GEMPA BUMI

Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Tipe gempa bumi


  1. Gempa bumi vulkanik
     ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
  2. Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.

.Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa vulkanik ialah seperti yang terjadi di YogyakartaIndonesia pada Sabtu27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB,

  1. Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi
  2. Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
  3. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.


Penyebab terjadinya gempa bumi

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di ZambiaAfrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi


Sejarah gempa bumi besar pada abad ke-20 dan 21

gempa 7,1 guncang biak city di indonesia * gempa 2,9 getarkan lembang* 7 April 2010Gempa bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya berpusat 60km dari Sinabang,Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.

  • 27 Februari 2010, Gempa bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data 30 Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi Samudera Pasifik yang menjangkau hingga Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan dampak ringan dan menengah.
  • 12 Januari 2010, Gempa bumi Haiti dengan episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala Richter berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000 orang, luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
  • 30 September 2009Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
  • 2 September 2009Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat3 Januari 2009 - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.


Tektonik Indonesia : Kondisi dan Potensinya

Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi yang menarik. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia mempengaruhi Indonesia bagian barat, sedangkan pada Indonesia bagian timur, dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra Pasifik dari arah timur. Kondisi ini tentunya berimplikasi banyak terhadap kehidupan yang berlangsung di atasnya hingga saat ini. Mari kita perhatikan gambar-gambar di bawah ini.

Kondisi Tektonik di Kepulauan Indonesia

Kondisi Tektonik di Kepulauan Indonesia

Gambar di atas menunjukkan kondisi tektonik Kepulauan Indonesia. Garis merah, jingga dan hijau menunjukkan batas-batas lempeng tektonik. Garis merah menunjukkan pemekaran lantai samudra. Garis jingga menunjukkan pensesaran relatif mendatar. Sedangkan garis hijau menunjukkan tumbukan/penunjaman antar lempeng tektonik.

Mari kita perhatikan satu per satu. Garis hijau di sebelah barat Pulau Sumatra dan di sebelah selatan Pulau Jawa, menerus hingga ke Laut Banda, sebelah selatan Flores kemudian membelok ke utara menuju Laut Arafuru (utara Maluku) menunjukkan zona penunjaman Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia.

Kenapa membelok ke Laut Arafuru ya ?

Kalo terus ntar nabrak Papua donk …hehe

Karena di Indonesia bagian timur ini ada lagi Lempeng Samudra Pasifik yang menubruk dari arah timur. Salah satu korban paling parah dari tubrukan tiga lempeng ini adalah Pulau Sulawesi. Tangan-tangannya pada mlintir gak karuan. Ditambah lagi terbentuknya luka sesar mendatar di bagian tengah Pulau Sulawesi.

Penunjaman yang terjadi di sebelah barat Sumatra tidak benar-benar tegak lurus terhadap arah pergerakan Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia. Lempeng Eurasia bergerak relatif ke arah tenggara, sedangkan Lempeng India-Australia bergerak relatif ke arah timurlaut. Karena tidak tegak lurus inilah maka Pulau Sumatra dirobek sesar mendatar (garis jingga) yang dikenal dengan nama Sesar Semangko.

Di sebelah utara Aceh, ada proses pemekaran lantai samudra (garis merah). Saya rasa itu terjadi sebagai bagian dari proses Escape Tectonics akibat tumbukan Lempeng Anak Benua India terhadap Lempeng Eurasia.

Di sebelah utara Papua juga terbentuk zona penunjaman akibat tumbukan Lempeng Samudra Pasifik terhadap Lempeng India-Australia. Pada bagian Kepala Burung, Papua, ini juga terbentuk sesar mendatar (garis warna jingga) yang dikenal dengan nama Sesar Sorong. Masih menjadi perdebatan apakah penyebab Gempa Papua 4 Januari 2009 yang lalu. Sebagian ahli menyebutkan pergerakan aktif Sesar Sorong ini yang menyebabkan gempa, sebagian lagi menyebutkan gempa bersumber dari zona penunjaman di sebelah utara Sesar Sorong. Mengikuti perdebatan para ahli geologi bisa dilihat di blog Dongeng Geologi-nya Pakdhe Rovicky.

Zona penunjaman (warna hijau) yang terbentuk di Samudra Pasifik umumnya sebagai akibat benturan Lempeng Samudra Pasifik dengan Lempeng Eurasia. Sedangkan zona pemekaran (warna merah) sebagai akibat ikutan proses Escape Tectonics setelah terjadinya tumbukan.

Apa implikasinya dari proses tektonik yang begitu rumit tersebut ? Kita lihat gambar kedua.

Sebaran Gunungapi dan Titik Pusat Gempa di Kepulauan Indonesia

Sebaran Gunungapi dan Titik Pusat Gempa di Kepulauan Indonesia

Gambar di atas menunjukkan sebaran gunungapi (segitiga merah), titik gempa (tanda plus ungu) dan hot spot (tanda bintang jingga). Apa yang terjadi mudah ditebak kan! Rangkaian gunungapi dan titik gempa selalu berasosiasi dengan zona penunjaman. Animasi proses penunjamannya bisa dilihat pada postingan sebelumnya (lihat Animasi Mekanisme Penunjaman Kerak Samudra). Pulau Sumatra, Jawa, Flores, Maluku, Sulawesi dan bagian utara Papua akan rawan dengan gunungapi dan gempa. Emang sudah dari sono-nya begitu. Hanya Pulau Kalimantan yang relatif adem-ayem karena memang posisinya gakdekat-dekat dengan TKP …hehe.  (cuma sering banjir tiap tahun, ditambah lagi kebakaran hutan)

Namun tidak seluruhnya kita anggap bencana. Erupsi gunungapi yang berupa abu gunungapi membawa unsur hara yang menyuburkan tanah. Makanya tanah di Jawa pada subur. Tanam padi tumbuh padi (ya iyalah…masak ya iya donk!). Intrusi-intrusi dangkal di sekitar gunungapi menyediakan energi panas bumi yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Endapan mineral logam, seperti emas, tembaga dan nikel, akan banyak dijumpai berasosiasi dengan lingkungan gunungapi (lihat tulisan Pak Awang Satyana di Plate Tectonics : Tidak Seluruhnya Bencana). Kita belum bicara tentang potensi migas dan batubara lho ya! Konteksnya agak sedikit berbeda.

