Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Kalau Anda bertanya kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Jawabannya adalah peta mulai ada dan digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat.

Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama “Atlas Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer.

Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut.

Berdasarkan penggunaannya peta dapat di bagi menjadi peta dasar dan peta tematik. Peta dasar biasanya digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain.

Berdasarkan skala peta dpt dibagi menjadi:

  • Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000,
  • Peta skala besar adalah peta dengan skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000,
  • Peta skala sedang adalah peta dengan skala 1 : 250.000 sampai 1: 500.000 dan
  • Peta skala kecil adalah peta dengan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih.

Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi, Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

Jadi, sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

Berikut akan ditampilkan beberapa perbedaan antara permukaan bumi yang sebenarnya dengan peta:

Permukaan bumi yang sebenarnya Peta
Merupakan bidang lengkung Merupakan bidang datar
Bidangnya tidak beraturan Merupakan bidang yang beraturan
Bidangnya sangat luas Bidang yang terbatas luasnya
Bentuk dan luasnya tidak tetap Bentuk dan luasnya tetap

Peta sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya. Untuk keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.
Ada beberapa definisi mengenai peta topografi, antara lain:

  1. Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebut, keterangan-keterangan itu disebut legenda peta. (Universitas Hasanudin)
  2. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan semua unsur topografi yang nampak dipermukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, dan menggambarkan relief permukaan bumi. Dan dapat diartikan pula sebagai peta yang menyajikan data dan informasi keadaan lapangan secara menyeluruh (sifatnya umum), baik itu unsur alam (gunung, sungai, danau, laut, dll) maupun unsur buatan (jalan, jembatan, perkampungan, bendungan, dll) dengan garis bayangan ketinggian (garis kontur ketinggian) dalam perbandingan tertentu (skala). (Geografi Umum)
  3. Peta Topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sebuah kawasan. Peta tpografi mestilah mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur. Peta topografi yang standard biasanya menggunakan skala 1:50,000 . Skala begini dapat menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi. (Wikipedia Indonesia)
  4. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk/roman, muka bumi yang meliputi perbedaan tinggi/relief, sungai, danau, vegetasi dan hasil kebudayaan menusia.

 

  • Bagian-bagian dari peta Topografi
  1. a. Judul Peta

Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula

  1. b. Nomor Peta

Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.

  1. c. Koordinat Peta

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus.
1. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.

2. Koordinat Grid

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).

  1. d. Kontur

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah :

1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.

2.  Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

3.  Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.

4.  Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.

5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.

6.  Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.

7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang.

 

e.   Skala Peta

Skala adalah perbandingan antara ukuran di peta dengan ukuran sesungguhnya di lapangan. Jenisnya ada Skala Numerik dan Skala Grafik. Skala Numerik adalah Skala yang ditampilkan dengan simbol angka, misalnya 1:25.000 yaitu 1 cm di peta sama dengan 25.000 cm (250 M) di lapangan. Skala Grafik adalah Skala yang ditampilkan dalam bentuk grafik/gambar yang menyatakan perbandingan panjang ukuran di peta dengan ukuran sebenarnya di lapangan.. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu :

1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.

2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.

 

f.   Legenda Peta

Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

 

g.   Tahun Peta

Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.

 

h. Arah Peta

Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu : Deklinasi Magnetis

1.   Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi.

2.   Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.

3.   Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi.

Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

  1. i. Inzet dan Index peta

Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.

 

  1. j. Grid

Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.

  1. k. Nomor peta

Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.

 

  1. l. Sumber/Keterangan Riwayat Peta

Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan,ystem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.

  1. Teknik Peta KompasOrientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :

    a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok;
    b) Letakkan peta pada bidang datar;
    c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
    d) Cari tanda-tanda medan yang
    paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
    e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan
    yang khas dari setiap tanda medan.

    2. Azimuth dan Back Azimuth

    Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu :
    a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran;
    b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
    c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

    back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat
    atau 360 derajat.

