OPINI ISLAM
Bangkitnya Entrepreneur Islami
Oleh: DEWI HARIYATI, SE
Penulis adalah Pengajar di
MA Darul Hikmah Diwek Jombang dan tergabung dalam Komunitas Penulis
Jombang (KPJ) dan Komunitas Penulis Lesehan (KOPEL) Jombang
Entrepreneur religius
(islami) kini makin berkembang, bahkan saat ini mereka semakin eksis dan
pesat perkembangannya. Mungkinkah sudah saatnya entrepreneur islami
bangkit, untuk meningkatkan perekonomian ummat?
Sebagaimana
kita ketahui, ‘senjata’ untuk
menjatuhkan ummat Islam salah satunya adalah faktor ekonomi. Pasalnya,
jika dilihat secara umum, yang menguasai perekonomian di Indonesia bukan
orang pribumi, dan bahkan mereka non muslim. Akibatnya, hal itu menjadi
‘bumerang’ bagi umat Islam sendiri, sebagai mayoritas penduduk di
Indonesia.
Untuk itu, perlu adanya perbaikan ekonomi dan saling
kepedulian sesama muslim untuk meningkatkan ukhuwah. Salah satu faktor
yang menyebabkan ‘jeblok’-nya ekonomi ummat, ada berbagai faktor.
Diantaranya, tidak ada kepercayaan diri, takut gagal, meniru kesuksesan
orang lain, jika sudah berhasil cenderung melupakan kualitas, dan masih
banyak lagi.
Dalam segala aktifitas, seorang entrepreneurship
(yang memiliki jiwa kewirausahaan) harus menyadari bahwa dalam setiap
usaha kita terdapat campur tangan sang Kholiq. Untuk itu perlu
menjunjung nilai-nilai agama dan mengimplementasikan ke dalam kehidupan
berbisnis.
Sebagaimana dikemukakan terminology yang dikemukakan
seorang profesor dari St Thomas University, Amerika Serikat, istilah
entrepreneur religius beberapa waktu lalu menjadi wacana dalam sebuah
jurnal entrepreneur dan menjadi perbincangan hangat. Dari perbincangan
itu, diyakini bahwa ada hubungan positif (positif korelation) antara
relegius dengan keberhasian.
Beberapa entrepreneur yang telah
berhasil mengabungkan keduanya (agama dan usaha) diantaranya Bill Gates,
Donald Trump, Anita Roddick, Warren Buffet dan masih banyak lagi.
Mereka meski tidak secara eksplisit dikatakan bahwa mereka adalah
benar-benar murni mengimplementasikan ajaran agama dalam bisnisnya.
Beberapa tipikal mereka diantaranya humanis, manajer yang cerdas
(profesional), menggaji karyawannya dengan layak, dan mengedepankan
etika berbisnis.
Padahal, kita tahu, bahwa dalam berusaha, banyak
perusahaan yang hanya memikirkan bagaimana mendapatkan untuk
sebesar-besarnya dengan mengeluarkan dana sekecil-kecilnya. Sehingga
yang mereka lakukan memanfaatkan tenaga kerja untuk terus bekerja, dan
jika perlu mencari tenaga kerja yang upahnya kecil.
Mereka,
beberapa pebisnis yang disebutkan di atas, hanya sebagian pengusaha yang
mengikutkan faktor religius dalam berbisnisnya. Selain itu, mereka
merupakan pembisnis yang baik, lebih dari 10 persen hasil keuntungan
usahanya dihibahkan untuk kegiatan sosial dan lainnya.
Bagaimana
dengan Entrepreneur Islami?
Di Indonesia, kita mengenal
Manajemen Qolbu-nya Abdullah Gymnastyar (AA Gym), kemudian Pandu Siwi
Sentosa milik HM Bhakty Kasry dan masih banyak lagi. Mereka merupakan
beberapa diantara sekian pengusaha yang menerapkan agama dalam
bisnisnya.
Sebut saja Manajemen Qolbu atau yang lebih dikenal
dengan MQ. Bisnisnya diawali dari dakwah yang dilakukan ditengah
keterpurukan ekonomi, moral dan soaial bangsa. Dakwah AA Gym mampu
menjadi penyejuk hati ummat dalam setiap dakwahnya. Ia pun menerima
permintaan dakwah dari penjuru tanah air. Kemudian setelah melalui
proses, ia-pun ingin memberikan sesuatu yang lebih kepada umat. Melalui
dakwahnya, ia pun mengajarkan cara berbisnis yang Islami. AA Gym-pun
dikenal dengan pelatihan bisnis MQ yang diikuti para pembisnis untuk
belajar manajemen Islami.
Sukses dakwah, tidak menyurutkannya
untuk berhenti hanya sebagai pendakwah. Sesuatu yang lebih, yakni
bisnisnya di bawah naungan Yayasan Pesantren Darut Tauhid pun
mengembangkan dengan pesantern modern dan multifungsi. Kemudian
mengepakan sayapnya dengan mengembangkan usaha toko, swalayan, warung
telekomunikasi, penerbitan buku, tabloid, stasiun radio, pembuatan kaset
dan VCD, TV, guest house, air minum kemasan dan lainnya.
Dalam
berwirausaha, ia mengutip ayat Hadits Rasulullah SAW, yakni tangan di
atas lebih baik dari tangan di bawah. AA Gym juga menyatakan bahwa umat
akan berhasil dalam membangun usaha, jika mereka mampu membangun jiwa
entrepreneurship dalam diri sendirinya.