Sayang sekali kalau Kepulauan Indonesia yang kaya ini penduduknya banyak berada di bawah garis kemiskinan akibat keliru mengelola sumberdaya alam yang begitu besar.

Identifikasi Pergerakan Tektonik Lempeng Indonesia

Tatananan geologi Indonesia cukup kompleks, hal ini dibuktikan dengan keberaadaan dan sebaran data geologi yang meliputi seluruh wilayah administratif Indonesia. Perkembangan penelitian geologi Indonesia sampai saat ini memang belum maksimal tapi penelitian dan pengembangan pendekatan teknologi terus digalakkan.

Berikut kita akan melihat perkembangan Pergerakan Tektonik Lempeng Indonesia yang berdampak pada potensi terjadinya Gempa Tektonik.

Kondisi inilah yang mesti kita antisipasi sebagai langkah awal dan berkelanjutan untuk mengenal lebih dulu kriteria Kegempaan (Tektonik atau Vulkanisme). Kondisi tektonik Indonesia yang dilalui oleh 3 (tiga) jenis Tektonik Lempeng Aktif yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia memberikan dampak yang cukup besar terhadap periodik kejadian Gempa Tektonik di Indonesia.

a. Potensi Gempa Tektonik Sumatra

Konvergensi miring sepanjang batas Lempeng Sumatra menghasilkan formasi forearc-sliver block yang terletak diantara Sesar Sumatra dan Trench Jawa.

(Memberikan dampak Terjadinya Gempa Tektonik Aceh dan Tsunami Tahun 2004).

b. Batasan Timur Paparan Sunda

Pemusatan Paparan Sunda dengan lempeng Pasifik (OBIX) dihalangi oleh blok Timur Sulawesi, menghasilkan rotasi yang cepat searah jarum jam blok Timur Sulawesi (MANA dan LUWU) relatif terhadap Paparan Sunda.

Rotasi ini memindahkan sekitar sepertiga konvergensi Pasifik-Paparan Sunda ke arah left-lateral slip sepanjang sesar Palu dan utara-selatan sepanjang trench utara Sulawesi dimana terjadi subduksi laut Celebes. Dalam hal ini proses banyak dilakukan oleh litosfer Samudra utara Sulawesi, mengakibatkan tumbukan benua menjadi sebagian kecil proses subduksi daerah kerak Samudra.

(Memberikan dampak Terjadinya Gempa Tektonik Jogja Tahun 2004).

Sebagai bukti, Tahun 2004 Indonesia dikejutkan dengan Pergerakan Lempeng Autralia dan Lempeng Eurasia yang mengakibatkan Sesar Jawa-Sumatra mengalami pergerakan sangat besar yang mengakibatkan Gempa Tektonik Aceh yang disusul oleh Gelombang Tsunami memluluhlantahkan Harta dan Jiwa dalam jumlah ribuan bahkan imbasnya sampai sekitar Asia Tenggara, Tahun 2006 Pergerakan Lempeng Australia yang menunjam Paparan Sunda mengakibatkan Sesar Jawa mengalami pergerakan berimbas terhadap terjadinya Gempa Tektonik Jogja tetapi tidak berdampak pada Gelombang Stunami juga memberi dampak kerugian Harta dan Jiwa dalam jumlah yang besar. Dan yang paling mengejutkan Hari Rabu, 30 Oktober 2009 masyarakat Sumatera Barat dikejutkan dengan gempa secara periodik dan mempunyai pola tertentu yang sumbernya (46 km) dari Kota Padang (Terasa sampai Malaysia dan Singapura) terjadi Gempa Tektonik dengan dengan kekuatan 7,6 Skala Ritcher yang tentunya akan memberikan dampak secara luas (sampai opini ini dimuat masih menunggu pendataan dari Satkorlak).

Gempa Bumi yang tiada hentinya menunjam paparan tektonik Indonesia semestinya bisa dijadikan pelajaran berharga bagi seluruh Stakeholder Bangsa (Pemerintah, Akademisi, Ilmuwan, Peneliti) untuk merumuskan formulasi pendeteksian dini sekitar wilayah rawan bencana serta menggalakkan sosialisasi/pemahaman untuk antisipasi dini penanggulangan bencana alam (gempa bumi). Tentunya hal ini bisa diantsipasi dengan memberikan dukungan kepada peningkatan Program Early Warning System (EWS) dan Mitigasi Bencana Geologi untuk memetakan Zonasi Wilayah Potensi Gempa.

Sudah saatnya air mata bangsa ini berhenti menangis hanya karena ketidakmampuan kita untuk mengidentifikasi bencana alam, saatnya kita bangkit (tidak saling melempar tanggung jawab) bersatu mempersiapkan langkah antisipatif dan indentfikasi kegempaan yang dilaksanakan secara sistematis, berkelanjutan dan terukur untuk meminimalisir potensi dari dampak bencana tersebut diatas. Akhirnya, sebagai hamba Allah SWT kita hanya mampu berikhtiar danFirst Desicion Maker atas semuanya adalah Sang Penguasa Alam. Amin



Lempeng Indonesia

Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan.

Peristiwa tektonik yang cukup aktif, selain menimbulkan gempa dan tsunami, juga membawa berkah dengan terbentuknya banyak cekungan sedimen (sedimentary basin). Cekungan ini mengakomodasikan sedimen yang selanjutnya menjadi batuan induk maupun batuan reservoir hydrocarbon. Kadungan minyak dan gas alam inilah yang kini banyak kita tambang dan menjadi tulang punggung perekonomian kita sehingga tahun 1990-an.



Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi.Sumber: MSN Encarta Encyclopedia

Indonesia, juga merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang komplek dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan tambang yang cukup besar. Volcanic arc merupakan jalur pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki topografi khas dengan sumberdaya alam yang khas juga. Back arc merupakan bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif paling stabil dengan topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat sedimentasi. Semua daerah tersebut memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang ditemui di daerah lain, baik keanegaragaman hayatinya maupun keanekaragaman geologinya.

Indonesia merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur laut. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang komplek dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan tambang yang cukup besar.

