Realtime Live Streaming




Entrepreneur VS Karyawan"
Dilihat dari judulnya mungkin terlihat agak aneh, tapi inilah sebenarnya realita yang harus diterima. Pernahkah kita berpikir mengapa para entrepreneur lebih sukses daripada karyawan. padahal dilihat dari skill, mereka kalah dibandingkan dengan karyawan yang lulusan sarjana, doktor, bahkan sampai profesor. mungkin kita mengira bahwa mereka banyak uanglah, dapat warisanlah, atau ketiban rejekilah dan berbagai macam alasan lainnya. padahal kalau kita tilik ke belakang banyak para entrepreneur yang sukses berawal dari nol alias gak punya apa2.
contoh : om bob sadino, purdie E Candra (suhu saya), Aa Gym, Andri Wongso, dll
contoh luar : Bill gates, Michael dell, Kolonel sanders, soijiro honda dll.
satu pertanyaan kenapa mereka semua sukses?
jawabannya simple karena kepepet. he .. hee just kidding tapi 40% ada yang bener.
karena satu yang mereka yakini mereka punya impian. dan mereka tahu dengan impian dan keyakinan yang mereka miliki pasti suatu saat akan terwujud.

gak ada di dunia ini yang menyatakan orang terkaya di dunia adalah menjadi karyawan. itu adalah bullshit alias omong kosong eh ada kalo karyawannya korupsi semua he.. hee..
pernahkah kita berpikir mengapa para pejabat2 pemerintah banyak yang melakukan korupsi:
padahal kalo kita lihat gaji mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan lainnya. satu jawaban yang pasti karena mereka butuh uang lebih. karena jika melihat jaman sekarang gaya hidup yang semakin glamor, mengharuskan mereka mengikuti perubahan jaman yang makin hari kian menggila. mereka tidak lebih seorang karyawan yang hanya mendapat kesempatan menikmati jabatan yang lebih baik dan enak.

padahal secara prinsip jika kita menjadi karyawan ya intinya harus nerima (nerimo jare wong jowo). gak usah neko2 memang itulah kodrat jadi karyawan. betapapun tingginya gaji karyawan mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan gaji tersebut, selalu saja menginginkan lebih. padahal kebutuhan hidup kian meningkat dan gaji mereka tetap.

alasan lain mengapa entrepreneur lebih sukses, karena mereka lebih jeli dalam melihat peluang dan kesempatan. disamping itu banyak orang yang berebut menjadi karyawan daripada menjadi entrepreneur. lahan kerjaan semakin sedikit yang ngelamar ratusan bahkan ribuan. karena itulah mengapa banyak pengangguran di negeri ini. yah maklum itulah mental2 pecundang sejati (kaya lagunya dygta). yang selalu merasa takut akan kehilangan segalanya, gak punya uang dan lain sebagainya. akhir2nya jalan sesat dan hitam yang mereka tempuh karena jalan yang halal sudah kehabisan.

padahal kalo kita lihat, junjungan kita Nabi Muhammad SAW, merupakan seorang entrepreneur juga. mengapa beliau memilih menjadi seorang entrepreneur daripada karyawan. karena dengan menjadi entrepreneur ada suatu sifat2 yang tidak akan dapat dilihat dan dirasakan oleh orang2 yang berkeinginan menjadi karyawan. diantaranya :
1.Membantu orang dan banyak amal : dengan menjadi karyawan dia akan memikirkan dirinya sendiri, lain halnya jika menjadi entrepreneur dia akan dapat membantu orang lain disekitarnya dengan memberinya pekerjaan.
2.Menjalin habblumminannas : menjaga hubungan dengan sesama manusia. dan menjalin tali silaturahmi. hadist meriwayatkan apabila kita menjalin tali silaturahmi maka akan dipanjangkan umurnya dan dilancarkan rejekinya.

sebuah riwayat menyebutkan 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari perniagaan atau perdagangan. itulah mengapa para entrepreneur atau pengusaha lebih sukses dibandingkan dengan karyawan karena 1 pintu rejeki yang selama ini diperebutkan oleh orang2 seperti karyawan, PNS,dan lain sebagainya. sehingga banyak orang yang tidak melihat dari peluang yang berada pada 9 pintu rejeki yang lain. karena apa? mereka takut untuk mencoba dengan berbagai alasan gak punya modal-lah, takut bangkrut-lah, nanti gak untung-lah dan berbagai alasan lainnya yang menyebabkan dia tidak berani untuk mencoba. padahal modal utama untuk menjadi seorang entrepreneur adalah keberanian.

memang pada awalnya akan terasa berat tapi lama kelamaan akan terbiasa dan menjadikan mental kita menjadi lebih kuat.

pernahkah kita pernah memikirkan pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina” sebenarnya yang kita cari bukan ke negeri cinanya tapi cara berpikir orang cina tentang cara mereka berdagang. kita lihat saja adakah orang cina yang menjadi karyawan? gak ada (kecuali beberapa orang yang bekerja di negerinya sendiri). padahal kalo kita jalan2 ke pertokoan mataram (semarang) semua pemilik tokonya berasal dari keturunan tionghua (cina) dan yang menjadi karyawannya adalah orang jawa:) .

Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli.

Setiap hari dalam kegiatan bisnis kita melakukan usaha/ melakukan kegiatan entrepreneurship untuk mendapatkan keuntungan tentunya. Tapi sebelumnya tentu kita ingin tahu apa sih artinya entrepreneurship kan ?!

Apa sih definisi Entrepreneurship ? Silahkan baca definisinya menurut berbagai ahli.

Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi.
Menurut Para Ahli :

Peter F Drucker
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) .


Thomas W Zimmerer

Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.

Andrew J Dubrin
Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).
Robbin & Coulter
Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled.

Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang dapat di identifikasi:

1. the pursue  of opportunities ,

2. innovation,

3. growth.
Penjelasannya :

1. pursuit  of opportunities , (entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya).

2. innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis).

3. growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan  sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru .

Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya, maka definisi:

 

Ingin Jadi Entrepreneur? Jawab Dulu 7 Pertanyaan Ini

Oleh Dr. HC Ir. Ciputra
Pendiri Yayasan Ciputra Entrepreneur

Saya bersyukur kepada Tuhan telah mengarungi samudra entrepreneurship selama lebih dari 50 tahun dengan modal dana awal yang dapat dikatakan nol. Modal utama saya pertolongan Tuhan dan kecakapan entrepreneurship.

  Dalam perjalanan panjang ber-entrepreneurship saya pernah mengalami berbagai perjalanan berliku, naik turun, gagal dan juga berhasil.

  Oleh karena itu saya merasa bangga bila kemudian E&Y, sebuah organisasi dunia memberikan penghargaan menjadi E&Y Indonesia Entrepreneur of The Year 2007 setelah meneliti perjalanan hidup saya dan prestasi yang pernah saya capai.

  Saya simpulkan entrepreneurship mengubah masa depan manusia jadi lebih baik dan menciptakan kemakmuran, mengingat latar belakang saya sebelumnya sebagai anak yatim dari keluarga sangat sederhana.

  Sekitar 2 tahun yang lalu ketika saya mencapai usia 75 tahun saya memutuskan untuk menyebarkan dan membagikan seluas mungkin kecakapan entrepreneurship kepada masyarakat melalui Yayasan Ciputra Entrepreneur.

 

Saya berkeyakinan kuat cita-cita kemakmuran Indonesia bukan sebuah mimpi di siang hari bolong asalkan kita lahirkan banyak entrepreneur-entrepreneur baru yang sukses. Melalui Yayasan Ciputra Entrepreneur saya ingin wariskan kepada masa depan bangsa Indonesia yang saya cintai semangat dan kecakapan entrepreneurship.

 

Dalam rangka tujuan itu saya menyusun sebuah panduan 7 pertanyaan penguji untuk mereka yang ingin jadi seorang entrepreneur yang sukses.

 

Pertanyaan 1: Apakah Anda sangat passionate untuk jadi seorang entrepreneur?

Kalau Anda ingin berhasil dalam entrepreneurship Anda harus memiliki keinginan yang sangat besar, semangat baja dan percaya diri untuk jadi entrepreneur. Tidak bisa iseng-iseng untuk jadi entrepreneur, motivasi iseng-iseng tidak cukup kuat untuk menghadapi tantangannya. Anda harus rela dan berani bekerja dengan jam yang panjang, mencoba hal yang baru, tetap berusaha walau ditolak dan diabaikan, mau belajar dari kegagalan dan sebagainya.

 

Pertanyaan 2: Apakah Anda melihat sebuah kesempatan besar melayani pasar secara kreatif?

Kerap saya melihat banyak orang gagal dalam bisnis karena tidak melihat peluang secara kreatif. Mereka hanya meng-copy keberhasilan orang lain tanpa menambahkan nilai-nilai kreativitas ke dalam produknya.

Ada berapa banyak peluang itu sesungguhnya? Banyak sekali, tidak terhitung, masalahnya Anda harus melihatnya dengan kaca mata kreatif. Berapa banyak peluang yang Anda bisa lihat tergantung sejernih apa kaca mata kreativitas anda?

 

Inovatif

Pertanyaan 3: Apakah Anda memiliki sebuah produk inovatif yang ketika Anda tawarkan, prospek Anda tidak mampu mengatakan tidak?

Sebuah produk inovatif memberikan nilai tambah maksimum sedemikian rupa hingga konsumen tidak mampu mengatakan tidak ketika Anda menawarkannya.

Oleh karena itu verifikasi asumsi-asumsi anda, lakukan uji pasar dan perbarui terus ide Anda sampai anda yakin pelanggan tidak sanggup mengatakan tidak ketika anda menawarkannya.

 

Pertanyaan 4: Apakah Anda memiliki kapasitas untuk memenangkan persaingan secara efektif?

Pasar yang kita hadapi adalah pasar bebas yang membuka pintu lebar-lebar kepada persaingan. Ja-ngan pernah masuk ke sebuah pasar tanpa memperhitungkan apa yang sedang dan akan dilakukan oleh pesaing. Pastikan bahwa pelanggan akan memilih anda. Nasehat bisnis ini perlu anda pikir baik-baik, be better not behind, if you are not better be different. Kalau belum better dan belum different pekerjaan rumah anda belum selesai.

 

Pertanyaan 5: Apakah Anda tahu bagaimana menghasilkan produk atau jasa yang� ingin Anda pasarkan dengan cara yang paling efisien?

Setelah Anda memastikan bahwa pelanggan dapat Anda capai dan bisa puaskan maka pihak selanjutnya yang Anda harus puaskan adalah pemegang saham dan karyawan perusahaan.

Mereka harus Anda layani dengan margin laba yang cukup untuk gaji dan dividen yang memuaskan. Oleh karena itu lakukanlah eksplorasi berbagai kemungkinan produksi yang termurah namun dengan kualitas yang terbaik.

 

Pertanyaan 6: Apakah Anda tahu bagaimana caranya mendanai keseluruhan usaha baru Anda dengan biaya termurah serta risiko terendah sementara hasil terbaik tetap dapat Anda da-patkan?

Ada berbagai cara untuk mendanai sebuah usaha baru dan ada beragam besar risiko yang bisa terjadi. Anda bisa meminjam uang dari keluarga, teman, tetangga atau dari bank. Anda bisa mengajak teman jadi pemegang saham atau mengundang modal ventura untuk ikut memulai usaha.

Setiap pilihan memiliki plus dan minus tersendiri, hasil akhir dan risiko yang berbeda. Oleh karena itu jangan hanya membuat sebuah model bisnis, kembangkan berbagai alternatif dan pilih yang terbaik.

 

Pertanyaan 7: Apakah Anda siap menghadapi tuntutan kerja keras, risiko gagal dan rugi? Tidak ada gading yang tak retak, tidak pernah ada rencana yang sempurna.

Dari pengalaman saya perubahan dapat terjadi kapan saja oleh karena itu penyesuaian-penyesuaian harus tetap dilakukan. Walaupun demikian risiko gagal atau rugi ataupun risiko malu karena gagal tetap ada. Lakukan kalkulasi sebelumnya dan pastikan Anda berani menghadapinya.

Entrepreneur adalah seseorang yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas” Ir. Ciputra -Kuliah Perdana Mahasiswa Baru Pascasarjana UGM angkatan 2007-

Pernyataan diatas diungkapkan Ir. Ciputra ketika menjadi pembicara pada kuliah perdana mahasiswa baru pascasarjana UGM tahun ajaran 2007/2008. Kehadiran Ir. Ciputra yang merupakan seorang pengusaha besar bertaraf internasional di bidang property merupakan suatu tonggak sejarah tersendiri bagi UGM. Kehadiran Ciputra bukan hanya dalam rangka memberikan kuliah perdana, tetapi juga dalam rangka menjalin kerjasama dengan UGM untuk membangun UGM menjadi centre of excellence and entrepreneurship.

