permukaan bumi, yaitu kebedaan areal. Dunia
ini terdiri dari tempat-tempat dan kawasan yang berbeda satu sama lain sebagai
akibat dari kejadian paduan (konfigurasi) gejala-gejala yang berada di atasnya.
c. Regionalisasi
Sungguhpun tidak ada dua tempat yang persis sama, namun
ada wilayah-wilayah geografis yang sedikit-banyak memiliki kesamaan. Wilayah
yang relatif sama atau homogen itu disebut kawasan atau region.
Lingkup kawasan (region) ditentukan oleh dasar alasan yang
berbeda-beda, tergantung tujuan penyelidikan. Ada yang dasarnya kesamaan
tunggal, misalnya penduduk; ada yang berdasarkan kesamaan jamak seperti iklim,
vegetasi serta pertanian. Kawasan juga dapat disatukan berdasarkan intensitas
hubungan. Kawasan fungsional demikian itu, contohnya sebuah pusat perdagangan
di sebuah kota. Batas-batas kawasan merupakan zona yang relatif sempit (jadi
bukan garis), dimana beberapa gejala atau kombinasi beberapa gejala menandai
batas tersebut. Kedudukan batas-batas kawasan dapat berubah-ubah dari tempat ke
tempat. Regionalisasi merupakan alat untuk dapat melakukan deskripsi dan
memiliki pengertian tentang aneka-ragam kawasan dalam kurun waktu tertentu.
Adapun geografi yang mempelajari kawasan atau region tersebut diberi nama
Geografi Wilayah atau Geografi Regional.
3. Lokasi Keruangan dan Areal
a. Ruang-bumi
Aristoteles percaya bahwa ruang merupakan kondisi logis
bagi tercapainya gejala-gejala. Newton menganggap ruang sebagai “wadah” dari
obyek. Berkley melihat ruang sebagai konsep mental berdasarkan koordinasi
penglihatan dan pendengaran kita. Leibniz mengartikan nilai sebagai suatu
gagasan yang kita ciptakan agar dapat menstruktur hubungan di antara
obyek-obyek yang kita pelajari. Bila obyek ditiadakan, maka ruang akan lenyap.
Jadi menurut Leibniz, ruang bersifat subyektif dan relatif. Pernyataan kita
tentang ruang sangat berbeda-beda berdasarkan latar-belakang ilmu pengetahuan
yang kita miliki.
Bagi geografi, yang dimaksud dengan ruang ialah ruang
bumi, dan yang diartikan sebagai “wadah” dari gejala-gejala maupun sebagai ciri
dari obyek atau gejala-gejala yang secara subyektif kita ciptakan. Ruang bumi
diisi oleh segala macam benda, obyek, atau gejala material dan non material
yang terwujud pada permukaan bumi. Asosiasi yang kompleks dari perwujudan
berbagai gejala material dan non material itu merupakan hasil dari proses
perubahan yang kontinyu (berkelanjutan) merupakan hasil proses dari
urutan-urutan kejadian. Ada proses fisik, proses biotik, dan juga proses
budaya. Proses-proses tersebut saling berinteraksi membentuk aneka ragam paduan
(konfigurasi) gejala pada permukaan bumi, merupakan sistem manusia-lingkungan
(men-environment system) yang disebut juga sebagai sistem keruangan (spatial
system).
b. Lokasi
Lokasi, merupakan suatu posisi atau kedudukan di mana
sekumpulan gejala berada pada titik atau tempat tertentu pada permukaan bumi
yang dibatasi oleh suatu garis atau “grid” yang abstrak (garis lintang dan
garis bujur).
c. Situs
Situs (site) erat hubungannya dengan suatu gejala pada
suatu letak fisis (physical setting) pada areal yang ditempatinya. Karena itu
untuk mengerti tentang situs perlu pula mengerti tentang gejala-gejala fisis
yang terdapat pada setiap kawasan atau region.
Gejala-gejala yang biasanya diselidiki oleh geografer
dalam menguraikan dan menilai suatu situs ialah:
1) Bentuk-bentyuk permukaan (dataran rendah, pebukitan,
pegunungan, lembah, plato, pulau, semenanjung, dsb.).