Ada dua hal utama yang membedakan antara Bumi dengan planet-planet yang lain di dalam Sistem Tata Surya, yaitu:

1) Bumi memiliki air dalam jumlah besar dan membentuk sub-sistem hidrosfer sedang planet-planet yang lain tidak memiliki air. Dengan kata lain, hidrosfer hanya dijumpai di Bumi dan tidak dijumpai di planet-planet yang lain.

2) Di Bumi terdapat fenomena tektonik lempeng sedang di planet-planet yang lain tidak ada. Fenomena tektonik lempeng mengindikasikan bagian internal Bumi yang cair dan memiliki energi panas yang tinggi.

Berlangsungnya siklus hidrologi, siklus batuan dan siklus tektonik di Bumi berkaitan erat dengan keberadaan dua hal tersebut. Siklus hidrologi tidak dapat berlangsung bila di Bumi tidak ada hidrosfer, sedang siklus batuan dan tektonik tidak dapat berlangsung bila tidak ada tektonik lempeng. Dengan demikian, bila keberadaan hidrosfer dan tektonik lempeng hanya ada di Bumi, maka ketiga siklus tersebut hanya berlangsung di Bumi dan tidak dapat berlangsung di planet-planet yang lain.

Tsunami adalah fenomena gelombang raksasa yang melanda ke daratan. Fenomena ini dapat terjadi karena gempa bumi atau gangguan berskala besar di dasar laut, seperti longsoran bawah laut atau erusi letusan gunungapi di bawah laut (Skinner dan Porter, 2000). Gelombang tsunami dapat merambat sangat cepat (dapat mencapai kecepatan 950 km/jam), panjang gelombangnya sangat panjang (dapat mencapat panjang 250 km). Di samudera, tinggi gelombang tsunami cukup rendah sehingga sulit diamati, dan ketika mencapai perairan dangkal ketinggiannya dapat mencapai 30 m. Sifat kedatangan gelombang tsunami sangat mendadak dan tidak adanya sistem peringatan dini merupakan penyebab dari banyaknya korban jiwa yang jatuh ketika gelombang tsunami melanda ke daratan pesisir yang banyak penduduknya. Contoh yang paling mutakhir peristiwa kencana tsunami ini adalah ketika tsunami melanda pesisir barat dan utara Pulat Sumatera di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004.

Tsunami yang terjadi karena gempa bumi atau longsoran di bawah laut kejadiannya berkaitan erat dengan sistem interaksi lempeng kerak bumi yang membentuk sistem penunjaman dan palung laut dalam. Sementara itu, tsunami yang terjadi karena erupsi letusan gunungapi kejadiannya berkaitan erat dengan kehadiran gunungapi bawah laut, baik yang muncul di permukaan laut maupun yang tidak muncul di permukaan laut. Dengan demikian, potensi suatu kawasan pesisir untuk dilanda tsunami dapat diperhitungkan dari keberadaan sistem penunjaman lempeng yang membentuk palung laut dalam, dan keberadaan gunungapi bawah laut. Meskipun demikian, kita tidak dapat melakukan prediksi tentang kapan akan terjadinya tsunami karena kita tidak dapat melakukan prediksi tentang kapan terjadinya gempa, longsoran bawah lautm atau letusan gunungapi bawah laut yang dapat mencetuskan tsunami.

Dalam sejarah moderen, di Indonesia pernah terjadi tsunami karena erupsi letusan gunungapi, yaitu ketika Gunung Krakatau di Selat Sunda meletus pada tahun 1883. Sementara itu, tsunami yang terjadi karena londsoran bawah laut pernah terjadi pada tahun 1998 di sebelah utara Papua New Guinea (Synolakis dan Okal, 2002; Monastersky, 1999).

Dari uraian tentang tsunami dan berbagai pencetusnya itu, maka kita dapat menentukan kawasan-kawasan pesisir yang potensial untuk terlanda tsunami, yaitu dengan memperhitungkan posisi kawasan-kawasan pesisir terhadap keberadaan sistem penunjaman dan palung laut dalam, serta kehadiran gunungapi bawah laut, meskipun kita tidak dapat menentukan kapan tsunami akan terjadi. Bagi Kepulauan Indonesia, posisi geografisnya yang diapit oleh dua samudera (Samudera Pasifik dan Hindia), serta posisi tektonik yang terletak di kawasan interaksi tiga lempeng kerak bumi utama, dan kehadiran gunungapi bawah laut membuatnya menjadi sangat potensial untuk terkena bencana tsunami. Gambaran tentang kejadian tsunami di Indonesia dalam dua dekade terakir dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 1. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kawasan-kawasan pesisir Indonesia yang sangat berpotensi terkena tsunami adalah:

1) Kawasan pesisir dari pulau-pulau yang menghadap ke Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Potensi sumber kejadian tsunami yang utama di kawasan-kawasan itu adalah sistem penunjamanyang ada di hadapan kawasan-kawasan pesisir itu.

2) Kawasan pesisir dari pulau-pulau di kawasan Laut Banda. Di kawasan ini, tsunami dapat berasal dari kawasan Busur Banda maupun berasal dari Samudera Pasifik atau Samudera Hindia yang masuk ke kawasan itu.

3) Kawasan pesisir pulau-pulau yang berhadapan dengan gunungapi bawah laut, seperti kawasan pesisir di kedua sisi Selat Sunda yang mengelilingi Gunung Krakatau.

Koreksi untuk Tabel 3. Pada nomor urut ke-10, tertulis “Pangandaran, Jawa Tengah”; yang benar adalah “Pangandaran, Jawa Barat”. Terima kasih untuk Sdr. Yan Yan (Komentar 1) yang menunjukkan kekeliruan ini.


Energi-penggerak Dasar

Untuk “menghidupkan” ciptaannya, Tuhan memberikan kepada semua ciptaannya suatu “kondisi” yang membuat semuanya dapat bergerak secara otomatis. Semua itu dimulai dari partikel-partikel subatomik. Partikel-partikel subatomik menyusun apa yang kita kenal sebagai tiga komponen atom, yaitu: proton, neutron dan elektron. Selanjutnya, atom-atom menyusun apa yang disebut sebagai unsur. Kita mengenal 92 unsur alamiah (lihat Tabel Periodik).

Unsur-unsur alamiah kemudian membentuk mineral-mineral, dan mineral-mineral berkombinasi membentuk berbagai jenis batuan.

