Dua Sisi Team Teaching

Oleh: Lita Mariana

Team teaching adalah usaha bersama dua guru atau lebih untuk mengajar suatu kelompok yang sama, bisa dalam waktu yang bersamaan atau terpisah. Teaching in team, teaming in teach. Intinya adalah kerjasama, bukan bekerja bersama alias bekerja sendiri-sendiri.

Kita (kita? saya, maksudnya) masih sering membagi tugas dan mengotakkan tanggung jawab untuk kemudian masing-masing melipir di wilayahnya sendiri. Bekerja bersama. “Eloe eloe, gue gue. Kalau ditanya bagian itu, kamu yang jawab. Kalau tentang ini, aku yang jawab.” Jika ditanya silang, saya tidak mengerti apa yang dia lakukan, dia tidak bisa menjawab permasalahan saya. Bukan team teaching kalau begini namanya.

Team teaching bagai pisau bermata dua. Ia dapat menjadi sinergi dan mengeluarkan yang terbaik dari pihak-pihak yang terlibat, memberikan hasil yang jauh lebih baik daripada kerja masing-masing digabungkan. Singkatnya 1 + 1 bisa lebih dari 3, 10, 30 atau tak terbatas. Apalagi jika didukung dengan daya eksplorasi yang baik terhadap siswa didiknya. Bukan lagi kemandirian yang, tapi interdependensi. Kemandirian yang saling mendukung dan mengukuhkan.

Picture 1

Di sisi lain, team teaching dapat mengeluarkan yang terburuk dari keduanya. Dan lebih buruk lagi, sisi buruk keduanya ternyatakan di depan murid. Ketika pengotakan terjadi secara kasar, murid dapat melihat bahwa antara guru satu dengan lainnya, walau di bidang studi yang sama, ada penguasaan yang berbeda dan dan ketidakacuhan yang kentara. “Oh kalau tentang topik A tanya sama bu Anu.” Lho? Murid-murid paling hanya bertukar pandang. Tapi citra telah terbentuk di kepalanya: guru ini tidak kompeten.

TENTUNYA, jika kompetensi dan penguasaan yang dimiliki oleh setiap anggota tim pengajar sama, hal seperti ini dapat dihindari. Alih-alih terlihat tidak menguasai, murid dapat diarahkan bahwa setiap orang memiliki bidang keahlian dan kesukaan. Saya bisa kimia fisik, tapi saya lebih suka kimia organik. Jadi kalau sudah masuk penjelajahan kimia organik, saya yang ‘turun tangan’. Misalnya.

Selain masalah penguasaan, gaya mengajar juga dapat dibanding-bandingkan oleh murid. Ini dapat dilihat sebagai kekurangan ataupun kelebihan. Kekurangannya adalah murid dapat memilih guru favoritnya. Ia cenderung ke B, jadi di jam pelajaran A diam saja. “Nanti saja tanya sama B, menjelaskannya lebih enak.” Atau jika ketegasan peraturan keduanya berbeda. “Enakan sama bu A, kalau terlambat masuk kelas tidak apa-apa. Cabut juga ngga diapa-apain.”

Di lain sisi, perbedaan gaya mengajar dapat menjadi ladang bersaing dalam pembelajaran guru. Ketimbang menjadi ‘musuhan’, seharusnya ini menjadi kesempatan untuk belajar dari orang lain. Malu harus dikesampingkan. Jaim tak banyak gunanya dalam mengembangkan diri.

Team teaching dapat digunakan sebagai sarana pelatihan perencanaan dan manajemen, membuka pikiran, kreativitas, imajinasi dan kemauan untuk membuka diri dan merasa malu. Walau dapat diselewengkan menjadi ajang ‘ngeles bersama’ alias mengelak dari hal-hal yang tidak dikuasai, kesempatan untuk mengalihkan tanggungjawab ketimbang berusaha memperbaiki kompetensi.

Yang paling utama dalam bekerjasama selalu 2 hal: komunikasi dan kemauan belajar. Jika komunikasi baik namun kemauan belajar nihil, ya tak ada perbaikan. Sekadar tahu sama tahu saja. Jika kemauan belajar tinggi namun komunikasi tidak lancar, yang ada nantinya ketimpangan, saling tindih dan kurang kompak. Satu ke kiri, yang lainnya ke kanan. Sama-sama dengan cara yang kreatif, a la masing-masing.

 

Mengapa Guru Harus Kreatif?

Oleh: Tri Kuntjoro*

Saat ini, masih sedikit guru dengan prestasi yang fantastis dan produktif dalam menghasilkan banyak karya dan ciptaan yang mencengangkan bagi dunia pendidikan. Masih jarang pula ditemui guru yang menulis artikel di blognya dan di-publish agar dapat dibaca oleh murid-muridnya atau rekan-rekan seprofesinya, sehingga dapat menjadi inspirasi dan sebagai knowledge sharing bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.

Karena itu, saat ini banyak sekali guru yang tidak sekali dirindukan murid-muridnya ketika berhalangan masuk atau absen mengajar. Apa penyebabnya? Penyebabnya karena guru-guru saat ini disinyalir kurang kreatif dan kurang inspiratif

Sekarang,
masih sedikit guru dengan prestasi yang fantastis dan produktif dalam menghasilkan banyak karya dan ciptaan yang mencengangkan bagi dunia pendidikan. Masih minim pula, guru memiliki temuan-temuan metode pembelajaran dan pengajaran, membuat alat peraga pembelajaran yang kreatif dan menarik yang mampu menarik minat muridnya menjadi gemar belajar dan sangat kreatif.

Sedikit pula guru yang mengarang buku modul/bahan ajar yang kaya warna dan kaya ragam metode pembelajaran. Bahkan sangat sulit ditemui, guru menjadi pembimbing lomba olimpiade di tingkat lokal maupun nasional yang mampu menjadikan muridnya lebih cerdas dan berprestasi.

Karena itu, saat ini banyak sekali guru yang tidak sekali dirindukan murid-muridnya ketika berhalangan masuk atau absen mengajar. Apa penyebabnya? Lagi-lagi, karena korps pahlawan tanpa tanda jasa ini disinyalir kurang kreatif dan kurang inspiratif bagi murid- muridnya.

Ada cara untuk meningkatkan kreatifitas guru agar dapat meningkatkan kerinduan murid-muridnya, dan antusiasme belajar muridnya menjadi meningkat tajam.

Kata kuncinya adalah kreatif.

Apa Itu Kreatif?

Picture 10Menurut definisi, kreatifitas yang baku dapat diartikan sebagai kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu.Salah satu ciri orang yang kreatif adalah mampu memunculkan beragam alternatif dari permasalahan.