Dalam kuliah perdana yang dilaksanakan pada hari Senin, 10 September 2007 tersebut, Ir. Ciputra memaparkan bahwa setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa mengapa entrepreneurship sangat penting diajarkan di bangku sekolah. Pertama, kebanyakan generasi muda tidak dibesarkan dalam budaya wirausaha. Inspirasi dan latihan usaha tidak banyak diajarkan di bangku sekolah. Kedua, Tingginya pengangguran di Indonesia mencapai angka 10, 93 juta jiwa pada tahun 2006. Majalah Tempo edisi 20-26 Agustus 2007 menyajikan fakta bahwa pada tahun 2006, terdapat 670.000 sarjana dan lulusan diploma yang mengaggur. Ketiga, lapangan kerja sangat terbatas, tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. Keempat, pertumbuhan interpreneur selain dapat menampung tenaga kerja, juga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat secara luas. Menurut David McClelland, seorang sosiolog terkemuka, suatu negara akan maju jika terdapat entrepreneur sedikitnya sebanyak 2% dari jumlah penduduk. Menurut laporan yang dilansir Global Entrepreneurship Monitor, pada tahun 2005, Negara Singapura memiliki entrepreneur sebanyak 7,2% dari jumlah penduduk. Sedangkan Indonesia hanya memiliki entrepreneur 0,18% dari jumlah penduduk. Tidak heran jika pendapatan perkapita negara singa tersebut puluhan kali lebih tinggi dari Indonesia. Menurut Prof. Lester C Thurow dalam bukunya Building Wealth: “ tidak ada isntitusi yang dapat menggantikan peran individu para entrepreneur sebagai agen-agen perubahan. Untuk itu menurut Ir. Ciputra, mereka yang paling siap dan paling mudah untuk dididik dan dilatih kecakapan wirausaha adalah mereka yang sekarang berada di bangku sekolah. Kelima, Indonesia sangat kaya dengan sumberdaya alam, akan tetapi sumber daya alam tersebut tidak bisa dikelola dengan baik karena Indonesia kekurangan SDM entrepreneur yang mampu mengubah “kotoran dan rongsokan menjadi emas”.

Dalam kuliah perdana tersebut, Ir. Ciputra membuka wawasan mahasiswa dan dosen bahwa istilah entrepreneur tidak hanya berkaitan dengan dunia usaha, atau pengusaha, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain. Menurut beliau terdapat 4 kelompok Entrepreneur:

  • Business Entrepreneur. Kelompok ini terbagi menjadi dua yaitu Owner Entrepreneur and professional Entrepreneur. Owner Entrepreneur adalah para penciptan dan pemilik bisnis. Professional Entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya wirausaha akan tetapi mempraktekkannya pada perusahaan orang lain.
  • Government Entrepreneur. Adalah pemimpin negara yang mampu mengelola dan menumbuhkan jiwa dan kecakapan wirausaha penduduknya. Contoh dari Government Entrepreneur adalah pemimpin negara Singapura Lee Kuan Yew.
  • Social Entrepreneur. Yang masuk dalam kelompok ini adalah para pendiri orgnisasi-organisasi social kelas dunia yang berhasil menghimpun dana masyarakat untuk melaksanakan tugas social yang mereka yakini. Contohnya adalah Mohammad Yunus, peraih nobel perdamaian tahun 2006 serta pendiri Grameen Bank.
  • Academic Entrepreneur. Termasuk dalam kelompok ini adalah akademisi yang mengajar atau mengelola lembaga pendidikan dengan pola dan gaya Entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan mulia pendidikan. Universitas Harvard dan Stanford merupakan beberapa uiversitas terkemuka yang mengelola dunia pendidikan dengan gaya Entrepreneur

Lebih lanjut Ir. Ciputra mengatakan bahwa menjadi Entrepreneur dapat dipelajari. Dan untuk menciptakan jumlah entrepreneur yang memadai di Indonesia, maka menurut Ir. Ciputra, Indonesia perlu melakukan quntum leap (lompatan quantum). Terdapat 3 gagasan dalam quntum leap. Pertama, pada level pendidikan dasar dan menengah, harus terdapat kurikulum yang mengajarkan tentang kewirausahaan. Kedua, entrepreneur harus diciptakan dan dikembangkan dan pada level perguruan tinggi. Ketiga, harus terdapat gerakan nasional pelatihan kewirausahaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, agar gerakan ini dapat menjangkau masyarakat luas yang barada di luar bangku sekolah.

Diakhir presentasinya, Ir. Ciputra berharap bahwa Universitas Gadjah Mada dapat mewarisi semangat juang Gadjah Mada dengan menjadikan universitas Gadjah Mada sebagai centre of excellenge and entrepreneurship. Menurut Direktur Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Dr. Irwan Abdullah, untuk menciptakan UGM sebagai centre of excellenge and entrepreneurship, maka UGM saat ini sedang bekerjasama dengan yayasan Ciputra Entreprenir, menggodok kurikulum entrepreneurship yang akan diajarkan di UGM.

Intrapreneurship
A.B. Susanto*


Apakah yang disebut oleh intrapreneurship? Arti gampangnya adalah entrepreneurship yang dipraktekkan di dalam sebuah organisasi yang mapan. Entrepreneurship memang identik dengan era perintisan usaha. Ketika perusahaan sudah membesar, organisasi menjadi sangat stabil, jiwa entrepreneurship sering tergerus oleh rasa aman dan kemapanan ini. Padahal agar organisasi bisa tetap kompetitif, entrepreneurship bukan saja wajib dimiliki oleh para pengusaha yang bekerja mandiri, tetapi juga oleh jajaran eksekutif dan karyawan perusahaan.

Entrepreneurship dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk menciptakan nilai melalui pemanfaatan sejumlah sumber daya untuk ‘mengeksploitasi’ sebuah kesempatan. Dapat pula dikatakan entrepreneurship adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan, tanpa terlalu ‘hitung-hitung’ seberapa banyak sumber daya yang dimiliki. Modal tekad dan semangat merupakan yang utama ketimbang modal lainnya.  Pendek kata entrepreneurship adalah opportunity driven.

Kesempatan tercipta oleh  perubahan lingkungan,  dan salah satu ciri seorang entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-perubahan, dan menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik perubahan itu. 

Seorang manajer yang rendah tingkat  intrapreneurship-nya mengatakan seberapa banyak sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya yang dipegang ini apa yang akan dapat dicapai ? Namun seorang manajer yang tinggi tingkat  intrapreneurship-nya akan mengatakan berdasarkan apa yang ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk mencapainya. 

Terdapat tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan di masa depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan.

Masalahnya adalah bagaimana memelihara semangat entrepreneurship dalam organisasi yang membesar dan semakin mapan. Organisasi yang besar dan stabil acapkali menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya sehingga mengurangi sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya  dan kurang responsif terhadap dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang hypercompetitive, timbulnya sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal.

Menarik untuk mengamati General Motors yang berusaha menanggulangi penyakit ini. General Motors mencoba menciptakan “pasar” di dalam tubuhnya. GM mereorganisasi pabrik komponen yang kaku dan tidak efisien dengan melakukan pemecahan menjadi delapan unit internal market. Masing-masing unit dipandang sebagai profit center dan diharapkan mengembangkan keahlian yang terkait dengan system industri otomotif. Unit ini juga diharapkan mampu menjual produknya dalam pasar terbuka di luar kebutuhan GM. Misalnya, AC-Rochester tidak hanya menjual produknya kepada GM, tetapi juga menjualnya kepada Mitsubishi, Daewoo, dan Opel.

Unit-unit usaha ini diberi kebebasan untuk melakukan pembelian produk atau jasa dari pihak luar, dengan kompensasi dapat memberikan produk yang benar-benar mempunyai daya saing baik ke dalam maupun keluar. Untuk alasan kepentingan perusahaan yang lebih besar, terdapat kemungkinan perusahaan membatasi pembelian atau penjualan unit profit-center-nya ke dalam pasar internal, dengan kompensasi penurunan pemasukan atau laba dari yang seharusnya disumbangkan oleh unit tersebut.

Internal market network bukanlah pasar bebas, tetapi sebuah aliansi yang terdiri atas para intrapreneur. Kunci efektivitasnya terletak di dalam kolaborasi budaya yang dapat memberikan nuansa kebebasan berkembang kepada individu, teknologi, dan keterampilan melalui unit-unit profit center dan kemudian diorganisasi secara cepat ke arah sumber masalah dan penyelesaiannya. Dengan demikian, di dalam perusahaan diciptakan atmosfer dinamika pasar untuk merangsang daya saing. Tiap unit bertindak sebagai customer bagi unit yang lain seperti layaknya customer eksternal dan sebaliknya tiap unit menjadi pemasar seperti layaknya pemasok eksternal.

Dinamika pasar mendorong perusahaan untuk bersifat fleksibel dan responsif terhadap permintaan pasar. Kelambanan dan kekakuan birokrasi dalam bisnis membutuhkan perampingan struktur organisasi dan prosedur. Keberhasilan seringkali teraih dari kemampuan untuk melakukan hal yang berbeda, lebih cepat, dan lebih baik dari kompetitor. Semangat intrapreneurship merupakan hal yang esensial bagi pemasar.

Intrapreneurship dalam organisasi dibandingkan entrepreneurship memiliki sejumlah kelebihan maupun hambatan. Kelebihannya dibandingkan entrepreneursip terutama pada ketersedian sumber dayaSemangat intrapreneurship dalam sebuah perusahaan yang sudah mapan mempunyai  sumber dayanya sudah tersedia dan ‘gratis’, tinggal bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada. Sementara hambatannya adalah spesialisasi dan pemisahan seringkali menghambat komunikasi, dan kompetisi internal seringkali pula menciptakan problem tersendiri.

Kenapa intrapreneurship sulit tumbuh dalam suatu organisasi? Pertama, biaya terhadap suatu kegagalan bagi yang bersangkutan terlalu tinggi, sementara penghargaan terhadap kesuksesan terlalu rendah. Intrapreneurship  harus mempunyai ruang terhadap terjadinya kegagalan sementara kegagalan di dalam sebuah organisasi sering diharamkan dan dapat merusak karir seseorang. Daripada mengambil resiko yang dapat menghancurkan karirnya, anggota organisasi cenderung cari selamat. Padahal penghargaan yang akan diperolehnya jika mengalami kegagalan tidak seberapa.  Kedua, terjadinya inersia yang disebabkan oleh kemapanan sebuah sistem, yang menyebabkan tidak seorang pun tergugah untuk melakukan perubahan. Ketiga, hirarki organisasi yang menyebabkan hambatan yang berlapis-lapis untuk menciptakan dan bertindak dengan cara yang baru.

Semangat entrepreneurship yang diperlukan oleh perusahaan besar tercermin ketika AT&T merintis pasar Rusia. AT&T menghadapi masalah ketika ingin melaksanakan program pemasaran melalui direct mail. Buku petunjuk telepon tidak tersedia, daftar nama tidak ada, dan kantor pos tidak menyediakan jasa ini. Hal ini tentu sangat sulit bagi AT&T yang terbiasa dengan informasi yang lengkap di AS. Dengan berbagai cara, AT&T menyewa YAR Communication untuk mendapat data tersebut dan tentunya dengan biaya yang lumayan besar.

Empat ribu buah surat siap untuk dikirim. Tetapi, Kantor Pos Rusia mencurigainya dan menahannya untuk keperluan investigasi. YAR Communication mengklarifikasi masalahnya dan akhirnya surat tersebut dapat terkirim. Respons yang sangat bagus, dan kemudian sebagian eksekutif Rusia memesan melalui telepon tanpa melihat produknya.

Kegigihan dalam keadaan yang serba terbatas dalam perintisan pasar merupakan ujian semangat intrapreneurship. Semangat ini seringkali luntur dalam perusahaan yang meraksasa dan stabil, yang dapat menimbulkan rasa aman yang berlebihan. Jadi, tugas pengelola adalah menciptakan struktur yang tidak birokratis, sistem dan budaya perusahaan yang memungkinan  tumbuhnya tiga pilar utama intrapreneurship : inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreatifitas.

Bagaimana bagi Anda yang telah mempunyai semangat ini atau yang ingin mengasahnya ? Carilah perusahaan yang mempunyai iklim yang kondusif bagi berkembangnya  intrapreneurship Anda.

