Realtime Live Streaming
Entrepreneur VS Karyawan"
Dilihat dari judulnya mungkin terlihat agak aneh, tapi inilah sebenarnya realita yang harus diterima. Pernahkah kita berpikir mengapa para entrepreneur lebih sukses daripada karyawan. padahal dilihat dari skill, mereka kalah dibandingkan dengan karyawan yang lulusan sarjana, doktor, bahkan sampai profesor. mungkin kita mengira bahwa mereka banyak uanglah, dapat warisanlah, atau ketiban rejekilah dan berbagai macam alasan lainnya. padahal kalau kita tilik ke belakang banyak para entrepreneur yang sukses berawal dari nol alias gak punya apa2.
contoh : om bob sadino, purdie E Candra (suhu saya), Aa Gym, Andri Wongso, dll
contoh luar : Bill gates, Michael dell, Kolonel sanders, soijiro honda dll.
satu pertanyaan kenapa mereka semua sukses?
jawabannya simple karena kepepet. he .. hee just kidding tapi 40% ada yang bener.
karena satu yang mereka yakini mereka punya impian. dan mereka tahu dengan impian dan keyakinan yang mereka miliki pasti suatu saat akan terwujud.
gak ada di dunia ini yang menyatakan orang terkaya di dunia adalah menjadi karyawan. itu adalah bullshit alias omong kosong eh ada kalo karyawannya korupsi semua he.. hee..
pernahkah kita berpikir mengapa para pejabat2 pemerintah banyak yang melakukan korupsi:
padahal kalo kita lihat gaji mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan lainnya. satu jawaban yang pasti karena mereka butuh uang lebih. karena jika melihat jaman sekarang gaya hidup yang semakin glamor, mengharuskan mereka mengikuti perubahan jaman yang makin hari kian menggila. mereka tidak lebih seorang karyawan yang hanya mendapat kesempatan menikmati jabatan yang lebih baik dan enak.
padahal secara prinsip jika kita menjadi karyawan ya intinya harus nerima (nerimo jare wong jowo). gak usah neko2 memang itulah kodrat jadi karyawan. betapapun tingginya gaji karyawan mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan gaji tersebut, selalu saja menginginkan lebih. padahal kebutuhan hidup kian meningkat dan gaji mereka tetap.
alasan lain mengapa entrepreneur lebih sukses, karena mereka lebih jeli dalam melihat peluang dan kesempatan. disamping itu banyak orang yang berebut menjadi karyawan daripada menjadi entrepreneur. lahan kerjaan semakin sedikit yang ngelamar ratusan bahkan ribuan. karena itulah mengapa banyak pengangguran di negeri ini. yah maklum itulah mental2 pecundang sejati (kaya lagunya dygta). yang selalu merasa takut akan kehilangan segalanya, gak punya uang dan lain sebagainya. akhir2nya jalan sesat dan hitam yang mereka tempuh karena jalan yang halal sudah kehabisan.
padahal kalo kita lihat, junjungan kita Nabi Muhammad SAW, merupakan seorang entrepreneur juga. mengapa beliau memilih menjadi seorang entrepreneur daripada karyawan. karena dengan menjadi entrepreneur ada suatu sifat2 yang tidak akan dapat dilihat dan dirasakan oleh orang2 yang berkeinginan menjadi karyawan. diantaranya :
1.Membantu orang dan banyak amal : dengan menjadi karyawan dia akan memikirkan dirinya sendiri, lain halnya jika menjadi entrepreneur dia akan dapat membantu orang lain disekitarnya dengan memberinya pekerjaan.
2.Menjalin habblumminannas : menjaga hubungan dengan sesama manusia. dan menjalin tali silaturahmi. hadist meriwayatkan apabila kita menjalin tali silaturahmi maka akan dipanjangkan umurnya dan dilancarkan rejekinya.
sebuah riwayat menyebutkan 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari perniagaan atau perdagangan. itulah mengapa para entrepreneur atau pengusaha lebih sukses dibandingkan dengan karyawan karena 1 pintu rejeki yang selama ini diperebutkan oleh orang2 seperti karyawan, PNS,dan lain sebagainya. sehingga banyak orang yang tidak melihat dari peluang yang berada pada 9 pintu rejeki yang lain. karena apa? mereka takut untuk mencoba dengan berbagai alasan gak punya modal-lah, takut bangkrut-lah, nanti gak untung-lah dan berbagai alasan lainnya yang menyebabkan dia tidak berani untuk mencoba. padahal modal utama untuk menjadi seorang entrepreneur adalah keberanian.
memang pada awalnya akan terasa berat tapi lama kelamaan akan terbiasa dan menjadikan mental kita menjadi lebih kuat.
pernahkah kita pernah memikirkan pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina” sebenarnya yang kita cari bukan ke negeri cinanya tapi cara berpikir orang cina tentang cara mereka berdagang. kita lihat saja adakah orang cina yang menjadi karyawan? gak ada (kecuali beberapa orang yang bekerja di negerinya sendiri). padahal kalo kita jalan2 ke pertokoan mataram (semarang) semua pemilik tokonya berasal dari keturunan tionghua (cina) dan yang menjadi karyawannya adalah orang jawa:) .
Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli.
Setiap hari dalam kegiatan bisnis kita melakukan usaha/ melakukan kegiatan entrepreneurship untuk mendapatkan keuntungan tentunya. Tapi sebelumnya tentu kita ingin tahu apa sih artinya entrepreneurship kan ?!
Apa sih definisi Entrepreneurship ? Silahkan baca definisinya menurut berbagai ahli.
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai
yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul
risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta
menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi.
Menurut Para Ahli :
Peter F Drucker
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability
to create the new and different) .
Thomas W Zimmerer
Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk
memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang
dihadapi orang setiap hari.
Andrew J Dubrin
Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif
(Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative
business).
Robbin & Coulter
Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of
individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to
create value and grow by fulfilling wants and need through innovation
and uniqueness, no matter what resources are currently controlled.
Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang dapat di identifikasi:
1. the pursue of opportunities ,
2. innovation,
3. growth.
Penjelasannya :
1. pursuit of opportunities , (entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya).
2. innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis).
3. growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru .
Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya, maka definisi:
Ingin Jadi Entrepreneur? Jawab Dulu 7 Pertanyaan Ini
Oleh Dr. HC Ir. Ciputra
Pendiri Yayasan Ciputra Entrepreneur
Saya bersyukur kepada Tuhan telah mengarungi samudra entrepreneurship selama lebih dari 50 tahun dengan modal dana awal yang dapat dikatakan nol. Modal utama saya pertolongan Tuhan dan kecakapan entrepreneurship.
Dalam perjalanan panjang ber-entrepreneurship saya pernah mengalami berbagai perjalanan berliku, naik turun, gagal dan juga berhasil.
Oleh karena itu saya merasa bangga bila kemudian E&Y, sebuah organisasi dunia memberikan penghargaan menjadi E&Y Indonesia Entrepreneur of The Year 2007 setelah meneliti perjalanan hidup saya dan prestasi yang pernah saya capai.
Saya simpulkan entrepreneurship mengubah masa depan manusia jadi lebih baik dan menciptakan kemakmuran, mengingat latar belakang saya sebelumnya sebagai anak yatim dari keluarga sangat sederhana.
Sekitar 2 tahun yang lalu ketika saya mencapai usia 75 tahun saya memutuskan untuk menyebarkan dan membagikan seluas mungkin kecakapan entrepreneurship kepada masyarakat melalui Yayasan Ciputra Entrepreneur.
Saya berkeyakinan kuat cita-cita kemakmuran Indonesia bukan sebuah mimpi di siang hari bolong asalkan kita lahirkan banyak entrepreneur-entrepreneur baru yang sukses. Melalui Yayasan Ciputra Entrepreneur saya ingin wariskan kepada masa depan bangsa Indonesia yang saya cintai semangat dan kecakapan entrepreneurship.
Dalam rangka tujuan itu saya menyusun sebuah panduan 7 pertanyaan penguji untuk mereka yang ingin jadi seorang entrepreneur yang sukses.
Pertanyaan 1: Apakah Anda sangat passionate untuk jadi seorang entrepreneur?