Tuhan memberikan kekuatan kepada partikel-partikel subatomik, dan demikian pula kepada ketiga komponen atom. Dengan kekuatan-kekuatan tersebut semuanya bergerak, alam semesta, termasuk menggerakkan kehidupan di Bumi.

Proses alam berlangsung sesuai dengan ketetapan penciptanya. Partikel-partikel subatomik terus berinteraksi tanpa bisa diganggu oleh manusia. Demikian pula dengan elektron yang selalu bergerak mengelilingi inti atom. Reaksi fission (“fission”, the splitting of a nucleus into two “daughter” nuclei), fusion(“fusion” of two “parent” nuclei into one daughter nucleus), penangkapan neutron (“neutron capture”, used to create radioactive isotopes), dan peluruhan(various “decay modes”, in which nuclei “spontaneously” eject one or more particles and lose energy to become nuclei of lighter atoms), semua terus berlangsung di alam semesta, termasuk di Bumi yang kita diami ini. Kelanjutannya adalah semua proses alam terus berlangsung, baik disukai maupun tidak oleh manusia, mengikuti ketentuan penciptanya.

Pada tahapan yang lebih jauh, Bumi, dihidupkan dengan gerakan lempeng-lempeng kerak bumi, volkanisme, tiupan angin, hujan, sinar matahari, fotosintesis, metabolisme sel. Disukai atau tidak disukai oleh manusia, semua proses itu terus berjalan sesuai dengan ketetapan Tuhannya. Semua itu tidak terlepas dari proses-proses dasar yang berlangsung pada tingkat atomik.

Akal untuk memahami Proses Alam

Manusia diberi pikiran dan akal oleh Tuhan untuk dapat memahami alam, termasuk proses-prosesnya. Pemahaman manusia akan alam dan kemampauan memanfaatkannya dengan bijaksana menentukan tingkat kesejahteraan manusia itu sendiri. Sebaliknya, kegagalan manusia dalam memahami alam akan menyebabkan manusia mengalami hal yang sebaliknya. Manusia akan sengsara. Contoh yang sederhana adalah api. Pembakaran api yang terkendali telah terbukti memberikan manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan manusia. Mulai dari memasak di dapur, sampai meluncurkan pesawat ke ruang angkasa. Sebaliknya, pembakaran yang tidak dikendalikan juga telah terbukti menimbulka kerugian, seperti kebakaran rumah atau bangunan, kebakaran atau pembakaran hutan.

Ketika proses-proses alam itu berlangsung dan mengenai manusia, manusia mengatakan itu sebagai bencana, seakan-akan proses itu memang ditujukan untuk membuat manusia menderita, sengsara atau mengalami kerugian. Tulisan ini memberikan gambaran tentang berbagai proses alam tersebut berkaitan dengan berlangsungnya kehidupan di Bumi ini.



Indonesia Rawan Gempa Akibat Pertemuan Lempeng Tektonik


Zona gempa di Indonesia (Foto: Ist)

- Sejumlah wilayah di Indonesia berualang kali dilanda gempa bumi. Dalam retang waktu yang terbilang singkat gempa mengguncang Tasikmalaya, Yogyakarta, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Akibat gempa tidak hanya merusakan bangunan, namun banyak menelan korban jiwa. Lalu seperti apa antisipasi dalam menghadapi ancaman gempa di Tanah Air?

Menurut Kepala Badan Geologi Departemen ESDM R Sukhyar, selama ada dinamika di lapisan bumi, maka akan tetap terjadi potensi gempa. "Setiap hari kita mencat ada gempa, cuma skalanya beragam. Lempeng-lempeng yang bergerak menjadikan potensi gempa," paparnya saat berbincang dengan okezone, Rabu (9/9/2009).

Potensi gempa di Indonesia memang terbilang besar, sebab berada dalam pertemuan sejumlah lempeng tektonik besar yang aktif bergerak. Daerah rawan gempa tersebut membentang di sepanjang batas lempeng tektonik Australia dengan Asia, lempeng Asia dengan Pasifik dari timur hingga barat Sumatera sampai selatan Jawa, Nusa Tenggara, serta Banda.

Kemudian interaksi lempeng India-Australia, Eurasia dan Pasifik yang bertemu di Banda serta pertemuan lempeng Pasifik-Asia di Sulawesi dan Halmahera. Kata Sukhyar, terjadinya gempa juga berkaitan dengan sesar aktif. Di antaranya sesar Sumatera, sesar Palu, atau sesar di yang berada di Papua. Ada juga sesar yang lebih kecil di Jawa seperti sesar Cimandiri, Jawa Barat.

Berhubung sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi baik waktu, tempat dan intensitas gempa di Indonesia, maka zona-zona yang masuk rawan gempa harus mendapat perhatian. Sukhyar menjelaskan, ada dua pendekatan untuk mengantisipasi terjadinya gempa agar tidak menimbulkan dampak yang besar.

Pertama, pendekatan struktural yakni mengikuti kaidah-kaidah konstruksi yang benar dan memasukan parameter kegempaan dalam mendirikan bangunan. "Ya bisa dikatakan rumah tahan gempalah," imbuhnya yang menilai rumah jenis ini tidak identik mahal namun dibangun sederhana tapi memerhatikan parameter kegempaan.

Kedua, pendekatan nonstruktural dengan membuat peta rawan bencana gempa. Informasi potensi gempa ini dimasukan dalam perencanaan wilayah. Ketiga, intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap pemahaman dan pelatihan penyelamatan dampak gempa. "Baik secara langsung mapun jalur pendidikan," terang Sukhyar.

Bencana dan Berkah Lempeng Tektonik Bagi Indonesia

Gempa yang menguncang Jawa, Sumatra, Bali yang terjadi  tanggal 2 September lalu, semakin menegaskan bahwa Indonesia adalah wilayah rawan bencana. Secara geologi Indonesia berada di jalur "cincin api" (ring of  fire), yang merupakan jalur patahan dan gunung api yang melingkar di sepanjang Samudra Pasifik, membentang 40.000 km mulai dari Peru dan Cile (Amerika Selatan), Amerika Tengah, Kepulauan Aleutian, Kepulauan Kuril, Jepang, Filipina, Indonesia, Tonga, hingga Selandia Baru. Tercatat 81 persen gempa bumi terbesar terjadi di jalur ini. Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat, rata-rata terjadi 19,4 gempa bumi berkekuatan di atas 7 skala Richter setiap tahunnya.