Entrepreneurship

By Tri Raharjo

Mengutip nasehat bijak menjadi manusia sukses dari Ibu DR Martha Tilaar, Beliau mempunyai resep yang diberi nama DJITU. Sebagai seorang tokoh sukses profil guru yang berjiwa entrepreneur, Beliau tidak pernah segan memberikan motivasi dan membagikan pengalaman suksesnya kepada semua orang. Resep ini selalu dijadikan pedoman untuk memotivasi menjadi manusia sukses. Menjadi entrepreneur sejati mesti menjadi manusia DJITU. DJITU merupakan filofosi hidup yang menganut arti dalam dan memerlukan kesugguhan hati untuk dapat menjalankannya. Manusia DJITU adalah manusia yang Disiplin, Jujur, Inovatif, Tekun dan Ulet.
Berbekal mental DJITU, maka seseorang memerlukan langkah action untuk memulai sebagai entrepreneur. Jangan memulai sesuatu dengan hal besar, di samping memerlukan usaha yang besar, juga mengandung resiko yang tinggi, tidak hanya tenaga, tetapi seringkali kehilangan modal dan bangkrut. Oleh sebab itu, maka hal yang harus dilakukan adalah think big, start small and act fast. Kata orang, bercita-citalah setinggi langit, tetapi mulailah setapak demi setapak, dan berlarilah kencang manakala kaki telah kuat dan capailah cita-cita dengan time frame atau target waktu yang jelas.
Berikut ini, kisah nyata, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun ( sebut saja Andrew namanya), kedua orang tuanya pernah tinggal di luar negeri dan mendidik anaknya menjadi anak yang sangat mandiri. Pada usianya yang sangat muda, dengan menggunakan sepeda kecilnya pergi berobat ke dokter sendiri , membeli obat ke apotik dan dengan bimbingan orangtuanya, minum obat secara teratur, sendiri! Suatu kali, anak ini ingin sekali belibur ke Bali, dan Ibunya tidak mengabulkannya. “Kenapa Mama?”, tanyanya penuh rasa ingin tahu. Jawab Ibunya, “Andrew, tabungan Mama belum cukup”. Waktu berselang, Andrew main ke tetangga dekat, melihat seorang Ibu tetangga sedang membersihkan teras rumahnya. “Sore Tante, bisa Andrew Bantu?”, “ Ya, ya, masuklah…”, kata Ibu tetangga tadi. “Andrew sapukan halaman ya Tante”, katanya dengan suara kecil. Tak lama, bereslah rumah Ibu tetangga tadi, tetapi Andrew tidak bergeming duduk di teras terdiam. “Andrew kanapa?”, Tanya Ibu tetangga “Tante, Andrew kan sudah membantu Tante membersihkan rumah, jadi Andrew menunggu ongkosnya”, katanya penuh keyakinan. Sambil tersenyum, Ibu tetangga tadi masuk dan mengambil uang Rp.3.000 dan memberikannya kepada Andrew. Andrew sangat gembira, tatapi dia hanya mengambil Rp. 1.000, dan berkata “ Tante, terima kasih banyak, Andrew hanya minta Rp. 1.000 karena yang Andrew kerjakan hanya menyapu saja”. Dan, dikembalikannya Rp 2.000 kepada Ibu tetangga, sambil segera meraih sepedanya dan pulang menyerahkan uang kepada Ibunya, untuk ditabung berlibur ke Bali.
Banyak kisah nyata yang luar biasa dari Andrew ini, bahkan sebagai orang dewasapun tidak terpikirkan dengan ide-ide anak kecil ini. Hebat? Luar biasa? Jawabnya: biasa saja! Andrew, adalah contoh entrepreneur kecil yang karena bakatnya, dan kondisi lingkungannya, menjadikannya entrepreneur. Budaya kita, tidak medidik menjadi entrepreneur, tengok saja harapan orang tua kepada anaknya, sampai hari ini: besok kalau besar jadi direktur atau sekolah yang pintar biar gampang cari pekerjaan. Apabila memberi uang saku untuk anaknya, orang tua memberi pesan: jangan buat jajan ya, ditabung biar banyak! Tidak terpikirkan bahwa hal-hal tersebut tidak membiasakan anak-anak untuk berpikir entrepreneur. Semuanya given!
Membahas contoh di atas, disadari bahwa entrepreneurship nampaknya tidaklah sulit dipahami, tetapi sangat sulit dijalankan. Ada pendapat mengatakan, bahwa bila Anda menjadi pegawai dengan bayaran tetap lebih dari tiga tahun dan merasa betah, maka itulah gejala matinya jiwa entrepreneurship Anda. Untuk keluar dari status pegawai menjadi entrepreneur menjadi lebih sulit dibandingkan seseorang yang sejak awal telah memulai karirnya sebagai entrepreneur. Faktor utama penyebab sulitnya karyawan menjadi entrepreneur adalah keberanian menanggung resiko kegagalan. Berikut ini 12 Tips memulai menjadi entrepreneur:
? Entrepreneurship dapat dipelajari, mempelajari keberhasilan orang lain dapat menimbulkan inspirasi dan mencegah kegagalan orang lain terulang
? Entrepreneurship perlu disiplin diri, berteguh, tidak mudah excuse dan berubah pikiran
? Entrepreneurship perlu ketekunan, memulai dari yang kecil dan pilihlah sesuatu yang disukai, seperti juga misalnya bermula dari hobi
? Entrepreneurship perlu time frame kapan harus diselesaikan dan target hasil yang diharapkan
? Entrepreneurship perlu “mimpi”, agar diperoleh ide-ide, seseorang memerlukan wawasan yang luas, buka pikiran dan berpikir dengan bersih tanpa praduga sehigga dapat diperoleh ide-ide baru
? Entrepreneurship adalah pencarian opportunities, peluang-peluang tidak harus sesuatu yang sangat baru, seringkali muncul dari hal-hal situasional
? Entrepreneruship perlu focus, melahirkan sesuatu dan tekuni hingga berhasil. Banyak entrepreneur terlalu bersemangat dan melahirkan banyak bisnis tetapi tidak terawat dan akhirnya kerdil
? Entrepreneurship adalah learning, kegagalan bukan berarti akhir dan terus mencoba dan mencoba, pengalaman adalah aset berharga
? Entrepreneur tidak bisa menunggu, mulailah segera jangan ditunda, just do it!
? Entrepreneurship adalah investasi, hasil yang diperoleh kebanyakan tidak instant, perlu kesabaran dan keyakinan yang tinggi
? Entrepreneurship tidak latah, jangan ikut-ikutan dan menjadi opportunist. Entrepreneur sejati memiliki jati diri dan uniqueness
? Entrepreneurship memerlukan soul, seluruh teori entrepreneurship tidak akan terealisasi bila tidak dijalankan dengan kesungguhan hati dan penuh semangat.

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi dan menggugah lahirnya entrepreneur-entrepreneur baru di bumi pertiwi ini, karena dari tangan orang-orang inilah akan tercipta lapangan kerja tidak terbatas, dan akan memberikan kontribusi mengurangi beban pengangguran karena keterbatasan jumlah lapangan kerja. Akhirnya, semoga negara ini menjadi sejahtera karena berekonomi entrepreneur. Semoga.

Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.

Kata entrepreneur berasal dari kata Prancis, entreprendre, yang berarti berusaha. Dalam konteks bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang mengorganisir, memenej, dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha.

Definisi entrepreneurship dari Ekonom Austria Joseph Schumpeter menekankan pada inovasi, seperti:

- produk baru

- metode produksi baru

- pasar baru

- bentuk baru dari organisasi

Kemakmuran tercipta ketika inovasi-inovasi tersebut menghasilkan permintaan baru. Dari sudut pandang ini, dapat didefinisikan fungsi entrepreneur sebagai mengkombinasikan berbagai faktor input dengan cara inovatif untuk menghasilkan nilai bagi konsumen dengan harapan nilai tersebut melebihi biaya dari faktor-faktor input, sehingga menghasilkan pemasukan lebih tinggi dan berakibat terciptanya kemakmuran/kekayaan.

Beda Entrepreneurship dan Usaha Kecil

Banyak orang menggunakan istilah entrepreneur dan pemilik usaha kecil bersamaan. Meskipun mungkin memiliki banyak kesamaan, ada perbedaan signifikan antara keduanya, dalam hal:

1. Jumlah kekayaan yang tercipta — usaha entrepreneurship menciptakan kekayaan secara substansial, bukan sekedar arus pendapatan yang menggantikan upah tradisional.

2. Kecepatan mendapatkan kekayaan — sementara bisnis kecil yang sukses dapat menciptakan keuntungan dalam jangka waktu yang panjang, entrepreneur menciptakan kekayaan dalam waktu lebih singkat, misalnya 5 tahun.

3. Risiko — risiko usaha entrepreneur tinggi; dengan insentif keuntungan pasti, banyak entrepreneur akan mengejar ide dan kesempatan yang akan mudah lepas.

4. Inovasi — entrepreneurship melibatkan inovasi substansial melebihi usaha kecil. Inovasi ini menciptakan keunggulan kompetitif yang menghasilkan kemakmuran. Inovasi bisa dari produk atau jasa itu sendiri, atau dalam proses bisnis yang digunakan untuk menciptakan produk atau jasa.

Ada banyak sekali definisi Entrepreneurship, namun menurut penulis yang paling sesuai adalah definisi menurut Peter F. Drucker. Menurut Drucker, Entrepreneurship adalah “…the practice of consistently converting good ideas into profitable commerce venture”. Secara bebas dapat diartikan bahwa Entrepreneurship adalah suatu “…aktivitas yang secara konsisten dilakukan guna mengkonversi ide-ide yang bagus menjadi kegiatan usaha yang menguntungkan”.

Disitu tampak bahwa komponen yang penting adalah Consistent, Convert, Ideas, dan Profitable. Consistent (Konsisten) berarti tindakan itu dilakukan secara terus menerus dengan tingkat determinasi yang tinggi, sedangkan Convert (konversi) mengandung makna mengkonversi dari sesuatu hal yang tidak berarti menjadi hal baru yang bernilai. Juga hal yang terpenting adalah adanya Ideas (ide-ide) yang brilian namun dapat diwujudkan secara riil. Perlu diperhatikan bahwa ide-ide secermelang apapun tidak akan memberi manfaat atau faedah bila tidak bisa ditransformasikan menjadi sesuatu yang riil dan berdaya guna. Oleh karena itu alangkah baiknya bila kita mulai membiasakan untuk mendokumentasikan ide-ide yang kita hasilkan dan lantas bilamana dirasa pantas dapat segera ditransformasikan menjadi sesuatu yang riil.

Menurut saya, ide yang ditransformasikan menjadi sesuatu yang riil dan bernilai ekonomis adalah akar (root) dari Entrepreneurship. Napoleon Hill, the father of modern motivator, menyebutkan bahwa ide-ide (dan juga imajinasi) merupakan suatu komponen mutlak yang mesti dimiliki oleh mereka yang ingin sukses. Kali ini saya belum akan mengulas lebih lanjut tentang ide, karena akan dibicarakan lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya.

Setelah membahas sekilas tentang definisi Entrepreneurship, berikutnya saya akan lebih fokus membahas tentang mengapa (why) menjadi entrepreneur. Sengaja saya buat dalam bentuk daftar karena ternyata dari respons teman-teman mereka lebih suka penyajian dalam bentuk daftar.

1. Kebebasan Finansial
Hal yang paling diidam-idamkan semua orang adalah kebebasan finansial. Dengan menjadi entrepreneur maka kesempatan itu terbuka sangat lebar karena semua Anda tentukan sendiri. Mulai dari target, cara memperoleh, kapan, hingga seberapa banyak semuanya terserah Anda selaku pelaksananya. The sky is the limit, demikian orang menyebutnya.

2. Kebebasan Waktu
Waktu merupakan suatu hal yang tidak tergantikan, sekali hilang ya hilang sudah tanpa bisa kita peroleh kembali. Selain itu apabila Anda sudah berkeluarga maka pilihan menjadi entrepreneur adalah pilihan yang bijaksana mengingat apabila Anda menjalankan bisnis dengan tepat dan telah berhasil membangun sistem “auto pilot” dalam bisnis Anda, maka kebebasan waktu niscaya dapat Anda miliki. Jangan pernah bangga menjadi orang super sibuk, tapi berbanggalah menjadi orang punya banyak waktu untuk berbagi ke sesama. Demikian kata guru saya.

3. Membuka Lapangan Kerja
Bayangkan kalau Indonesia memiliki 10 juta entrepreneur baru, maka dijamin angka pengangguran akan turun drastis atau bahkan minus bila perlu. Selain itu dengan menjadi entrepreneur berarti kita membuka kesempatan lapangan kerja untuk saudara, rekan, atau kerabat yang mungkin karena keterbatasannya kesulitan mencari kerja di tempat lain.

4. Kemandirian
The best thing in life is freedom! Dengan menjadi entrepreneur semua aktivitas, baik hasil maupun resikonya ada di tangan Anda. Oleh karena itu Anda bebas menentukan ingin seperti apa Anda di kemudian hari tanpa harus menyerahkan jalur karirAnda pada orang-orang HRD.