Sementara Pandu Siwi
Sentosa, yang awalnya bermodalkan patungan diantara koleganya, tahun
1992 Bhakty memulai bisnis jasa kurir dengan label Pandu Siwi Sentosa.
Meski sempat jatuh, hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia pun harus
menjual mas kawin dan mobil milik istrinya. Ia pun menata manajemennya,
dan usahanya membuahkan hasil. Tidak hanya itu, setelah berhasil, ia
tidak melupakan jasa karyawannya. Bagaimanapun juga mereka ikut andil
besar dalam kesuksesan bisnisnya. Untuk itu, ia membuat program
menghajikan karyawannya.
Itu dilakukannya karena Bhakty
menyadari, bahwa Allah SWT yang memberi kemudahan pada umat-Nya yang
berusaha di jalan Allah. Untuk itu ia kembalikan kepada Allah melalui
nilai-nilai yang ia tanamkan di perusahaannya, seperti nilai welas asih,
atau berderma dan menanamkan nilai-nilai Islami pada karyawannya. Di
kantornya, ia menerapkan zona bebas asap rokok bagi karyawannya, dan
area berjilbab bagi karyawatinya.
Contoh di atas, hanya sebagian
dari sekian ribu pengusaha yang menerapkan hubungan antara bisnis dan
religius. Namun sayangnya, besarnya prospek bisnis dengan menjalankan
syariat agama masih minim. Padahal, sudah banyak contoh nyata
keberhasilan sosok pembisnis yang mengakui keterlibatan nilai-nilai
agama.
Kini saatnya untuk membangun bisnis Islami, dengan
mengedepankan kejujuran dan keadilan. Sehingga ke depan dapat
membangkitkan ekonomi umat yang semakin terpuruk dan mengurangi angka
kemiskinan dan pengangguran yang didominasi umat Islam. Hal itu dapat
terjadi, jika para pengusaha muslim menerapkan jiwa sosial untuk
membantu sesama dengan memberikan pekerjaan, bukan sekedar modal.
Pujiono Cahyo Widianto atau yang terkenal dengan Syekh Puji membeberkan
cara-cara menjadi seorang pengusaha dalam Talk Show "Cara Gila Menjadi
Entrepenuer" yang digelar dalam rangka Dies Natalis Universitas Muria
Kudus (UMK), Jateng, Sabtu.
Menurut pemilik PT Sinar Lendoh
Terong tersebut, untuk mencapai sukses menjadi seorang pengusaha bukan
diraih dengan cara mudah dan justru diperlukan cara "gila" untuk
mewujudkannya.
"Memang benar, membutuhkan cara yang `gila` untuk
sukses berwiraswasta," katanya.
Ia mengatakan, tidak semua
orang berani mengambil keputusan menjadi pengusaha apalagi menjamin
kesuksesan sehingga, butuh kebulatan tekad dan kecermatan.
Menurut dia, syarat sebagai seorang pengusaha adalah harus tajam melihat
peluang, berani mengambil keputusan dan motivasi untuk berkembang dan
maju.
"Agar sukses, kita jangan takut untuk gagal dengan
target-target yang sudah ditetapkan," katanya.
Cara `gila`, menurutnya, adalah cara yang beda dan lain dari yang
dilakukan oleh kebanyakan orang.
Sebelum sukses seperti
sekarang, Pujiono telah mengalami perjuangan panjang yang sulit dan
susah.
Ia mengatakan, dahulu ketika perantauan di Jakarta,
pernah menjalani profesi sebagai penjaja jagung bakar selama dua hari,
menjadi kuli bangunan dua minggu, dan satu bulan sebagai kernet.
"Bekal Sebagai sales di sebuah perusahaan Amerika yang ada di Jakarta
lah saya menjalani wiraswasta," kata Pujiono.
Sebagai sales,
Puji menjalani profesinya dengan cara berbeda dari sales lain. "Sales
lain selalu saja diarahkan oleh manajer. Itu cara yang biasanya,"
katanya.
Pujiono menjelaskan, cari cara yang lain. "Jika, sales
lain baru bekerja setelah mendapat pengarahan dari manajernya, saya
justru sudah berengkat kerja selepas subuh," katanya.
"Hasilnya,
lima tahun berprofesi sebagai sales, sudah terkumpul Rp450 juta," kata
Puji.
Dengan uang ini, kata dia, digunakan sebagai modal
membuka usaha di Semarang 1990.
Ia menambahkan, agar sukses
menjadi seorang pengusaha harus menjadi pengusaha murni dan menciptakan
hal baru. "Aqua misalnya, dikenal karena punya inisiatif membuat air
minum kemasan," katanya.
Pujiono mengatakan, memilih usaha
Kaligrafi atau `relief` gambar dengan media kuningan, karena pada ketika
itu masih langka. "Jadi punya pangsa pasar tersendiri," katanya.
Selain cara Pujiono diatas, masih ada cara gila lainnya dari tokoh
pengusaha sukses.
Cerita 1 : Bakmi Mbah Mo
Di Bantul ada seorang penjual mie & nasi goreng yang terletak di
daerah yang dari kaca mata marketing “tidak strategis”. Iya memang dia
berjualan di desanya sendiri yang akses masuknya agak susah alias hanya
jalan tanah. Dia sebenarnya adalah seorang staf di salah satu lembaga
pemerintahan dan juga mengadu keberuntungan yang lain dengan berjualan
mie & nasi goreng.