Gambar. Kondisi Tektonik Lempeng Indonesia

Pada dasarnya, seluruh wilayah Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, kecuali Kalimantan. Gempa-gempa tektonik banyak dijumpai di jalur subduksi Sunda (Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara), subduksi Banda (wilayah Laut Banda), Zone Tumbukan Maluku dan Papua.Tektonik lempeng di Pulau Jawa sendiri didominasi dengan subduksi dari lempeng Australia sebelah utara-timur dibawah lempeng Sunda dengan kecepatan pergerakan 59 mm/tahun.    Wilayah sekitar lempeng antar alempengAustralia dan lempeng  Sunda secara seismic sangat aktif,  yang sering menimbulkan gempa di wilayah ini.

Program mitigasi yang terpadu pada dasarnya dikembangkan oleh Badan Geologi bekerjasama dengan institusi lainnya, meliputi pengembangan sistem pemantauan, pengembangan sistem peringatan dini (early warning system), pembuatan peta-peta informasi bencana, sosialisasi, dll.  

Teori  Pergerakan Lempeng

Menurut teori kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relative dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas air laut. Ada dua jenis kerak bumi yaitu kerak samudera yang tersusun oleh batuan yang bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai pada samudera yang sangat dalam, dan kerak benua yang tersusun dari batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera.

Kerak bumi yang menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenosfer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi bebrapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya. Arus konveksi tersebut merupakan kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga macam, yaitu pergerakan yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling berpapasan.

Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menujam ke bawah. Daerah penujaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasa merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang alur penujaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatic dan gunung api serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara kedua lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan jalur penujaman di selatan pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera, Jawa dan Nusa tenggara, dan berbagai cekungan seperti Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara. Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi dan akibatnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk jalur magmatic atau gunung api. Contoh pembentukan gunung api di pematang tengah samudera di laut Pasifik dan benua Afrika.

Pergerakan saling berpapasan dicirikan ileh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya sesar besar San Andreas di Amerika.Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona subduksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertical, yang akan membentuk pegunungan lipatan, jalur gunung api/magmatic, persesaran batuan dan jalur gempa bumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung (parit), cekungan busur muka, cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang.

Berkah dari Lempeng Tektonik Indonesia

Tidak seluruhnya dari hal ini kita anggap bencana. Jalur gunung api yang terjadi akibat  subduksi antar lempeng   dari erupsi gunungapi yang  terjadi berupa abu gunungapi membawa unsur hara yang menyuburkan tanah.Endapan mineral logam, seperti emas, tembaga dan nikel, akan banyak dijumpai berasosiasi dengan lingkungan gunungapi.

Di wilayah  jalur gunung api/magmatic biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan tembaga, sedangkan pada jalur penujaman akan ditemukan mineral kromit.Setiap wilayah tektonik memiliki cirri atau indikasi tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaan.  Intrusi-intrusi dangkal di sekitar gunungapi menyediakan energi panas bumi yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

Magmatic arc di sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara kaya disseminated (poryphyry) copper dalam tubuh-tubuh intrusifnya, vein depositnya kaya akan timbal, emas, perak, molybdenum, seng, timah, dan tungsten. Ofiolit di bekas-bekas jalur subduksi atau obduksi seperti di Sulawesi dan Halmahera kaya akan nikel dan kromium. Emas, polymetallic suphide, platinum, perak benar-benar tersebar mengikuti tepi lempeng. Lempeng tektonik juga yang penyebab kekayaan minyak dan gasbumi, serta batubara di cekungan-cekungan sedimen di Indonesia Barat maupun Indonesia Timur. Kalau tak ada pergerakan lempeng di timur Sulawesi, niscaya wilayah ini tak mempunyai minyak dan gas. 

Lempeng Tektonik IndonesiaE-mail

Lempeng Australia bergerak mendekati Jawa sudah terjadi sejak 50juta tahun yang lalu. Ya 50 juta tahun yang lalu !! Kecepatan reratanya memang 6-7cm/tahun. Jadi kejadian pergerakan lempeng itu bukan baru-baru ini saja. Nah kalau disebutkan sedang bergerak ya jelas aja wong sudah lama juga begitu kok.
Nah dibawah ini saya cantumkan urutan peta jadul (jaman dulu), tapi bukan jaman kakek nenek, ini peta hasil rekonstruksi geologi yg dibuat Oleh Robert Hall dari Royal Halloway - University of London.

 Nah peta-peta jadul diatas sudah meyakinkan semua ahli kebumian bahwa pergerakan plate (kerak-kerak bumi) ini sudah terjadi sejak dahulu. Jadi bukan hanya baru-baru ini saja, apalagi bergerak akibat gempa kemaren, ya jelas bukan lah yaw. Itulah sebabnya muncul gunung api dan juga terbentuknya patahan-patahan di muka bumi terutama di Pulau Jawa bagian selatan dan juga bagian barat Pulau Sumatra, ini semua akibat gerakan lempeng-lempeng atau kerak-kerak ini.

Bagaimana dengan ramalan 11 hari itu ?
Lah kalau cuman ada yang bilang bahwa besok ada gempa dibumi ini ya jangan kaget. Wong seluruh bumi ini mengalami gempa kekuatan 5SR setiap hari, hanya saja tempatnya berpindah-pindah. Dan urutannya terlihat acak tak beraturan.Nah yg lebihkrusial angka 11 hari ini .... darimana angkanya ? Tetapi bahwa kita harus tetep waspada itu sudah seharusnya sejak lahir. Karena Indonesia (terutama Sumatra dan Jawa) merupakan "disaster prone area" - daerah yg selalu akan mengalami bencanaa alam gempa dan tsunami utk pantai selatannya.