Pada umumnya orang dewasa mampu memikirkan 3 sampai 6 alternatif pada setiap situasi yang membutuhkan pemecahan masalah. Sedangkan murid-murid kita bahkan mampu memikirkan sekitar 50 alternatif setiap situasi yang membutuhkan pemecahan masalah.
Kreatif sering muncul melalui 2 unsur. Pertama: kefasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah gagasan besar dalam pemecahan masalah secara
lancar dan cepat; kedua: keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.

Hambatan untuk menjadi kreatif

Ada hambatan yang sering muncul dalam setiap kita akan menjadi kreatif, yang seringkali menyebabkan manusia malas untuk menjadi kreatif. Apa saja hambatan itu?

Hambatan karena kebiasaan. Respons yang telah kita pelajari untuk bertindak secara otomatis tanpa berpikir dalam mengambil keputusan biasanya sulit dan tidak enak mengubahnya karena kebiasaan, apakah kebiasaan itu baik atau buruk.

Kemudian kesibukan merupakan salah satu alasan untuk tidak menjadi kreatif. Namun, ada pula yang mempunyai waktu untuk menjadi lebih kreatif dengan mencari waktu dari 24 jam yang tersedia. Sebagian dari kita merasa selalu berhadapan dengan begitu banyak masalah Namun yang ada, tidak adanya cukup waktu dan tenaga untuk mengatasi beberapa masalah secara kreatif, kemudian mengabaikan semua masalah dan tidak mau mengolahnya dengan cara kreatif pula.

Hambatan akan takut gagal dapat berbentuk pengasingan, kritik, kehilangan waktu, kehilangan pendapatan, atau kecelakaan. Akan tetapi, lebih baik gagal daripada tidak pernah mencoba sama sekali. Banyak diantara kita menemukan kenyataan bahwa mengerahkan tenaga fisik jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengerahkan tenaga mental. Kita biasanya melaksanaan pekerjaan selama periode waktu yang cukup lama dengan hanya sedikit berpikir.

Secara tak sengaja kreativitas sering terhambat oleh kritik-kritik orang lain. Bila suatu gagasan baru diperkenalkan, seringkali gagasan tersebut dipatahkan oleh orang lain. Memang kadang hal tersebut penting untuk membantu orang supaya tetap berpijak pada kenyataan, namun seharusnya kritik dapat menjadi pendorong bagi perbaikan kreativitas.

Bagaimana memunculkan gagasan kreatif?

Teknik berpikir kreatif di berbagai tingkatan banyak bersandar pada pengembangan sejumlah gagasan sebagai cara untuk memperoleh gagasan yang baik dan kreatif. Kecenderungan untuk mendapatkan gagasan, pemecahan, atau penjelasan yang umum muncul dan melekat dalam pikiran merupakan kerugian besar bagi kreativitas.

contoh mind-mapping untuk brainstorming

contoh mind-mapping untuk brainstorming

Teknik brainstorming ialah cara yang terbanyak digunakan sebagai teknik pemecahan kreatif. Istilah ini untuk mengacu pada proses yang menghasilkan suatu gagasan baru, kegiatan yang mendorong timbulnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang menyimpang liar dan berani dengan harapan agar dapat menghasilkan gagasan yang baik dan kreatif.

Teknik ini lebih cenderung menghasilkan gagasan baru yang orisinal untuk menggantikan
sejumlah gagasan konvensional yang lama ada. Selain itu berpikir secara analogi telah lama digunakan sebagai salah satu alat bantu bagi proses penyusunan secara kreatif.

Bekerja memfokuskan pada tujuan, cara untuk mencapai hasil yang diharapkan secara kreatif. Berbuat seolah-olah apa yang diinginkan akan terjadi besok, telah terjadi saat ini. Jika proses ini dilakukan secara berulang-ulang, maka pikiran Anda akan terpusat ke arah tujuan yang dimaksud.

Kreatif yuk…

Oleh: Sudarno*

Sebuah pohon tidaklah terlihat sebagai pohon sebelum semua bagiannya terlihat; hubungan khas antara bagian-bagiannya itulah yang menjadikannya sebuah pohon. Dan hubungan-hubungan tersebut bukan hanya keterkaitan fisik belaka; hubungan-hubungan tersebut melibatkan hubungan dengan tanah tempat tumbuhnya pohon, udara sekitar, cahaya matahari dan faktor lainnya” – (John Dewey)

Kreatif? Ah ..sebuah kata yang sering diucapkan oleh orang tua, atau guru kepada anak anaknya saat mereka sedang bermain atau belajar. Tetapi kenapa juga guru harus kreatif?

Ya, karena menjadi guru merupakan profesi yang mulia namun memiliki tantangan yang besar. Mengapa? Karena kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih dinilai rendah. Indonesia berada diperingkat 53 dari 55 negara yang disurvei World Competitiveness Year Book pada tahun 2007 (oh…seram) Peran guru sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, kini perlu diubah menjadi fasilitator dan sahabat bagi siswa.

creativity

Kreatifitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini. Kreatifitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.

Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru tidak perlu lagi menjadi “penceramah” yang terus berceramah dan menjejalkan berbagai teori kepada peserta didik. Sudah bukan zamannya lagi pesertadidik/pembelajar diperlakukan bagai “tempat kosong” yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu. Peserta didik perlu diperlakukan secara utuh dan holistik sebagai manusia-manusia pembelajar yang akan menyerap pengalaman sebanyak-banyaknya melalui proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.Saat ini guru harus mampu mengelola, memfasilitasi siswanya yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda serta kecerdasan yang berbeda dan mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Lalu bagaimana menjadikan diri kita kreatif? Untuk ini diperlukan strategi jitu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, Strategi-strategi tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi..

1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning).

Guru menurut strategi ini berperan sebagai fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka gunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat para siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan kemampuannya,danco-learner.

2. Penggunaan alat bantu dalam pengajaran (multi-teaching aids assisstance).

Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia serta menggunakan barang bekas untuk menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih mendalam.
3.strategi manajemen kelas (class management strategies).

Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individualitasnya.  berbicara dengan nada dan bahasa tubuh yang ramah (gentle), tidak menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya.kepada para siswanya.. Humor yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai.
4.Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata.

Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan bahwa para siswa menyukai pelajaran yang berhubungan dengan berbagai peristiwa kehidupan nyata. Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi.

5. Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif (open questions and encouragement of creative thinking).

Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berfikir kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan menyatakan bahwa pertanyaan terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok.