Jauh sebelum kenal dengan teori “irresistible sensational offer” yang
digemborkan para sesepuh tda, bapak ini sudah mempraktekkan teori
marketing yang sangat sederhana tapi cespleng.
Beda dengan penjual mie & nasi goreng kebanyakan, warung mbah mo
(disebut gitu aja ya) melakukan praktek marketing dengan cara sering
tampil di radio, meskipun hanya kirim ”salam”. Aktifitas kirim salam
untuk dirinya sendiri atau untuk istrinya, terkadang juga dari istrinya
untuk keluarganya dll, adalah rutinitas marketing yang dikerjakannya dan
diakhir pasti ada peryataan tentang warung mie & nasi goreng mbah
mo tadi.
Misalnya : ”Salam untuk neng wati, tadi malam enak ya pertemuan di
warung mbah mo, bisa makan nasi goreng yang uenak tenan,” trus misalnya
juga ”salam dari mas basuki, Mbah Mo terima kasih ya teman-teman saya
puas atas makan malam di tempatnya mbah mo”….dll yang semuanya dilakukan
mbah mo sendiri…luar biasa.
Kemudian tak lupa juga menyebar brosur yang sampai dilakukan ke
tengah kota. Dan anda pengin tahu berita selanjutnya…konon warung mbah
mo ini menjadi terkenal bahkan sampai pejabat & artis pernah ke
tempatnya untuk mencicipi mie & nasi goreng racikannya. Dari menteri
juga presiden pernah makan di tempatnya dan bahkan ada yang langganan
setiap ke jogya pasti mampir ke tempatnya yang sebenarnya letaknya jauh
dan susah dijangkau.
Padahal dari segi rasa sebenarnya juga standard saja koq, tidak jauh
berbeda dengan yang lain. Dan sekarang dia memiliki karyawan termasuk
orang tuanya sendiri menjadi karyawannya. Kalo bekerja ya di gaji dan
yang lainnya tetap dia berbakti sebagai anak.
Ini semua terjadi berawal dari mimpinya bahwa dia ingin setiap orang
datang ke warungnya, tidak peduli dia rakyat biasa, artis, pejabat
maupun presiden. Nah loh yang mau jadi enterpreneur, sudahkah punya
impian yang real, sehingga Allah tidak keliru untuk mengabulkannya….
Cerita 2 : Bakso Gak Patek Enak
Ketika saya ada pekerjaan kantor, untuk koordinasi renovasi kantor
reps bojonegoro tahun lalu, saya tergelitik dengan warung bakso yang ada
di seberang jalan kantor reps yang saya kunjungi tadi, tepat di pojok
perempatan, dekat lampu merah.
Ada tulisan menyolok di list plank nya ”Bakso Ora Patek Enak”.
Namanya memang seperti itu, tapi kalau anda kesana jangan ditanya berapa
orang yang makan bakso di tempat ini, ramai sekali dan memang lumayan
enak lho baksonya, promosi dikit khan gak papa ya…
Nah ini pula yang diceritakan oleh Cak Fud dan Pak Panca kepada saya
beberapa hari yang lalu. Dan konon juga telah dimuat di majalah
wirausaha & keuangan. Terbukti bahwa nama itu penting untuk
menciptakan Branding, Gimana mau buat juga ”Soto Gak Patek Enak”
he..he..
Hikmah dari Cerita
Dua cerita itulah yang mengawali diskusi yang disampaikan oleh Cak
Fud (nama lengkapnya abdullah mahfud), seorang pengusaha supplier
chemical untuk industri besar asal surabaya. Dan ternyta Cak Fud ini
adalah orang yang sering saya temui ketika saya masih tinggal di
perumahan galaksi bumi permai (araya), salah satu kawasan perumahan elit
di surabaya.
Kami sama-sama sering sholat jama’ah di masjid arroyan yang berada di
kompleks perumahan tersebut dan juga sama-sama sebagai imam pengganti
ketika imam tetapnya (pak Luqman Baswedan, pengusaha jual beli otomotif
dan pak Zubaidi, Pembantu Dekan I FTK ITS) berhalangan hadir. Saya baru
tahu kalau beliau adalah seorang pengusaha dan juga secara ikhlash
menjadi mentor bagi pengusaha pemula seperti saya ini.
Cak Fud mengingatkan bahwa kita harus punya impian yang spesifik yang
merupakan gambaran masa depan yang akan kita capai. Pendek kata dia
menyampaikan kita harus jadi BOSS bagi diri kita sendiri. Karena boss
itu selalu benar, boss itu lebih kaya dan boss itu banyak liburnya
he..he…
Kalau menurut saya ada benarnya juga pernyataan ini karena yang
namanya boss itu punya segalanya baik kekayaan, jabatan dan yang lebih
menarik lagi dia bisa mengatur hidupnya dengan sebaik-baiknya.
Dan yang lebih penting adalah seluruh hidup kita harus berorientasi
akhirat maka insyaallah dunia akan melayani kita. Ingat kisah Soichiro
Honda, sang pendiri kerajaan bisnis otomotif ”Honda” yang industri dan
pasarnya mendunia itu..?