Kalau Anda ingin berhasil dalam entrepreneurship Anda harus memiliki keinginan yang sangat besar, semangat baja dan percaya diri untuk jadi entrepreneur. Tidak bisa iseng-iseng untuk jadi entrepreneur, motivasi iseng-iseng tidak cukup kuat untuk menghadapi tantangannya. Anda harus rela dan berani bekerja dengan jam yang panjang, mencoba hal yang baru, tetap berusaha walau ditolak dan diabaikan, mau belajar dari kegagalan dan sebagainya.
Pertanyaan 2: Apakah Anda melihat sebuah kesempatan besar melayani pasar secara kreatif?
Kerap saya melihat banyak orang gagal dalam bisnis karena tidak melihat peluang secara kreatif. Mereka hanya meng-copy keberhasilan orang lain tanpa menambahkan nilai-nilai kreativitas ke dalam produknya.
Ada berapa banyak peluang itu sesungguhnya? Banyak sekali, tidak terhitung, masalahnya Anda harus melihatnya dengan kaca mata kreatif. Berapa banyak peluang yang Anda bisa lihat tergantung sejernih apa kaca mata kreativitas anda?
Inovatif
Pertanyaan 3: Apakah Anda memiliki sebuah produk inovatif yang ketika Anda tawarkan, prospek Anda tidak mampu mengatakan tidak?
Sebuah produk inovatif memberikan nilai tambah maksimum sedemikian rupa hingga konsumen tidak mampu mengatakan tidak ketika Anda menawarkannya.
Oleh karena itu verifikasi asumsi-asumsi anda, lakukan uji pasar dan perbarui terus ide Anda sampai anda yakin pelanggan tidak sanggup mengatakan tidak ketika anda menawarkannya.
Pertanyaan 4: Apakah Anda memiliki kapasitas untuk memenangkan persaingan secara efektif?
Pasar yang kita hadapi adalah pasar bebas yang membuka pintu lebar-lebar kepada persaingan. Ja-ngan pernah masuk ke sebuah pasar tanpa memperhitungkan apa yang sedang dan akan dilakukan oleh pesaing. Pastikan bahwa pelanggan akan memilih anda. Nasehat bisnis ini perlu anda pikir baik-baik, be better not behind, if you are not better be different. Kalau belum better dan belum different pekerjaan rumah anda belum selesai.
Pertanyaan 5: Apakah Anda tahu bagaimana menghasilkan produk atau jasa yang� ingin Anda pasarkan dengan cara yang paling efisien?
Setelah Anda memastikan bahwa pelanggan dapat Anda capai dan bisa puaskan maka pihak selanjutnya yang Anda harus puaskan adalah pemegang saham dan karyawan perusahaan.
Mereka harus Anda layani dengan margin laba yang cukup untuk gaji dan dividen yang memuaskan. Oleh karena itu lakukanlah eksplorasi berbagai kemungkinan produksi yang termurah namun dengan kualitas yang terbaik.
Pertanyaan 6: Apakah Anda tahu bagaimana caranya mendanai keseluruhan usaha baru Anda dengan biaya termurah serta risiko terendah sementara hasil terbaik tetap dapat Anda da-patkan?
Ada berbagai cara untuk mendanai sebuah usaha baru dan ada beragam besar risiko yang bisa terjadi. Anda bisa meminjam uang dari keluarga, teman, tetangga atau dari bank. Anda bisa mengajak teman jadi pemegang saham atau mengundang modal ventura untuk ikut memulai usaha.
Setiap pilihan memiliki plus dan minus tersendiri, hasil akhir dan risiko yang berbeda. Oleh karena itu jangan hanya membuat sebuah model bisnis, kembangkan berbagai alternatif dan pilih yang terbaik.
Pertanyaan 7: Apakah Anda siap menghadapi tuntutan kerja keras, risiko gagal dan rugi? Tidak ada gading yang tak retak, tidak pernah ada rencana yang sempurna.
Dari pengalaman saya perubahan dapat terjadi kapan saja oleh karena itu
penyesuaian-penyesuaian harus tetap dilakukan. Walaupun demikian risiko
gagal atau rugi ataupun risiko malu karena gagal tetap ada. Lakukan
kalkulasi sebelumnya dan pastikan Anda berani menghadapinya.
Entrepreneur adalah seseorang yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas” Ir. Ciputra -Kuliah Perdana Mahasiswa Baru Pascasarjana UGM angkatan 2007-
Pernyataan diatas diungkapkan Ir. Ciputra ketika menjadi pembicara pada kuliah perdana mahasiswa baru pascasarjana UGM tahun ajaran 2007/2008. Kehadiran Ir. Ciputra yang merupakan seorang pengusaha besar bertaraf internasional di bidang property merupakan suatu tonggak sejarah tersendiri bagi UGM. Kehadiran Ciputra bukan hanya dalam rangka memberikan kuliah perdana, tetapi juga dalam rangka menjalin kerjasama dengan UGM untuk membangun UGM menjadi centre of excellence and entrepreneurship.
Dalam kuliah perdana yang dilaksanakan pada hari Senin, 10 September 2007 tersebut, Ir. Ciputra memaparkan bahwa setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa mengapa entrepreneurship sangat penting diajarkan di bangku sekolah. Pertama, kebanyakan generasi muda tidak dibesarkan dalam budaya wirausaha. Inspirasi dan latihan usaha tidak banyak diajarkan di bangku sekolah. Kedua, Tingginya pengangguran di Indonesia mencapai angka 10, 93 juta jiwa pada tahun 2006. Majalah Tempo edisi 20-26 Agustus 2007 menyajikan fakta bahwa pada tahun 2006, terdapat 670.000 sarjana dan lulusan diploma yang mengaggur. Ketiga, lapangan kerja sangat terbatas, tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. Keempat, pertumbuhan interpreneur selain dapat menampung tenaga kerja, juga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat secara luas. Menurut David McClelland, seorang sosiolog terkemuka, suatu negara akan maju jika terdapat entrepreneur sedikitnya sebanyak 2% dari jumlah penduduk. Menurut laporan yang dilansir Global Entrepreneurship Monitor, pada tahun 2005, Negara Singapura memiliki entrepreneur sebanyak 7,2% dari jumlah penduduk. Sedangkan Indonesia hanya memiliki entrepreneur 0,18% dari jumlah penduduk. Tidak heran jika pendapatan perkapita negara singa tersebut puluhan kali lebih tinggi dari Indonesia. Menurut Prof. Lester C Thurow dalam bukunya Building Wealth: “ tidak ada isntitusi yang dapat menggantikan peran individu para entrepreneur sebagai agen-agen perubahan. Untuk itu menurut Ir. Ciputra, mereka yang paling siap dan paling mudah untuk dididik dan dilatih kecakapan wirausaha adalah mereka yang sekarang berada di bangku sekolah. Kelima, Indonesia sangat kaya dengan sumberdaya alam, akan tetapi sumber daya alam tersebut tidak bisa dikelola dengan baik karena Indonesia kekurangan SDM entrepreneur yang mampu mengubah “kotoran dan rongsokan menjadi emas”.
Dalam kuliah perdana tersebut, Ir. Ciputra membuka wawasan mahasiswa dan dosen bahwa istilah entrepreneur tidak hanya berkaitan dengan dunia usaha, atau pengusaha, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain. Menurut beliau terdapat 4 kelompok Entrepreneur:
- Business Entrepreneur. Kelompok ini terbagi menjadi dua yaitu Owner Entrepreneur and professional Entrepreneur. Owner Entrepreneur adalah para penciptan dan pemilik bisnis. Professional Entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya wirausaha akan tetapi mempraktekkannya pada perusahaan orang lain.
- Government Entrepreneur. Adalah pemimpin negara yang mampu mengelola dan menumbuhkan jiwa dan kecakapan wirausaha penduduknya. Contoh dari Government Entrepreneur adalah pemimpin negara Singapura Lee Kuan Yew.
- Social Entrepreneur. Yang masuk dalam kelompok ini adalah para pendiri orgnisasi-organisasi social kelas dunia yang berhasil menghimpun dana masyarakat untuk melaksanakan tugas social yang mereka yakini. Contohnya adalah Mohammad Yunus, peraih nobel perdamaian tahun 2006 serta pendiri Grameen Bank.