Mudahkan?  Ayo kreatif…

Belajar Kreatif Dalam Rangka Pengembangan Kreatifitas Siswa

Oleh: Julinar Sinaga*

Sejak kecil manusia mempunyai akal kemampuan untuk berfikir dalam mengembangkan daya serap pemikirannya yang lebih tararah untuk menciptakan tujuan yang di inginkan,sehingga dengan pencapaian pikiran tersebut dapat di kembangkan untuk mampu berkreatifitas sesuai dengan yang di harapkan agar segala keinginan yang disalurkan melalui inspirasi tersebut merupakan bahan keterampilan/keahlian seseorang yang punya kekuatan untuk mampu membina rongga otak dalam pemikiran yang telah ditentukan.

Manusia punya suatu bakat atau keahlian tersendiri dalam mengatasi kemampuan untuk berpfikir,untuk menciptakan ide-ide dan keahlian tertentu dalam berkarya dan lain-lain.

Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan yang menyangkut pengetahuan,keterampilan,sikap dan nilai-nilai. Manusia tanpa belajar akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Dalam mempertahankan kehidupannya manusia harus mempunyai bekal yang diperoleh melalui berbagai proses belajar untuk menemukan jati diri,mengetahui,mempelajari dan belajar untuk hidup bermasyarakat.

ujian

Belajar untuk mengetahui dan melakukan yang di harapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang produktif dan kreatif. Belajar tersebut untuk menjadi diri sendiri diharapkan dapat menciptakan manusia yang mempunyai pemikiran,persaingan,penyesuaian dan kerja sama yang tinggi. Dalam berinteraksi akan dapat menciptakan suatu kerja sama yang baik untuk pencapaian pengetahuan,pengalaman dan peningkatan kedewasaan yang muncul pada anak-anak peserta didik.

Belajar merupakan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan seseorang atau sekelompok manusia untuk dapat menguraikan perkembangan pemikirannya dalam hal berfikir secara kompleks dan baik.
Proses belajar berfikir secara baik itu sendiri pada umumnya berlangsung sebagai hasil proses mengajar dengan melalui beberapa pendekatan-pendekatan.

Adapun pendekatan yang perlu dilakukan misalnya dalam membina siswa yang berbakat,dapat ditinjau dari proses perkembangan siswa sangat banyak manfaatnya antara lain :

  1. Guru dapat mendekatkan diri kepada siswa dengan memberikan arahan sesuai dengan yang di harapkan,untuk mencapai tujuan.
  2. Guru dapat memberikan pengetahuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa dengan melakukan pendekatan yang relevan dalam tingkat perkembangan sesuai harapan yang diinginkan siswa.
  3. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktivitas proses belajar mengajar.
  4. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu lalu segera mengambil langkah-langkah penanggulangan yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Bentuk perkembangan yang terdapat dalam individu/siswa terdapat pada proses belajar antara lain : Kecakapan berbicara untuk melakukan interpretasi dalam setiap bidang mata pelajaran,Dimana belajar ini muncul sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam.

Dapat dilihat dalam berbagai aspek tingkat kematangan siswa untuk menghadapi proses pemikiran dalam belajar yaitu :

  1. Siswa dengan minat belajar rendah
  2. Siswa dengan minat belajar sedang
  3. Siswa dengan minat belajar tinggi

I. Siswa Minat Belajar Rendah
Tidak nampak akan munculnya belajar kreatif,yang mempunyai ketergantungan daya serap pemikiran,dan dalam menguasai materi belum mencakup untuk menguasai belajar berdiri sendiri,dan perlunya untuk memperdalam pengetahuan,menambah,memperhalus penguasaan yang di dapatkan.

II. Siswa Dengan Minat Belajar Sedang
Kemampuan berfikir masih cenderung berubah-ubah,dan perlu untuk dilatih secara seimbang dalam pencapaian bakat untuk mengembangkan kreatifitas secara optimal baik dan dipupuk semampunya,dapat diubah supaya kelak dapat berfikir dalam hal-hal yang lebih luas.
Bagi siswa pemula,akan tampak berlangsung sulit apabila tidak sertai dengan bimbingan oleh guru yang diharapkan dalam melakukan pembelajaran materi/pemahaman tertentu.

III. Siswa Dengan Minat Belajar Tinggi
Picture 3Mempunyai kemampuan kecerdasan dalam penanganan siswa berbakat. Dalam pencapaian proses belajar berhasil guna perubahan tersebut membawa pengaruh,makna dan manfaat tertentu bagi siswa.kecerdasan sangat identik dengan kepintaran dan kepandaian.dalam perkembangan pemikiran akan muncul suatu kesempurnaan yang didapatkan pada akal budinya dalam berfikir memahami,dan melakukan sesuatu,oleh karena itu,kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak hanya ditentukan oleh potensi dasar/pembawaan saja tetapi banyak suatu pengetahuan yang ia miliki sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Mengembangkan bakat kemampuan siswa untuk meningkatkan prestasi yang didapatkan dalam berbagai keterampilan melalui cara yang dilakukan.

Misalnya : Hampir di setiap sekolah telah ada memilki belajar ekstrakurikuler,dalam bidang pengembangan diri.
Hal ini sangat mendukung untuk perkembangan bakat/kemampuan siswa dalam memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan.Karena setiap orang pasti memilki bakat tersendiri yang datangnya sejak lahir ataupun bakat yang telah di olah ketika ia belajar untuk mencapai suatu tujuan-tujuan tertentu.

Dengan meningkatkan kemampuan bakat tersebut,seseorang maupun siswa perlu untuk di bina,di bimbing,di arahkan,agar bakatnya tersebut bisa dikembangkan secara terarah dalam menyiapkan mental dan dapat memotivasi seseorang untuk belajar lebih baik.
Guru yang punya banyak pengalaman dapat memberikan arahan untuk memotivasi individu/siswa agar hal tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai arahan dan bimbingan yang di ajarkan.

Dalam Study ”Pengembangan Diri” perkembangan hasil yang diharapkan dapat di capai oleh siswa adalah pelatihan mental yang kuat,berani,percaya diri,yakin dan mempunyai kecakapan yang luas serta menyadurkan bakat sesuai keinginan nya masing-masing.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut individu siswa dapat termotivasi untuk mengembangkan bakatnya sesuai yang di milikinya,misalnya:

  • Menciptakan suatu ide-ide cemerlang
  • Menciptakan suatu keahlian pada alat-alat teknologi canggih.
  • Menciptakan/menyadurkan tulisan-tulisan gaya pribahasa modern
  • Menciptakan berbagai keterampilan bakat yang dimiliki sehingga dapat dikembangkan dan difahami.

Berbagai keterampilan ini merupakan tingkat suatu tujuan.