Kita mungkin membayangkan kalau dia hidup glamour tetapi yang kita
lihat justru sebaliknya, dia hidup sangat sederhana dengan satu rumah
dan tidak mewariskan hartanya kepada anak-anaknya. Dan dia pernah
mengatakan ”orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. tapi tidak
melihat 99 % kegagalan saya. jadi, ketika anda mengalami kegagalan, maka
mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru”.Pribadi yang luar biasa
pikir saya…
Jadi kalau kita mau anggap mudah maka insyaallah akan mudah juga,
jadi mau pilih mana…?
Dan terakhir beliau menyampaikan sesuatu yang sangat penting untuk
direnungkan bagi para pengusaha/calon pengusaha, diantaranya :
1. Seorang pengusaha itu harus memiliki kecerdasan finansial
2.
Pandai itu tidak menjamin sukses
3. Orang sukses adalah orang yang
mengalami kegagalan lebih banyak daripada orang lain
4. Orang sukses
adalah orang yang sebanyak-banyaknya memanfaatkan orang pandai
5.
Sukses itu ada harganya
6. Pengusaha itu…cerdas berfikir. Dari
berbagai sumber: www.suaramedia.com
Etika bisnis memegang peranan penting
dalam membentuk pola dan
sistem transaksi bisnis, yang dijalankan seseorang. Sisi yang cukup
menonjol dalam meletakkan etika bisnis Nabi Muhammad SAW adalah nilai
spiritual, humanisme, kejujuran keseimbangan, dan semangatnya untuk
memuaskan mitra bisnisnya. Nilai-nilai di atas telah melandasi tingkah
laku dan sangat melekat serta menjadi ciri kepribadian sebagai Manajer
profesional. Implementasi bisnis yang ia lakukan berporos pada
nilai-nilai tauhid yang diyakininya. Secara prinsip, ia telah menjadikan
empat pilar berikut ini sebagai dasar transaksi ekonominya.
1.
Tauhid
Sistem
etika Islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara
keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhid yang dalam pengertian
absolut, hanya berhubungan dengan Tuhan. Umat manusia tak lain adalah
wadah kebenaran, dan harus memantulkan cahaya kemuliaannya dalam semua
manifestasi duniawi:
Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tidakkah cukup bahwa
Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?. (Fushshilat:
53)
Tauhid,
pada tingkat absolut menempatkan makhluk untuk melakukan penyerahan
tanpa syarat pada kehendakNya:
Kamu
tidak menyembah yang selain Allah kecuali Hanya (menyembah) nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan
suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah
kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”. (Yusuf: 40)
Dalam
pengertian yang lebih dalam, konsep tauhid merupakan dimensi vertikal
Islam. Tauhid memadukan di sepanjang garis vertikal segi politik,
ekonomi, sosial, dan agama dari kehidupan manusia menjadi suatu
kebulatan yang homogen dan konsisten. Tauhid rububiyyah merupakan
keyakinan bahwa semua yang ada dialami ini adalah memiliki dan dikuasai
oleh Allah SWT. Tauhid uluhiayyah menyatakan aturan darinya
dalam menjalankan kehidupan. Kedua diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam
kegiatan ekonomi, bahwa setiap harta (aset) dalam transaksi bisnis
hakekatnya milik Allah swt. Pelaku ekonomi (manusia) hanya mendapatkan
amanah mengelola (istikhlaf), dan oleh karenanya seluruh aset dan
anasir transaksi harus dikelola sesuai dengan ketentuan pemilik yang
hakiki, yaitu Allah swt. Kepeloporan Nabi Muhammad saw. Dalam
meninggalkan praktik riba (usury-interest), transaksi fiktif (gharar),
perjudian dan spekulasi (Maysir) dan komoditi haram adalah wujud
dari keyakinan tauhid ini.
2.
Keseimbangan (Adil)
Pandangan
Islam mengenai kehidupan berasal dari suatu persepsi Ilahi mengenai
keharmonisan alam.
Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat
dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (Al
Mulk: 3-4)
Sesungguhnya
kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS Al-Qamar : 49).
Keseimbangan
atau keharmonisan sosial, tak bersifat statis dalam pengertian suatu
dalih untuk status quo, melainkan suatu sifat dinamis yang mengerahkan
kekuatan hebat menentang segenap ketidakadilan. Keseimbangan juga harus
terwujud dalam kehidupan ekonomi. Sungguh, dalam segala jenis bisnis
yang dijalaninya, Nabi Muhammad Saw, menjadikan nilai adil sebagai
standard utama. Kedudukan dan tanggung jawab para pelaku bisa ia bangun
melalui prinsip “akad yang saling setuju”. Ia meninggalkan tradisi riba
dan memasyarakatkan kontrak mudharobah (100% project financing)
atau kontrak musyarakah (equity participation), karena
sistem “Profit and lost sharing system”.
3.
Kehendak Bebas
Salah
satu kontribusi Islam yang paling orisinil dalam filsafat sosial adalah
konsep mengenai manusia ‘bebas’. Hanya Tuhanlah yang mutlak bebas,
tetapi dalam batas-batas skema penciptaan-Nya manusia juga secara bebas.
Benar, Kemahatahuan Tuhan meliputi segala kegiatan manusia selama ia
tinggal di bumi, tetap kebebasan manusia juga diberikan oleh Tuhan.
Prinsip
kebebasan ini pun mengalir dalam ekonomi Islam Prinsip transaksi
ekonomi yang menyatakan asas hukum ekonomi adalah halal, seolah
mempersilahkan para pelakunya melaksanakan kegiatan ekonomi sesuai yang
diinginkan, menumpahkan kreativitas, modifikasi dan ekspansi seluas
sebesar-besarnya, bahkan transaksi bisnis dapat dilakukan dengan siapa
pun secara lintas agama.
