Gunung Tambora : Letusan Terbesar Dalam Sejarah


tambora-volcano

tambora-location-map

Letusan Terbesar Dalam Sejarah

Pada 10 April 1815, Gunung Tambora  menghasilkan letusan terbesar dalam sejarah. Diperkirakan menghasilkan 150 kilometer kubik (36 kubik mil) tephra (meledak batu dan abu), dengan abu dari letusan diakui setidaknya 1.300 kilometer (808 mil) ke arah barat laut. Pada 10 April 1815 saat letusan bencana itu terjadi, dalam catatan sejarah dan analisis geologi letusan gunung berapi menunjukkan bahwa gunung tersebut telah aktif antara tahun 1812 dan 1815. Abu yang keluar dari letusan tersebut masuk kedalam atsmosfir dan mengurangi sinar matahari pada permukaan bumi, menyebabkan pendinginan global, yang mengakibatkan tahun1816  disebut “tahun tanpa musim panas.”

Foto diatas menggambarkan kaldera puncak gunung berapi. Kaldera yang besar tersebut memiliki diameter 6 kilometer (3.7 mil) dengan kedalaman 1.100 meter (3.609 kaki). Kaldera tersebut terbentuk ketika Gunung Tambora yang diperkirakan memiliki ketinggian (sebelum letusan) 4.000 meter (13.123 kaki) meletus, sehingga puncaknya hilang dan berubah menjadi kaldera yang besar. Sekarang ini lantai kawah ditempati oleh sebuah danau air tawar. Cadangan lapisan tephra terlihat di sepanjang barat laut tepi kawah. Pada tahun 2004, para ilmuwan menemukan sisa-sisa desa, dan dua orang dewasa yang terkubur di bawah sekitar 3 meter (hampir 10 kaki) dari abu dalam parit di Tambora sisa dari bekas Kerajaan Tambora dan hancur oleh Letusan tahun 1815 .

 

Fakta Ilmiah Kawah Ijen : Neraka di Bumi

Baru melihat kawah putih Ciwidey anda sudah terkesan, bagaimana dengan kawah ijen yang penuh semburan api?


0diggsdigg

Bila menurut kamu nyala kompor gas yang berwarna biru sudah sangat panas, bagaimana bila kompor gas itu sebesar gunung. Temui kawah ijen di Jawa Timur, tempat salah satu industri paling berbahaya di Indonesia: Pertambangan Belerang. Disini belerang yang terbakar mengalir dari ventilasi gunung berapi dalam dinding kawah. Gas sulfur dioksida dan hidrogen sulfida juga lepas dari ventilasi tersebut, menciptakan kawah biru susu di pusat kawah. Bila anda pernah ke kawah Patuha (kawah putih Ciwidey) yang tingkat keasamannya satu (pH = 1), disini kawah Ijen memiliki keasaman sempurna (pH = 0). Udara yang dipenuhi gas khas gunung berapi ini membuat lava yang keras berwarna abu-abu gelap menjadi kuning dan putih pucat. Dibalik bahaya kematian ini, beberapa ratus orang justru memperoleh kehidupannya disini.

Setiap hari, sebagian besar pekerja tambang berjalan 4 kilometer mendaki gunung berapi dan turun lagi 4 km untuk sampai ke lantai kawah, dimana mereka kemudian memasukkan sekitar 100 kilogram belerang kuning padat kedalam dua keranjang untuk dibawa turun kembali sejauh 3 kilometer. Dengan memikul beban 100 kg mereka kembali menelusuri pinggiran kawah untuk turun ke pabrik di kaki gunung, dimana mereka mendapatkan upah 600 rupiah untuk tiap kilogram belerang. Pabrik kemudian memurnikan batuan ini dan menjualnya ke penggilingan di sekitar lokasi yang akan memakainya untuk memproses gula.