Dan Guru yang berpengalaman dapat memberikan contoh yang terbaik pada bidang pelajaran-pelajaran yang di ajarkan sehingga individu/siswa dapat termotivasi untuk bisa mampu berkreatifitas dan bagaimana hal tersebut bisa menjadi suatu pedoman bagi siswa untuk mencapai cita-cita dan masa depan.

Membangun Karakter Positif Melalui Eksperimen Sains

Oleh: I Putu Sidibawa*

Kebebasan berkreasi untuk mengeksplorasi sains harus diperkenalkan sejak dini. Membiasakan anak-anak mencari proyek-proyek sains yang kecil-kecil, menumbuhkan  minat anak pada sains semakin meningkat. Salah satu kunci utama yang diperlukan untuk belajar sains adalah rasa ingin tahu yang besar. Benar. Untuk menggalakkan kecintaan anak-anak pada dunia sains, dimulai dengan memperkenalkan anak-anak pada proyek-proyek sains yang sederhana namun menantang bagi mereka. Saya sangat salut dengan ide dan rancangan penelitian sains yang dimunculkan. Sederhana, namun menggelitik dan sering dialami masyarakat.

Model kegiatan ini diharapkan terus berlanjut dan berkembang yang sejalan dengan Visi IPTEK 2025 (SK Menristek No 111/M/Kp/IX/2004) yang menargetkan Indonesia termasuk ke dalam 25 negara termaju di dunia pada 20 tahun ke depan.

Tentunya penguasaan ilmu ilmu dasar akan menjadikan kita sebagai negara yang diperhitungkan dalam percaturan.dunia, karena negara negara yang kuat saat ini adalah yang menguasai ilmu ilmu dasar dan memanfaatkannya untuk kecerdasan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyatnya serta kemajuan negerinya.
Model kegiatan semacam ini akan dapat menumbuhkan kreativitas guru dan siswa, secara lambat laun pembelajaran sains akan bergeser kepada siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator, sehingga siswa terkondisikan menjadi kritis, kreatif, dan dapat mengeksplorasi alam sesuai dengan kemampuannya. Konsekuensi lanjutannya adalah terjadinya proses alienasi siswa dari lingkungannya. Siswa tidak paham untuk apa sains itu dipelajari, karena konsep-konsep sains yang mereka pelajari tidak bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari harinya. Muncullah anggapan, mempelajari sains merupakan beban bagi mereka dan akhirnya siswa pun merasa sains merupakan momok, yang menakutkan dalam pembelajarannya. Padahal, semestinya proses pembelajaran sains dimulai dari mengamati fenomena-fenomena alam secara terstruktur.

science3

Proses pembelajaran yang menekankan pengamatan secara terstruktur itu tentunya memerlukan guru yang memahami bidang keilmuannya secara mendalam, luas, dan menjiwainya serta menguasai ilmu pedagogi secara baik. Karena itu peningkatan kompetensi guru, baik dalam pemahaman akan mata ajarannya, juga dalam pedagoginya merupakan sesuatu yang mutlak. Saya setuju dengan sindiran Rukman Nugraha, sebagus apapun kurikulum pendidikan, selama pola pikir kita dalam pendidikan sains belum berubah, sejauh itu pula pendidikan sains kita akan terpuruk. Pendidikan sains bukanlah tugas guru semata. Tempatnya pun bukan hanya di ruang ruang kelas atau laboratorium. Pendidikan sains merupakan hak sekaligus kewajiban kita agar apa yang diharapkan dari pendidikan sains ini, yaitu semakin cerdasnya umat bangsa ini dapat terwujud. Bekal apa yang perlu diberikan kepada anak-anak supaya sukses kelak? Dunia kita membutuhkan sesuatu yang bukan sekedar otak pintar dan prestasi sekolah. Lebih dari itu, karakter positif! Menumbuhkan kecintaan pada sains, anak berkesempatan untuk mengembangkan karakter positif dengan menggunakan eksperimen sains sebagai media.

Sains sebagai bidang ilmu dan sebagai proses untuk mengetahui dinyatakan dalam kurikulum pendidikan sains. Sains sebagai bidang ilmu, lebih banyak mengarahkan siswa lebih memahami konsep-konsep sains yang ditemukan oleh para ilmuwan sains, lebih banyaklah siswa dijejali dengan pengetahuan sains yang bersifat ingatan. Padahal landasan filosofi pembelajaran sains adalah filsafat pendidikan progresivisme, proses pembelajaran sains yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata”, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman dengan teman sebaya”.  Progresivisme sangat berlawanan dengan filosofi “efisiensi pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pembelajaran semu (artificial instruction) dan belajar yang dikendalikan oleh buku teks dan tes tertulis, sehingga seolah-olah tergambar pembelajaran sains di sekolah sangat jauh dari dunia nyata, sehingga hanya memiliki sedikit bahkan tidak bermakna bagi sebagian siswa

Menjadi Guru Yang Kreatif dan Inovatif

Oleh: Yulianto, S.P.*

Guru berasal dari bahasa Sansekerta, Gu : gelap, Ru : menghilangkan , jadi artinya menghilangkan kegelapan. Guru adalah agen pembelajar. Pembelajaran akan berlangsung apabila ada guru dan siswa. Guru mempunyai peran yang cukup besar di dalam memotivasi, memberikan contoh ide-ide kreatif di dalam proses pembelajaran kepada peserta didik.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bisa membuka wawasan, kreatifitas dan pola berpikir mandiri kepada peserta didik. Konsep pembelajaran yang mengacu pada teoritis dan hafalan saja akan membosankan. Siswa akan gampang lupa, terhadap apa yang baru dihafalkan.

Konsep pembelajaran yang kreatif dan inovatif adalah gaya pembelajaran yang memadukan teoritis, penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan peduli terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masayarakat. Jadi selain berguna bagi pengembangan ilmu itu sendiri, juga paling tidak bias membantu memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Dengan pembelajaran yang kreatif dan inovatif siswa mempunyai pengalaman belajar dan life skill yang akan dibawanya sebagai bekal hidup.