5. Sarana Mewujudkan Ide yang Ekstrem
Dulu ada salah seorang mahasiswa saya memiliki ide untuk membuka salon khusus anak muda penganut gothic dan punk lengkap dengan studio tattoo, piercing, dan aksesoris khas underground lainnya. Dia berungkali mencoba mengutarakan ide tersebut kepada bos factory outlet tempatnya bekerja dan juga kepada investor lain. Tentu saja ide tersebut tidak dapat diterima oleh mereka yang berpikir linear dan rigid. Karena frustasi dia memutuskan untuk nekat membuka studio tersebut dalam bentuk Mobile Shop & Studio alias salon dan toko dalam mobil pick-up guna menghemat sewa tempat. Akhirnya perlahan tapi pasti usahanya berkembang juga meski mulanya dia harus tertatih-tatih dikarenakan keterbatasan modal. Terakhir waktu saya tanya dia bilang sangat bangga karena berhasil mewujudkan ide bisnisnya yang bagi sebagian orang dianggap ekstrem.

6. Solusi Anti PHK
Dengan menjadi entrepreneur tentu saja Anda tidak perlu khawatir untuk kena PHK, kecuali tentu saja Anda mem-PHK diri Anda sendiri.

7. Kesempatan Masih Luas
Dengan jumlah penduduk yang ratusan juta, maka tentu saja peluang dan kesempatan yang ada bagi kita untuk membuka usaha sangatlah luas. Yang penting kita kreatif, mau bekerja keras, dan tidak gengsi maka sebetulnya hampir tidak ada alasan untuk tidak bisa membuat usaha yang sukses.

8. Untuk Semua Orang dan Bisa Dipelajari
Entrepreneurship tidak identik dengan suatu suku atau ras tertentu. Banyak dari kita terjebak oleh mitos-mitos yang sebenarnya tidak tepat. Karena semua itu ada ilmunya dan bisa dipelajari dan karenanya bisa dilakukan oleh siapapun sepanjang dia mau dan berani mencoba.

Demikian sedikit alasan kenapa menjadi entrepreneur, diluar itu masih banyak alasan lain yang layak dipertimbangkan. Semoga bermanfaat. @Betley06042009

Sejarah dan Pengertian Kewirausahaan 

Avin Fadilla Helmi & Rista Bintarawita Megasari*)

 A.        Sejarah Kewirausahaan

Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:

 1. Periode awal

Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%.

2. Abad pertengahan

Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang arsitektural.

 

3. Abad 17

Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.

 

4. Abad 18

Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.

5. Abad 19

Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal.

 

6. Abad 20

Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.

 

B.       Pengertian Kewirausahaan

Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial, dan entrepreneur.

1.         Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.

2.         Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar.

3.         Wirausahawan (entrepreneur) didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.

4.         Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau berwirausaha.

 

Inventor dan Entrepreneur

Berikut ini beberapa perbedaan antara inventor dan entrepreneur. Inventor didefinisikan sebagai seseorang yang bekerja untuk mengkreasikan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya, ia termotivasi dengan ide dan pekerjaannya. Inventor pada umumnya memiliki pendidikan dan motivasi berprestasi yang tinggi. Menurutnya, standar kesuksesan bukanlah dari moneter semata tetapi dari hak patent yang didapatnya.

 

Sedangkan wirausaha atau entrepreneur lebih menyukai berorganisasi daripada menemukan sesuatu. Ia mengatur dan memastikan agar organisasinya berkembang dan bertahan. Entrepreneur berupaya mengimplementasikan penemuannya sehingga disukai publik namun inventor lebih menyukai menemukan atau menciptakan sesuatu.

 

Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi:

1.         Pengambilan inisiatif,

2.         Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis

3.         Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.

 

Kewirausahaan meliputi proses  yang dinamis sehingga dengan demikian timbul pengertian baru dalam kewirausahaan yakni sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko social, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal.

Melalui pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan yakni :

1.         Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi tersebut.

2.         Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan.

3.         Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko social.

4.         Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.

 

C.       Pengambilan Keputusan untuk Berwirausaha

Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini beberapa paparan yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha:

1.         mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negative yang menimbulkan gangguan.

2.         Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk

Etos Keguruan (The Guru in You)

Guru adalah sebuah profesi terpenting dalam kehidupan. Karena itu guru adalah pekerjaan yang penting dari semua jenis pekerjaan. Ditangannya adalah masa depan peradaban kita. Dan dari guru pula kita bisa mencontoh etosnya. Dalam diri semua manusia sebenarnya memiliki dimensi keguruan. Dengan menyadari hal ini maka kita bisa melihat diri kita sebagai penyelesai masalah, pemandu masa depan, dan juga seseorang yang mempunyai kemampuan atau patut  untuk diturut dan ditiru. 

Artinya kemampuan itu baru akan membantu hidup kita dengan sentuhan kesadaran. Kesadarn adalah permulaan dari sebuah transformasi tentang diri kita dan relasinya dengan kenyataan kehidupan. Dengan demikian kita akan lebih sabar, bijak, mampu menjaga diri dan mampu menahan diri. Dan dengan sadar jika kita adalah guru, maka ini memampukan diri kita mengakses Tuhan. 

Jika ini kita hayati, maka ini akan mengubah kenyataan hidup yang kita hadapi sehari – hari. Dengan kesadaran sebagai guru maka kita terposisikan untuk menghadapi realitas seperti apapun dengan kerendahan hati, kesiapan mental belajar dan terus menapak dalam kehidupan ini. (hac)

Tanya Jawab Mencintai Pekerjaan

Cinta itu sebuah energi positif yang mempunyai daya tarik dan daya pikat. Sehingga jika kita mencintai pekerjaan maka kita akan lebih atraktif terhadap rejeki. Igun – Palembang :
T: Saya mencintai pekerjaan saya di perusahaan yang bergerak dibidang daur ulang kertas dan kardus. Namun dengan resesi sekarang ini maka sistem kerja jadi terpengaruh. Bagaimana agar kita dapat tetap semangat dan mencintai pekerjaan kita ?
J : Apapun yang terjadi perkuatlah cinta. Karena cinta adalah sumber yang membuat kita tetap hidup. Ingatlah selalu bahwa badai pasti berlalu. Waktu – waktu sulit tidak akan pernah berhenti, tapi orang tangguh bisa menghadapi situasi ini. Dan untuk tetap tabah menghadapi kesulitan basisnya adalah rasa cinta. 

Martin - Jakarta :
T: Bagaimana agar cinta terhadap pekerjaan tetap konsisten ?
J: Bayangkan jika cinta tidak ada di dunia. Maka yang ada hanya banalitas ( sesuatu yang dangkal, kasar dan tidak bermakna). Jika suasana kerja itu dalam suasana banal maka yang ada kelesuan, kelelahan dan kecapekan. Sehingga harus dibangkitkan cinta untuk membuat hidup menjadi lebih menyenangkan. Rasakan setiap inci dari mencintai pekerjaan itu sampai ke batin, jiwa, kulit dan seluruh sel manusia. Karena jika kita sudah mencintai pekerjaan kita maka kita akan selalu bergembira. 

Dimas – Cimanggis :
T: Saya manajer di perusahaan ynag berpoduksi impor. Bagiamana menjaga etos kepada pelanggan disaat harga lain turun sementara produk kami naik harga ?
J: Jujur saja dan komunikasikan keadaan yang sebenarnya, sehingga harga produk dinaikkan. Selalu ingat ketika berhubungan dengan pelanggan maka kita harus jujur,  peduli dan pelayanan prima kepada pelanggan. 

Anwar :
T: Bagaimana bila kita sudah cinta dengan pekerjaan sehingga melakukan perbaikan dan menghasilkan ide cemerlang, tapi perusahaan tidak memberikan timbal balik ?
J: Tetap cintai pekerjaan kita. Percayalah pada cinta. Karena dengan percaya pada cinta maka rejeki tidak hanya datang dari perusahaan saja tapi juga dari lingkungan sekitar. Ngat selalu hukum ketertarikan. Energi positif akan memangil energi positif lainnya. Sabar, tenang dan yakin bahwa kita akan pasti mendapat imbalan yang berlipat dari alam semesta. 

Saragih :
T : Bagaimana menyikapi kerja kita di era krisis seperti ini ?
J : Cukupkan saja apa yang kita terima dan miliki dengan gaya hidup sederhana. Karena manusia adalah mahluk yang tidak pernah puas, maka dia harus bersabar dengan situasi yang dialaminya.

Jangan mudah putus asa, percayalah kepada positifisme, cinta, gembira dan semangat. Semua hal baik tentu akan diuji untuk menbuktikan kebaikannya. (hac)

Etos Pembelajar

Hidup ini penuh dengan tantangan. Saat ini tantangan yang dihadapi oleh manusia dunia adalah tingginya harga minyak. Tantangan ini tentunya bukan yang pertama dan terakhir kalinya terjadi, namun tantangan ini yang membuat manusia belajar terus menerus.

Ketika menghadapi tantangannya manusia menempuh dua jalur utama yaitu ketekunan, kesabaran, ketabahan dan ketekunan. Dan yang kedua adalah pembelajaran dimana kita dituntut untuk semakin cerdas, baik, bijak dan canggih menghadapi tantangan kita. 
Etos pembelajar adalah sebuah posisi mental untuk senantiasa siap belajar dan memberi solusi terhadap tantangan yang menerpa kita. Bangsa, korporasi dan manusia pembelajar akan tetap bertahan karena tantangan membuat hidup menjadi lebih asyik dan berwarna.

Untuk menjadi manusia pembelajar dapat kita pelajari dari apapun dan siapapun. Salah satu kesimpulan yang bisa kita ambil dalam perjalanan evolusi spesies adalah bahwa belajar merupakan bagian dari survivalibilitas kita untuk hidup bigger, higher, better.

Kita harus jadi the learning individual and nation agar peradaban kita maju. Caranya belajar adalah harus open minded, jangan pernah merasa bingung karena ada tantangan tapi harus lebih bergairah. Kemudian merumuskan pertanyaan apa, siapa, bagaimana, mengapa ? Karena ketika kita mengerti hakikat tantangan maka otak kita akan menghadapi cara mengatasinya. 
Karena itu bersemangat, antusias, dan sadarilah jika kita adalah tuan atas kehidupan kita. Jangan biarkan sekeliling kita mendikte hidup kita sendiri.

Etos Keteguhan dan Antusiasme

Manusia adalah mahluk yang diciptakan untuk mencapai tujuannya. Tujuannya itu adalah menyenangkan, memperkuat dan  menyuburkan kehidupan. Dan dalam mencapai tujuan itu manusia pasti menghadapi tantangan – tantangan seperti undur diri, patah hati, malas dan lain sebagainya.


Nah semua tantangan itu sebaiknya dihadapi dengan semangat kehidupan, karena hal terpenting dalam hidup ini adalah hidup itu sendiri. Nikmati setiap detiknya, rayakan setiap menitnya. Hiduplah sepenuhnya.

Patut direnungkan bahwa orang yang mempunyai daya hidup tinggi maka ia akan tumbuh. Maka itu diperlukan antusiasme sejak antusiasme itu adalah semangat tuhan dalam diri kita.

Agar bahagia dan sukses dalam hidup maka Hiduplah, sehidup – hidupnya. Semangatlah. Bekerjalah seantusiame mungkin. Berkaryalah sebaik – baiknya. Dengan menerapkan semua itu, maka kita akan menyadari dari hulu sampai hilir bahwa kehidupan kita akan semakin mekar dan bergelora. Dan hidup kita pun dapat kita baktikan untuk memuliakan Tuhan dan membuat alam semesta lebih bagus lagi.

Jagalah keseimbangan, keteguhan dan antusiame dalam hidup.

Etos dan Kebajikan

Jika kita bicara etos maka kita bicara semangat. Padahal selain semangat, etos juga mengandung kebajikan yaitu sesuatu yang baik dan luhur untuk sebuah pengertian. Contohnya adalah toleransi yang merupakan kebajikan sosial dan gotong royong.Kebajikan adalah tuntutan sosial untuk kita. Selain itu kebajikan juga merupakan tuntutan personal dari dalam diri kita untuk diimplementasikan. Tuntutan ini bukan hanya dari diri kita dan lingkungan sosial saja, tapi juga dari Tuhan. Karena kita di desain dan diciptakan untuk berperilaku baik dan bajik, baik dari level pikiran, perbuatan, perasaan dan tindakan. Nah jika kita berbuat demikian, maka kita akan inline dengan diri kita (hati, pikiran, jiwa dan emosi) maka itu kita akan merasa damai, sejahtera dan teguh di dalam.