Asap Belerang Kawah Ijen

Tergantung pada berapa banyak yang mereka pikul, para penambang belerang ini menghasilkan antara 70 ribu hingga 120 ribu rupiah per hari, sebuah penghasilan yang cukup lumayan bagi penduduk sekitar. Namun dibandingkan bahaya yang mengancam mereka, penghasilan ini cukup membuat kita tergetar. Mereka harus menantang gas beracun di tepian danau, saat mereka mengumpulkan belerang. Mereka yang tidak menggunakan masker terpaksa harus menahan napas selama mungkin agar tidak menghirup gas beracun. Menurut Peter Baxter, dokter dari Universitas Cambridge yang membuat laporan lengkapnya saat mengunjungi kawah ini, apa yang mereka lakukan seperti yang dilakukan oleh para pemburu mutiara yang menyelam di lautan. Mereka adalah orang-orang yang sangat tangguh. Obor yang mereka bawa dan nyala biru dari Kawah Ijen menerangi mereka dalam kegelapan, menghasilkan citra yang seperti anda saksikan di dunia mimpi.

Belerang yang sedang dipakai untuk pembakaran di pabrik

Jika anda ingin melihat danau biru pucat dari Kawah Ijen anda perlu berhati-hati. Berbeda dengan kawah putih Ciwidey yang landai, kawah Ijen terjal. Walau begitu masih bisa ditelusuri dengan hati-hati. Perjalanan anda juga akan berbahaya karena gas gunung berapi yang berkonsentrasi tinggi, terutama sangat berbahaya bagi orang yang memiliki penyakit pernapasan seperti asma.

Seorang Pekerja Tambang di tepi semburan gas belerang

Kawah Ijen terletak di dekat kota Bondowoso dan Sempol, sekitar empat jam dari Surabaya. Di depan jalan ada, well, tentu saja ada angkutan baik umum maupun pribadi. Ada beberapa tempat milik pemerintah maupun swasta milik pengusaha kopi di sekitar lokasi. Kalau uang anda lebih banyak, anda bisa tinggal di Ijen Resort selama bertamasya.

Penambang belerang di depan kawah ijen

Fakta Ilmiah ‘Keajaiban Dunia’ Gunung Magnet di Madinah

Terlepas dari salah sebut antara magnet dan gravitasi, jabal magnet adalah salah satu keanehan persepsi manusia itu sendiri, bukannya alam



Seorang teman menunjukkan fenomena menarik di Arab Saudi. Orang menyebutnya Gunung Magnet (Jabal Magnet) untuk menjelaskan fenomena ini.  Jabal Magnet terletak sekitar 30 km di utara Madinah dan katanya memiliki gaya tarik bumi (yang salah disebut sebagai magnet, padahal gravitasi) jauh lebih besar dari sekitarnya.

Fenomena yang mengesankan disini adalah efek keterbalikan gravitasi. Saat anda jalan menurun, rasanya sangat sulit. Pedal gas harus di tekan dalam-dalam. Sebaliknya, saat anda menanjak naik, kendaraan seolah bergerak begitu saja. Anda bahkan tidak perlu menekan pedal. Bila anda yang biasa di pegunungan, anda tentunya tahu kalau sebaliknya lah yang masuk akal. Naik sangat sulit karena melawan gravitasi, sementara turun sangat gampang, karena dibantu gravitasi. Bukan hanya dengan kendaraan, menuang air atau menggulirkan bola akan tampak naik mendaki, bukannya turun.

Daerah semacam ini bukan hanya ada di Madinah, tapi di China: (Liaoning, Shan Dong, Xi An), Taiwan, Utah, Uruguay, India (Ladakh) dan Korea. Dan tidak ketinggalan di Gunung Kelud, Gunung Semeru dan mungkin di Pager Gunung, Pekalongan, negara kita sendiri. Beberapa orang langsung mengkaitkannya dengan UFO, paranormal, mukjizat religius, hantu, dan hal-hal yang justru lebih aneh lagi dari fenomenanya sendiri.