- Academic Entrepreneur. Termasuk dalam kelompok ini adalah akademisi yang mengajar atau mengelola lembaga pendidikan dengan pola dan gaya Entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan mulia pendidikan. Universitas Harvard dan Stanford merupakan beberapa uiversitas terkemuka yang mengelola dunia pendidikan dengan gaya Entrepreneur
Lebih lanjut Ir. Ciputra mengatakan bahwa menjadi Entrepreneur dapat dipelajari. Dan untuk menciptakan jumlah entrepreneur yang memadai di Indonesia, maka menurut Ir. Ciputra, Indonesia perlu melakukan quntum leap (lompatan quantum). Terdapat 3 gagasan dalam quntum leap. Pertama, pada level pendidikan dasar dan menengah, harus terdapat kurikulum yang mengajarkan tentang kewirausahaan. Kedua, entrepreneur harus diciptakan dan dikembangkan dan pada level perguruan tinggi. Ketiga, harus terdapat gerakan nasional pelatihan kewirausahaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, agar gerakan ini dapat menjangkau masyarakat luas yang barada di luar bangku sekolah.
Diakhir presentasinya, Ir. Ciputra berharap bahwa Universitas Gadjah
Mada dapat mewarisi semangat juang Gadjah Mada dengan menjadikan
universitas Gadjah Mada sebagai centre of excellenge and
entrepreneurship. Menurut Direktur Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Dr.
Irwan Abdullah, untuk menciptakan UGM sebagai centre of excellenge and
entrepreneurship, maka UGM saat ini sedang bekerjasama dengan yayasan
Ciputra Entreprenir, menggodok kurikulum entrepreneurship yang akan
diajarkan di UGM.
Intrapreneurship
A.B. Susanto*
Apakah yang disebut oleh intrapreneurship? Arti gampangnya adalah entrepreneurship yang dipraktekkan di dalam sebuah organisasi yang mapan. Entrepreneurship memang identik dengan era perintisan usaha. Ketika perusahaan sudah membesar, organisasi menjadi sangat stabil, jiwa entrepreneurship sering tergerus oleh rasa aman dan kemapanan ini. Padahal agar organisasi bisa tetap kompetitif, entrepreneurship bukan saja wajib dimiliki oleh para pengusaha yang bekerja mandiri, tetapi juga oleh jajaran eksekutif dan karyawan perusahaan.
Entrepreneurship dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk menciptakan nilai melalui pemanfaatan sejumlah sumber daya untuk ‘mengeksploitasi’ sebuah kesempatan. Dapat pula dikatakan entrepreneurship adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan, tanpa terlalu ‘hitung-hitung’ seberapa banyak sumber daya yang dimiliki. Modal tekad dan semangat merupakan yang utama ketimbang modal lainnya. Pendek kata entrepreneurship adalah opportunity driven.
Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri seorang entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-perubahan, dan menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik perubahan itu.
Seorang manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya mengatakan seberapa banyak sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya yang dipegang ini apa yang akan dapat dicapai ? Namun seorang manajer yang tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan mengatakan berdasarkan apa yang ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk mencapainya.
Terdapat tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan di masa depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan.
Masalahnya adalah bagaimana memelihara semangat entrepreneurship dalam organisasi yang membesar dan semakin mapan. Organisasi yang besar dan stabil acapkali menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya sehingga mengurangi sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya dan kurang responsif terhadap dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang hypercompetitive, timbulnya sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal.
Menarik untuk mengamati General Motors yang berusaha menanggulangi penyakit ini. General Motors mencoba menciptakan “pasar” di dalam tubuhnya. GM mereorganisasi pabrik komponen yang kaku dan tidak efisien dengan melakukan pemecahan menjadi delapan unit internal market. Masing-masing unit dipandang sebagai profit center dan diharapkan mengembangkan keahlian yang terkait dengan system industri otomotif. Unit ini juga diharapkan mampu menjual produknya dalam pasar terbuka di luar kebutuhan GM. Misalnya, AC-Rochester tidak hanya menjual produknya kepada GM, tetapi juga menjualnya kepada Mitsubishi, Daewoo, dan Opel.
Unit-unit usaha ini diberi kebebasan untuk melakukan pembelian produk atau jasa dari pihak luar, dengan kompensasi dapat memberikan produk yang benar-benar mempunyai daya saing baik ke dalam maupun keluar. Untuk alasan kepentingan perusahaan yang lebih besar, terdapat kemungkinan perusahaan membatasi pembelian atau penjualan unit profit-center-nya ke dalam pasar internal, dengan kompensasi penurunan pemasukan atau laba dari yang seharusnya disumbangkan oleh unit tersebut.
Internal market network bukanlah pasar bebas, tetapi sebuah aliansi yang terdiri atas para intrapreneur. Kunci efektivitasnya terletak di dalam kolaborasi budaya yang dapat memberikan nuansa kebebasan berkembang kepada individu, teknologi, dan keterampilan melalui unit-unit profit center dan kemudian diorganisasi secara cepat ke arah sumber masalah dan penyelesaiannya. Dengan demikian, di dalam perusahaan diciptakan atmosfer dinamika pasar untuk merangsang daya saing. Tiap unit bertindak sebagai customer bagi unit yang lain seperti layaknya customer eksternal dan sebaliknya tiap unit menjadi pemasar seperti layaknya pemasok eksternal.
Dinamika pasar mendorong perusahaan untuk bersifat fleksibel dan responsif terhadap permintaan pasar. Kelambanan dan kekakuan birokrasi dalam bisnis membutuhkan perampingan struktur organisasi dan prosedur. Keberhasilan seringkali teraih dari kemampuan untuk melakukan hal yang berbeda, lebih cepat, dan lebih baik dari kompetitor. Semangat intrapreneurship merupakan hal yang esensial bagi pemasar.
Intrapreneurship dalam organisasi dibandingkan entrepreneurship memiliki sejumlah kelebihan maupun hambatan. Kelebihannya dibandingkan entrepreneursip terutama pada ketersedian sumber daya. Semangat intrapreneurship dalam sebuah perusahaan yang sudah mapan mempunyai sumber dayanya sudah tersedia dan ‘gratis’, tinggal bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada. Sementara hambatannya adalah spesialisasi dan pemisahan seringkali menghambat komunikasi, dan kompetisi internal seringkali pula menciptakan problem tersendiri.
Kenapa intrapreneurship sulit tumbuh dalam suatu organisasi? Pertama, biaya terhadap suatu kegagalan bagi yang bersangkutan terlalu tinggi, sementara penghargaan terhadap kesuksesan terlalu rendah. Intrapreneurship harus mempunyai ruang terhadap terjadinya kegagalan sementara kegagalan di dalam sebuah organisasi sering diharamkan dan dapat merusak karir seseorang. Daripada mengambil resiko yang dapat menghancurkan karirnya, anggota organisasi cenderung cari selamat. Padahal penghargaan yang akan diperolehnya jika mengalami kegagalan tidak seberapa. Kedua, terjadinya inersia yang disebabkan oleh kemapanan sebuah sistem, yang menyebabkan tidak seorang pun tergugah untuk melakukan perubahan. Ketiga, hirarki organisasi yang menyebabkan hambatan yang berlapis-lapis untuk menciptakan dan bertindak dengan cara yang baru.
Semangat entrepreneurship yang diperlukan oleh perusahaan besar tercermin ketika AT&T merintis pasar Rusia. AT&T menghadapi masalah ketika ingin melaksanakan program pemasaran melalui direct mail. Buku petunjuk telepon tidak tersedia, daftar nama tidak ada, dan kantor pos tidak menyediakan jasa ini. Hal ini tentu sangat sulit bagi AT&T yang terbiasa dengan informasi yang lengkap di AS. Dengan berbagai cara, AT&T menyewa YAR Communication untuk mendapat data tersebut dan tentunya dengan biaya yang lumayan besar.
Empat ribu buah surat siap untuk dikirim. Tetapi, Kantor Pos Rusia mencurigainya dan menahannya untuk keperluan investigasi. YAR Communication mengklarifikasi masalahnya dan akhirnya surat tersebut dapat terkirim. Respons yang sangat bagus, dan kemudian sebagian eksekutif Rusia memesan melalui telepon tanpa melihat produknya.