Dan jika semua itu ada dalam diri kita, maka ini akan mempengaruhi lingkungan sekitar kita menjadi positif. Satu hal yang perlu diingat, jika kita melihat hidup ini sebagai peristiwa tabur tuai maka kita akan menuai hal baik dan bajik. Dengan demikian maka kita akan merasakan hidup bahagia, sukses dan sejahtera.

8 Etos

Sudahkan kita melihat kalender hari ini ? Jika sudah coba tuliskan tanggal, bulan dan tahunnya dalam bentuk angka. Perhatikan ! Ada tiga angka 8 di hari ini. Menurut kepercayaan Cina angka sama yang berderet seperti 777 pada tahun lalu dan 888 tahun ini adalah angka keberuntungan, kemakmuran dan kekayaan.Itu kenapa pembukaan Olimpiade Beijing diadakan tanggal 8 Agustus 2008 jam 8 malam. Nah berkaitan dengan hal itu juga kali ini Smart Etos mengambil topic 8 Etos. 8 etos juga bisa dijadikan sebagai gerbang keberuntungan yang mempunyai 8 pintu masuk.  Namun demikian kita harus meyakini bahwa jika kita menganggap hari itu adalah hari keberuntungan kita, maka itu akan menjadi semacam magnet yang mengundang keberuntungan. Ini ada kaitannya dengan intisari the law of attraction yang mengatakan bahwa bangunan mental, spiritual dan mindset kita bekerja sedemikian rupa sehingga menjadi insan yang atraktif terhadap apa yang kita pikirkan, bayangkan dan harapkan. 

8 etos kerja ( kerja adalah adalah rahmat, amanah, panggilan, aktualisasi, ibadah, seni, kehormatan dan pelayanan) jika kita tekuni, amalkan, hayati dan kembangkan secara sistematik maka akan mendatangkan kesuksesan dan keberuntungan bagi pelaku dan pengamalnya. Karena kedelapan etos itu adalah kebajikan utama dalam kehidupan. Kebajikan adalah konsep yang memuat nilai, perilaku, pikiran, niat dan usaha yang memperkokoh kehidupan. Dengan menghayati 8 etos maka akan menjadi ajimat keberuntungan kita, karena seperti diketahui bersama 8 etos terdiri dari 8 kebajikan.

Mencintai Pekerjaan

Nampaknya istilah mencintai pekerjaan sering kita dengar. Namun untuk menerapkannya dalam kehidupan diperlukan kekuatan hati dan komitmen besar, apalagi jika kita tengah dilanda kejenuhan akibat rutinitas bekerja. 
Perlu diingat bahwa kejenuhan dalam suatu hubungan pasti ada, tapi kita tidak boleh mengijinkan diri kita terjebak dalam kejenuhan yang melelahkan dan mengakibatkan hubungan jadi memanas dengan apa yang kita cintai. 

Kita akan mencintai pekerjaan kala kita mengetahui pekerjaan itu hingga kedalam – dalamnya dengan cara mempelajarinya hingga ke inti dan hakikatnya. Namun demikian ada cara lain untuk mencintai pekerjaan yaitu dengan melihatnya melalui mata yang segar, dalam dan dari berbagai dimensi (religius, pembangunan, kebangsaan dan lainnya). 

Dengan mencintai pekerjaan maka kita bisa hidup lebih bahagia dan sukacita serta sepenuh - penuhnya. Karena cinta adalah pengalaman subjektif yang menyediakan sukacita dan kebahagiaan maksimum bagi jiwa. Begitu ada cinta maka kita dimampukan untuk berkorban, menderita dan melakukan sesuatu yang tak terpikir sebelumnya.


Mencintai Pekerjaan II

Sang Buddha pernah mengajarkan kepada umatnya bahwa pekerjaanmu di dunia adalah untuk menemukan pekerjaanmu dan lalu dengan sepenuh hati menyerahkan diri kepadanya. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat menemukan apa yang menjadi pekerjaan kita yang sebenarnya.

Pekerjaan apa yang benar-benar sesuai dengan kata hati kita. Jika kita sudah menemukan pekerjaan tersebut, kita harus sepenuhnya berdedikasi dan mencintai pekerjaan tersebut.

Karena dengan mencintai pekerjaan maka kita sudah menjadi manusia. Dimana cinta menjaga keseimbangan hidup dan akan menjadi semacam vitamin dan energi penggerak yang berasal dari dasar batin yang terdalam. 

Kerja adalah cinta yang sedang menampilkan diri. Bekerja dengan cinta berarti bekerja seperti menenun dengan benang sutra terbaik dari hati kita. Bekerja dengan cinta di ruang kerja kita, seperti memasak untuk kekasih yang kita tahu akan berada diujung meja dan menikmati masakan kita. Bekerja dengan cinta berarti kita menyanyi seperti malaikat yang menbuat suasana menjadi indah, elok dan enak, artinya memberikan yang terbaik dari dalam hati kita karena kita tidak tahu apa ujungnya. Namun bekerja dengan cinta adalah yang seharusnya bagi manusia.(hac)

Jika engkau tidak mampu bekerja dengan cinta, baiklah bagimu meninggalkan ruang kerjamu dan bergabung dengan para pengemis yangmeminta sedekah dipintu gerbang orang yang mampu bekerja dengan penuh sukacita. Kahlil Gibran

Mencintai Pekerjaan III

Mencintai pekerjaan adalah sebuah kewajaran dan keharusan dalam bekerja. Jika kita bekerja dengan cinta maka kita akan memiliki sebuah hubungan produktif dengan apa yang kita kerjakan. Karena itu kita juga bisa mendapatkan penghargaan yang jauh lebih besar dibanding jika kita bekerja tanpa cinta. Bekerja dengan cinta ini ada kaitannya dengan kesadaran. Karena jika kita mencintai pekerjaan kita dengan sadar maka kita dapat menghayati setiap momen dalam pekerjaan kita di setiap detiknya sampai ke hati dan jiwa. Dengan demikian kita bisa menghasilkan kinerja yang luar biasa. Orang yang mencintai pekerjaan akan berusaha sedemikian rupa sehingga apa yang dikerjakannya tersebut menjadi lebih mudah dan menyenangkan untuk dilaksanakan. 

Namun demikian walau kita mencintai pekerjaan pasti selalu ada masa dimana kita mengalami kejenuhan karena monotisme. Jika ini melanda kita maka wakunya untuk menyegarkan kembali, caranya adalah dengan mengambil cuti. Tujuan cuti adalah untuk memberi jarak sesaat dengan pekerjaan kita dan melihat pekerjaan kita dari kejauhan. Dan suasana menjauh dari pekerjaan itu dapat membuat kita segar kembali. 

Namun jika kita kini tengah berada di suatu pekerjaan yang tidak kita dambakan, karena itu learn to love your work dengan belajar dari buku, internet dan lain sebagainya hingga kita mengerti dan mengenal aspek pekerjan kita. (hac)

Mencintai Pekerjaan IV

Etos itu spirit yang melandasi kita untuk mengerjakan dan melakukan sesuatu. Jika dikaitkan dengan mencintai pekerjaan maka etos kerja adalah spirit cinta yang berarti dengan cinta sebagai spirit maka menjadi motivasi penggerak emosi dan mood kita dalam mengerjakan pekerjaan kita. Mencintai pekerjaan berarti mengijinkan spirit cinta ini untuk mewarnai pekerjaan kita dalam setiap detik. Dalam proses bekerja itu akan ada keterlibatan sebuah hubungan mencintai dengan apa yang kita kerjakan dan hal yang berkaitan dengan pekerjaan kita. Karena itu mulailah untuk mencintai pekerjaan yang kita jalani sekarang ini dengan mendalaminya dan mencari sisi positifnya. 

Mencintai berarti di dalamnya adalah inherent dengan mencocokkan diri dan beradaptasi. Dan jika kita mencintai pekerjaan kita maka kita akan otomatis menyesuaikan diri dengan pekerjaan kita. Analogi yang bisa kita samakan adalah orang tua. Coba perhatikan jika orangtua ini tengah mengobrol dengan anaknya, mereka akan cenderung berjongkok untuk menyamakan posisi dengan anaknya. Cara lain yang bisa dilakukan untuk mencintai pekerjan kita adalah dengan mendalami dan menekuni pekerjaan itu hingga kita menemui keagungannya. 

Hakekat bekerja selain mencari nafkah, juga mendayagunakan seluruh potensi dan pendidikan serta kemampuan yang telah diperoleh sebelumnya. Dengan bekerja kita sebenarnya tengah mengubah dunia menjadi lebih baik (idealnya). Melalui pekerjaan kita juga ditantang untuk berproses menjadi manusia unggul. Bisa dikatakan ruang kerja kita adalah wahana aktualisasi diri agar kita menjadi insan kerja yang berkualitas tinggi. (hac)


GOS – Gembira Optimis Semangat

Bekerja setiap hari terkadang mengikis semangat kita dan membuat kita selalu ingin cepat pulang padahal kita baru saja memasuki pintu depan kantor. Jika kita coba renungkan sebenarnya ruang kerja kita adalah suatu tempat dimana kita selalu pulang kembali. Ketika kita pamit untuk pulang ke rumah ketika jam kerja usai, sebenarnya kita juga menyiapkan diri untuk kembali ke kantor keesokan harinya. Pulang menjanjikan kegembiraan, sukacita dan semangat baru. Karena itu bekerjalah dengan gembira, tapi juga bergembiralah karena bekerja. Pulang itu artinya kembali ke akar kita untuk memetik sukacita primordial dan kembali menyegarkan akar – akar kuno kita, dimana kita dilahirkan dan dibesarkan. Kembali lagi ke ruang kerja, sebenarnya adalah suatu tempat dimana semestinya kita mengakar. Sama seperti kampung halaman dimana kita mengakarkan diri. 

Manusia diciptakan untuk bekerja. Dengan bekerja manusia mengolah dan memperbaiki dunia serta mencari nafkah untuk menemukan sukacita dan kebahagiaan. Dengan bekerja kita menjadi manusia yang paripurna dan bertumbuh secara raga, jiwa dan spiritual. 
Karena itu sikap GOS (Gembira, Optimis dan Semangat) harus kita miliki baik dalam menjalani kehidupan dan pekerjaan. Dengan dimilikinya sikap itu akan berdampak pada suasana diri dan buah kerja akan menjadi lebih baik lagi. Selain itu GOS juga merupakan kekuatan untuk menyembuhkan dan memberikan energi. GOS adalah sebuah keputusan. Dan jika dalam tubuh kita bersemayam GOS maka kita bias lebih produktif, semangat, bahagia dan menyenangkan.(hac)

GOS – Gembira Optimis Semangat II

Kita sadari atau tidak kegembiraan, optimisme dan semangat (GOS) bisa menjadi hal langka dalam kehidupan kita. Banyak orang yang melakukan hal – hal ekstrim dan besar untuk mendapatkan GOS. Padahal GOS ini sendiri bisa kita dapatkan dari sekeliling kita, keluarga, alam dan ruang kerja. Menjadi GOS di ruang kerja memang membutuhkan suatu latihan tersendiri, karena ruang kerja memang daerah rawan tekanan. Tapi dengan melihat sisi lain dari ruang kerja sendiri maka akan timbul suatu GOS dalam kerja kita. Dengan GOS maka kinerja kita akan makin tinggi. Dan ini akan berpengaruh pada kegembiraan dalam hidup. Kegembiraan ini akan berkorelasi dengan peningkatan kesehatan. 

GOS juga bisa kita dapatkan dari hal – hal kecil dan yang biasa kita kerjakan. Misalnya saat kita melihat prospek yang lebih besar dalam pekerjaan kita. Lalu ketika kita mampu dan berhasil menyelesaikan kesulitan dan tantangan. Apalagi saat kita berinteraksi dengan orang lain yang memiliki energi positif. Maka itu jadikan GOS sebagai suatu kebiasaan yang menyehatkan dan jadikan sebagai tujuan dalam hidup kita. (hac)

Etos dan Produktivitas

Max Weber pernah berkata bahwa orang yang mempunyai etos kerja akan lebih produktif. Produktivitas ini akan berimbas pada kehidupannya dimana kelasnya pun akan naik menjadi lebih baik. Produktivitas penting bagi kita semua pihak. Bagi negara tentunya agar negara dan bangsa kita dapat lebih berperan dalam percaturan dunia dengan perbaikan kualitas produktivitas. Dan untuk setiap individu tentunya untuk memperbaiki kesejahteraan dan perekonomian masing – masing. Sementara dalam level perusahaan tentunya karena menginginkan peningkatan keuntungan secara ajeg. 

Etos adalah spriit yang mewujud menjadi perilaku dan tindakan serta kebiasaan kerja juga budaya kerja. Jadi jika ingin meningkatkan produktivitas maka terlebih dulu harus meningkatkan etos kerja. 