pic_home

Contoh pembelajaran kreatif adalah : sosio drama, praktikum, studi lapangan, studi kasus, kunjungan ilmiah ke perusahaan atau instansi pemerintah. Dengan pembelajaran seperti ini anak didik tidak muda lupa, sehingga kalau ada masalah , siswa akan mampu memecahkannya, karena dia sudah mengalaminya dengan praktek. Simak saja misalnya pada waktu terjadi Tsunami di Aceh tahun 2006 lalu. Pada saat terjadi menjelang Tsunami dimana terjadi gempa dan laut menjadi surut, tiba-tiba orang berdatangan sibuk mengambil ikan, karena lautnya surut, bukanya mempersiapkan diri karena akan terjadi gelombang pasang yang dasyat untuk menyelamatkan diri. Hal ini semata-mata karena ketidaktahuan mereka akan Tsunami, ini tidak terlepas dari system belajar mereka dulu, yang hanya menghafal.. Coba kalau pembelajaran Geografi tentang Tsunami dibuat dengan metode sosiodrama, mungkin kejadianya akan lain, ilmu akan tertanam lama dalam benak pikiran siswa, sehingga apabila ada gejala gempa yang berpotensi untuk Tsunami, maka mereka akan bisa menyelamatkan diri, bahakan menyelamatkan orang lain dengan cara memberitahukan kepada orang lain

Pendidikan yang berhasil apabila mengkaitkan ilmu(sains), lingkungan dan masyarakat. Ambil contoh saja saya sebagai guru Biologi SMA, saya berusaha terus agar pembelajaran tidak membosankan,tapi menantang dan meyenangkan peserta didik. Misalnya pelajaran biologi ada 4 jam per minggu, yang 2 jam per minggu untuk praktikum. Dari yang saya amati selama 7 tahun mengajar siswa lebih bersemangat dan berminat dalam pelajaran biologi, ditandai dengan nilai biologi yang cukup bagus.

Saya akan memberikan contoh pembelajaran yang mengkaitkan ilmu, lingkungan dan masyarakat serta kreaatifitas. Siswa kita ajak ke pasar buah disana siswa akan melihat buah-buah yang tidak terjual akan mcepat sekali mengalami kerusakan (pencoklatan (browning),memar, mengekerut) sehingga tidak layak dijual, namun layak dikonsumsi. Buah yang tidak laku dijual namun layak konsumsi perlu mendapaatkan penanganan, antara lain bias diolah menjadi produk baru seperti wine. Nah tindakan ini akan menolong masyarakat, karena limbah buahnya terjual, sekaligus meningkatkan nilai ekonomi, dari buah yang tidak ada harganya.

Penulis pernah mengadakan survey ke pasar induk Kramatjati, Jakarta Timur. Limbah buah-buahan yang tidak laku dijual namun layak konsumsi bias mencapa 2 truk perhari., belum lagi pi pasar tradisonal, pedagang kakli lima. Berapa ton per hari buah yang tidak laku jual namun layak konsumsi ini beluk ditangani. Menurut Susanto dan Saneto (1994), bahwa kerusakan produk buah-buahan bias mencapai 35 – 40 % karena proses pemanenan, penanganan dan sistribusi.
Kesimpulanya pembelajaran kreatif dan inovatif dimulai dari sang guru sebagai motivator. Ide-ide kreatif bias datang dari mana saja, mulai dari hal-hal terkecil, yang dianggap orang remeh sekalipun. Selamat mencoba.


Menjadi Guru Kreatif

Menjadi guru kreatif ternyata tidak mudah. Perlu perjuangan dan pengorbanan. Bahkan mungkin anda akan mengalami sebuah penderitaan dahulu yang akan membawa anda kepada puncak kebahagiaan dan ketenaran. Saya banyak belajar dari Prof. Dr. Arief Rachman, bapak sekaligus guru saya di sekolah Labschool. Beliau adalah tokoh pendidkan dan contoh guru kreatif yang ada di Indonesia. Dari tangan beliaulah lahir tenaga-tenaga pendidik seperti saya yang berusaha keras untuk menjadi guru kreatif.

Guru kreatif tidak pernah puas dengan apa yang ada pada dirinya. Dia terus belajar dan belajar sampai ajal menjemputnya. Baginya, menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran adalah sesuatu hal yang harus dicari dan kemudian dibagikan kepada teman-teman guru lainnya. Tak mudah memang, tapi disinilah tantangannya bila kita mau terus instropeksi diri dalam pembelajaran yang kita lakukan di sekolah. Berusaha terus-menerus memperbaiki kinerjanya sebagai guru dengan terus melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajarannya.Saya teringat pesan pak Arif bila anda ingin menjadi guru yang kreatif, maka anda harus berhenti untuk menjadi guru pengeluh. Berusahalah semaksimal mungkin memberdayakan apa yang dimiliki sekolah untuk anda gunakan dalam menunjang pembelajaran anda.  Bila kemudian anda menemukan alat bantu atau media pembelajaran yang membantu anda menyampaikan materi ke otak siswa dengan cepat, maka harus anda buktikan media itu dengan terlebih dahulu dengan melakukan PTK.

Dengan melakukan PTK anda akan menjadi guru yang kreatif. Di dalam PTK itulah akan anda dapatkan refleksi diri yang anda lakukan melalui siklus-siklus yang anda lakukan sendiri sampai anda merasa yakin bahwa yang anda lakukan telah berhasil. Penelitian kualitatif cenderung berbasis kata, misalnya hasil wawancara, sedangkan penelitian kuantitatif cenderung berbasis angka misalnya skor uji. Anda dapat pelajari hal itu dengan membaca buku Action Research di ruang Kelas karya Vivienne Baumfield, dkk. Buku ini dapat anda dapatkan dengan mudah di toko buku Gramedia atau bisa juga anda pesan langsung ke penerbit Indeks.

Action Research di ruang kelas atau PTK merupakan panduan penting untuk semua guru kreatif yang tertarik melakukan riset di dalam ruang kelas. Penulisnya memberikan gambaran pendekatan yang mudah diikuti sehingga dapat membantu guru meningkatkan praktik profesional mereka dan mengevaluasi kebutuhan murid di sekolah. Terdapat banyak kiat praktis dan contoh proyek riset tindakan nyata dari berbagai tipe sekolah yang menjadikan PTK sebagai buku wajib bagi guru dan mahasiswa keguruan.

Menjadi guru kreatif harus mampu meneliti. Meneliti di kelasnya sendiri sehingga kualitas pembelajarannya semakin berkualitas. Banyak masalah yang bisa anda teliti, banyak masalah yang harus dicari segera solusinya. Melalui PTK anda akan mendapatkan rahasia-rahasia baru dalam khasanah ilmu pendidikan yang dapat anda kembangkan menjadi sesuatu yang berarti dalam kegiatan pembelajaran. Setiap kegiatan yang anda lakukan harus dicatat dan diamati benar bersama teman sejawat sehingga apa yang anda lakukan dalam PTK benar-benar solusi baru dalam pembelajaran di sekolah yang berujung kepada peningkatan mutu pendidikan.

Jangan biarkan diri anda menjadi guru pengeluh dan terus mengeluh karena anda tidak kreatif. Mari ciptakan khasanah ilmu pengetahuan baru dengan menjadi guru kreatif. Kalau bukan kita sendiri yang menjadi guru kreatif, lalu siapa lagi?