Dalam
kaitan ini, kita memperoleh pelajaran yang begitu banyak dari Nabi
Muhammad Saw, termasuk skema kerja sama bisnis yang dieksplorasi Nabi
Muhammad Saw. Di luar praktek ribawi yang dianut masyarakat masa itu.
Model-model usaha tersebut antara lain, mudharabah, musyrakah,
murabahah, ‘ijarah, wakalah, salam, istishna, dan lain-lain.
4.
Pertanggungjawaban
Selanjutnya,
Nabi Muhammad Saw. mewariskan pula pilar tanggung
jawab dalam kerangka dasar etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi
dengan pertanggungjawaban manusia, setelah menetukan daya pilih antara
yang baik dan buruk, harus menjalani konsekuensi logisnya:
Tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya (QS AI-Muddatstsir:38).
Karena
keuniversalan sifat al-’adl, maka setiap
individu harus mempertanggungjawabkan tindakannya. Tak seorang pun
dapat lolos dari konsekuensi perbuatan jahatnya hanya dengan mencari
kambing hitam. Manusia kan mendapatkan sesuai dengan apa yang
diusahakannya.
Dan
tidaklah seseorang berbuat dosa melainkan
mudaratnya kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tak
akan memikul dosa orang lain… (QS Al-An’am :164).
Bukan itu saja,
manusia juga dimintai pertanggungjawaban atas
kejahatan yang berlangsung di sekitarnya. Karena itu, manusia telah
diperingatkan lebih dahulu.
Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antaramu… (QS Al-Anfal
:25).
Pertanggungjawaban
sepenuhnya atas ketiadaan usaha untuk
membentuk masa depan yang lebih baik, juga dipikulkan atas pundak
manusia:
Sesungguhnya
Allah tak akan mengubah keadaan
seseorang sampai mereka mengubah keadaan diri mereka… (QS Al-Ra’d:
11).
Wujud dari
etika ini adalah terbangunnya transaksi yang fair
dan bertanggungjawab. Nabi menunjukkan integritas yang tinggi dalam
memenuhi segenap klausul kontraknya dengan pihak lain seperti dalam hal
pelayanan kepada pembeli, pengiriman barang secara tepat waktu, dan
kualitas barang yang dikirim. Di samping itu, beliau pun kerap
mengaitkan suatu proses ekonomi dengan pengaruhnya terhadap masyarakat
dan lingkungan. Untuk itu, ia melarang diperjualbelikannya produk-produk
tertentu (yang dapat merusak masyarakat dan lingkungan).
Suatu pelajaran yang
bisa kita ambil bahwa dalam etika bisnis seseorang harus mencontoh
ketauladanan Nabi Muhammad saw bahwa seorang muslim harus mempunyai
tauhid yaitu menyerahkan segalanya kepada Allah swt. Karena semua yang
ada di dunia ini adalah milik Allah dan harus mematuhi semua aturan yang
telah ditentukan olehnya. Seorang muslim harus adil dalam segala hal
termasuk dalam bidang ekonomi, kebebasan berkehendak bagi seorang muslim
yaitu melakukan apa saja dalam melakukan aktivitas ekonomi selama tidak
melanggar yang telah ditentukan oleh Allah saw. Termasuk harus menjaga
kehalalan barang atau jasa dalam aktivitas bisnis. Seorang muslim harus
tanggungjawab yaitu bertanggungjawab dalam segala hal termasuk dalam
bidang ekonomi/bisnis. Begitu juga bertanggung jawab atas kebebasan
dalam bisnis.
Rasulullah
SAW dan Nabi-nabi yang lain menyukai hidup
sederhana dan wajar. Beliau menikmati ketenangan hidup secara sederhana
bukan berlebih-lebihan dan berfoya-foya. Beliau hidup sederhana di
segala urusannya sehari-hari baik itu dari segi makanan, berpakaian dan
juga apa yang ada padanya. Beliau mencontohkan hidup yang baik pada
umatnya dan bahkan penasehat mereka untuk hidup sederhana dan menahan
diri dari hidup yang berpoya-poya. Dalam hadis-Nya Rasulullah
mengajarkan pada umat-Nya untuk hidup sederhana.
“Orang yang
mencapai kejayaannya ialah orang yang bertindak
di atas prinsip Islam dan hidup secara sederhana. (HR. Ahmad
Tirmidzi, Ibnu Majah, dikutip oleh mishkat, Edisi Urdu, Opcit Vol II,
hal 245, No. 4934)
“Barang yang
sedikit tetapi cukup (untuk memenuhi kebutuhan
hidup) adalah lebih baik daripada banyak (tetapi menjadikan mereka lupa
diri) dan menyesatkanya (dari jalan hidup yang sederhana). (Abu
Naeem, Dikutip oleh Mishkat, Opcit. Vol II, hal. 348, No. 4962).
Al-Quran
mengajak untuk hidup sederhana, menurut Al-Quran jalan yang terbaik
adalah jalan tengah.
Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian. ( Al Furqaan: 67)
Meskipun
Rasulullah mempunyai sumber kekayaan yang banyak, beliau tetap hidup
secara sederhana yaitu berdasarkan keperluan-keperluan yang sederhana
saja. Ini adalah suatu keteladanan yang sangat berharga untuk
dicontoh dan diikuti. Bahkan keempat khalifah setelah beliau tetap
mempertahankan hidup yang sederhana.