2) Perairan (perairan air sungai dan air laut, drainage,
sungai, danau, rawa, lautan, dsb.).
3) Iklim (suhu, kelembaban, angin, curah hujan).
4) Tanah dan materi tanah.
5) Vegetasi (hutan, padang rumput, sabana, mangrove,
dsb.).
6) Mineral (minyak bumi, batubara, emas, dsb.).
7) Situasi (situation), menjelaskan gejala dalam
hubungannya dengan gejala lain. Misalnya hubungan tempat dengan tempat. Dalam
hal ini diperlukan konsep jarak dan arah, juga hubungan fungsional antar tempat
atau wilayah.
Isi lokasi bukanlah sekedar posisi atau kondisi atau
situasi arah dan jarak yang menyangkut tempat atau wilayah, tetapi juga
menyangkut persebaran dari gejala-gejala pada permukaan bumi
d. Ketersangkutpautan (interelatedness)
Para ahli geografi percaya akan adanya kebersangkut-pautan
di antara tempat-tempat pada permukaan bumi dan gejala-gejala pada suatu area.
Istilah-istilah seperti interdependensi, interkoneksi, interaksi keruangan, dan
assosiasi areal menguraikan dan menjelaskan saling hubungan antar tempat dan
antar gejala pada permukaan bumi.
1) Assosiasi areal
Assosiasi areal menyatakan identifikasi kepada hubungan
sebab akibat (kausalitas) antara gejala manusia dengan lingkungan fisiknya,
yang menimbulkan ciri-ciri yang berbeda-beda pada berbagai tempat dan wilayah.
Preston James menganggap konsep ini sebagai inti dari mana teori-teori geografi
terbentuk. Penekanan dari konsep assosiasi ialah menunjuk kepada adanya
kombinasi atau paduan (konfigurasi) dari gejala-gejala yang dapat menimbulkan
kebedaan dari tempat ke tempat. Contoh sederhana dari peristiwa ini ialah
hubungan antara persebaran penduduk dengan faktor kelembaban lingkungan.
2) Interaksi keruangan
Merupakan saling hubungan antara gejala-gejala pada
tempat-tempat dan area-area yang berbeda-beda di dunia. Semua tempat pada permukaaan
bumi itu diikat oleh kekuatan alam dan manusia (sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia). Terjadi gerak dari gejala-gejala tersebut dari tempat ke tempat;
udara, air laut, tumbuhan dan hewan, serta manusia. Setiap kejadian berkenaan
dengan hal itu akan mencerminkan adanya interaksi antar tempat. Manusia sebagai
“pencipta” ilmu dan teknologi mampu berinteraksi dan bergerak dalam ruang
secara leluasa melalui komunikasi dan transportasi. Migrasi dan
bentuk-bentuknya misalnya terjadi di mana-mana dan menimbulkan dampak baik
positif maupun negatif terhadap kehidupan sosio-budaya manusia. Semua itu
menimbulkan peredaran/sirkulasi gejala-gejala secara intensif di seluruh ruang
di dunia.
(a) Peredaran atau sirkulasi : menyangkut gerak
dari gejala fisik, manusia, barang, dan gagasan (ide) ke seluruh penjuru dunia.
Meliputi antara lain difusi kebudayaan, distribusi, perdagangan, migrasi,
komunikasi dan lain sebagainya.
(b) Interdependensi : Merupakan bentuk
saling-hubungan karena peredaran gejala-gejala. Dalam interdependensi, kadar
ikatannya lebih kuat dan lebih nyata daripada peristiwa interrelasi. Dunia
sekarang sebenarnya merupakan masyarakat-masyarakat dunia dengan saling
ketergantungan yang kuat di antara negara-negara (Asean, MEE, PBB).
(c) Perubahan : Salah satu aspek paling penting di
dalam geografi dunia ialah ciri dinamika dari gejala-gejala. “Panta Rhei” kata
Heraklites, yang artinya “semua mengalir”. Memang di dunia ini tidak ada yang
diam mutlak; apakah itu gejala alami maupun gejala buatan manusia. Manusia
bersama alam mengubah ciri-ciri dari bumi.