Kegigihan dalam keadaan yang serba terbatas dalam perintisan pasar merupakan ujian semangat intrapreneurship. Semangat ini seringkali luntur dalam perusahaan yang meraksasa dan stabil, yang dapat menimbulkan rasa aman yang berlebihan. Jadi, tugas pengelola adalah menciptakan struktur yang tidak birokratis, sistem dan budaya perusahaan yang memungkinan tumbuhnya tiga pilar utama intrapreneurship : inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreatifitas.
Bagaimana bagi Anda yang telah mempunyai semangat ini atau yang ingin mengasahnya ? Carilah perusahaan yang mempunyai iklim yang kondusif bagi berkembangnya intrapreneurship Anda.
Entrepreneurship
By Tri Raharjo
Mengutip nasehat bijak menjadi manusia
sukses dari Ibu DR Martha Tilaar, Beliau mempunyai resep yang diberi
nama DJITU. Sebagai seorang tokoh sukses profil guru yang berjiwa
entrepreneur, Beliau tidak pernah segan memberikan motivasi dan
membagikan pengalaman suksesnya kepada semua orang. Resep ini selalu
dijadikan pedoman untuk memotivasi menjadi manusia sukses. Menjadi
entrepreneur sejati mesti menjadi manusia DJITU. DJITU merupakan
filofosi hidup yang menganut arti dalam dan memerlukan kesugguhan hati
untuk dapat menjalankannya. Manusia DJITU adalah manusia yang Disiplin,
Jujur, Inovatif, Tekun dan Ulet.
Berbekal mental DJITU, maka seseorang memerlukan langkah action untuk
memulai sebagai entrepreneur. Jangan memulai sesuatu dengan hal besar,
di samping memerlukan usaha yang besar, juga mengandung resiko yang
tinggi, tidak hanya tenaga, tetapi seringkali kehilangan modal dan
bangkrut. Oleh sebab itu, maka hal yang harus dilakukan adalah think
big, start small and act fast. Kata orang, bercita-citalah setinggi
langit, tetapi mulailah setapak demi setapak, dan berlarilah kencang
manakala kaki telah kuat dan capailah cita-cita dengan time frame atau
target waktu yang jelas.
Berikut ini, kisah nyata, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun (
sebut saja Andrew namanya), kedua orang tuanya pernah tinggal di luar
negeri dan mendidik anaknya menjadi anak yang sangat mandiri. Pada
usianya yang sangat muda, dengan menggunakan sepeda kecilnya pergi
berobat ke dokter sendiri , membeli obat ke apotik dan dengan bimbingan
orangtuanya, minum obat secara teratur, sendiri! Suatu kali, anak ini
ingin sekali belibur ke Bali, dan Ibunya tidak mengabulkannya. “Kenapa
Mama?”, tanyanya penuh rasa ingin tahu. Jawab Ibunya, “Andrew, tabungan
Mama belum cukup”. Waktu berselang, Andrew main ke tetangga dekat,
melihat seorang Ibu tetangga sedang membersihkan teras rumahnya. “Sore
Tante, bisa Andrew Bantu?”, “ Ya, ya, masuklah…”, kata Ibu tetangga
tadi. “Andrew sapukan halaman ya Tante”, katanya dengan suara kecil. Tak
lama, bereslah rumah Ibu tetangga tadi, tetapi Andrew tidak bergeming
duduk di teras terdiam. “Andrew kanapa?”, Tanya Ibu tetangga “Tante,
Andrew kan sudah membantu Tante membersihkan rumah, jadi Andrew menunggu
ongkosnya”, katanya penuh keyakinan. Sambil tersenyum, Ibu tetangga
tadi masuk dan mengambil uang Rp.3.000 dan memberikannya kepada Andrew.
Andrew sangat gembira, tatapi dia hanya mengambil Rp. 1.000, dan berkata
“ Tante, terima kasih banyak, Andrew hanya minta Rp. 1.000 karena yang
Andrew kerjakan hanya menyapu saja”. Dan, dikembalikannya Rp 2.000
kepada Ibu tetangga, sambil segera meraih sepedanya dan pulang
menyerahkan uang kepada Ibunya, untuk ditabung berlibur ke Bali.
Banyak kisah nyata yang luar biasa dari Andrew ini, bahkan sebagai orang
dewasapun tidak terpikirkan dengan ide-ide anak kecil ini. Hebat? Luar
biasa? Jawabnya: biasa saja! Andrew, adalah contoh entrepreneur kecil
yang karena bakatnya, dan kondisi lingkungannya, menjadikannya
entrepreneur. Budaya kita, tidak medidik menjadi entrepreneur, tengok
saja harapan orang tua kepada anaknya, sampai hari ini: besok kalau
besar jadi direktur atau sekolah yang pintar biar gampang cari
pekerjaan. Apabila memberi uang saku untuk anaknya, orang tua memberi
pesan: jangan buat jajan ya, ditabung biar banyak! Tidak terpikirkan
bahwa hal-hal tersebut tidak membiasakan anak-anak untuk berpikir
entrepreneur. Semuanya given!
Membahas contoh di atas, disadari bahwa entrepreneurship nampaknya
tidaklah sulit dipahami, tetapi sangat sulit dijalankan. Ada pendapat
mengatakan, bahwa bila Anda menjadi pegawai dengan bayaran tetap lebih
dari tiga tahun dan merasa betah, maka itulah gejala matinya jiwa
entrepreneurship Anda. Untuk keluar dari status pegawai menjadi
entrepreneur menjadi lebih sulit dibandingkan seseorang yang sejak awal
telah memulai karirnya sebagai entrepreneur. Faktor utama penyebab
sulitnya karyawan menjadi entrepreneur adalah keberanian menanggung
resiko kegagalan. Berikut ini 12 Tips memulai menjadi entrepreneur:
? Entrepreneurship dapat dipelajari, mempelajari keberhasilan orang lain
dapat menimbulkan inspirasi dan mencegah kegagalan orang lain terulang
? Entrepreneurship perlu disiplin diri, berteguh, tidak mudah excuse dan
berubah pikiran
? Entrepreneurship perlu ketekunan, memulai dari yang kecil dan pilihlah
sesuatu yang disukai, seperti juga misalnya bermula dari hobi
? Entrepreneurship perlu time frame kapan harus diselesaikan dan target
hasil yang diharapkan
? Entrepreneurship perlu “mimpi”, agar diperoleh ide-ide, seseorang
memerlukan wawasan yang luas, buka pikiran dan berpikir dengan bersih
tanpa praduga sehigga dapat diperoleh ide-ide baru
? Entrepreneurship adalah pencarian opportunities, peluang-peluang tidak
harus sesuatu yang sangat baru, seringkali muncul dari hal-hal
situasional
? Entrepreneruship perlu focus, melahirkan sesuatu dan tekuni hingga
berhasil. Banyak entrepreneur terlalu bersemangat dan melahirkan banyak
bisnis tetapi tidak terawat dan akhirnya kerdil
? Entrepreneurship adalah learning, kegagalan bukan berarti akhir dan
terus mencoba dan mencoba, pengalaman adalah aset berharga
? Entrepreneur tidak bisa menunggu, mulailah segera jangan ditunda, just
do it!
? Entrepreneurship adalah investasi, hasil yang diperoleh kebanyakan
tidak instant, perlu kesabaran dan keyakinan yang tinggi
? Entrepreneurship tidak latah, jangan ikut-ikutan dan menjadi
opportunist. Entrepreneur sejati memiliki jati diri dan uniqueness
? Entrepreneurship memerlukan soul, seluruh teori entrepreneurship tidak
akan terealisasi bila tidak dijalankan dengan kesungguhan hati dan
penuh semangat.
Semoga tulisan ini menjadi inspirasi dan menggugah lahirnya
entrepreneur-entrepreneur baru di bumi pertiwi ini, karena dari tangan
orang-orang inilah akan tercipta lapangan kerja tidak terbatas, dan akan
memberikan kontribusi mengurangi beban pengangguran karena keterbatasan
jumlah lapangan kerja. Akhirnya, semoga negara ini menjadi sejahtera
karena berekonomi entrepreneur. Semoga.
Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.
Kata entrepreneur berasal dari kata Prancis, entreprendre, yang berarti berusaha. Dalam konteks bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang mengorganisir, memenej, dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha.