Menjadi Guru Yang Konstruktif

“Essensi tugas Guru tidaklah mengajar, tetapi untuk menemukan cara-cara & situasi belajar bagi para murid-muridnya, karena hakekat pendidikan bukan mengisi ember melainkan menyalakan api.”

Interaksi Energetik Guru dan Murid

Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung Guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya. Kreatifitas murid dibangun melalui diskusi kelompok, seminar, diskusi panel, kunjungan lapangan, permainan peran, dan lain-lain. Menurut Albert Einstein, “Ini adalah seni tertinggi guru untuk membangkitkan kegembiraan yang ekspresif, kreatifitas, dan pengetahuan. Sehingga sekolah akan menjadi platform yang tepat untuk memenuhi tujuan pendidikan, jika hubungan antara siswa dan guru dipelihara dengan baik. Guru adalah teman, filsuf dan panduan dari siswa. Seorang guru adalah motivator terbaik, seorang pecinta dan pengisi kekuatan. Murid-murid terinspirasi oleh kapten mereka, yaitu Guru.”

Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Manusia tidak pernah luput dari berbuat salah, tapi perbuatan yang baik sekecil apapun harus dipuji. Setiap anak didik memiliki beberapa sifat-sifat baik dalam dirinya. Peran guru adalah untuk tidak mengkritik dia karena kenakalannya, tetapi untuk memuji salah satu kualitas yang baik dalam dirinya, sekaligus memberikan inspirasi. Sistem memuji salah satu kualitas pada diri anak didik akan menumbuhkan percaya diri, ia mulai merasa dirinya layak dan berharga, karena tidak semua anak didik memiliki kemampuan akademik yang sama. Mereka memiliki tujuan alam, dan kecenderungan yang dibawanya sejak lahir. Seorang Guru harus mampu mengidentifikasi hobi dan kemampuan alaminya sehingga ia dapat mengetahui siapa dirinya dan memotivasi dirinya untuk bisa maju dalam wilayah bakat dan hobinya itu.

Ada Senyum di Dalam Kelas

Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas-batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak-anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai Gurunya. Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai Gurunya. Senyuman seorang Guru, menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam kelas.

Kita sebagai Guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya kepada Guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai Guru hanya memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anak-anak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan Guru berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak-anak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya. Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan Guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’

Contoh Teladan

Seorang Guru dapat memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan Gurunya banyak membaca buku. Tetapi, bagaimana mungkin seorang Guru yang jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku ? Ini tidak mungkin terjadi.

Buku adalah sumber energi dan motivasi. Seorang Guru harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan, majalah dan mengumpulkan pengetahuan untuk mengilhami anak-anak dengan menceritakan hal-hal baru. Guru dapat membuat perpustakaan kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi murid-muridnya. Karena, menurut Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara guru dengan muridnya, dan senjatanya adalah pertanyaan.

Kita sebagai Guru adalah motivasi bagi anak-anak didik kita, melalui kebiasaan kita membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku Guru mereka. Jadi seorang Guru dapat melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun dan kapanpun, akan melahirkan sikap optimisme bagi anak-anak didik kita.

Setiap anak-anak didik kita berbeda dan unik. Bersama anak-anak didik, kita bisa belajar melakukan spesialisasi dan mengidentifikasi hobi, bakat dan kecenderungan-kecenderungan lainnya. Anak-anak yang melakukan kenakalan di dalam kelas, memiliki kemungkinan tertinggi dan multi-dimensi kepribadiannya, karena itu, mereka menjadi nakal. Mereka membutuhkan lebih banyak tugas pekerjaan yang harus diselesaikan. Tugas-tugas sekolah yang lebih banyak ini merupakan ladang bagi anak-anak didik yang kita anggap nakal ini untuk menunjukkan kepribadian dan eksistensinya.

Kita bisa memiilih anak-anak didik kita yang paling nakal di kelas kita, lalu berikan kepada mereka tanggungjawab dan pekerjaan-pekerjaan non akademis yang harus diselesaikan, kita akan melihat bagaimana cepat mereka menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Dalam waktu sepersekian menit mereka bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Anak-anak yang nakal adalah masa depan sumber daya manusia kita. Para guru dan orangtua harus lebih memahami kebenaran ini sebagai fakta untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan dan kemampuan dalam diri mereka, sehingga “setiap anak akan menjadi istimewa”.

Anak-anak didik kita terlahir dengan potensi yang tak terbatas, maka tugas kita sebagai Guru adalah membantu mengembangkan mereka dan membuat mereka layak di setiap bidang yang diminatinya. Setiap anak didik kita mempunyai potensi yang luar biasa besar di dalam dirinya, maka pekerjaan guru adalah menginspirasi anak agar kreativitasnya terbuka. Hanya kita yang yang dapat membimbing mereka untuk mencapai tingkat tertinggi dari kreatifitasnya. Mengenali kepribadian unik anak-anak didik kita dan mendorongnya agar senantiasa tumbuh, adalah tugas kita sebagi seorang Guru.

Penutup

Peran guru dalam skenario perubahan sosial di masyarakat kita menjadi sangat menantang, karena masyarakat kita saat ini lebih menghargai hal-hal yang bersifat material dan nilai-nilai spiritual menjadi terbelakang. Tidak ada yang luar biasa tentang hal ini, namun situasi seperti ini tidak akan hidup selamanya. Ada cukup banyak indikasi bahwa pendidikan kita akan bangkit kembali, mewarnai nilai-nilai abadi budaya yang selama berabad-abad tumbuh-berkembang di dalam dinamika kehidupan bangsa yang besar. Kita berada pada proses transisi, dimana nilai-nilai budaya masih terpelihara dan dirawat dengan baik. Oleh karena itu, peran Guru menjadi sangat signifikan.

Terakhir, sebagai bahan renungan, mengapa film Laskar Pelangi menyita banyak penonton untuk menyaksikannya, energi dan nilai-nilai spiritual apa yang tersimpan di dalam film tersebut ?. Kita semua yang pernah menontonnya pasti tahu jawabannya.

Guru Profesional

A. Pengertian Umum Tentang Guru

Guru adalah jabatan profesi seseorang yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai :

1. Pendidik

Yakni sebagai pendorong (suporter), melakukan pengawasan (supervisor), mendisiplinkan anak agar anak menjadi patuh terhadap norma-norma, aturan-aturan hidup dalam keluarga dan masyarakat.

2. Pengajar dan Pembimbing

Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan bekerja, perkawinan dan kehidupan keluarga sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.