Etos itu berasal dari spirit kita yang paling asli dan sejati. Etos adalah pangkal produktivitas dan keberhasilan. Untuk menimbulkan etos itu maka kita harus Gembira Optimis Semangat (GOS), lalu dengan GOS itu kita akan lebih menikmati kehidupan hingga kita akan berproduksi lebih baik. Yang kita butuhkan untuk suatu produktivitas adalah kesabaran, perspektif yang panjang dan jangan terjebak pada mimpi dan ilusi. (hac)

Etos in Time of Crisis

Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, etos akan selalu hadir dalam setiap masa manusia itu. Bahkan pada saat krisis sekalipun. Malah saat krisis inilah sebenarnya etos tengah diuji keberadaaanya. Saat krisis seperti ini alangkah baiknya jika kita dapat menyiapkan diri untuk berubah, konservasi diri, bangun mentalitas untuk siap pada perubahan sekencang apapun itu, lalu motivasi diri untuk selalu siap menghadapi masa depan. 

Etos yang tepat untuk diaplikasikan dalam kehidupan dalam keadaan krisis seperti ini adalah Etos kerja keenam yaitu Kerja adalah Seni. Aku bekerja cerdas, penuh kreatifitas dan inovasi. 

Perubahan cepat perlu suatu inovasi yang cerdas dan cepat sehingga kita bisa dengan lihai bertindak menuju kebaikan dan pertahanan hidup. Selain itu 7 etos kerja lainnya akan mendukung kesuksesan kesiapan kita menghadapi dan menikmati kehidupan. (hac)


‘Robert Schuller – Tough Time Never Last but Tough People Do’

Etos in Time of Crisis II

Begitu banyak orang diserang rasa panic saat krisis melanda. Jika kepanikan terus menerus dipelihara maka krisis yang ada diluar akan berakibat pada krisis diri. Dalam krisis yang saat ini kita hadapi, hal yang perlu dijaga dan disiapkan adalah sikap. Sikap tenang dipadukan dengan semangat menghadapi krisis dapat membuat kita lebih jernih melihat masalah. 

Etos dan semangat yang diperlukan dalam keadaan krisis ini adalah semangat ketenangan, akal sehat, kecerdasan, kegesitan, kewaspadaan, motivasi dan kebersamaan. Dengan totalitas semangat – semangat, maka kita lebih yakin dan PD untuk menghadapi kondisi seburuk apapun.  Jadilah bagian dari solusi. (hac)


Etos dan Self Programming

Sering kita tidak menyadari bahwa kita adalah orang yang paling bertanggungjawab untuk hidup kita sendiri. Sebagai manusia kita adalah programer untuk hidup kita sendiri. Artinya apapun hasil hidup kita itu ditentukan oleh sang programmer yang tidak lain adalah diri kita sendiri. Untuk memunculkan programer dalam hidup kita maka kita harus mengubah mindset.


Jika dikaitkan dengan etos maka harus kita lihat juga bahwa 8 etos itu adalah DNA keberhasilan. Agar 8 etos ini mendarah daging dalam hidup kita maka kiat harus memprogramnya sehingga menjadi operating system dalam diri kita.

Kita boleh dan berhak membuat program bagus dengan memunculkan DNA positif anti virus yang akan melemahkan dan membunuh virus negative. Sehingga kita bisa termotivasi dan bisa melihat hidup kita dengan cara yang lebih baik.

Tuhan memberkati hidup ini supaya hidup lebih bahagia, gembira, sukses dan hidup penuh rahmat dan penuh berkah. Ini untuk memacu kita agar dapat hidup sehidup hidupnya.

Visi dan Daya Tahan Nelson Mandela

Siapa tidak kenal Nelson Mandela. Dia adalah seorang tokoh dunia yang berjuang untuk persamaan hak bagi bangsa Afrika yang berkulit hitam. Mandela pernah dipenjarakan selama 27 tahun. Dimana dalam penjara tersebut Mandela diperlakukan tidak adil baik sebagai manusia. Namun karena visi dan daya tahan hidup Mandela yang tinggi Mandela bertahan di penjara itu. Dan visi positif serta daya tahannya ini juga terlihat pada pencapaian usianya yang ke – 90 tahun. 

Visi Mandela mengenai kesamaan derajat kulit hitam dan putih membuatnya bertahan mengalami segala penderitaan. Dia berkata bahwa visinya inilah yang membuatnya hidup dan jika perlu itu karena visi itu jugalah Mandela akan mati. 

Jika dikaitkan dengan etos kerja maka apa yang dilakukan Mandela masuk dalam etos 3 (kerja adalah pengabdian) dan etos 5 (kerja adalah ibadah). Tanpa keteguhan memegang etos itu maka sulitlah bagi Mandela untuk bertahan dalam penderitaannya memajukan bangsanya.

Visi yang dimiliki oleh Mandela dihasilkan dari perturutan kata hati. Karena manusia lahir kedunia ini dengan suatu alasan atau misi. Dan alasan atau misi ini bisa kita cari dengan berkomunikasi dengan diri sendiri. Dan berjalan – jalan ke dalam diri. Jika kita sudah menemukan visi kita maka seluruh dunia akan mendukung apa yang kita ingin dan cita – citakan.

Pembahasan SMS & Telepon

Happy - Jakarta : 
Bagaimana menghadapi lingkungan dan pimpinan yang tidak menghargai pekerjaan yang kita cintai ? 
J : George Bernard Shaw berkata bahwa orang sukses berusaha mencari dunia yang cocok dengan hati dan pikirannya. Namun jika dia tidak menemukan dunia semacam itu maka dia akan menciptakannya sendiri. Karena itu carilah tempat atau perusahaan yang mempunyai nilai sama dengan Anda. Jika tidak ada maka ciptakan saja sendiri. Namun demikian harus juga diperhatikan tawar menawar dengan nilai ekonomis dan ideal, karena kita hidup dengan kedua hal itu, jadi seimbangkanlah keduanya. Karena bekerja, selain untuk mencari nafkah, juga sekaligus untuk mencari kebahagiaan. Dan ingat jika hanya ruang kerja itu berdimensi psikologi dan spiritual maka ruang kerja itu menjadi ruang kerja yang membangun dan menyehatkan. 

Susilo – Jakarta :
Awalnya saya senang dengan pekerjaan saya, namun ketika kondisi keuangan kantor menurun dan kantor bermerger dengan perusahaan lain, maka tekanan menjadi tinggi dan banyak teman senior yang resign. Akhirnya bekerja juga jadi berat dan kurang nyaman. Bagaimana menghadapinya ?
J : Ketidaknyamanan itu selalu bermakna positif. Karena itu mendorong kita kearah yang kita inginkan. Tapi hidup tidak selalu statis, dimana kita kita pasti mengalami suatu kultur berubah. Karena itu seimbangkan dengan mencari tempat atau perusahaan yang mempunyai nilai sama dengan Anda dan kalau memang tidak ada maka ciptakan saja kesenangan sendiri dalam pekerjaan. 

Suwardi :
Apa yang dimaksud dengan Corporate Culture dan Corporate Culture apa yang cocok untuk perusahaan berkembang ?
J : Corporate Culture (CC) berisi nilai, prinsip, etos, kebiasaan dan ritual yang biasanya dimulai oleh foundernya. CC harusnya senada dengan tuntutan dunia perusahaan pada jamannya. Seperti yang sekarang tengah menjadi trend an berjalan adalah kualitas, service dan excellent. CC yang berhasil juga adalah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dimana bisnis kita berada. Kabar baiknya 8 etos sangat cocok untuk dijadikan CC yang paten. 

Jeff – Jakarta :
Fenomena apa yang terjadi pada mereka yang mengatakan bahwa mereka bekerja hanya karena uang. Namun ada juga karyawan yang selalu siap ketika ditugaskan kemana saja dengan tugas apa saja ?
J : Ini adalah fenomena ketergodaan, dimana orang terorientasi pada sesuatu yang dangkal dalam hal ini ‘hanya uang’. Dan jika apa yang kita lakukan berorientasi hanya pada hal komersial yang dangkal maka kita kehilangan kualitas. 

Lia – Semarang :
Bagaimana menyadarkan sekaligus mewarnai rekan kerja yang bekerja 
atas dasar uang dan tidak mencintai pekerjaan ?
J : Pendidikan adalah jawabnya. Karena itu undanglah guru untuk mencerahkan atau juga buku – buku pencerahan kepada mereka. 

Andre – pekanbaru :
Apakah boleh memposisikan pekerjaan kita untuk batu loncatan ? 
J : Memposisikan pekerjaan sebagai batu loncatan adalah pilihan. Namun sebaiknya gunakanlah pekerjaan itu sebaga ajang belajar, mencari pengalaman dan memperkaya diri sendiri secara batiniah dan intelektual. Pada waktu yang sama kita juga harus secara seimbang memperkaya dunia kerja kita itu, sehingga situasinya bisa sama – sama menyenangkan. 

Kristian - SMS :
Apakah kita harus tetap mencintai pekerjaan kita walau kenyataanya pekerjaan itu sudah tidak lagi memberikan tantangan dan tidak mengembangkan potensi kita. Atau malah harus mencari pekerjaan lain ?
J : Cobalah untuk terus mencari tantangan di dunia yang sekarang kita geluti yang belum di eksplor sebelumnya. Kuaklah, masukilah dan dalamilah dengan asik. Karena dunia kerja itu sangat luas untuk bisa kita gali dengan aktif. 

Mei - SMS :
Bagaimana cara membangkitkan cinta dan menghargai diri sendiri sebagai kunci untuk mencintai anak, keluarga dan hidup ?
J : Hal yang harus dilakukan adalah dengan SADAR putuskan untuk menikmati setiap detik kehidupan yang kita jalani.(hac)

Memasuki 2009 Dengan Etos Rahmatan

Hidup di bumi adalah sebuah rahmat. Apapun yang terjadi pada diri kita harus kita syukuri, jalani dan nikmati. Cara menikmati kehidupan adalah dengan fokus pada apa yang kita lakukan saat ini juga. Karena dengan demikian, maka kita bisa memberikan yang terbaik untuk kehidupan. Selain itu dengan hadir di saat ini dan sekarang secra tidak langsung kita menghubungkan diri dengan kecerdaasn dan karunia universal. Dengan demikian kita membuka diri pada hikmat yang tidak terbatas dengan kecerdasan yang tidak terbatas. Dan kitapun hidup dengan alamiah dan hidup dengan sebaik – baiknya. 

Kesadaran mengenai hal ini akan membantu kita menghadapi masa sulit. Apalagi di tahun 2009 ini banyak orang yang memprediksikan bahwa kehidupan perekonomian akan sulit. Yang mana akhirnya akan berimbas pada kehidupan kita. Karena itu mulailah tahun ini dengan mengingat dan mengamalkan etos kerja pertama. Etos kerja pertama yaitu kerja adalah rahmat, aku bekerja ikhlas penuh rasa syukur. Kita syukuri setiap detik kehidupan kita sebagai suatu kehidupan yang dianugerahkan Tuhan, agar kita hidup sepenuhnya. Dan ingat apapun yang kita alami, marilah kita tafsirkan sebagai pengalaman yang positif. (hac)

Bekerjasama Dengan Tanggung Jawab dan Amanah

Kita adalah manusia kerja. Kita diciptakan Tuhan untuk bekerja. Melalui pekerjaan itulah kita diharapkan dapat mengubah hidup, nasib, dan kondisi  kita menjadi lebih baik. Karena itu bekerja dengan sepenuh tanggung jawab dan amanah adalah bagian dari pekerjaan kita secara profesional. Mengacu pada hal diatas maka sebaiknya kita mengambil tanggung jawab kita atas pekerjaan kita, tidak peduli seberapa besar dan kecilnya pekerjaan itu. Ini dilakukan karena sebenarnya kita juga tidak bisa mengelak dari tanggung jawab natural dan legal. Maksudnya tanggung jawab natural adalah peran kita dalam kehidupan baik sebagai ayah atau anak. Sementara tanggung jawab legal adalah tanggung jawab yang kaitannya dengan segala kontrak yang telah kita sepakati. Jika kita sadar dengan hal ini, maka kehidupan kita akan lebih mudah menjalaninya.  

Kita selalu dimintai dua hal terkait dengan etos amanah yaitu Tanggung jawab dan Akuntabilitas (kemampuan memberi jawaban mengenai bagaimana dan berapa). Tidak ada pekerjaan di bumi ini yang bisa melepaskan kita dari tanggung jawab pribadi dan akuntabilitas pribadi. Dan jika kita senantiasa melakukan pekerjaan kita dengan dua hal tadi maka kita akan merasa puas, damai dan bangga, sehingga kita bisa hidup lebih tenang dan nyaman. Bisa dikatakan bahwa etos kedua adalah juru selamat kehidupan kita, untuk sekarang dan nanti, dari tuntutan tanggung jawab dan akuntabilitas yang tidak bisa kita hindari.