    3. Resection

    Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.
    Langkah-langkah resection :
    a) Lakukan orientasi peta;
    b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah;
    c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu;
    d) Bidik dengan kompas tanda-tanda
    medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth;
    e) pindahkan sudut bidikan yang didapat
    ke peta, dan hitung sudut pelurusnya;
    f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
    posisi kita di peta

    4. Intersection

    Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek
    yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut
    di peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
    obyek yang dimaksud.

    5. Koreksi sudut

    Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya
    tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat,
    selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari
    kompas(azimuth)yaitu :

    A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)

    B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)

    Keterangan:

    Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)

    = dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat
    tanda (+)

    Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)

    =tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.

    Contoh Perhitungan:

    Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit
    ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?

    P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase

    besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit

    = 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)

    sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)

    = 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.
    6. Analisa Perjalanan

    Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui,
    dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

    a. Jarak

    Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang
    sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan)
    lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk
    memperoleh jarak sebenarnya.

    b. Waktu

    Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang
    diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi
    pedoman dalam menempuh perjalanan.

    c. Medan Tidak Sesuai Peta

    Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai
    kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang
    sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.

    Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti,
    lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada
    peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat
    dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah
    (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta
    1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.


1. Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya(secara praktis, menyamakan Utara Peta dengan Utara Sebenarnya). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda – tanda medan yang ada dilokasi. Ini bias dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama – nama gunung, bukit, sungai, ataupun tanda – tanda medan lainnya. Atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambaran kontur yangh ada dipeta. Untuk keperluan praktis , Utara kompas (Utara magnetis ) dapat dianggap satu titik dengan utara sebenarnya, tanpa memperhitungkan adanya deklinasi. Langkah –langkah orientasi peta:

a.     Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda – tanda medan yang menyolok

b.      Letakkan pete pada bidang datar

c.       Samakan Utara peta denga untara kompas , dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.

d.  Cari tanda – tanda yang paling menonjol di sekeliling dan temukan tanda – tanda tersebut di dalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.

e.  Ingat tanda –tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya di medan sebenarnya mau dipeta. Ingat hal –hal yang khas dari setiap tanda medan

 2. Azimuth – Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang navigator. Azimuth disebut juga sudut kompas.

Back Azimuth :

-          Azimuth < 180°, Back Azimuth = Azimuth + 180 °

-          Azimuth > 180°, Back Azimuth = Azimuth - 180 °

 3. Resection

Resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medanyang dikenali. Jika kita sedang berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu mencari satu tanda medan lainnya yang dibidik.

Langkah – langkah resectiom:

a.       Laukan orientasi peta

b.      Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal dua buah.

c.       Dengan busur dan penggaris , tandai tanda – tanda medan tersebut pada peta

d.      Bidik tanda – tanda medan tersebut dari posisi kita, maka diperoleh sudut azimuth.

e.       Plot sudut Back Azimuth dari medan – medan tersebut

      f.       Perpotongan garis yang ditarik dari sudut – sudut pelurus tersebut adalah posisi kita             di peta.

4. Intersection

Menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Langkah – langkah intersection:

a.       Lakukan orientasi, dan pastikan posisi kita

b.      Lakukan resection pada posisi sekarang

c.       Bidik objek yang ingin diketahui posisinya

d.      Buat garis dari posisi kita di peta hingga objek tersebut di peta

e.       Pindah ke posisi lain dan lakukan langkah b, c dan d

f.       Titik perpotongan kedua garis tersebut.

Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.    Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2.    Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3.    Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
4.    Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5.    Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1.    Lakukan orientasi peta
2.    Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3.    Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4.    Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5.    Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6.    Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1.    Lakukan orientasi peta
2.    Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.    Bidik obyek yang kita amati
4.    Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5.    Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
6.    Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
•    Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
•    Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º

Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.    Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2.    Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3.    Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4.    Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man

  • Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:

  1. Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok.
  2. Letakkan peta pada bidang datar.
  3. Samakan utara peta dengan utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
  4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di sekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut di dalam peta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
  5. Ingat tanda-tanda medan medan itu. Bentuk dan tempat di medan sebenarnya maupun di peta

Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.

 

  • Azimuth – Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:

  • Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º.
  • Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya dama dengan 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, seiperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º.

Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

 

  • Resection

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dan dapat dibidik (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebon teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.