3. Pembina dan Pengasuh

Seorang guru harus mampu membentuk, merubah atau menciptakan karakter pada anak didiknya dari yang kurang baik, atau bejad sekalipun untuk jadi memiliki karakter dan sikap yang lebih baik.

4. Model

Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma agama yang dianut norma bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Pelajar (leamer).

Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

6. Komunikator pembangunan masyarakat

Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang yang dikuasainya.

7. Administrator

Disamping mendidik, mengajar dan membimbing seorang guru dalam bekerja dituntut untuk mampu melaksanakan kegiatannya dengan administrasi yang tertib dan teratur. Dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

B. Latar belakang

Guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan. Ujung tombak dan pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban serta sebagai benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa. Namun eronisnya !

Di negeri ini sudah menjadi realitas umum bahwa guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Teller di sebuah bank lebih terlihat high class dibandingkan guru. Jika  ingin menmposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai di_blow up bahwa profesi guru memiliki strata sosial yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial.
Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Profesionalisme Guru seharusnya  :

(1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
Di samping itu, mereka juga harus (4) Mematuhi kode etik profesi, (5) Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) Memiliki kesempatan untuk

mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum .


A. Profesionalisme Guru

Dalam managemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Aspek yang penting dalam sebuah profesi adalah sikap profesional dan kualitas kerja. Kata “profesional” berasal dari bahasa Inggris yang berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti. Menjadi profesional berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya.

Guru sebagai ujung tombak meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas harus memiliki profesionalitas sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing, serta pembina atau pengasuh bagi obyek didik yaitu murid.

Guru harus memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar. Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian, piawai dalam mendidik atau mengajar, perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai.

Ada beberapa syarat yang  mesti dimiliki untuk menjadi guru yang profesional yaitu :

  1. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
  2. Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
  3. Memiliki keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran
  4. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
  5. Memiliki kemampuan mengorganisir dan problem solving
  6. Kretif, inovatif dan memiliki seni dalam mendidik

B. Ciri-ciri Guru Yang Profesional

Jika seorang guru melakukan pekerjaannya secara profesional maka akan terlihat sekurang-kurangnya ada 10 ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Selalu punya energi untuk siswanya

Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran

Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, sehingga dalam kondisi apapun kelas dapat dikuasainya dengan baik.

5. Bisa berkomunikasi Baik dengan Orang Tua

Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya

Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.

7. Pengetahuan tentang Kurikulum

Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.

8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan

Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyiapkan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran

Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa

Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.


Kesimpulan

Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan.

Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.

Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

TANTANGAN PROFESIONALISME GURU


Semua guru pasti merasa senang saat diberi apresiasi sebagai GURU PROFESIONAL. Berbagai usaha dilakukan agar pekerjaan ini diakui sebagai sebuah profesi yang profesional. Usaha tersebut seperti melanjutkan pendidikan S1-S2, mengikuti sertifikasi, sering mengikuti pelatihan lokal/nasional/internasional, menulis buku/jurnal, memberi pelatihan dan lain sebagainya. Tapi apakah profesionalisme hanya diukur melalui itu semua? Harus diakui bahwa semua hal yang telah disebutkan di atas masih belum terlihat bukti di lapangan. Kadang sebagai pendidik saya sering tergelitik melihat status profesionalisme identik dengan naiknya gaji/tunjangan fungsional atau posisi struktural seorang guru di tempat mengajar/administrasi pemerintah. Tidak mengherankan progres kualitas pendidikan Indonesia sangat lambat.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan profesionalisme? Profesi berasal dari bahasa Inggris Profession yang berarti pernyataan atau panggilan bahwa seseorang akan mengabdikan diri terhadap suatu pekerjaan secara sungguh-sungguh sebagai karir sepanjang hayat. Oleh karenanya untuk mencapai profesional maka pekerjaan tersebut memiliki kompetensi dan kualifikasi berupa:

  • kompetensi yang mengacu pada kadar kemampuan seorang guru dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tugas utamanya yaitu mengajar (UU no. 20/2003: kompetensi akademik, pedagogik, sosial dan kepribadian)
  • kualifikasi mengacu pada jenjang pendidikan, jabatan fungsional, dan pangkat golongan yang dimiliki guru berkaitan dengan tuntutan pelaksanaan tugas/karir,

Dalam menjalankan profesi guru maka sudah semestinya semua guru memiliki spirit profesional berupa:

  • otonomi dalam menentukan  tindakan terbaik yang didasari oleh teori dan konsep yang secara terus menerus divalidasi secara empirik,
  • self renewal capacity yaitu kapasitas untuk selalu menyempurnakan/memperbaiki pekerjaannya melalui belajar/refleksi agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada peserta didik.

Mengacu kepada spirit profesional berupa memberikan pelayanan terhadap peserta didik, ternyata banyak terjadi penyimpangan yang kita temukan di dalam kelas berupa:

1. Kekerasan kognitif:

  • Memberikan materi tanpa melihat kapasitas anak. Guru menganggap bahwa kemampuan kognitif semua siswa sama sehingga materi, penilaian dan metode pengajaran diberikan dengan sama rata. Pendidik tidak memerhatikan keunikan, gaya belajar dan kemampuan daya serap materi dari setiap siswa. Akibatnya siswa banyak yang frustasi dan tidak bisa mencapai KKM yang ditetapkan. Belum lagi stigma buruk akan segera menempel pada mereka saat guru merasa kesulitan mendidik dan mengajarkan materi kepada siswa yang bersangkutan.
  • Mengancam anak didik dengan memberikan nilai buruk/mengurangi nilai apabila berperilaku tidak sesuai dengan harapan guru. Sebenarnya penilaian akademik tidak dapat dicampuri dengan perilaku karena memiliki kriteria dan kompetensi berbeda.

2. Kekerasan afeksi

  • Siswa mengadopsi perilaku yang salah dari guru. Namun hukuman berlaku untuk siswa bukan untuk gurunya. Seperti kasus siswa tidak boleh merokok di sekolah tetapi banyak para guru merokok di ruangan guru/sekolah.

3. Kekerasan psikomotorik

  • Memberikan contoh cara yang salah dalam melakukan gerakan, sehingga kesalahan konsep tersebut dilakukan oleh anak.

Sungguh miris membacanya tapi itulah kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Sumber penyimpangan profesi ini adalah akibat dari:

  • kurangnya pemahaman/pengetahuan yang tepat tentang apa yang dilakukan (WHAT, WHY DAN HOW)
  • kurangnya fasilitas dan sumber daya
  • dukungan kuat dari kepemimpinan pendidikan setermpat
  • kurangnya pengakuan terhadap seseorang yang melakukan hal benar/baik
  • kontrol dari organisasi profesi dan masyarakat yang masih kurang,
  • apresiasi pemerintah terhadap profesi ini yang belum optimal.