Anjuran Nabi ini
tidak hanya terbatas pada pakaian saja tapi
juga mencakup sandang, pangan, papan dan segala kebutuhan
pokok. Begitu juga Allah melarang menjerat leher karena terlalu hemat
sebagaimana dia melarang hambanya untuk hidup boros dan berpoya-poya,
karena kedua sikap ini bertentangan dengan hidup sederhana.
1.
Etika Hidup Sederhana
- Sikap sederhana dalam membelanjakan uang pada saat
krisis
Sikap
yang baik adalah sikap yang sederhana dalam membelanjakan uang pada
saat krisis. Inilah yang ditunjukkan oleh Al-Quran dalam kisah nabi
Yusuf as.
Maka
apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit
untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat
sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.(QS.
Yusuf: 47-48).
Ayat
tersebut berisi pesan dan petunjuk kepada manusia agar mereka selamat
dari krisis, dengan cara mengurangi barang yang dibelanjakan selama 7
tahun masa panen, agar kelak bisa digunakan pada masa krisis.
- Sederhana dalam menggunakan uang negara
Jika
sifat sederhana dituntut dalam kehidupan pribadi, juga dituntut dalam
kehidupan bernegara, khususnya dalam membelanjakan uang negara. Ini
berlaku bagi semua jajaran, mulai dari kepala negara, menteri, Gubernur,
sampai jajaran tingkat bawah. Para pemimpin umat Islam sepantasnya
menjadi suri tauladan bagi rakyat dalam menjauhi korupsi dan memamerkan
kemewahan dan kemegahan.
Pada
masa kepemimpinannya, Nabi menolak tempat
tidur yang empuk, bantal Nabi terbuat dari kumpulan sabut kelapa,
sedangkan tikar yang beliau gunakan untuk tidur meninggalkan bekas
dikulit tubuhnya. Saat meninggal dunia, beliau dalam keadaan berbaring
ditempat tidur dengan menggunakan selimut kasar dan pakaian yang sangat
sederhana. Begitu juga tindak-tanduk pemimpin umat Islam setelah Nabi,
Abu Bakar r.a. Umar bin Khattab r.a, Usman bin Affan r.a, pada masa
kepemimpinannya.
- Islam mewajibkan umatnya bertindak moderat,
mendahulukan yang primer daripada sekunder, mendahulukan sekunder
daripada tersier, mendahulukan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan golongan, dan mendahulukan kepentingan rakyat kecil
daripada pejabat.
- Menjauhi pemborosan dan memakan
makanan secara sederhana, begitu juga pakaian dan tempat tinggal.
Dari pemaparan diatas
bisa diambil kesimpulan bahwa Allah melarang menjerat leher
karena terlalu hemat sebagaimana dia melarang hambanya
untuk hidup boros dan berpoya-poya. Hendaknya seorang pemimpin
tidak sombong dan congkak karena mempunyai banyak harta karena harta
adalah amanah yang harus dipergunakan sesuai dengan fungsinya bukan
disalahgunakan. Seorang muslim tidak bermewah-mewahan
dan berlebih-lebihan dalam menggunakan harta. Kebebasan individu
terbatas dengan kemaslahatan orang banyak oleh karena itu
seorang yang ingin melakukan kebebasan harus mempertimbangkan apakah
merugikan orang-orang sekitar atau tidak. Menetapkan hukum
agar bisa menekan orang-orang yang hidup dalam kemewahan.
Sedangkan etika dalam
hidup sederhana adalah bagaimana seorang muslim bersikap sederhana dalam
membelanjakan uang pada saat krisis, sehingga bisa mempersiapkan segala
kemungkinan terjadi. Sederhana dalam menggunakan uang negara dan tidak
menyalahgunakan uang tersebut untuk kepentingan pribadi apalagi untuk
berpoya-poya. Islam mewajibkan umatnya bertindak moderat, mendahulukan
yang primer daripada sekunder, mendahulukan sekunder daripada tersier.
Sikap sederhana seorang muslim adalah menjauhi pemborosan
dan memakan makanan secara sederhana, begitu juga pakaian dan
tempat tinggal semuanya dilakukan pada bataskewajaran.
Perbedaan
Entrepreneurship dan Technopreneurship |
Saat membaca kata technopreneur
(teknopreneur, id.), kemungkinan besar pikiran kita akan tertuju pada
dua hal, teknologi dan entrepreneurship atau kewirausahaan. Ya,
teknopreneur memang didefinisikan sebagai entrepreneur yang
mengoptimalkan segenap potensi teknologi yang ada sebagai basis
pengembangan bisnis yang dijalankannya. Namun, permasalahan
mendasarnya adalah teknopreneur sendiri merupakan istilah yang masih
asing di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kecuali bagi mereka
yang terus mengikuti segenap perkembangan bisnis dunia. Selain itu,
bagi mereka yang sudah mengenalnya pun masih ada yang salah kaprah
memahaminya sebagai IT entrepreneur. (Fathoni, 2007) Teknopreneur
terdapat pada bidang pertanian misalnya, berupa pembuatan peralatan
pertanian, penggunaan tenaga binatang dalam mengolah lahan pertanian,
pembuatan irigasi pertanian untuk membantu mengalirkan air ke lahan
pertanian. Lalu teknopreneur pada bidang industri, yang dahulu sering
disebuat revolusi industri, menemukan alat-alat canggih yang dapat
membantu peroses peroduksi. Alat-alat moderen mulai diproduksi
massal seperti kendaraan otomotif, perumahan, retail dan lain-lain. Dan
sekarang bisnis teknologi mulai digemari, contoh saja Bill Gate sebagai
salah satu pendiri Microsoft.