Jadi apa sebenarnya fakta ilmiahnya? Well, menurut fisikawan, dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah ilusi. Yup. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni tanjakan.

Berdasarkan yang telah anda duga, tidak di seluruh bagian gunung yang mengalami kondisi ‘ajaib’ ini.  Hanya pada titik tertentu, yang langka, yang kondisi-kondisi memungkinkan agar efek ini terjadi.

Fisikawan Brock Weiss dari Universitas Negara Bagian Pennsylvania mengatakan “Kuncinya adalah lereng yang bentuknya sedemikian hingga memunculkan efek seolah anda menaiki tanjakan.” Pengukuran GPS yang dilakukan Weiss dan ilmuan lainnya menunjukkan kalau elevasi daerah dasar tanjakan, sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun!

Pikiran manusia seringkali menipu, dan inilah mengapa kita tidak dapat semata bertopang pada kesaksian, walaupun jujur. Kita memerlukan alat ukur yang lebih canggih dan obyektif. Dalam kasus jabal magnet dan ratusan gunung sejenis di penjuru dunia, bukan Hukum Gravitasi Newton yang salah, tapi pikiran kita sendiri yang tertipu.

Pengujiannya sederhana sekali, hanya pengukuran GPS di titik dasar dan puncak tanjakan. Anda bisa mencoba sendiri bila anda memiliki GPS. Hal ini mengapa SGS (Saudi Geological Survey) tidak pernah heboh mengenai adanya Jabal Magnet.

Beberapa orang berusaha mengambil penjelasan ilmiah dalam bentuk pengaruh lava berusia ratusan juta tahun. Walau begitu, hal ini jelas salah karena fenomena jabal magnet terjadi di daerah lain yang bukan gunung berapi.

Mata manusia dan otak dapat dengan mudah dibohongi sehingga berpikir kalau hukum fisika dapat berubah, namun yang ada hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut yang ganjil. Apa yang dimiliki oleh semua lokasi gravitasi terbalik ini adalah cakrawala yang sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi. Akibatnya, sulit bagi mata manusia untuk menilai kemiringan sebuah permukaan. Tidak adanya titik referensi yang handal, diperkuat ilusinya oleh indera keseimbangan tubuh, khususnya bila kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah benda yang secara normal dianggap tegak lurus tanah (seperti pepohonan) dikira memang tegak lurus, padahal ia berbaring. Ilusi ini serupa dengan ilusi kamar Ames, dimana bola dapat terlihat bergulir melawan gravitasi.

Referensi

  1. Daftar Gravity Hills di Amerika Serikat. http://userpages.umbc.edu/~frizzell/gravhills.html
  2. Gibbs, P. 1996. I know a place where things seem to roll uphill. How does it work? University of California Riverside. http://math.ucr.edu/home/baez/physics/General/roll-uphill.html
  3. Gregory, R. L. 1994. Even Odder Perceptions. Routledge
  4. Madinah dan Misteri Gunung Magnet. http://badrislam.blogspot.com/2009/10/madinah-dan-misteri-gunung-magnet.html
  5. Mystery spots anda gravity hills. http://paranormal.about.com/library/weekly/aa120301b.htm
  6. Ong J, Luck WJ, Olson HA. 1980. Reliability, sex difference, and Honi phenomenon in a distorted room. Perceptual & Motor Skills 51 (3 Pt 1): 956–8.
  7. Sciencedaily. 2006. The Mysterious Gravity Hill: Physicists Show “Antigravity” Mystery Spots Are Optical Illusions http://www.sciencedaily.com/videos/2006/0609-the_mysterious_gravity_hill.htm
  8. Wikipedia, 2010. Gravity Hill. http://en.wikipedia.org/wiki/Gravity_hill
  9. Video Jabal Magnet di Madinah. http://www.youtube.com/watch?v=XSm03u_Ty8o

 

Make a Free Website with Yola.