Dampaknya pada siswa adalah mereka tidak termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.  Dari uraian di atas kita menjadi tertantang untuk menghilangkan hambatan keprofesionalan guru. Mari kita merubah citra guru dengan standar seadanya menjadi standar luar biasa melalui cara:

  1. Peduli untuk melakukan kajian nilai-nilai kemanusiaan, nilai falsafah bangsa dan budaya lokal,
  2. Berinovasi dalam melakukan kajian kurikulum dan materi yang diberikan kepada siswa,
  3. Aktif mengimplementasikan hasil pelatihan dan pendidikan secara konsisten terhadap diri sendiri dan profesi,
  4. Berani mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif dan mengaplikasikannya bersama rekan seprofesi dan siswa,
  5. Gemar melakukan refleksi dan evaluasi kompetensi diri sebagai seorang pendidik.

Hal ini menjadi bagian dari tanggung jawab terhadap profesi ini.  Tanggung jawab profesi ini yaitu:

  • menjamin pelayanan prima terhadap siswa
  • melindungi siswa dari tindakan yang merugikan
  • membangun komunikasi yang sehat di antara pendidik dan  peserta didik
  • memelihara kepercayaan publik
  • akuntanbilitas mengajar (sertifikasi)

Rahasia Guru Sukses

Anda ingin menjadi seorang guru yang sukses? Inilah tiga rahasia utama (main secrets) yang bisa diikuti untuk menjadi seorang guru yang sukses: akrab dengan teknologi, menjaga martabat kemanusiaan, dan cerdas secara finansial.

Usaha untuk menjadi seorang guru yang sukses (a successful teacher),–yaitu guru yang profesional, bermartabat, dan sejahtera–, tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap. Butuh perjuangan panjang dan konsistensi dalam tugas. Namun apabila ketiga rahasia utama menjadi guru sukses di atas diikuti, keinginan menjadi seorang guru yang sukses akan terwujud. Berikut adalah penjelasan mengenai rahasia guru sukses di atas.

Rahasia Guru Sukses #1: Akrab dengan Teknologi

Teknologi (technology) adalah alat untuk mempermudah pekerjaan. Dengan menggunakan teknologi, maka pekerjaan yang dilakukan pun akan semakin mudah, dengan hasil yang lebih baik.Teknologi apa yang diakrabi oleh guru sukses dan menjadi rahasia utama?

Teknologi yang dimaksud dalam rahasia menjadi guru sukses ini adalah teknologi pembelajaran (ada yang menyebut teknologi pendidikan). Teknologi pembelajaran (instructional technology) adalah teori dan praktik mengenai rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi perihal proses dan sumber untuk belajar (instructional technology is the theory and practice of design, development, utilization, management, and evaluation of processes and resources for learning).

Dari pengertian teknologi pembelajaran (instructional technology) di atas jelas, bahwa upaya penggunaan teknologi yang beragam mulai dari rancangan (design) sampai dengan evaluasi (evaluation) adalah demi untuk pembelajaran. Ini artinya, usaha yang dilakukan guru harus bermuara pada hasil belajar siswa.

Apabila di dalam kurikulum sudah tersedia kriteria kompetensi (hasil belajar) yang harus dikuasai siswa, maka adalah menjadi tugas guru untuk memfasilitasi siswa (membantu memudahkan proses belajar melalui penggunaan teknologi pembelajaran tadi), agar tercapai tujuan (kompetensi) yang ditetapkan. Dengan menerapkan teknologi pembelajaran, tugas guru akan semakin mudah, karena hal ini juga telah memudahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Setiap guru sukses memiliki rahasia ini: akrab dengan teknologi. Hal inilah sebetulnya yang membuat para guru menjadi semakin profesional dalam profesinya. Akrab dengan teknologi pembelajaran berarti mempelajari, mengetahui, menguasai dan mempraktikkan teknologi itu dalam pelaksanaan tugas profesinya. Dan, rahasia guru sukses yang akrab dengan teknologi inilah yang membedakan guru sukses dengan guru-guru yang lain.

Rahasia Guru Sukses #2: Menjaga Martabat Kemanusiaan

Dalam postingan awal, saya telah memasukkan tiga kriteria utama dari seorang guru sukses, yaitu: profesional, bermartabat, dan sejahtera. Rahasia guru sukses yang kedua ini terkait dengan martabat guru sebagai profesional. Ya, seorang guru sukses selalu menjaga martabatnya, menjaga harga dirinya, tidak mau mengotorinya dengan kegiatan yang justru akan menurunkan harkat kemanusiaannya.

Kegiatan yang biasa dilakukan oleh guru sukses yang terkait dengan menjaga martabat kemanusiaan ini, misalnya: membantu meringankan beban orang lain dengan tulus, tidak mencampuri urusan orang lain, jujur, bertanggung jawab, belajar dari kesalahan, selalu berusaha untuk memperbaiki kualitas hasil kerja, rela berkorban demi orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.

Rahasia Guru Sukses #3: Cerdas Secara Finansial

Karena guru sukses adalah guru yang profesional, bermartabat, dan sejahtera, maka rahasia guru sukses yang ketiga ini terkait dengan kesejahteraan pula. Cerdas secara finansial berarti memahami aliran sumber penghasilan, sekaligus mengelolanya secara benar. Seorang guru sukses, dalam hal pemerolehan tambahan penghasilan, selalu melakukannya secara cerdas, bukan sekadar bekerja keras. Ingat, bekerja keras saja tidak cukup!!! Orang harus bekerja secara cerdas!!! Dan ini yang dilakukan oleh guru sukses yang jarang diketahui oleh guru-guru kebanyakan, sehingga menjadi sebuah rahasia.

Sebagai contoh, daripada bekerja keras dengan hasil yang kecil (hasil kerja pekerja kasar) seorang guru sukses lebih memilih pekerjaan sampingan yang memberikan hasil besar (hasil kerja yang memerlukan keahlian atau keterampilan khusus). Apabila memiliki modal, guru sukses lebih memilih menginvestasikannya daripada menabung atau membiarkan uang tidak bekerja. Guru yang cerdas secara finansial ini berusaha agar uang bekerja untuknya, bukan sekadar bekerja untuk uang.

Merujuk CashFlow-nya Robert T Kiyosaki, maka seorang guru sukses lebih memilih aliran yang dari business owner atau investor. Minimal dari wirausaha sendiri yang dilakukan dengan keahlian khusus.

Make a Free Website with Yola.