Geografi merupakan studi tentang masa kini. Tetapi untuk
mengetahui masa sekarang, perlu mengetahui pula masa lalu (sejarah). Dalam hal
ini geografi melakukan rekonstruksi kejadian-kejadian. Perubahan yang tercantum
pada peta menunjuk kepada perubahan tempat dan wilayah pada permukaan bumi.
Erat hubungannya dengan konsep perubahan, ialah konsep
proses. Proses ialah kejadian yang berurutan yang menimbulkan perubahan, dalam
batas waktu tertentu. Permukaan bumi ini menjadi begitu kompleks karena adanya
proses-proses dalam berbagai tingkat dan tempo (Preston James). Ada tiga macam
proses, yaitu proses fisik, proses biotik, dan proses sosial. Di dalam geografi
ketiga macam proses tersebut dalam kenyataannya adalah satu proses utuh;
penggolongan tersebut (analisis kategori) hanya berlaku dalam penyelidikan dan
kajian saja.
e. Wilayah Kebudayaan
Salah satu konsep dari Geografi modern ialah menyangkut
penyesuaian dan pengawasan manusia (kontrol) terhadap lingkungan fisiknya.
Keputusan yang diambil manusia tentang penyesuaian dan pengawasan terhadap
lingkungan fisis tersebut sangat ditentukan oleh pola kebudayaan yang dimiliki
oleh masing-masing masyarakat. Kebudayaan dapat diartikan secara sempit dan
secara luas. Secara sempit sebagai aspek yang menarik seperti kesenian,
tata-krama, ilmu dan teknologi. Secara luas kebudayaan diartikan sebagai hasil
dari daya akal atau daya budi manusia yang merupakan keseluruhan yang kompleks menyangkut
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, hukum dan lain-lain. Kemampuan
atau kebiasaan yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat (E.B.Taylor).
Di dalam Geografi, kebudayaan diartikan secara luas.
Herskovits mengartikannya sebagai “man-made part of the environment”, sedang
C.Kluckhohn sebagai “way of live”. P.V. de la Blache menyebutnya sebagai “genre
de vie”, yaitu tipe-tipe proses produksi yang dipilih manusia dari
kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh tanah, iklim, dan ruang yang
terdapat pada suatu wilayah atau kawasan, serta tingkat kebudayaan (dalam arti
sempit) di wilayah tersebut.
(buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan
empiris yang masing-masing mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi
tanpa memahami dan peduli sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi
bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti
akan membuat kerusakan di muka bumi.
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu
melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang
tertentu di permukaan bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang
membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Geografi pun
mengajarkan kearifan teknologi dalam mengelola alam lingkungan hidupnya
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachim, Iih, 1986, Geografi: Latar Belakang Pemikiran
dan Metoda, Bina Budhaya, Bandung.
Bintarto, R. dan Surastopo, 1979, Metode Analisa Geografi,
LP3ES, Jakarta.
Boden, Philip, 1976, Development in Geography Teaching,
Open Books, London.
Daldjoeni, N., 1982, Pengantar Geografi, Alumni, Bandung.
Gravers, Norman, 1975, Geography in Education, Heineman
Education Books, London.
Huggett, Peter, 1972, Geography: A Modern Synthesic,
Marper & Row, Publ. New York.
Khoe Soe Khiam, 1959, Ichtisar Perkembangan Ilmu Bumi,
Balai Pendidikan Guru, Bandung.
Minshul, Roger, 1972, The Changing Nature of Geography,
Hutchinson & Co. (Publ.) LTD, London.
Sumaatmadja, Nursid, 1981, Studi Geografi: Suatu
Pendekatan dan Analisa Keruangan, Alumni, Bandung.
OBJEKGEOGRAFI
Kajian Obyek Formal Geografi dalam kaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari.
Di dalam obyek formal geografi yang menjadi aspek kajian adalah aspek keruangan, kelingkungan, kewilayahan dan waktu. Aspek-aspek tersebut dapat dikaji antara lain melalui konsep-konsep yang dikembangkan dan ilmu-ilmu penunjang dalam geografi. Banyak versi dan jumlah konsep yang dikembangkan dalam geografi, antara lain seperti diuraikan berikut.