Definisi entrepreneurship dari Ekonom Austria Joseph Schumpeter menekankan pada inovasi, seperti:
- produk baru
- metode produksi baru
- pasar baru
- bentuk baru dari organisasi
Kemakmuran tercipta ketika inovasi-inovasi tersebut menghasilkan permintaan baru. Dari sudut pandang ini, dapat didefinisikan fungsi entrepreneur sebagai mengkombinasikan berbagai faktor input dengan cara inovatif untuk menghasilkan nilai bagi konsumen dengan harapan nilai tersebut melebihi biaya dari faktor-faktor input, sehingga menghasilkan pemasukan lebih tinggi dan berakibat terciptanya kemakmuran/kekayaan.
Beda Entrepreneurship dan Usaha Kecil
Banyak orang menggunakan istilah entrepreneur dan pemilik usaha kecil bersamaan. Meskipun mungkin memiliki banyak kesamaan, ada perbedaan signifikan antara keduanya, dalam hal:
1. Jumlah kekayaan yang tercipta — usaha entrepreneurship menciptakan kekayaan secara substansial, bukan sekedar arus pendapatan yang menggantikan upah tradisional.
2. Kecepatan mendapatkan kekayaan — sementara bisnis kecil yang sukses dapat menciptakan keuntungan dalam jangka waktu yang panjang, entrepreneur menciptakan kekayaan dalam waktu lebih singkat, misalnya 5 tahun.
3. Risiko — risiko usaha entrepreneur tinggi; dengan insentif keuntungan pasti, banyak entrepreneur akan mengejar ide dan kesempatan yang akan mudah lepas.
4. Inovasi — entrepreneurship melibatkan inovasi substansial melebihi usaha kecil. Inovasi ini menciptakan keunggulan kompetitif yang menghasilkan kemakmuran. Inovasi bisa dari produk atau jasa itu sendiri, atau dalam proses bisnis yang digunakan untuk menciptakan produk atau jasa.
Ada
banyak sekali definisi
Entrepreneurship, namun menurut penulis yang paling sesuai adalah
definisi menurut Peter F. Drucker. Menurut Drucker, Entrepreneurship
adalah “…the practice of consistently converting good ideas into
profitable commerce venture”. Secara bebas dapat diartikan bahwa
Entrepreneurship adalah suatu “…aktivitas yang secara konsisten
dilakukan guna mengkonversi ide-ide yang bagus menjadi kegiatan usaha
yang menguntungkan”.
Disitu tampak bahwa komponen yang penting
adalah Consistent, Convert, Ideas, dan Profitable. Consistent
(Konsisten) berarti tindakan itu dilakukan secara terus menerus dengan
tingkat determinasi yang tinggi, sedangkan Convert (konversi) mengandung
makna mengkonversi dari sesuatu hal yang tidak berarti menjadi hal baru
yang bernilai. Juga hal yang terpenting adalah adanya Ideas (ide-ide)
yang brilian namun dapat diwujudkan secara riil. Perlu diperhatikan
bahwa ide-ide secermelang apapun tidak akan memberi manfaat atau faedah
bila tidak bisa ditransformasikan menjadi sesuatu yang riil dan berdaya
guna. Oleh karena itu alangkah baiknya bila kita mulai membiasakan untuk
mendokumentasikan ide-ide yang kita hasilkan dan lantas bilamana dirasa
pantas dapat segera ditransformasikan menjadi sesuatu yang riil.
Menurut
saya, ide yang ditransformasikan menjadi sesuatu yang riil dan bernilai
ekonomis adalah akar (root) dari Entrepreneurship. Napoleon Hill, the
father of modern motivator, menyebutkan bahwa ide-ide (dan juga
imajinasi) merupakan suatu komponen mutlak yang mesti dimiliki oleh
mereka yang ingin sukses. Kali ini saya belum akan mengulas lebih lanjut
tentang ide, karena akan dibicarakan lebih lanjut pada bab-bab
selanjutnya.
Setelah membahas sekilas tentang definisi
Entrepreneurship, berikutnya saya akan lebih fokus membahas tentang
mengapa (why) menjadi entrepreneur. Sengaja saya buat dalam bentuk
daftar karena ternyata dari respons teman-teman mereka lebih suka
penyajian dalam bentuk daftar.
1. Kebebasan Finansial
Hal yang
paling diidam-idamkan semua orang adalah kebebasan finansial. Dengan
menjadi entrepreneur maka kesempatan itu terbuka sangat lebar karena
semua Anda tentukan sendiri. Mulai dari target, cara memperoleh, kapan,
hingga seberapa banyak semuanya terserah Anda selaku pelaksananya. The
sky is the limit, demikian orang menyebutnya.
2. Kebebasan Waktu
Waktu
merupakan suatu hal yang tidak tergantikan, sekali hilang ya hilang
sudah tanpa bisa kita peroleh kembali. Selain itu apabila Anda sudah
berkeluarga maka pilihan menjadi entrepreneur adalah pilihan yang
bijaksana mengingat apabila Anda menjalankan bisnis dengan tepat dan
telah berhasil membangun sistem “auto pilot” dalam bisnis Anda, maka
kebebasan waktu niscaya dapat Anda miliki. Jangan pernah bangga menjadi
orang super sibuk, tapi berbanggalah menjadi orang punya banyak waktu
untuk berbagi ke sesama. Demikian kata guru saya.
3. Membuka
Lapangan Kerja
Bayangkan kalau Indonesia memiliki 10 juta
entrepreneur baru, maka dijamin angka pengangguran akan turun drastis
atau bahkan minus bila perlu. Selain itu dengan menjadi entrepreneur
berarti kita membuka kesempatan lapangan kerja untuk saudara, rekan,
atau kerabat yang mungkin karena keterbatasannya kesulitan mencari kerja
di tempat lain.
4. Kemandirian
The best thing in life is
freedom! Dengan menjadi entrepreneur semua aktivitas, baik hasil maupun
resikonya ada di tangan Anda. Oleh karena itu Anda bebas menentukan
ingin seperti apa Anda di kemudian hari tanpa harus menyerahkan jalur
karirAnda pada orang-orang HRD.
5. Sarana Mewujudkan Ide yang
Ekstrem
Dulu ada salah seorang mahasiswa saya memiliki ide untuk
membuka salon khusus anak muda penganut gothic dan punk lengkap dengan
studio tattoo, piercing, dan aksesoris khas underground lainnya. Dia
berungkali mencoba mengutarakan ide tersebut kepada bos factory outlet
tempatnya bekerja dan juga kepada investor lain. Tentu saja ide tersebut
tidak dapat diterima oleh mereka yang berpikir linear dan rigid. Karena
frustasi dia memutuskan untuk nekat membuka studio tersebut dalam
bentuk Mobile Shop & Studio alias salon dan toko dalam mobil pick-up
guna menghemat sewa tempat. Akhirnya perlahan tapi pasti usahanya
berkembang juga meski mulanya dia harus tertatih-tatih dikarenakan
keterbatasan modal. Terakhir waktu saya tanya dia bilang sangat bangga
karena berhasil mewujudkan ide bisnisnya yang bagi sebagian orang
dianggap ekstrem.
6. Solusi Anti PHK
Dengan menjadi
entrepreneur tentu saja Anda tidak perlu khawatir untuk kena PHK,
kecuali tentu saja Anda mem-PHK diri Anda sendiri.
7. Kesempatan
Masih Luas
Dengan jumlah penduduk yang ratusan juta, maka tentu saja
peluang dan kesempatan yang ada bagi kita untuk membuka usaha sangatlah
luas. Yang penting kita kreatif, mau bekerja keras, dan tidak gengsi
maka sebetulnya hampir tidak ada alasan untuk tidak bisa membuat usaha
yang sukses.
8. Untuk Semua Orang dan Bisa Dipelajari
Entrepreneurship
tidak identik dengan suatu suku atau ras tertentu. Banyak dari kita
terjebak oleh mitos-mitos yang sebenarnya tidak tepat. Karena semua itu
ada ilmunya dan bisa dipelajari dan karenanya bisa dilakukan oleh
siapapun sepanjang dia mau dan berani mencoba.
Demikian sedikit
alasan kenapa menjadi entrepreneur, diluar itu masih banyak alasan lain
yang layak dipertimbangkan. Semoga bermanfaat. @Betley06042009
Sejarah
dan Pengertian
Kewirausahaan
Avin Fadilla Helmi & Rista Bintarawita Megasari*)
A. Sejarah Kewirausahaan
Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang arsitektural.