Gunung Merapi dan Gempa di Jawa TengahE-mail

Kalo saya kaitkan dengan data tahun2 letusan Merapi (berdasarkan Suparto S. Siswowidjojo di http://vsi.esdm.go.id ) yang dicatat sejak 1871, ketika gempa 1937 Merapi justru sedang beristirahat (antara 1935 - 1939) dan baru meletus lagi dengan puncaknya pada 23 Desember 1939 serta 24 Januari 1940. Pada gempa 1943, Merapi sedang memasuki tahap akhir meletusnya setelah mencapai puncak letusan pada Juni 1942 (dan disebutkan Merapi istirahat pada masa 1943 - 1948). Dan saat gempa 1981, Merapi memang sedang aktif2nya (dengan letusan antara 1975 - 1985 alias 10 tahun periode terpanjang dalam catatan) dengan puncak letusan pada 15 Juni 1984.

Untuk gempa 1867 mohon maaf tidak ada catatan keaktifan Merapi saat itu. Kalo dilihat dari sini hanya gempa 1981 (dan juga gempa 2006 ini) yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya aktivitas Merapi. Apakah kemudian bisa dikatakan kalo gempa2 kuat di Yogya seperti gempa 2006 ini berkaitan dengan kegiatan Merapi, seperti pendapat Dr. Surono (PVBMG Dept. ESDM), Dr Benyamin Sapi'ie (Teknik Geologi ITB) dan USGS ? Saya merasa koq tidak begitu ya, jika melihat waktu2 terjadinya gempa kuat Yogya tidak selalu sinkron dengan saat2 aktivitas Merapi. Apalagi Dr. Fauzi (dari BMG) pernah berpendapat aktivitas dapur magma justru membuat patahan didekatnya menjadi ' lunak ' hingga aseismik. Bagaimana menurut anda ?Saya berpendapat bahwa kegiatan Gunung Api sendiri merupakan rangkaian kegiatan tektonik. Sehingga saya yakin ada hubungan diantara keduanya. Yang meyulitkan adalah ketika kita mencoba merangkai apakah Gunung Api memicu kegempaan atau gempa memicu volkanisme. Saya kira bisa dua-duanya. Hanya saja kita perlu hati-hati mengkajinya. Salah satu nya dengan kronologi kejadian tersebut. Saya sendiri yakin hubungan feedback-effect (bolak-balik) keduanya. Nah yg lebih menyulitkan kalau dihubungkan dengan tektonik regional dan global. Gempa Aceh dengan kekuatan 9.2 SR akhir tahun 2004 lalu sangat mungkin sebagai pemicu gempa di Nias, Bengkulu, serta aktifitas Gunung Api di Sumatra dan Jawa barat (Merapi dan Tangkuban Perahu). Jarak antara lokasi-lokasi ini sangat jauh, tetapi urutan kronologisnya memang seperti itu. Hanya saja kita mesti tahu bahwa hubungan kronologis (urutan) belum tentu menunjukkan hubungan kausalis (sebab akibat).

Kembali ke gempa 2006 ini, kalo soal daerah2 yang rusak parah - moderat akibat gempa ini, sepertinya sudah ada petanya berdasarkan foto satelit. Dapat saya tambahkan disini, berdasarkan koran lokal, di Piyungan - Patuk jalan beraspalnya retak2 dan beberapa terbelah (kalo menurut data EMSC, daerah ini adalah episentrumnya). Di Prambanan Stasiun KA-nya hancur, tinggal dinding2nya saja, sementara stasiun2 KA lain tidak separah itu. Rel KA pada ruas Prambanan - Srowot ada yang bengkok, bahkan patah. Di sekitar Klaten pula ada penduduk yang menyaksikan muncratnya air berlumpur setinggi +/- 2 m di pekarangan rumahnya ketiga gempa meletup (mungkin sand volcano, atau akibat liquiefaction ?). Mata air besar di Jl. Kaliurang km 10 sekarang mengeluarkan air berlumpur (liquiefaction juga ?). Di kota Bantul ada jalan yang aspalnya juga terbelah. Kalo untuk Parangtritis, terus terang saya belum punya gambaran, kemarin tidak bisa sampai ke sana. Demikian pula dengan posisi jembatan Kretek - di atas Sungai Opak dan persis juga di atas patahan - belum ada informasinya apakah retak / bergeser apa tidak. Yang jelas tidak diragukan lagi kalo gempa ini terkait dengan aktivitas patahan Opak, seperti yang diduga

Peta kerusakan yang di peroleh dari UNOSAT menunjukkan daerah Piyungan Patuk sangat parah. Daerah ini paling dekat dengan aftershock. Dan inilah yang saya kira benar-benar menunjukkan bahwa aftershock lebih membahayakan ketimbang mainshock, karena kondisi bangunan yg sudah rapuh dihantam mainshock. Tempat-tempat yg mengalami kerusakan terutama disebelah barat dari lokasi gempa ini. Mengapa ? Selain daerah kerusakan ini lebih padat penduduk dibandingkan sebelah timur yg berupa pegunungan selatan, daerah ini dibawahnya terususun oleh batuan lunak yg akan meredam energi gempa artinya terjadi percepatan gelombang dilokasi ini. Bayangkan kalau energi diserap disini artinya banyak energinya yg dilepaskan dalam menggetarkan daerah ini. Bagian timur dari daerah ini berupa perbukitan terdiri atas batuan keras. Dengan demikian energi gelombang akan melewatinya dan percepatan gelombangnya relatif lebih kecil dan daya rusaknya juga lebih kecil. Namun gelombang gempa ini menjalar jauh kearah timur. Bahkan menurut laporan USGS getaran ini dirasakan hingga di daerah Bali.

 


 

Memang luar biasa kalo gempa dengan magnitude Mb = 5,9 SR ini (Mw = 6,3) ternyata bisa mematahkan rel KA, satu hal yang - menurut saya - tidak mungkin kecuali jika ada patahan di bawah rel KA itu yang bergeser. Dan kalo saya (iseng) menghitung, dengan panjang patahan 100 km (menurut BMG) dan lebar (anggap saja) 20 km (terkaan sangat kasar dari distribusi episentrum aftershock-nya), patahan ini telah bergeser 7,5 cm (jika merunut pada nilai momen seismik versi USGS).

Saya sendiri kurang paham apakah gempa 1867, 1937, 1943 dan 1981 juga berkait dengan patahan ini, bagaimana menurut anda ?