Langkah-langkah melakukan resection :

  1. Lakukan orientasi peta
  2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
  3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan ersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik).
  4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
  5. Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
  • Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai. Sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.

  1. Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
  2. Lakukan orientasi peta
  3. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
  4. Bidik obyek yang kita amati
  5. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
  6. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
  7. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
  • Koreksi Sudut

Perhitungan koreksi sudut didapat dari kompas ( azimuth ) yaitu :

  1. Dari Kompas (K) dipindahkan ke Peta (P) : P = K +/- (DM +/- VM)
  2. Dari Peta (P) dipndahkan ke Kompas (K) : K = P +/- (DM +/- VM)

Theodolite merupakan suatu alat yang dibuat untuk mengukuran sudut yaitu sudut mendatar (sudut horizontal) dan sudut tegak (sudut vertical). Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Dalam bidang survey pemetaan dan pengukuran tanah telah banyak dibuat peralatan mengukur sudut,baik digunakan untu mengukur sudut atau didesain untuk keperluan lain. Alat untuk mengukur sudut dalam bidang pengukuran tanah dikenal dengan nama transit atau theodolite. Walaupun semua theodolit mempunyai mekanisme kerja yang sama, namun pada tingkatan tertentu terdapat perbedaan baik penampilan, bagian dalamnya dan konstruksinya. Theodolite adalah alat ukur optis untuk mengukur sudut vertikal dan horizontal,merupakan alat untuk meninjau dan merencanakan kerja.untuk mengukur tempat yang tak dapat dijangkau dengan berjalan. Sekarang theodolit juga sudah digunakan dalam bidang meteorologi dan teknologi peluncuran roket.

  • Konstruksi Theodolit

Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagi menjadi 3 bagian, lihat gambar di samping ini

  1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
  1. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
  1. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
  • Sisitem sumbu pada Theodolite

  • Syarat – syarat Theodolite

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :

  1. Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
  2. Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.
  3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
  4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
  • Jenis Theodolite

Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :

  1. Theodolite Reiterasi

Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

 

 

  1. Theodolite Repetisi

Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.

  1. Theodolite Elektro Optis

Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka decimal.

  • Pengoperasian Theodolite
  • Penyiapan Alat Theodolite
    Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :
  1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
  2. Tinggikan setinggi dada
  3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
  4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
  5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
  6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
  7. Letakkan theodolite di tribar plat
  8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
  9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.

10.  Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.

11.  Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.

12.  Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.

13.  Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.

Theodolite SOKKIA TM20E pandangan dari belakang

KETERANGAN :
1. Tombol micrometer 13. Sekrup koreksi Nivo tabung
2. Sekrup penggerak halus vertical 14. Reflektor cahaya
3. Sekrup pengunci penggerak vertical 15. Tanda ketinggian alat
4. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Slot penjepit
5. Sekrup penggerak halus horizontal 17. Sekrup pengunci Nivo Tabung Telescop
6. Sekrup pendatar Nivo 18. Nivo Tabung Telescop
7. Plat dasar 19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo
8. Pengunci limbus 20. Visir Collimator
9. Sekrup pengunci nonius 21. Lensa micrometer
10.Sekrup penggerak halus nonius 22. Ring focus benang diafragma
11.Ring pengatur posisi horizontal 23. Lensa okuler
12. Nivo tabung 24. Ring focus okuler

Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kanan


KETERANGAN :
1. Ring focus objektif 10. Slot Penjepit
2. Ring bantalan lensa okuler 11. Pengunci limbus
3. Lensa okuler 12. Reflektor cahaya
4. Penutup Koreksi reticle 13. Nivo tabung
5. Sekrup pengunci penggerak vertical 14. Sekrup koreksi Nivo tabung
6. Sekrup Pengatur bacaan Horizontal dan vertical 15. Nivo kotak
7. Sekrup penggerak halus vertikal 16. Sekrup pendatar Nivo
8. Pengunci limbus 17. Plat dasar
9. Tanda ketinggian alat

Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kiri

KETERANGAN :
1. Visir Collimator 11. Penutup Koreksi reticle
2. Lensa objektif 12. Ring bantalan lensa okuler
3. Sekrup pengatur bacaan horizontal dan vertical 13. Ring focus benang diafragma
4. Nivo tabung 14. Lensa okuler
5. Sekrup koreksi Nivo tabung 15. Lensa micrometer
6. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Ring focus micrometer
7. Nivo kotak 17. Sekrup pengunci penggerak vertical
8. Sekrup pendatar Nivo 18. Tombol micrometer
9. Plat dasar 19. Sekrup penggerak halus vertical
10. Ring focus objektif 20. Sekrup penggerak halus horizontal

  • System pembacaan
  1. sistem dengan indeks garis
  2. system dengan noninus
  3. system dengan micrometer
  4. system dengan konsidensi
  5. system digital

4.      Theodolite untuk mengukur tanah

Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90°.

Dengan adanya teropong yang terdapat pada laser auto level teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

  • Sifat-Sifat Teodolit

Sifat-sifat teodolit memiliki penampilan umum yang berbeda jika dibandingkan dengan transit Amerika ( ringkas, ringan dan ramping).  Terdapat beberapa ciri mengenai instrument teodolit ini, diantaranya yang penting adalah sebagai-berikut.

  1. Teropongnya pendek,  mempunyai benang silang yang digoreskan pada kaca dan dilengkapi dengan kolimator untuk pengarahan kasar.
  2. Lingkaran horizontal dan vertical dibuat dari kaca dengan garis-garis pembagian skala dan angka goresan dipermukaannya.
  3. Lingkaran vertikal, kebanyakan theodolite diberi petunjuk seksama terhadap arah gaya tarik bumi dengan satu dari dua cara (a) Dengan sebuah pemampas otomatik , (b) Dengan nivo kolimasi atau nivo lingkaran vertikal, biasanya jenis ujung gelembung berimpit dengan system pembacaan lingkaran vertikal.  Keduanya menyebabkan adanya bidang acuan yang lebih teliti untuk pengukuran sudut vertical daripada nivo piringan yang dipakai pada transit.
  4. Sistem-sistem pembacaan lingkaran pada dasarnya terdiri atas mikroskop dengan optika di dalam  instrument.  Sebuah okuler pembacaan biasanya ada didekat okuler teropong atau ditempatkan di salah satu penopang. Beberapa instrument memiliki micrometer optis  untuk pembacaan pecahan interval lingkaran, sedangkan lainnya bersifat baca “langsung”.  Pada kebanyakan teodolit, ada sebuah cermin ditempatkan pada satu penopang yang dapat diatur untuk memantulkan sinar ke dalam instrument dan menerangi lingkaran untuk pemakaian siang hari.  System pembacaan lingkaran dapat dilengkapi dengan system penerangan memakai batere untuk pekerjaan malam hari dan di bawah tanah.  Beberapa teodlit yang lebih baru juga memakai system penerangan memakai batere pengganti cermin untuk pekerjaan siang hari.
  5. Putaran mengeliling sumbu I terjadi dalam tabung baja atau pada bola-bantalan poros (precisions ball bearings) seksama.
  6. Bidang sekrup penyetel, terdiri atas tiga sekrup atau roda sisir.
  7. Dasar atau kerangka bawah theodolite, sering dirancang agar instrument dapat saling ditukar dengan alat-alat tambahannya tanpa menganggu pemusatan pada titik pengukuran.
  8. Pemusat optis, terpasang ke dalam dasar atau alidade kebanyakan teodalit, menggantikan bandul unting-unting dan menyebabkan pemusatan dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi.
  9. Kotak pembawa untuk theodolite terbuat dari baja, logam campuran, atau plastik berat. Kotak pembawa biasanya ringkas, kedap air, dan dapat dikunci.

10.  Alat-alat ukur jarak dapat bersifat permanen dan terpadu dari theodolite Takimeter.  Misalnya adalah teodolit yang mengukur jarak lereng secara otomatik merubahnya menjadi komponen-komponen harizontal dan vertikal.  Beberapa teodolit mempunyai alat EDM terpasang tetap yang memungkinkan pengukuran jarak lereng, sudut-sudut horizontal dan vertikal dengan sekali pemasangan alat.