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal.
6. Abad 20
Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
B. Pengertian Kewirausahaan
Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial, dan entrepreneur.
1. Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
2. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar.
3. Wirausahawan (entrepreneur) didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
4. Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau berwirausaha.
Inventor dan Entrepreneur
Berikut ini beberapa perbedaan antara inventor dan entrepreneur. Inventor didefinisikan sebagai seseorang yang bekerja untuk mengkreasikan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya, ia termotivasi dengan ide dan pekerjaannya. Inventor pada umumnya memiliki pendidikan dan motivasi berprestasi yang tinggi. Menurutnya, standar kesuksesan bukanlah dari moneter semata tetapi dari hak patent yang didapatnya.
Sedangkan wirausaha atau entrepreneur lebih menyukai berorganisasi daripada menemukan sesuatu. Ia mengatur dan memastikan agar organisasinya berkembang dan bertahan. Entrepreneur berupaya mengimplementasikan penemuannya sehingga disukai publik namun inventor lebih menyukai menemukan atau menciptakan sesuatu.
Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi:
1. Pengambilan inisiatif,
2. Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis
3. Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
Kewirausahaan meliputi proses yang dinamis sehingga dengan demikian timbul pengertian baru dalam kewirausahaan yakni sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko social, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal.
Melalui pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan yakni :
1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi tersebut.
2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan.
3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko social.
4. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.
C. Pengambilan Keputusan untuk Berwirausaha
Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini beberapa paparan yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha:
1. mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negative yang menimbulkan gangguan.
2. Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk
Etos Keguruan (The Guru in You)
Tanya Jawab Mencintai Pekerjaan
Etos Pembelajar
Etos Keteguhan dan Antusiasme
Etos dan Kebajikan
8 Etos
Mencintai Pekerjaan
Mencintai Pekerjaan II
Mencintai Pekerjaan III
Mencintai Pekerjaan IV
GOS – Gembira Optimis Semangat
GOS – Gembira Optimis Semangat II
Etos dan Produktivitas
Etos in Time of Crisis
Etos in Time of Crisis II
Etos dan Self Programming
Visi dan Daya Tahan Nelson Mandela
Pembahasan SMS & Telepon
Memasuki 2009 Dengan Etos Rahmatan
Bekerjasama Dengan Tanggung Jawab dan Amanah
Pensiunan PNS Sukses di Bisnis Komunikasi
Cermat melihat peluang dan gigih menghadapi tantangan merupakan kunci suksesnya. Jadi, siapa bilang masa pensiun merupakan masa istirahat. Melalui Isopanel Dunia, Rochkita Effendi membuat prestasi.
Memulai berbisnis di usia tua ternyata bukan kendala untuk berhasil. Setidaknya itulah yang dilakukan Rochkita Effendi. Lelaki kelahiran Bandung 2 Juli 1941 ini membangun usaha sendiri ketika memasuki masa pensiun atau tepatnya tahun 1996. Saat itu ia berusia 55 tahun. Berkat kegigihannya, ia berhasil. Kini PT Isopanel Dunia (ID) tercatat sebagai pionir, sekaligus pembuat shelter panel telekomunikasi terbesar di Tanah Air. Total pelanggan perusahaan yang memiliki pabrik seluas 2,5 hektare di Sukabumi, Jawa Barat ini mencapai 250 perkantoran, pabrik, dan instalasi pribadi. Mereka antara lain, Telkomsel, Indosat, Excelcomindo, Esia, Natrindo, Siemens, Nokia, Mobile8, Motorola, dan Huawei.
Pengalaman sebagai Kabag Teknik Perkebunan Aneka Usaha Perkebunan (BUMN di bawah Dirjen Perkebunan) rupanya memberi kontribusi amat besar dalam bisnisnya. Selama puluhan tahun berdinas di BUMN itu, ia banyak membangun berbagai macam pabrik, seperti pabrik gula dan kelapa sawit. Alhasil, ia tahu banyak seluk-beluk mendirikan pabrik.
Di sisi lain, memang sejak lama Rochkita ingin memiliki usaha sendiri. Namun, karena masih bekerja di BUMN, ia tak sempat mewujudkan mimpinya itu. Ketika pensiun pada 1995, ia teringat kembali dengan rencananya. Saat itu, salah seorang temannya dari Malaysia menceritakan tentang produk temuannya berupa shelter telekomunikasi (pelindung radio di setiap menara seluler) berbahan isolated panel (isopanel) dengan sistem completely knocked down. Penemuan ini menginspirasi Rochkita untuk membawa shelter telekomunikasi itu ke Tanah Air.
Untuk merealisasi rencananya, pada 1996 ia mendirikan ID di atas lahan seluas 3.000 m2 miliknya sendiri di kawasan Baros, Sukabumi. “Produk saya bukan untuk Jakarta saja, tapi seluruh Indonesia. Di Jakarta terlalu mahal, izin-izin pun sulit dan pajak sudah tertumpuk di Jakarta,” ujarnya mengenai alasan pendirian pabriknya di Sukabumi. “Saya ingin membangun daerah,” imbuhnya. Selain tanah, dari koceknya ia pun mengeluarkan modal sebesar Rp 1,2 miliar. Ia beruntung, sang teman tadi mengizinkan untuk membeli mesin secara mencicil dari perusahaannya, Cycleworld Corporation (CC).
Toh, memulai usaha ini tidak mudah. Saat itu ia harus mendatangkan 6 karyawan dari Malaysia. Sementara karyawannya sendiri (lokal) 8 orang. Karena belum bisa memproduksi sendiri, seperti seorang agen, awalnya ia membeli shelter telekomunikasi dari CC, lalu dipasarkan di Indonesia. Adapun pembeli perdananya adalah Satelindo sebanyak lima shelter. Menurutnya, Satelindo tertarik membeli shelter milik ID karena produknya memenuhi syarat tidak lembab alias tetap kering di dalam, suhunya bisa diatur, dan bisa dirakit di mana saja tanpa harus membawa bata, semen, batu dan pasir sekalipun ke atas tempat yang tinggi seperti bukit. Selain itu, bentuk dan ukuran shelter bisa disesuaikan dengan keinginan klien.
Kondisi pasar pada saat itu juga sangat kondusif. Perusahaan operator seluler di Tanah Air masih menggunakan cara tradisional untuk melindungi radio pemancar di menara BTS-nya seperti membuat gardu yang ditembok. Sementara itu, shelter yang ia jual jauh lebih praktis. Dengan sistem knock down, shelter tersedia dalam bentuk piece per piece (per potong), satu hari dijamin selesai dibangun. Kelebihan yang lain, produk bergaransi 15 tahun ini tidak butuh pemeliharaan, catnya pun tidak berubah karena memiliki bahan kimia yang antilumut dan antikorosi.
Sayangnya, tak lama setelah itu, krisis moneter datang. Hal ini membuat para operator seluler sementara waktu memutuskan menghentikan rencana pembuatan BTS. Akibatnya, order dari klien berhenti sama sekali. Namun, Rochkita percaya badai ini hendak berlalu. Situasi ini dimanfaatkan untuk melatih kemampuan karyawannya di pabrik, dan mencoba memproduksi shelter sendiri. Meski begitu, hak paten desain mesin tetap pada CC dan ID hanya mendapat lisensi. Itulah sebabnya, setelah 6 bulan beroperasi, 6 karyawan asingnya ia kembalikan ke Malaysia. Ternyata, ”Enggak sulit juga. Justru ada hikmahnya banyak kontrak terbengkalai, dan kami belajar,” ujar lulusan Jurusan Teknik Sipil Akademi Teknologi Nasional (sekarang bernama ITENAS) ini. Yang menggembirakannya, saat itu ID berhasil memproduksi tiga shelter per hari.
Pada 1999, keadaan mulai membaik. Order mulai datang lagi. ID mendapat pesanan untuk PT Mobisel dan PT NTS di Surabaya. Seiring dengan membaiknya situasi ekonomi dan maraknya dunia pertelekomunikasian di Indonesia, Rochkita berhasil mendekati semua operator seluler di Indonesia seperti Telkom, Telkomsel, Indosat, Excelcom (XL), STI, serta vendor besar seperti Nokia Siemens Network, Alcatel, Huawei Tech Investment, Ericsson dan ZTE.