 

Pengetahuan gempa yg disebabkan oleh aktifitas tektonik sendiri baru diketahui beberapa dekade belakangan ini. Teori plate tektonikpun juga baru setengah abad yang lalu diketahui. Artinya menghubungkan keduanya harus dilakukan ulang dengan menggunakan teori baru. Kita harus mencoba memisahkan gejala gempa yg dipicu volkanis dan sebaliknya. Lokasi-lokasi episenter jaman dulupun belum tentu memiliki ketepatan yg diharapkan membantu analisa ini. Data kegempaan yg saya miliki hanya setelah tahun 1960 (dari USGS). Sehingga hanya satu gempa besar (1981) yg masuk dalam database.

 


Saya tertarik dengan masa depan dari aktifnya patahan ini. Kalo orang2 berpendapat patahan ini bergerak kembali akibat meningkatnya aktivitas Merapi, menurut saya koq sebaliknya ya. Berkaca dari Gempa Filipina Juni 1990 - yang juga ditimbulkan oleh patahan geser dengan episentrum 100 km dari Gunung Pinatubo - yang diduga kuat membangunkan Gunung Pinatubo (setelah tertidur 600 tahun) dan menimbulkan erupsi ultraplinian di Juni 1991, saya berpendapat justru aktivitas patahan Sungai Opak ini bisa memicu dapur2 magma disekitarnya (Merbabu, Merapi, Lawu). Apalagi Merbabu dan Lawu sudah sangat lama tertidur, sementara Merapi punya sejarah erupsi dahsyat di masa silam (seperti kata van Bemmelen).

 


 

Saya juga sekarang konsen dengan patahan-patahan selatan Pulau Jawa. Mulai dari Patahan Cimandiri , hingga Patahan Opak (Opak Fault), Grindulu Fault serta patahan-patahan di Tulung agung. Patahan-patahan ini perlu diteliti lebih lanjut tentunya, terutama sisi seismisitasnya. Banyak diantara daerah ini yamng merupakan seismic gap (tidak ada aktifitas seismic dalam beberapa waktu (decade) lalu.

 


Tentang Merapi, meski sudah lama saya membaca teorinya van Bemmelen tentang erupsi dahsyat 1006 M yang memaksa migrasi Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur, sebelumnya saya merasa ragu. Apalagi pak MT Zen - yang ber kali2 mendaki Merapi - dalam sarasehan menyambut VIG 2006 kemarin menyatakan tidak ada endapan vulkanik sangat asam sebagai bukti terjadinya erupsi eksplosif di Merapi. Namun pasca gempa 2006 ini - dan setelah secara kebetulan membaca erupsi Gunung St Helena 1980 di Wikipedia - saya jadi ada gambaran tentang (kemungkinan) letusan Merapi saat itu. Mungkin saja letusan itu didahului dengan gempa kuat seperti gempa 2006 ini, dengan episentrum persis di bawah lereng barat Merapi, hingga lereng itu ambrol, longsor ke barat daya mengubur candi Borobudur, sekaligus membuka diatrema hingga ke puncaknya. Akibatnya magma pada reservoir di bawah puncak Merapi langsung berhubungan dengan udara luar, hingga langsung keluar menghasilkan erupsi besar tipe plinian. Mekanisme sejenis juga berlangsung menjelang erupsi St Helena dan saat itu magnitud gempanya pun tak besar (5,1 menurut USGS) Tapi sudah cukup membuat lereng utara gunung (dan juga cryptodome di puncaknya) rontok dengan volume ultragigantik (3 milyar meter kubik). 


Sepertinya status AWAS Gunung Merapi harus dipertahankan selama beberapa waktu mendatang. Memang banyak indikasi bahwa aktifitas gempa yg memicu aktifitas gunung api sudah banyak dijumpai, walaupun tidak spesifik untuk Gunung Merapi. Secara proses pembentukannya keduanya memang saling berhubungan sejak terciptanya bumi ini. Saat ini hanyalah proses kelanjutan dari proses terciptanya bumi dengan segala aktifitasnya. 

Dan Patahan Itu Hidup Lagi ?E-mail

BMG menyatakan gempa Yogya 27 Mei 2006 ini memiliki episentrum di dasar samudera Hindia pada koordinat 8,26deg LS 110,31deg BT, dalam jarak 37 km diselatan kota Yogya. Sementara USGS menyatakan posisi episentrum justru adadi kawasan Pantai Samas atau tepatnya di muara Sungai Opak, pada koordinat8,007deg LS 110,286 deg BT sejauh 20 km ke arah selatan dari kota Yogya.Sementara EMSC - dari Eropa - menyatakan pusat gempa justru ada di sebelah timur Yogya, tepatnya di bawah kawasan Piyungan - Patuk pada koordinat7,851deg LS 110,463 deg BT sejauh 12 km dari Yogya. Namun ketiga lembaga itu sama2 menyatakan bahwa gempa tektonik ini berasaldari pure strike-slip alias pergeseran mendatar, bukan gerak naik / turun sebagaimana yang biasa terjadi pada zona subduksi.

 

Lepas dari pihak mana yang paling akurat, posisi2 episentrum ini cukup menarik. Episentrum-nya USGS berada tepat di sebuah patahan yang berarahtimur laut - barat daya dan membentang mulai dari kawasan utara CandiPrambanan hingga ke muara Sungai Opak. Episentrum-nya EMSC berada persis di bawah bukit2 kapur Pegunungan Sewu yang menjadi bagian horst patahan ini. Sementara episentrum-nya BMG, ternyata juga terletak di sekitar garisimajiner perpanjangan patahan ini ke selatan, menerus ke Samudera Hindia.

Apa yang bisa diartikan dari sini ? (Hampir pasti) bisa dikatakan gempa kuat di Yogya berkaitan dengan aktivitas patahan Sungai Opak ini. Mungkin hal ini juga yang bisa menjelaskan mengapa daerah dengan kerusakanterparah (dan korban jiwa terbesar) ada di sumbu imajiner Bantul - Klaten, karena memang patahan ini membentang dari Bantul selatan hingga Klaten selatan (kawasan Prambanan). Barangkali hal ini juga yang bisa menjelaskan ambruknya stasiun KA Prambanan (sementara stasiun2 lainnya hanya rusak ringan) serta melengkung dan patahnya rel KA di antara stasiun Srowot -Prambanan, suatu hal yang " luar biasa " bagi sebuah gempa dengan magnitude5,9 - 6,3 skala Richter, yang lebih kecil dibanding misalnya gempa Nias ataupun gempa Kep. Mentawai tahun silam.