Maka marilah kita masuki ruang kerja kita dengan rasa bahagia bahwa kita adalah manusia pekerja yang bertanggung jawab. Sang penanggung jawab yang penuh amanah. Dan jika kita masuk ruang kerja kita dengan rasa seperti itu maka kita akan membuat perubahan didalam dan luar diri kita sendiri. (hac)

Pensiunan PNS Sukses di Bisnis Komunikasi

Cermat melihat peluang dan gigih menghadapi tantangan merupakan kunci suksesnya. Jadi, siapa bilang masa pensiun merupakan masa istirahat. Melalui Isopanel Dunia, Rochkita Effendi membuat prestasi.

Memulai berbisnis di usia tua ternyata bukan kendala untuk berhasil. Setidaknya itulah yang dilakukan Rochkita Effendi. Lelaki kelahiran Bandung 2 Juli 1941 ini membangun usaha sendiri ketika memasuki masa pensiun atau tepatnya tahun 1996. Saat itu ia berusia 55 tahun. Berkat kegigihannya, ia berhasil. Kini PT Isopanel Dunia (ID) tercatat sebagai pionir, sekaligus pembuat shelter panel telekomunikasi terbesar di Tanah Air. Total pelanggan perusahaan yang memiliki pabrik seluas 2,5 hektare di Sukabumi, Jawa Barat ini mencapai 250 perkantoran, pabrik, dan instalasi pribadi. Mereka antara lain, Telkomsel, Indosat, Excelcomindo, Esia, Natrindo, Siemens, Nokia, Mobile8, Motorola, dan Huawei.

Pengalaman sebagai Kabag Teknik Perkebunan Aneka Usaha Perkebunan (BUMN di bawah Dirjen Perkebunan) rupanya memberi kontribusi amat besar dalam bisnisnya. Selama puluhan tahun berdinas di BUMN itu, ia banyak membangun berbagai macam pabrik, seperti pabrik gula dan kelapa sawit. Alhasil, ia tahu banyak seluk-beluk mendirikan pabrik.

Di sisi lain, memang sejak lama Rochkita ingin memiliki usaha sendiri. Namun, karena masih bekerja di BUMN, ia tak sempat mewujudkan mimpinya itu. Ketika pensiun pada 1995, ia teringat kembali dengan rencananya. Saat itu, salah seorang temannya dari Malaysia menceritakan tentang produk temuannya berupa shelter telekomunikasi (pelindung radio di setiap menara seluler) berbahan isolated panel (isopanel) dengan sistem completely knocked down. Penemuan ini menginspirasi Rochkita untuk membawa shelter telekomunikasi itu ke Tanah Air.

Untuk merealisasi rencananya, pada 1996 ia mendirikan ID di atas lahan seluas 3.000 m2 miliknya sendiri di kawasan Baros, Sukabumi. “Produk saya bukan untuk Jakarta saja, tapi seluruh Indonesia. Di Jakarta terlalu mahal, izin-izin pun sulit dan pajak sudah tertumpuk di Jakarta,” ujarnya mengenai alasan pendirian pabriknya di Sukabumi. “Saya ingin membangun daerah,” imbuhnya. Selain tanah, dari koceknya ia pun mengeluarkan modal sebesar Rp 1,2 miliar. Ia beruntung, sang teman tadi mengizinkan untuk membeli mesin secara mencicil dari perusahaannya, Cycleworld Corporation (CC).

Toh, memulai usaha ini tidak mudah. Saat itu ia harus mendatangkan 6 karyawan dari Malaysia. Sementara karyawannya sendiri (lokal) 8 orang. Karena belum bisa memproduksi sendiri, seperti seorang agen, awalnya ia membeli shelter telekomunikasi dari CC, lalu dipasarkan di Indonesia. Adapun pembeli perdananya adalah Satelindo sebanyak lima shelter. Menurutnya, Satelindo tertarik membeli shelter milik ID karena produknya memenuhi syarat tidak lembab alias tetap kering di dalam, suhunya bisa diatur, dan bisa dirakit di mana saja tanpa harus membawa bata, semen, batu dan pasir sekalipun ke atas tempat yang tinggi seperti bukit. Selain itu, bentuk dan ukuran shelter bisa disesuaikan dengan keinginan klien.

Kondisi pasar pada saat itu juga sangat kondusif. Perusahaan operator seluler di Tanah Air masih menggunakan cara tradisional untuk melindungi radio pemancar di menara BTS-nya seperti membuat gardu yang ditembok. Sementara itu, shelter yang ia jual jauh lebih praktis. Dengan sistem knock down, shelter tersedia dalam bentuk piece per piece (per potong), satu hari dijamin selesai dibangun. Kelebihan yang lain, produk bergaransi 15 tahun ini tidak butuh pemeliharaan, catnya pun tidak berubah karena memiliki bahan kimia yang antilumut dan antikorosi.

Sayangnya, tak lama setelah itu, krisis moneter datang. Hal ini membuat para operator seluler sementara waktu memutuskan menghentikan rencana pembuatan BTS. Akibatnya, order dari klien berhenti sama sekali. Namun, Rochkita percaya badai ini hendak berlalu. Situasi ini dimanfaatkan untuk melatih kemampuan karyawannya di pabrik, dan mencoba memproduksi shelter sendiri. Meski begitu, hak paten desain mesin tetap pada CC dan ID hanya mendapat lisensi. Itulah sebabnya, setelah 6 bulan beroperasi, 6 karyawan asingnya ia kembalikan ke Malaysia. Ternyata, ”Enggak sulit juga. Justru ada hikmahnya banyak kontrak terbengkalai, dan kami belajar,” ujar lulusan Jurusan Teknik Sipil Akademi Teknologi Nasional (sekarang bernama ITENAS) ini. Yang menggembirakannya, saat itu ID berhasil memproduksi tiga shelter per hari.

Pada 1999, keadaan mulai membaik. Order mulai datang lagi. ID mendapat pesanan untuk PT Mobisel dan PT NTS di Surabaya. Seiring dengan membaiknya situasi ekonomi dan maraknya dunia pertelekomunikasian di Indonesia, Rochkita berhasil mendekati semua operator seluler di Indonesia seperti Telkom, Telkomsel, Indosat, Excelcom (XL), STI, serta vendor besar seperti Nokia Siemens Network, Alcatel, Huawei Tech Investment, Ericsson dan ZTE.

Bersamaan dengan itu atau dua tahun belakangan muncul pemain baru seperti PT Refconindo, PT Dawamiba, PT Bukaka, PT Basuki Graha, PT Saka Panel, PT Jalur Sejuk, PT Elite dan PT Intermas yang bermain di areal yang sama. Toh, pihaknya tak gentar menghadapi persaingan. Alasannya, harga shelter buatan ID relatif bersaing. “Kalau pendatang baru banting harga biasa, rebut pasar dulu, itu sudah saya antisipasi. Silakan saja. Kami punya hitungan sendiri, untung banyak enggak perlu, sedikit saja tapi kuantitasnya banyak,” ungkapnya. Di pasar shelter telko, market share ID sekitar 40%. Yang jelas, hingga sekarang ID sudah memasok tidak kurang dari 7 ribu shelter komunikasi. Tahun lalu, ID memasok 2.500 shelter untuk panel telko. Bandingkan dengan saat ini ID memproduksi 30 shelter/hari atau 10 kali lipat dibanding tahun pertama kali memproduksi shelter. Walaupun saat ini penjualan fokus di Tanah Air, tahun 2004 ID sempat mengekspor 200 shelter ke Nigeria.

Yang menarik, belakangan perusahaan yang satu-satunya mengantongi ISO 9001:2000 untuk Quality Management System di kategorinya ini melakukan banyak terobosan. Di luar shelter ID juga membuat sejumlah produk yang menggunakan bahan isopanel seperti gudang/lemari pendingin (cold storage) berpendingin hingga minus 40 derajat Celcius. Juga, pembersih ruangan buat perusahaan elektronik, base camp buat perusahaan minyak, dan chicken farm. Yang jelas, cold storage ini dipasok untuk sejumlah hypermarket, seperti Carrefour, Makro, Hypermart, Giant dan Hero. “Malah kami ekspor kontainer cold storage ke Malaysia,” ujarnya. Adapun kapasitas produksi ID untuk produk-produk ini mencapai 900 unit/bulan (full capacity).

Tak ingin cepat berpuas diri, pada 2007 ID meluncurkan varian baru yaitu modular housing berupa rumah knock down berkonsep nonmaterial kayu. “Kami berhasil membangun rumah dua lantai dengan menggunakan bahan baku 100% nonkayu untuk semua elemen rumah,” kata Rochkita yang menganggarkan biaya sekitar Rp 700 juta/tahun untuk keperluan riset dan pengembangan (R&D), yang pihaknya masih bekerja sama dengan CC. Alasan memproduksi modular housing ini, karena ke depan kayu diprediksi akan semakin sulit didapat. Kalau pun ada, harganya pasti melambung. Dari situlah ia berpikir untuk mengembangkan rumah tanpa kayu dengan menggunakan bahan isopanel. Diakuinya, harga produk ini lebih mahal dibanding produk kayu. Bayangkan. Harga per meternya sekitar Rp 1,4 juta atau Rp 40 jutaan untuk rumah seluas 6 x 6 meter. Yang membanggakannya, kini produk bergaransi 20 tahun ini mulai digunakan untuk rumah dan perkantoran. Toh, diakui Rochkita, tak mudah memasarkan modular housing ini. Itulah sebabnya, ia rajin ikut pameran properti, alias jemput bola.

Tantangan yang dihadapi ID adalah makin maraknya penggunaan BTS outdoor beberapa tahun ini. Tito Wicaksono, Spesialis Pengawasan Proyek Telkomsel Jabotabek dan Jawa Barat, misalnya, mengatakan mulai tahun 2007 pihaknya lebih banyak menggunakan perangkat BTS outdoor. ”Yang indoor hanya sekitar 30%,” ujarnya. Diakuinya, tidak semuanya bisa menggunakan BTS outdoor. Ada BTS khusus yang masih memerlukan shelter, misalnya BTS untuk BSC, Backbone atau Collector. Adapun kelebihan ID di mata Tito adalah jika Telkomsel menginginkan desain baru yang berbeda, pihak ID mau berkorban uji coba mendesainkan, kendati pihak Telkomsel belum tentu membeli. ”Ini nilai plus dari ID,” katanya. Baik Tito maupun Robert Supriadi, Head of Strategic Sourcing Ericsson Indonesia, menilai kualitas produk ID memang bagus.

Di sisi lain, Rochkita tak cepat pesimistis. Kendati kini para operator seluler mencoba menggunakan BTS outdoor tanpa memerlukan pelindung untuk perangkat radio, ia yakin akhirnya mereka akan kembali menggunakan shelter. Alasannya, lama-kelamaan banyak perangkat yang rusak karena terkena matahari dan hujan. Selain itu, baginya penurunan permintaan tidak terlalu signifikan, karena di gunung dan hutan tidak bisa menggunakan BTS outdoor, jadi tetap menggunakan shelter. Sementara itu Rinie Risdianie, Direktur Penjualan dan Pemasaran ID, mengantisipasi penurunan permintaan dengan memfokuskan produksi panel sandwich untuk shelter telepon, cold storage & insulated metal roofing dan light truss (struktur baja ringan).

Meskipun banyak menghadapi tantangan baru, ID tetap mempertahankan sejumlah prinsip yang ketat. Antara lain, Rochkita tidak pernah sekalipun meminjam uang dari bank. “Profit itu kan ada dividen, karena punya sendiri, tidak dibagikan, tapi dipakai buat beli mesin, untuk meningkatkan kemampuan produksi,” ungkapnya. Yang luar biasa, ketika krismon pun, ia tidak bergantung sama sekali pada bank.

Berikutnya, perhatiannya kepada karyawan. Setiap tahun ia memberangkatkan haji satu keluarga karyawan (suami-istri) ke Tanah Suci, memberi THR dua kali (menjelang Ramadan satu kali gaji dan menjelang Lebaran dua kali gaji), karyawan lepas pun mendapatkan THR (jumlahnya dihitung 28 hari kerja). Selain itu, ayah yang dikaruniai 8 anak ini juga sangat memperhatikan kesehatan karyawan dengan memberikan jaminan pengobatan.

Ke depan, perusahaan yang beraset Rp 120 miliar dan memiliki 300 karyawan ini akan fokus pada pendirian BTS di luar Pulau Jawa. Di samping itu, ID pun akan terus mengembangkan sayap di pasar properti, mengembangkan produk modular housing tanpa kayu. “Kami akan bekerja sama dengan partner di Singapura untuk masuk ke pasar Dubai, di sana kan uangnya banyak tapi sulit bahan bangunan,” ujarnya sambil menerangkan ketertarikannya bekerja sama dengan pihak di Australia untuk Pulau Fiji. Dan dalam waktu dekat, ID hendak menggunakan mesin yang lebih otomatis.