1. Konsep Esensial Geografi |
|
a. |
Konsep Lokasi; yaitu letak di permukaan bumi, misalnya Gunung Bromo ada/ terletak di Jawa Timur.Konsep Lokasi; yaitu letak di permukaan bumi, misalnya Gunung Bromo ada/ terletak di Jawa Timur. |
b. |
Konsep Jarak; yaitu jarak dari satu tempat ke tempat lain. Jarak dibagi menjadi jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan jarak yang ditarik garis lurus antara dua titik. Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yang sesungguhnya. Jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan tertentu misalnya rute, waktu, biaya, kenyamanan dsb. Misalnya jarak Jakarta ke Bandung 180 km atau Jakarta – Bandung dapat ditempuh dalam waktu 3 jam melewati Puncak. Kedua hal ini merupakan contoh jarak relatif berdasarkan pertimbangan rute dan waktu. |
c. |
Konsep Keterjangkauan; yaitu mudah dijangkau atau tidaknya suatu tempat, misalnya dari Jakarta ke Kota Cirebon lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan dari Jakarta ke Pulau Kelapa (di kepulauan Seribu) karena kendaraan Jakarta – Cirebon lebih mudah didapat dibandingkan dengan Jakarta – Pulau Kelapa. |
d. |
Konsep Pola; yaitu persebaran fenomena antara lain misalnya pola pemukiman yang menyebar, yang berbentuk garis dan sebagainya. |
e. |
Konsep Morfologi; yaitu bentuk lahan, misalnya dalam kaitannya dengan erosi dan sedimentasi. |
f. |
Konsep Aglomerasi; yaitu pola-pola pengelompokan/konsentrasi. Misalnya sekelompok penduduk asal daerah sama, masyarakat di kota cenderung mengelompok seperti permukiman elit, pengelompokan pedagang dan sebagainya. Di desa masyarakat rumahnya menggerombol/mengelompok di tanah datar yang subur. |
g. |
Konsep Nilai Kegunaan; yaitu nilai suatu tempat mempunyai kegunaan yang berbeda-beda dilihat dari fungsinya. Misalnya daerah wisata mempunyai kegunaan dan nilai yang berlainan bagi setiap orang. Tempat wisata tersebut belum tentu bernilai untuk pertanian atau fungsi lainnya. |
h. |
Konsep Interaksi dan Interdependensi; yaitu keterkaitan dan ketergantungan satu tempat dengan tempat lainnya. Misalnya antara kota dan desa sekitarnya terjadi saling membutuhkan. |
i. |
Konsep Deferensiasi Areal; yaitu fenomena yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya atau kekhasan suatu tempat. |
j. |
Konsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi); yaitu menunjukkan derajad keterkaitan antar wilayah, baik mengenai alam atau sosialnya. |
Berikut ini contoh pengembangan konsep geografi dalam uraian
yang lebih lengkap, dengan mengambil salah satu konsep yaitu aglomerasi
pemukiman.
Pola persebaran pemukiman berbeda-beda, hal ini disebabkan keadaan wilayah yang
berbeda-beda pula. Persebaran pemukiman itu antara lain disebabkan oleh adanya
sungai atau jalan raya, pusat kegiatan ekonomi, adanya daerah tambang, pola
penggunaan tanah, alasan keamanan dan sebagainya.
Pola persebaran pemukiman dapat ditinjau dari dua aspek yaitu kejarangannya dan
bentuknya. Kejarangannya terdiri dari menggerombol (clustered), menyebar tak
teratur (random) dan teratur (regulair).
Gambar 4. Pola Sebaran.
Dilihat dari bentuknya dapat mempunyai |
|
|
Contoh pemukiman yang mempunyai pola konsentris adalah pemukiman di tengah persawahan.