Apa yang membuat
teknopreneur berbeda dangan entrepreneur?, kata entrepreneur
(bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Perancis entreprendre
yang sudah dikenal sejak abad ke-17 The Concise Oxford French
Dictionary mengartikan entrepreneur sebagai to
undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about
(memulai, menentukan), to begin (memulai) dan to attempt
(mencoba, berusaha). Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa
Indonesia merupakan gabungan dari kata wira (gagah, berani, perkasa) dan
usaha (bisnis) sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan
sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis.( Nasution, Arman Hakim et al, 2007)Entrepreneur adalah seorang
innovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda dan konsep-konsep
bisnis untuk menghasilkan barang atau jasa baru yang mampu mengenali
setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi dan yang
berhasil menerapkan ide-idenya. Entrepreneur bukanlah sekedar pedagang,
namun bermakna jauh lebih dalam, yaitu berkenaan dengan mental manusia,
rasa percaya diri, efisiensi, kreativitas, ketabahan, keuletan,
kesungguhan dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri.Ada sedikit perbedaan antara entrepreneur
dengan teknopreneur, meskipun esensinya sama. Seseorang bisa
disebut “Entrepreneur Sukses” apabila secara ekonomi ia mampu
memberikan nilai tambah ekonomis bagi komoditas yang dijual sehingga
mampu menciptakan kesejahteraan bagi dirinya. Dengan
demikian, mereka yang digolongkan sebagai entrepreneur
sukses adalah yang termasuk pensuplay produk bagi kebutuhan pasar
pemerintah (supplier pemerintah), pensuplay kebutuhan pasar masyarakat
(pedagang), ataupun pengusaha yang bergerak di sektor jasa dengan sifat
persaingan pasar yang cenderung monopolistik hingga ke persaingan bebas
(komoditi). Berbeda
dengan entrepreneur diatas, teknopreneur
dibangun berdasarkan keahlian yang berbasis pada pendidikan dan
pelatihan yang didapatkannya di bangku perkuliahan ataupun dari
percobaan. Mereka menggunakan teknologi sebagai unsur utama
pengembangan produk suksesnya, bukan sekedar jaringan, lobi dan
pemilihan pasar secara demografis. Mereka yang disebut teknopreneur
adalah seorang “Entrepreneur Modern” yang berbasis teknologi.
Inovasi dan kreativitas sangat mendominasi mereka untuk menghasilkan
produk yang unggulan sebagai dasar pembangunan ekonomi bangsa berbasis
pengetahuan (Knowledge Based Economic).( Nasution, Arman Hakim et al, 2007) Perbedaan Entrepreneur dan
Teknopreneur | Usaha
Kecil | Entrepreneur | Teknopreneur | Motivasi | -Sumber
hidup-Tingkat
keamanan-Bekerja sendiri-Ide
khusus-Personaliti pemilik | -Motivasi
mendominasi-Ide
dan konsep-Eksploitasi kesempatan-Akumulasi
kekayaan | -Pola
pikir revolusioner -Kompetisi dan
resiko -sukses dengan teknologi baru-Finansial,
nama harum | Kepemilikan | -Pendiri/rekan
bisnis | -saham pengendali-Maksimalisasi
keuntungan | -Penguasaan
pasar-Saham kecil dari kue besar-Nilai
perusahaan terus bertambah | Gaya Manajerial | -Trial
dan error-Lebih
personal-Orientasi local-Menghindari
resiko-Arus kas stabil | -Mengikuti
pengalaman-Profesionalisme-Resiko
pada menejeman | -Pengalaman
terbatas-Fleksibel-Target strategi
global-Inovasi produk berkelanjutan | Kepemimpinan | -Jalan
hidup-Hubungan
baik-Dengan contoh-Kolaborasi-Kemenangan
kecil | -Otoritas
tinggi-Kekuatan lobi-Imbalan
untuk kontribusi-manajemen baru | -Perjuangan
kolektif-Sukses
masa depan visioner-Membagi kemajuan
bisnis-Menghargai kontribusi dan pencapaian | R&D
dan Inovasi | -Mempertahankan bisnis-Pemilik
bertanggung jawab-Siklus waktu yang lama-Akumulasi
teknologi sangat kecil | -Bukan
prioritas utama, kesulitas mendapatkan penelitian-Mengandalkan
franchise, lisensi | -Memimpin
dalan riset dan inovasi, IT, biotek global-Akses
ke sumber teknologi-Bakat sangat tinggi-Kecepatan
peluncuran produk ke pasar | Outsourcing
dan Jaringan Kerja | -Sederhana-Lobi
bisnis langsung | -Penting
tapi sulit mendapatkan tenaga ahli-Kemampuan umum-Tidak
selalu tersedia pada tingkat global | -Pengembangan
bersama
tim outsourcing-Banyak penawaran-Science
and technology park | Potensial
Pertumbuhan | -Siklus
ekonomi-Stabil | -Penetrasi nasional
cepat, global lambat-Pemimpin pasar dalam
waktu singkat dengan proteksi, monopoli, ologopoli | -Pasar
berubah dengan
teknologi baru-Akuisi teknologi baru-Aliansi
global untuk mempertahankan pertumbuhan | Target