Hal yang paling disyukuri suami Supini ini adalah di usianya yang lanjut sekarang, dua anaknya (Rahadian dan Farida) sudah masuk ke ID untuk membantunya. Rahadian menjadi direktur operasional, dan Farida menempati kursi direktur keuangan. Toh, pria berusia 68 tahun ini tidak menutup kemungkinan mengambil profesional untuk menjalankan perusahaan jika anak-anaknya tidak mampu. Pengusaha yang merupakan satu dari 14 tokoh pengusaha, profesional, pendidik Indonesia yang mendapat penghargaan Bakti Utama dari Yayasan Anugerah Profesional Indonesia ini, mencanangkan hendak mundur dari ID pada usia 70 tahun.

"Innovation is the spesific tool of Entrepreneurs, the means by which they exploit change as an opportunity for a different business or service. It is capable of being presented as a discipline, capable of being learned, capable of being practiced " - Peter Drucker -


Press Release Launching Rhenald Kasali School for Entrepreneurs

RKSE Menciptakan Entrepreneur Modern Indonesia

Dan Mencegah Kebangkrutan Usaha Mikro

 

            Ada potensi sebanyak 50,7 juta pelaku usaha ekonomi mikro di Indonesia yang menanti sentuhan pemerintahan baru untuk membawa bangsa ini keluar dari kemiskinan. Para pelaku usaha mikro yang berhasil menampung 89,3% (83,65 juta orang) tenaga kerja Indonesia, saat ini masih berkutat dalam lapak-lapak sederhana, terdiri dari wajah-wajah baru dengan modal terbatas dan pelaku lama yang sering menjadi target penggusuran.

            Dengan pembinaan yang bersifat birokratis dan sporadis, tiga tahun ke depan usahawan-usahawan mikro itu diprediksi akan banyak berguguran. Apalagi kini ada lebih banyak lagi kalangan terdidik yang tergila-gila berwirausaha, dan menyaingi usaha mereka. Dengan sekedar ikut-ikutan, atau melalui metode yang dikenal dengan istilah ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) akan berakibat fatal dalam upaya penciptaan lapangan kerja. Selain tak akan bertahan lama karena fondasi usahanya rapuh, inisiatifnya random dan didorong oleh keinginan untuk cepat sukses, kehadiran mereka dapat mematikan pelaku-pelaku usaha yang sama-sama lemah.

            Demikian butir-butir pemikiran Profesor Rhenald Kasali, PhD pada peresmian Rhenald Kasali School for Entrepreneurs, sebuah kegiatan social entrepreneur yang ditujukan untuk menciptakan entrepreneur modern Indonesia. “Setelah kami jalani dan pikirkan selama bertahun-tahun akhirnya kami menemukan metode yang paling baik dan paling aman untuk masyarakat untuk membangkitkan benih-benih kewirausahaan menjadi bangunan usaha yang kokoh dan inovatif. Diperlukan creative thinking, keterlibatan para mentor yang terdiri dari usahawan-usahawan berhati mulia, dan keterlibatan para social entrepreneur.

            Rhenald mencontohkan apa jadinya perekonomian Indonesia, kala sumber daya mineral yang menjadi andalan APBD berbagai propinsi dan dana otsus di Papua habis beberapa tahun lagi, tanpa kehadiran entrepreneur modern. Menurutnya, UMKM Indonesia harus diajak naik kelas, dari usaha informal-tradisional ke arah formal-modern, dengan memperbaiki struktur DNA kewirausahaannya. Ia percaya, sekedar ikut-ikutan berwirausaha saja tidak dapat menghasilkan kemajuan.

 Pilihan Kebijakan

 Rhenald menyebutkan, pada tahun 1998, saat Indonesia dilanda krisis, tak banyak orang yang percaya bahwa entrepreneurship merupakan solusi terbaik. Berbekal uang tabungannya semasa menjadi teaching assistant di Amerika Serikat, sekembalinya ke tanah air ia merintis program talkshow Bedah Bisnis di radio dan televisi untuk merekonstruksi entrepreneur-entrepreneur  baru yang dapat menjadi panutan kaum muda. Sebaliknya, banyak ekonom yang mengatakan kepadanya bangsa Indonesia adalah bangsa pekerja, jadi solusinya adalah perbaiki ekonomi macro, dan buatlah agar mereka bisa kembali bekerja di pemerintahan dan perusahaan asing. Maka pilihan kebijakan yang diambil saat itu adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi masuknya investasi asing.

            Berbeda dengan pandangan-pandangan yang pesimis dan mengecilkan angka wirausaha, Rhenald justru melihat benih-benih kewirausahaan Indonesia pasca krisis 1998 justru sudah ada dan tinggal dibangkitkan dan dibentuk ke arah usaha yang modern.

            Terbukti dengan acara radio yang digelutinya selama 5 tahun dan program tv yang digagasnya di awal reformasi, berhasil menginspirasi banyak anak muda yang sekarang mulai mewarnai dunia usaha. Dengan tekun Rhenald dan teamnya membina mereka, dan mengajak mereka memasuki pasar luar negri, berbisnis di berbagai penjuru Indonesia, mengolah sumber daya alam, dan membangun manajemen yang tangguh. “Berbisnis itu bukan harus dimulai dari visi-misi, atau dari business plan, tapi dari cara berpikir yang benar, kreatif, adaptif dan pengetahuan tentang jenis usaha yang ditekuni.” Misinya adalah membentuk mereka menjadi entrepreneur modern yang tangguh dan tahan banting. Jadi outputnya adalah menjadi wirausaha modern.

Maka kebijakan pemerintah baru kelak tidak boleh didasarkan pada asumsi yang keliru bahwa lapangan pekerjaan dapat ditumbuhkan melalui investasi asing atau disinsentif berupa pungutan-pungutan yang menghambat masuknya mereka ke dalam bentuk yang lebih modern.

 Mengapa RKSE Didirikan?

 Sebagai guru besar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald kasali membangun Yayasan Rumah Perubahan untuk menyalurkan gairah pengabdian masyarakatnya dengan mengolah sampah dan kegiatan lingkungan hidup. Ia tinggal bersama dengan penduduk yang mencari makan dari Kali Sunter yang mengiris perbatasan Depok-Bogor-Jakarta-dan Bekasi itu dengan tujuan untuk mengajak mereka melestarikan lingkungan.

Kegiatan lingkungan dan model pengolahan sampah Rumah Perubahan yang digagasnya bersama CV Mitran, telah banyak diaplikasikan di berbagai kota di Indonesia. Namun ketika konsep perubahan itu akan dieksekusi, petugas lapangan yang direkrut untuk mengolah sampah itu ternyata banyak mengalami kesulitan dari jajaran birokrasi dan “mafia sampah” karena minimnya bekal kewirausahaan bisnis dan kewirausahaan sosial (social entrepreneurs) dan terlalu banyak iming-iming yang menjanjikan cara cepat menjadi kaya, yang mendewa-dewakan kegiatan passive-income.

“Gairah kewirausahaan yang tinggi belakangan ini perlu dikembalikan pada praktek-praktek usaha yang menguntungkan tapi aman bagi keluarga usahawan dan baik bagi masyarakat,” ujar Rhenald Kasali. Dengan mengambil jalan pintas, banyak usahawan muda menjadi tidak kreatif, berpindah-pindah usaha tanpa pegangan, tidak membangun kapabilitas, terlalu mengedepankan visi-misi dan business plan, dan sebagian lagi terjerat dalam kegiatan money games.

Berbekal pengetahuan dan pengalamannya, Rhenald lalu menggandeng para usahawan senior dan junior membentuk wadah untuk mempersiapkan usahawan-usahawan bermodal kecil menjadi entrepreneur modern. Sekolah ini ia dirikan bersama dengan Sunaryo Suhadi (pengusaha), dan Henky Eko (pemilik waralaba kedai Bakso Malang Kota Cak Eko) di kampus Rumah Perubahan yang asri dan dilengkapi fasilitas penginapan dan eco-outbound. Sedangkan adviser sekolah ini terdiri dari Sudhamek Agung Waspodo (pemilik Garuda Food), Irwan Hidayat (Sidho Muncul), Gunadi Sinduwinata (CEO PT Indomobil), Tony Sumartono (Yayasan Dhama Bakti Astra), Ir. Hariono (Bersih Sehat, Midori), dan Cok Raka Gde Sukawati (Puri Ubud, Royal Pitamaha, Bali). Ia juga melibatkan Anton Sujarwo (Yayasan Dian Desa), Eri Sudewo (pendiri Yayasan Dompet Duafa), Sylviana Murni (Walikota Jakarta Pusat), Sugeng Siswoyudono (si pembuat kaki palsu) dan sejumlah ecopreneurs untuk mengembangkan pendidikan social entrepreneurs.

 Rancangan Program

 RKSE membuka program Dynamic Entrepreneurs (untuk pemula, kaum muda, dan eksekutif perusahaan), pensiun preneurs (untuk program displacement), Creative Entrepreneurs, UKM Naik Kelas (untuk para pelaku usaha Mikro, dibiayai pihak ketiga), Social Entrepreneurs dan Ecopreneurs (untuk pelaku usaha dalam bidang lingkungan). Peserta diajak tinggal selama 3 hari di kampus Rumah Perubahan yang asri, bertemu para mentor, membangun kekuatan baru, melakukan kegiatan luar ruang, dan setelah itu bergabung dalam forum kewirausahaan yang mempertemukan mereka dengan jejaring usaha.

 Dalam bidang ecopreneurs RKSE antara lain memberikan pelatihan pengolahan sampah menjadi energy biomasa skala kecil (komunitas kelurahan), pembuatan pestisida organik, perangsang tanaman organik, dan menjadi petani kota tanpa lahan.

Serial Kiat Perencanaan Keuangan
"Save or Sorry"

Perencanaan keuangan adalah hal penting bagi seseorang yang akan merencanakan dan mengidamkan. Kesejahteraan secara financial saat ini maupun dimasa mendatang, kaidah perencanaan keuangan dapat disederhanakan menjadi 2 hal mendasar  yaitu bagaimana melindungi dan mengelola pendapatan kita.

Mengapa pendapatan atau income perlu dilindungi, karena bagi kebanyakan orang terutama keluarga muda, pendapatan  seseorang  menjadi sumber financial keluarga guna membiayai berbagai kebutuhan seperti kebutuhan dapur, biaya pendidikan anak hingga kewajiban berbagai cicilan yang ada.

Selanjutnya setelah mengupayakan adanya perlindungan terhadap pendapatan maka fungsi perencanaan keuangan berikutnya adalah bagaimana mengelola pendapatan, kata kuncinya adalah bagaimana meng-usahakan agar pengeluaran tidak akan melebihi pendapatan sehingga ada kesempatan untuk menabung.

Untuk urusan menabung ada 2 cara, pertama,  yaitu cara mudah tapi sulit, ini adalah metode konservatif, Rumusnya adalah: pendapatan – pengeluaran = tabungan, diawal bulan  setelah terima gaji, kita mudah untuk berjanji ingin menabung, namun kenyataannya sulit melakukannya karena dana sudah habis.

Cara kedua disebut sulit tapi mudah, rumusnya adalah : Pendapatan – Tabungan = Pengeluaran, artinya Setelah pendapatan dikurangi tabungan maka sisanya adalah dana yang boleh kita belanjakan, awalnya sulit membanyangkan besar dana yang bisa dibelanjakan tapi ini cara mudah untuk menabung.

Seperti judul diatas, save or sorry. Jika kita mengutamakan cara pertama biasanya kita akan selalu mengataka sorry karena tidak dapat menabung, sebaliknya kalau komitmen kita ingin menabung maka prioritas utama setelah terima gaji adalah saving dulu.

Seberapapun gaji anda karena sebagai senior manager atau director sekalipun jika anda memakai prinsip cara pertama maka jangan harap anda bisa mempunyai kesempatan menabung, sebaliknya seoorang guru dengan penghasilan pas-pasan bisa dikatakan belum tentu tidak dapat menabung.

Pada dasarnya manusia tidak pernah merencanakan untuk gagal, namun yang ada adalah bahwa manusia gagal untuk merencanakan, termasuk dalam hal perencanaan keuangan

Salam melek financial
F.Rasdi LUTCF*

Penulis adalah praktisi perencana keuangan dan chairman dari ”Rasdi & Partner”, sebuah lembaga Konsultan independen dibidang asuransi, free konsultasi : rasdi_partners@cbn.net.idrasdi_partners@cbn.net.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .

 

Make a Free Website with Yola.