Demikian uraian tentang konsep essensial geografi. Nah, untuk mengetahui pemahaman Anda, silahkan kerjakan latihan berikut ini!
|
Setelah Anda membaca uraian tadi, cobalah Anda tuliskan
konsep dasar atau uraian dasar konsep (esensial) geografi. |
Seandainya ada keraguan atau masih kurang memahami untuk isian format pada latihan 3, silahkan Anda membaca kembali uraian mengenai konsep dasar geografi di atas. Nah! Jika Anda sudah jelas dan memahaminya maka lanjutkanlah ke materi berikutnya mengenai ilmu penunjang geografi. Semoga Anda sukses!
2. Ilmu Penunjang Geografi |
|
a. |
Geologi, adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk permukaan bumi akibat tenaga dari dalam bumi (endogen: vulkanisme, tektonisme, gempa bumi), termasuk struktur, komposisi dan sejarahnya. Dalam kehidupan sehari-hari Geologi bermanfaat dalam bidang pertambangan. Untuk mencari bahan tambang diperlukan pengetahuan formasi dan umur dari batu-batuan. |
b. |
Geomorfologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk muka bumi serta perubahannya akibat tenaga dari luar (Exogen: pelapukan, erosi, sedimentasi). Bahan-bahan galian yang berasal dari endapan dapat diketahui berdasarkan sejarah geomorfologinya atau sebaliknya. Contoh bahan endapan: pasir, tanah liat, dsb. |
c. |
Meteorologi, adalah ilmu yang mempelajari atmosfer, yaitu tentang udara, cuaca, suhu, angin, awan, curah hujan, radiasi matahari, dan sebagainya. Meteorologi sangat penting bagi informasi cuaca terutama untuk penerbangan, pelayaran, pertanian dan industri. |
d. |
Hidrologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang air di permukaan bumi/tanah, di bawah tanah; termasuk sungai, danau, mata air, air tanah dan rawa-rawa. Dalam kehidupan sehari-hari penting untuk mengetahui lapisan yang mengandung cadangan air yang cukup misalnya untuk industri dan peternakan. |
e. |
Klimatologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan kondisi rata-rata cuaca. Untuk pertanian dan industri atau keperluan yang lain, mengetahui sifat iklim dan cuaca setempat sangat penting. Contoh untuk mendirikan pabrik kerupuk tentu bukan di daerah yang curah hujannya tinggi. |
f. |
Antropologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia khususnya mengenai ciri, warna kulit, bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Adatistiadat penduduk perlu diketahui untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari, barang yang diperlukan, bahan makanan yang dikonsumsi, dsb. |
g. |
Ekonomi, adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk melestarikan usaha perlu diketahui antara lain bagaimana memperoleh untung, menjual barang, menentukan “nilai” barang, memilih tempat berjualan, dsb. |
h. |
Demografi, adalah ilmu yang mempelajari dan menguraikan tentang penduduk. Komposisi penduduk, jumlah penduduk dan sebagainya perlu diketahui untuk menentukan pola konsumsi penduduk terhadap barang tertentu. |
STUDIGEOGRAFI
Geografi
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta। Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Sejarah Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.
Metode
Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis komputer.
Geografer menggunakan empat pendekatan:
- Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
- Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.
- Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
- Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.
Cabang
Geografi fisik
Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain. Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.
Topik terkait: atmosfer - kepulauan - benua - gurun - pulau - bentuk muka bumi - samudera - laut - sungai - danau - ekologi - iklim - tanah - geomorfologi - biogeografi - garis waktu geografi, paleontologi - paleogeografi - hidrologi.
Geografi manusia
Cabang geografi non-fisik juga disebut antropogeografi yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia. Bisa dibagi menjadi: geografi ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik), geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi militer.
Topik terkait: Negara-negara di dunia - negara - bangsa - negara bagian - perkumpulan individu - provinsi - kabupaten - kota - kecamatan
Geografi manusia-lingkungan
Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya berinteraksi. walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang, masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya dan politik dam penelitian risiko-bencana. banyak lingkungan yang sudah dirusak oleh manusia, seharusnya sudah menjadi tugas manusia yang harus menjaga dan melestarikan lingkungan, mungkin alam sudah tidak ankan kuat bertahan lagi.
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan sekarang lebih dikenal dengan Program Studi Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development Planning (RRDP).