Bersamaan dengan itu atau dua tahun belakangan muncul pemain baru seperti PT Refconindo, PT Dawamiba, PT Bukaka, PT Basuki Graha, PT Saka Panel, PT Jalur Sejuk, PT Elite dan PT Intermas yang bermain di areal yang sama. Toh, pihaknya tak gentar menghadapi persaingan. Alasannya, harga shelter buatan ID relatif bersaing. “Kalau pendatang baru banting harga biasa, rebut pasar dulu, itu sudah saya antisipasi. Silakan saja. Kami punya hitungan sendiri, untung banyak enggak perlu, sedikit saja tapi kuantitasnya banyak,” ungkapnya. Di pasar shelter telko, market share ID sekitar 40%. Yang jelas, hingga sekarang ID sudah memasok tidak kurang dari 7 ribu shelter komunikasi. Tahun lalu, ID memasok 2.500 shelter untuk panel telko. Bandingkan dengan saat ini ID memproduksi 30 shelter/hari atau 10 kali lipat dibanding tahun pertama kali memproduksi shelter. Walaupun saat ini penjualan fokus di Tanah Air, tahun 2004 ID sempat mengekspor 200 shelter ke Nigeria.
Yang menarik, belakangan perusahaan yang satu-satunya mengantongi ISO 9001:2000 untuk Quality Management System di kategorinya ini melakukan banyak terobosan. Di luar shelter ID juga membuat sejumlah produk yang menggunakan bahan isopanel seperti gudang/lemari pendingin (cold storage) berpendingin hingga minus 40 derajat Celcius. Juga, pembersih ruangan buat perusahaan elektronik, base camp buat perusahaan minyak, dan chicken farm. Yang jelas, cold storage ini dipasok untuk sejumlah hypermarket, seperti Carrefour, Makro, Hypermart, Giant dan Hero. “Malah kami ekspor kontainer cold storage ke Malaysia,” ujarnya. Adapun kapasitas produksi ID untuk produk-produk ini mencapai 900 unit/bulan (full capacity).
Tak ingin cepat berpuas diri, pada 2007 ID meluncurkan varian baru yaitu modular housing berupa rumah knock down berkonsep nonmaterial kayu. “Kami berhasil membangun rumah dua lantai dengan menggunakan bahan baku 100% nonkayu untuk semua elemen rumah,” kata Rochkita yang menganggarkan biaya sekitar Rp 700 juta/tahun untuk keperluan riset dan pengembangan (R&D), yang pihaknya masih bekerja sama dengan CC. Alasan memproduksi modular housing ini, karena ke depan kayu diprediksi akan semakin sulit didapat. Kalau pun ada, harganya pasti melambung. Dari situlah ia berpikir untuk mengembangkan rumah tanpa kayu dengan menggunakan bahan isopanel. Diakuinya, harga produk ini lebih mahal dibanding produk kayu. Bayangkan. Harga per meternya sekitar Rp 1,4 juta atau Rp 40 jutaan untuk rumah seluas 6 x 6 meter. Yang membanggakannya, kini produk bergaransi 20 tahun ini mulai digunakan untuk rumah dan perkantoran. Toh, diakui Rochkita, tak mudah memasarkan modular housing ini. Itulah sebabnya, ia rajin ikut pameran properti, alias jemput bola.
Tantangan yang dihadapi ID adalah makin maraknya penggunaan BTS outdoor beberapa tahun ini. Tito Wicaksono, Spesialis Pengawasan Proyek Telkomsel Jabotabek dan Jawa Barat, misalnya, mengatakan mulai tahun 2007 pihaknya lebih banyak menggunakan perangkat BTS outdoor. ”Yang indoor hanya sekitar 30%,” ujarnya. Diakuinya, tidak semuanya bisa menggunakan BTS outdoor. Ada BTS khusus yang masih memerlukan shelter, misalnya BTS untuk BSC, Backbone atau Collector. Adapun kelebihan ID di mata Tito adalah jika Telkomsel menginginkan desain baru yang berbeda, pihak ID mau berkorban uji coba mendesainkan, kendati pihak Telkomsel belum tentu membeli. ”Ini nilai plus dari ID,” katanya. Baik Tito maupun Robert Supriadi, Head of Strategic Sourcing Ericsson Indonesia, menilai kualitas produk ID memang bagus.
Di sisi lain, Rochkita tak cepat pesimistis. Kendati kini para operator seluler mencoba menggunakan BTS outdoor tanpa memerlukan pelindung untuk perangkat radio, ia yakin akhirnya mereka akan kembali menggunakan shelter. Alasannya, lama-kelamaan banyak perangkat yang rusak karena terkena matahari dan hujan. Selain itu, baginya penurunan permintaan tidak terlalu signifikan, karena di gunung dan hutan tidak bisa menggunakan BTS outdoor, jadi tetap menggunakan shelter. Sementara itu Rinie Risdianie, Direktur Penjualan dan Pemasaran ID, mengantisipasi penurunan permintaan dengan memfokuskan produksi panel sandwich untuk shelter telepon, cold storage & insulated metal roofing dan light truss (struktur baja ringan).
Meskipun banyak menghadapi tantangan baru, ID tetap mempertahankan sejumlah prinsip yang ketat. Antara lain, Rochkita tidak pernah sekalipun meminjam uang dari bank. “Profit itu kan ada dividen, karena punya sendiri, tidak dibagikan, tapi dipakai buat beli mesin, untuk meningkatkan kemampuan produksi,” ungkapnya. Yang luar biasa, ketika krismon pun, ia tidak bergantung sama sekali pada bank.
Berikutnya, perhatiannya kepada karyawan. Setiap tahun ia memberangkatkan haji satu keluarga karyawan (suami-istri) ke Tanah Suci, memberi THR dua kali (menjelang Ramadan satu kali gaji dan menjelang Lebaran dua kali gaji), karyawan lepas pun mendapatkan THR (jumlahnya dihitung 28 hari kerja). Selain itu, ayah yang dikaruniai 8 anak ini juga sangat memperhatikan kesehatan karyawan dengan memberikan jaminan pengobatan.
Ke depan, perusahaan yang beraset Rp 120 miliar dan memiliki 300 karyawan ini akan fokus pada pendirian BTS di luar Pulau Jawa. Di samping itu, ID pun akan terus mengembangkan sayap di pasar properti, mengembangkan produk modular housing tanpa kayu. “Kami akan bekerja sama dengan partner di Singapura untuk masuk ke pasar Dubai, di sana kan uangnya banyak tapi sulit bahan bangunan,” ujarnya sambil menerangkan ketertarikannya bekerja sama dengan pihak di Australia untuk Pulau Fiji. Dan dalam waktu dekat, ID hendak menggunakan mesin yang lebih otomatis.
Hal yang paling disyukuri suami Supini ini adalah di usianya yang lanjut sekarang, dua anaknya (Rahadian dan Farida) sudah masuk ke ID untuk membantunya. Rahadian menjadi direktur operasional, dan Farida menempati kursi direktur keuangan. Toh, pria berusia 68 tahun ini tidak menutup kemungkinan mengambil profesional untuk menjalankan perusahaan jika anak-anaknya tidak mampu. Pengusaha yang merupakan satu dari 14 tokoh pengusaha, profesional, pendidik Indonesia yang mendapat penghargaan Bakti Utama dari Yayasan Anugerah Profesional Indonesia ini, mencanangkan hendak mundur dari ID pada usia 70 tahun.
"Innovation is the spesific tool of Entrepreneurs, the means by which they exploit change as an opportunity for a different business or service. It is capable of being presented as a discipline, capable of being learned, capable of being practiced " - Peter Drucker -
RKSE Menciptakan Entrepreneur Modern Indonesia
Dan Mencegah Kebangkrutan Usaha Mikro
Ada potensi sebanyak 50,7 juta pelaku usaha ekonomi mikro di Indonesia yang menanti sentuhan pemerintahan baru untuk membawa bangsa ini keluar dari kemiskinan. Para pelaku usaha mikro yang berhasil menampung 89,3% (83,65 juta orang) tenaga kerja Indonesia, saat ini masih berkutat dalam lapak-lapak sederhana, terdiri dari wajah-wajah baru dengan modal terbatas dan pelaku lama yang sering menjadi target penggusuran.