Pasar | -Lokal-Kompetisi
dengan produk di pasar-Penekanan biaya | -Penguasaan
pasar nasional-Penetrasi
pasar mamakan waktu lama-Produk baru untuk
pelanggan baru | -Pasar
global sejak awal-jaringan science and
tech.park-penekanan time to market, presale dan postsale.-Mendidik
konsumen teknologi baru |
Sumber : Amir
Sambodo,Makalah Seminar Pengembangan TeknopreneurshipJakarta, 10 Agustus 2006
Teknopreneur
adalah pengusahan yang membangun
bisnisnya berdasarkan keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan menghasilkan prosuk inovatif yang berguna tidak hanya
bagi dirinya, tetapi bagi kesejahteraan bangsa dan negaranya. Kisah
Sukses Google: Kisah Sukses Kewirausahaan Berbasis TeknologiMesin
pencari situs di internet, yakni google, didirikan oleh Page dan Brian
dari sebuah proyek penelitian tingkat doctoral di Universitas Stanford
pada pertengahan 90-an. Tahun 1998, Page dan Brian berhasil meyakinkkan
seorang investor untuk menanamkan modal USD 100 USD di tengah
ketidakpercayaan investor ventura akan prospek
internet. Tersedianya modal kepercayaan investor tersebut memungkinkan
keduanya untuk mempu menarik modal kawan-kawan dan keluarganya hingga
meraih modal USD 1 juta.Bermodalkan kepercayaan tersebut,
keduanya kemudian mengembangkan Google menjadi mesin pencari utama. Gaya
manajemennya yang unik, yaitu main-main, santai tapi serius, mewarnai
kantor pusat Googleplex yang didesain meriah, dengan aneka cemilan pada
tempat strategis, sarana bilyar atau berenang, hingga beberapa karyawan
yang hilir mudik dengan skateboard. Konsep Page dan Brian
adalah karyawan yang ceria dan bahagia. Disamping itu, mereka juga
membagi opsi saham secara royal kepada karyawanya sehingga para karyawan
seakan-akan bekerja untuk dirinya sendiri. Manajemen gaya dua
anak muda yang suka pesta dan makan enak tersebut ternyata membentuk
Microsoft. Banyak karyawan Microsoft yang berduyun-duyun
berpindah ke Google sehingga seakan-akan Microsoft hanya menjadi biro
tenaga kerja yang siap pakai untuk disalurkan ke Google. Hingga tahun
2006, lulusan terbaik universitas Mapan di As mematok Google sebagai
pilihan teratas untuk meniti karier (Sumber: David A Vise dan Mark
Malseed, Kisah sukses Google, 2006). Dalam
teknopreneur peniruan semakin cepat terjadi, hal ini mengakibatkan
siklus hidup produk semakin pendek. Produk berteknologi tinggi seperti
elektronik yang dulunya baru bisa ditiru dalam 1 tahun, sekarang telah
mampu ditiru hanya dalam 2 bulan bahkan hanya dalam beberapa minggu.Oleh
karena itu, kecepatan peluncuran inovasi produk menjadi kekuatan
perusahaan yang menjadi market leadership. Di bidang elektronik kita
mengenal Sony sebagai pelopor teknologi, sedangkan di bidang musik
entertain kita mengenal Apple. Mengingat akan hal tersebut, pengembangan
produk akan mengarah kepada trend penggunaan “concurrent
engineering” untuk mempercepat peluncuran produk baru. Pentingnya
Inovasi dalam Teknopreneurship.Salah satu hal
yang penting dalam teknopreneur ialah inovasi. Inovasi adalah pengenalan
sesuatu yang baru dan bermanfaat. Orang yang inovatif ditandai
oleh kecendrungan untuk memperkenalkan gagasan, metode, peralatan
prosedur dan produk/jasa baru yang lebih baik atau lebih bermanfaat.Inovasi
merupakan kelanjutan dari penemuan yaitu kegiatan kreatif untuk
menciptakan suatu konsep baru untuk dengan manfaat dan kebutuhan yang
baru. Dalam teknopreneur hasil inovasi ini kemudian diwujudkan dan
diimplementasikan menjadi suatu bisnis yang sukses.Inovasi
adalah suatu fungsi khusus dari teknopreneurship, yakni kegiatan yang
membawa sumber daya dengan kepasitas baru untuk menciptakan
kesejahteraan. Inovasi merupakan pekerjaan terorganisasi, sistematis,
rasional, bersifat konseptual dan perseptual. Hal terpenting dari suatu
inovasi adalah gagasan, penerapan dan kegunaan. Dan yang terpenting
adalah apakah seorang wirausahawan mampu untuk menangkap sebuah inovasi
teknologi menjadi sebuah usaha/bisnis. Era baru kesuksesan bisnis saat
ini adalah menjadi seorang teknopreneur.(AIJ) Daftar
PustakaNasution, Arman Hakim, Noer
Bustanul Arifin, Suef Mokh. (2007). “Entrepreneurship membangun spirit Teknopreneurship”, Andi
Yogyakarta.http://azwan87.wordpress.comhttp://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-amirsambod-26433&q=Membangun%20Teknopreneur%20:%20Menyongsong%20Gelomban%20Baru%20Bisnis%20Teknologihttp://fathoni.wordpress.com/2007/02/15/teknopreneur-apaan-tuh/ |