Ekologi budaya dan politik
Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan (sustainability) kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa geografer menggunakan aspek geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik dan ekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarnya praktek kapitalisme.
Penelitian risiko-bencana
Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba memahami mengapa orang tinggal dataran banjir yang mudah terkena bencana. Sejak itu, bidang ini berkembang menjadi multi disiplin dengan mempelajari bencana alam (seperti gempa bumi) dan bencana teknologi (seperti kebocoran reaktor nuklir). Geografer yang mempelajari bencana tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana manusia dan masyarakat menghadapinya.
Geografi sejarah
Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini - banyak disimpulkan tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.
Ada apa dibalik nama? Geografi sejarah dan kampus Berkeley
"Geografi Sejarah" tentu saja merupakan akibat timbal-balik dari geografi dan sejarah. Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai arti yang yang lebih spesifik. Nama ini dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari Universitas California, Berkeley dengan programnya me-reorganisir geografi budaya (beberapa orang menyebutkan semua geografi) pada semua wilayah, dimulai pada awal abad ke-20.
Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya bisa dipahami jika mempelajari semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi, politik, lingkungan) menurut sejarah. Sauer menekankan kajian wilayah sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kekhususan pada wilayah di atas bumi.
Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di Amerika pada pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah masih menjadi bagian departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi banyak geografer beranggapan ini akan membahayakan ilmu geografi itu sendiri untuk jangka panjang: penyebabnya adalah terlalu banyak pengumpulan data dan klasifikasi, sementara analisis dan penjelasannya terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih spesifik pada wilayah sementara geografer angkatan berikutnya berusaha mencari nama yang tepat untuk ini. Mungkin ini yang menyebabkan krisis 1950-an pada geografi yang hampir menghancurkannya sebagai disiplin akademis.
Teknik Geografis
Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.
Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi, dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun menyeluruh-- atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas) geografi.
Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udara, citra hasil pemindaian skaner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara manual/visua]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format digital, misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd dapat di-'lay out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik toak para geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.
Kartografi
Kartografi mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol abstrak. Bisa dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka. walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk menampilkan hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak untuk dianggap sebagai ilmu terpisah.
Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa dimengerti orang lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk mempengaruhi pembaca memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan matematika yang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh pada penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi tentang bumi dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara informasi. Sebagai tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya, spesialis SIG harus mengerti ilmu komputer dan sistem database. SIG memacu revolusi kartografi sehingga sekarang hampir semua pembuatan peta dibuat dengan piranti lunak (software) SIG.
Metode kuantitatif geografi
Metode kuantitatif geografi membahas metode numerik yang khas (atau paling tidak yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan pada analisis keruangan, anda mungkin akan menemukan analisis klaster, analisis diskriminan dan uji statistik non-parametris pada studi geografi.
Bidang Terkait
Perencanaan Kota dan Wilayah
Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).
Ilmu Wilayah
Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.
Pendidikan Tinggi Geografi
Di Indonesia, perguruan tinggi yang membuka program studi Geografi sebagai ilmu murni hanya dua perguruan tinggi negeri (Universitas Indonesia (UI) dan UGM (Universitas Gadjah Mada) dan satu perguruan tinggi swasta (Universitas Muhammadiyah Surakarta). Sedangkan program studi Pendidikan Geografi ada di 45 perguruan tinggi.
UGM, Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga menjadi Fakultas tersendiri sejak tahun 1963, yaitu Fakultas Geografi. Saat ini telah mempunyai jenjang pendidikan tinggi dari D3 (diploma) Penginderaan Jauh dan SIG, S1, S2 dan S3. Fakultas Geografi UGM juga mempelajari ilmu Perencanaan dan Pengembangan wilayah.
Di UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan ilmu-ilmu murni sejajar
dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
Fakultas Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan dosen Fakultas Geografi UGM. Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian membentuk sebuah asosiasi profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan Indonesia (IGI). Disamping itu, dalam wadah yang lebih sempit, para Geografiwan dari UGM juga mempunyai wadah Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada (disingkat IGEGAMA).
Bakosurtanal, salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berkumpul banyak alumni Geografi, baik dari UI, UGM maupun UMS