Tentang patahan ini, bila anda pernah berwisata ke Parangtritis, sebelum memasuki gerbang kawasan wisata itu anda akan melintasi jembatan gantung yang membentang di atas sebuah sungai. Itulah Sungai Opak. Selain melintasi sungai, persis di jembatan ini anda sebenarnya juga sedang melintasi patahanSungai Opak, yang terpendam di bawah endapan vulkanik Gunung Merapi. Panorama di sebelah selatan jembatan tadi berbeda dibanding sebelah utara yang relatif datar. Selain bukit2 kapur, di sini juga terdapat mata airpanas (hot springs) Parangwedang, yang tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanik ataupun post-vulkanik, namun disebabkan oleh patahan. Rupanya ruangdi bawah horst diisi oleh magma, namun bidang patahannya masih cukup kuat untuk menahan tekanan magma - beda dengan patahan sejenis di utara, yang tak sanggup menahan tekanan magma hingga magma bisa muncul ke permukaan Bumilewat bidang patahan dan terbentuklah jajaran gunung-gunung api Merapi, Merbabu dan Ungaran. Meski begitu magma di bawah horst tadi sudah cukup mampu untuk memanaskan air bawah tanah, yang kemudian keluar melewati bidang patahan sebagai air panas. 

Patahan ini pernah diteliti di akhir 1980-an dan disimpulkan bahwa ia telah mati. Sehingga tidak pernah diperhitungkan sebagai salah satu potensi bahaya bagi Yogyakarta dan sekitarnya. Fokus potensi bahaya di Yogya kemudian lebih ditekankan pada ancaman letusan Merapi serta gerakan tanah. Gempa tektonik - kalaupun ada - dianggap diletupkan oleh zona subduksi yang berada 300 km diselatan Yogya.  Jauh hari sebelumnya Yogya dan sekitarnya juga pernah diguncang gempa besarpada Juni 1867, dengan magnitude sekitar 7. Gempa ini menimbulkan kerusakan dan korban yang luar biasa hingga manuskrip Kraton Yogya mencatatnya dengan candrasengkala " obah lapis pitung bumi " alias bergeraknya tujuh lapisan bumi, yang terjemahannya menunjukkan angka tahun 1867 Masehi. Candrasengkala ini menunjukkan betapa hebatnya guncangan tanah saat itu, hingga disebutkan menyebabkan bergeraknya tujuh lapisan bumi. Disini harus diingat bahwa kata " pitu (tujuh) " dalam kesusastraan Jawa merupakan kataserapan dari sastra Arab, dan digunakan untuk menyatakan hal yang jamak. Demikian besarnya guncangan saat itu hingga istana air Tamansari (yang dibangun Hamengku Buwono 1 seabad sebelumnya) rusak berat dan tidak pernah lagi ditempati / diperbaiki sampai saat ini. Tugu golong gilig yang menjadilambang kota Yogya sampai ambruk dan terbelah menjadi tiga bagian. Tanah longsor terjadi di mana-mana, dan dari sini muncullah toponimi " Terban "yang kemudian menjadi nama sebuah daerah di pinggir Sungai Code, di sebelahselatan kampus UGM. 

Kini patahan itu (nampaknya) hidup kembali. Dan di sana, di bawah lembah Sungai Opak, gempa2 susulan terus berkejaran. Sekilas pergeseran patahan inimemang tidak besar. Bila gempa megathrust 26 Des 2004 menimbulkan pergeseran(rata-rata) 15 m dan (maksimal) 20 m, di gempa Yogya HANYA 5 - 10 cm. Namun bila kita bandingkan pergeseran ini dengan pergerakan patahan-patahan sejenis, yang banyak eksis di Jawa Barat seperti patahan Lembang - Cimandiri - Baribis, dimana kecepatannya (rata-rata) 0,2 mm / tahun, makanampak pergeserannya cukup besar. Apa yang menyebabkan patahan ini hidup kembali, apakah gempa megathrust 2004 silam ? Atau aktivitas Merapi yang memang sedang memuncak setelah istirahat berkepanjangan 5 tahun terakhir (hal yang memang tidak biasa)? Kita tidak tahu. Demikian juga, bagaimana masa depan patahan ini dan apa pengaruh getaran gempanya bagi dapur2 magma jajaran gunung2 api Merapi, Merbabu dan Lawu? Kita juga tidak tahu, dan (harapannya) semoga tidakmuncul hal lain yang lebih buruk. Sebab rakyat Philipina telah merasakan betapa sebuah gempa besar pada pertengahan Juli 1990 - yang menghancurleburkan kawasan Baguio - dengan pusat berjarak 100 km dari GunungPinatubo ternyata sanggup membangunkan gunung yang telah 600 tahun terlelap (dan tererosi berat) dengan munculnya erupsi freatik pada awal April 1991 yang terus berkembang hingga puncaknya menghasilkan letusan dahsyat ultraplinian pada pertengahan Juni 1991 dengan semburan abu mencapai ketinggian 34 km. Bumi bercinta, manusia menangis, kata van Bemmelen. Dan jujur saja, membayangkan semua kemungkinan2 itu, membuat saya pribadi jadi bergidik ngeri. Apalagi Merbabu dan Lawu memang sudah sangat lama terlelap, dan Merapi 1.000 tahun silam punya sejarah letusan teramat besar, hingga sanggup meruntuhkan dinding barat dayanya dan mengalirkan milyaran ton material vulkanik yang selanjutnya membentur Pegunungan Menoreh, membentuk perbukitan Gendol dan mengubur candi Borobudur.. Tapi itu ratusan tahun silam yang sempat memaksa berpindahnya kerajaan Mataram Kuno

 

Sejarah Geologis Gunung MerapiE-mail

Gunung Merapi adalah sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di tempat tersebut, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata bagi para wisatawan.

 

Sejarah Geologis

Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australiaterus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.

Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.

Status terkini

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini. [1]

4 Juni, aktivitas Gunung Merapi lampaui status awas. Kepala BPPTK DIY Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa dua hari terakhir ini volume lava di kubah Merapi memenuhi seluruh kapasitas kubah merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awam panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman

 

Make a Free Website with Yola.