Dengan pembinaan yang bersifat birokratis dan sporadis, tiga tahun ke depan usahawan-usahawan mikro itu diprediksi akan banyak berguguran. Apalagi kini ada lebih banyak lagi kalangan terdidik yang tergila-gila berwirausaha, dan menyaingi usaha mereka. Dengan sekedar ikut-ikutan, atau melalui metode yang dikenal dengan istilah ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) akan berakibat fatal dalam upaya penciptaan lapangan kerja. Selain tak akan bertahan lama karena fondasi usahanya rapuh, inisiatifnya random dan didorong oleh keinginan untuk cepat sukses, kehadiran mereka dapat mematikan pelaku-pelaku usaha yang sama-sama lemah.
Demikian butir-butir pemikiran Profesor Rhenald Kasali, PhD pada peresmian Rhenald Kasali School for Entrepreneurs, sebuah kegiatan social entrepreneur yang ditujukan untuk menciptakan entrepreneur modern Indonesia. “Setelah kami jalani dan pikirkan selama bertahun-tahun akhirnya kami menemukan metode yang paling baik dan paling aman untuk masyarakat untuk membangkitkan benih-benih kewirausahaan menjadi bangunan usaha yang kokoh dan inovatif. Diperlukan creative thinking, keterlibatan para mentor yang terdiri dari usahawan-usahawan berhati mulia, dan keterlibatan para social entrepreneur.
Rhenald mencontohkan apa jadinya perekonomian Indonesia, kala sumber daya mineral yang menjadi andalan APBD berbagai propinsi dan dana otsus di Papua habis beberapa tahun lagi, tanpa kehadiran entrepreneur modern. Menurutnya, UMKM Indonesia harus diajak naik kelas, dari usaha informal-tradisional ke arah formal-modern, dengan memperbaiki struktur DNA kewirausahaannya. Ia percaya, sekedar ikut-ikutan berwirausaha saja tidak dapat menghasilkan kemajuan.
Pilihan Kebijakan
Rhenald menyebutkan, pada tahun 1998, saat Indonesia dilanda krisis, tak banyak orang yang percaya bahwa entrepreneurship merupakan solusi terbaik. Berbekal uang tabungannya semasa menjadi teaching assistant di Amerika Serikat, sekembalinya ke tanah air ia merintis program talkshow Bedah Bisnis di radio dan televisi untuk merekonstruksi entrepreneur-entrepreneur baru yang dapat menjadi panutan kaum muda. Sebaliknya, banyak ekonom yang mengatakan kepadanya bangsa Indonesia adalah bangsa pekerja, jadi solusinya adalah perbaiki ekonomi macro, dan buatlah agar mereka bisa kembali bekerja di pemerintahan dan perusahaan asing. Maka pilihan kebijakan yang diambil saat itu adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi masuknya investasi asing.
Berbeda dengan pandangan-pandangan yang pesimis dan mengecilkan angka wirausaha, Rhenald justru melihat benih-benih kewirausahaan Indonesia pasca krisis 1998 justru sudah ada dan tinggal dibangkitkan dan dibentuk ke arah usaha yang modern.
Terbukti dengan acara radio yang digelutinya selama 5 tahun dan program tv yang digagasnya di awal reformasi, berhasil menginspirasi banyak anak muda yang sekarang mulai mewarnai dunia usaha. Dengan tekun Rhenald dan teamnya membina mereka, dan mengajak mereka memasuki pasar luar negri, berbisnis di berbagai penjuru Indonesia, mengolah sumber daya alam, dan membangun manajemen yang tangguh. “Berbisnis itu bukan harus dimulai dari visi-misi, atau dari business plan, tapi dari cara berpikir yang benar, kreatif, adaptif dan pengetahuan tentang jenis usaha yang ditekuni.” Misinya adalah membentuk mereka menjadi entrepreneur modern yang tangguh dan tahan banting. Jadi outputnya adalah menjadi wirausaha modern.
Maka kebijakan pemerintah baru kelak tidak boleh didasarkan pada asumsi yang keliru bahwa lapangan pekerjaan dapat ditumbuhkan melalui investasi asing atau disinsentif berupa pungutan-pungutan yang menghambat masuknya mereka ke dalam bentuk yang lebih modern.
Mengapa RKSE Didirikan?
Sebagai guru besar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald kasali membangun Yayasan Rumah Perubahan untuk menyalurkan gairah pengabdian masyarakatnya dengan mengolah sampah dan kegiatan lingkungan hidup. Ia tinggal bersama dengan penduduk yang mencari makan dari Kali Sunter yang mengiris perbatasan Depok-Bogor-Jakarta-dan Bekasi itu dengan tujuan untuk mengajak mereka melestarikan lingkungan.
Kegiatan lingkungan dan model pengolahan sampah Rumah Perubahan yang digagasnya bersama CV Mitran, telah banyak diaplikasikan di berbagai kota di Indonesia. Namun ketika konsep perubahan itu akan dieksekusi, petugas lapangan yang direkrut untuk mengolah sampah itu ternyata banyak mengalami kesulitan dari jajaran birokrasi dan “mafia sampah” karena minimnya bekal kewirausahaan bisnis dan kewirausahaan sosial (social entrepreneurs) dan terlalu banyak iming-iming yang menjanjikan cara cepat menjadi kaya, yang mendewa-dewakan kegiatan passive-income.
“Gairah kewirausahaan yang tinggi belakangan ini perlu dikembalikan pada praktek-praktek usaha yang menguntungkan tapi aman bagi keluarga usahawan dan baik bagi masyarakat,” ujar Rhenald Kasali. Dengan mengambil jalan pintas, banyak usahawan muda menjadi tidak kreatif, berpindah-pindah usaha tanpa pegangan, tidak membangun kapabilitas, terlalu mengedepankan visi-misi dan business plan, dan sebagian lagi terjerat dalam kegiatan money games.
Berbekal pengetahuan dan pengalamannya, Rhenald lalu menggandeng para usahawan senior dan junior membentuk wadah untuk mempersiapkan usahawan-usahawan bermodal kecil menjadi entrepreneur modern. Sekolah ini ia dirikan bersama dengan Sunaryo Suhadi (pengusaha), dan Henky Eko (pemilik waralaba kedai Bakso Malang Kota Cak Eko) di kampus Rumah Perubahan yang asri dan dilengkapi fasilitas penginapan dan eco-outbound. Sedangkan adviser sekolah ini terdiri dari Sudhamek Agung Waspodo (pemilik Garuda Food), Irwan Hidayat (Sidho Muncul), Gunadi Sinduwinata (CEO PT Indomobil), Tony Sumartono (Yayasan Dhama Bakti Astra), Ir. Hariono (Bersih Sehat, Midori), dan Cok Raka Gde Sukawati (Puri Ubud, Royal Pitamaha, Bali). Ia juga melibatkan Anton Sujarwo (Yayasan Dian Desa), Eri Sudewo (pendiri Yayasan Dompet Duafa), Sylviana Murni (Walikota Jakarta Pusat), Sugeng Siswoyudono (si pembuat kaki palsu) dan sejumlah ecopreneurs untuk mengembangkan pendidikan social entrepreneurs.
Rancangan Program
RKSE membuka program Dynamic Entrepreneurs (untuk pemula, kaum muda, dan eksekutif perusahaan), pensiun preneurs (untuk program displacement), Creative Entrepreneurs, UKM Naik Kelas (untuk para pelaku usaha Mikro, dibiayai pihak ketiga), Social Entrepreneurs dan Ecopreneurs (untuk pelaku usaha dalam bidang lingkungan). Peserta diajak tinggal selama 3 hari di kampus Rumah Perubahan yang asri, bertemu para mentor, membangun kekuatan baru, melakukan kegiatan luar ruang, dan setelah itu bergabung dalam forum kewirausahaan yang mempertemukan mereka dengan jejaring usaha.
Dalam bidang ecopreneurs
RKSE antara lain memberikan pelatihan pengolahan sampah menjadi energy
biomasa skala kecil (komunitas kelurahan), pembuatan pestisida organik,
perangsang tanaman organik, dan menjadi petani kota tanpa lahan.