11.  Berbagai alat tambahan meningkatkan kemampuan theodolite, sehingga dapat digunakan secara khusus misalnya pengamatan astronomis.

12.  Kaki tiganya jenis kerangka lebar. Beberapa di antaranya dari logam dan mempunyai alat untuk mendatarkan secara kasar bagian atasnya dan pemusatan mekanik sehingga tak perlu bandul unting-unting pada pemusatan optis tetapi pada praktikum kali ini kita memakai bandul unting-unting untuk pemusatan optis.

  • Kalibrasi Teodolit

Sebelum teodolit digunakan dalam kerja pengukuran ada baiknya teodolit diperiksa terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan, apakah teodolit berfungsi dengan baik dan benar. Ini penting dalam ketelitian pengambilan data, sehingga Kesalahan dan ketidaktelitian dalam pengambilan data dapat diminimalisir.

Terdapat dua jenis kalbirasi yang boleh dilakukan yaitu :

a). Kalibrasi Sementara

Kalibrasi ini dilakukan dilakukan kepada teodolit setiap kali alat ini akan digunakan. Hal ini berarti di setiap stasiun pengamatan yang diduduki, kalibrasi sementara dijalankan terlebih dahulu sebelum pengukuran dilakukan. Kalibrasi sementara melibatkan tiga proses penting, yakni :

1. Memusatkan teodolit

2. Mengkalibrasi teodolit

3. Menghilangkan beda penglihatan

  • Memusatkan Teodolit

Dalam pemasangan teodolit harus dilakukan dengan benar tepat di atas tripod. Prinsipnya adalah dengan cara mengatur teodolit supaya berdiri dalam kedudukan kurang lebih berada di atas stasiun. Cara melakukannya adalah seperti berikut :

  1. Buka kaki tiga kurang lebih dengan sudut  60°.
  2. Posisikan  kaki tiga dengan ketinggian sewajarnya sehingga plat atas kaki tiga berada dalam kedudukan hampir mendatar.
  3. Letakkan teodolit di atas plat kaki tiga. Pastikan semua terkunci pada teodolit dan kencangkan pengunci tribet.
  4. Pijakkan satu kaki tiga ke tanah, pegang dan angkat dua kaki tiga lagi sambil mata praktikan melihat melalui sekrup optik.
  5. Kemudian letakkan kedua-dua kaki tiga tadi ke tanah.
  6. Memastikan gelembung udara yang berada di atas penyilang arah (berbentuk bulat) tepat di tengah-tengah. Caranya dengan menaikan dan menurunkan kaki tiga yang berkaitan dengan mengikut kedudukan yang sesuai.
  • Mengkalibrasi Teodolit

Apabila teodolit sudah berada tepat pada stasiun di atas tanah, proses selanjutnya ialah memastikan teodolit berada dalam keadaan benar. Proses kalibrasi adalah seperti berikut :

  1. Pastikan semua pengunci penyilang atas dan bawah telah dilonggarkan. Gerakkan teodolit supaya kotak gelembung udara (berbentuk memanjang) sesuai dengan sepasang sekrup kaki penyearah.
  2. Atur kedua sekrup kaki penyearah pada arah yang berlawanan serentak sehingga gelembung udara berada di tengah-tengah kotaknya.
  3. Atur teleskop sehingga kotak gelembung udara berada 90° dari kedudukan asal tadi. Kemudian sejajarkan alat menggunakan sekrup kaki penyearah ketiga saja.
  4. Ulangi langkah (2) dan (3) sehingga gelembung udara tetap berada di tengah walaupun teodolit diputar ke arah mana sekalipun. Gelembung udara (berbentuk bulat) akan sendirinya terarah apabila keadaan ini terhasil.

  • Menghilangkan Beda Penglihatan

Beda penglihatan adalah suatu kekaburan yang terjadi pada objek yang terdapat di benang stadia. Keadaan ini berlaku disebabkan teleskop tidak difokuskan terlebih dahulu. Jika ini berlaku, Pengukuran akan sulit dilakukan.

b). Kalibrasi Tetap

Sebuah teodolit dikatakan berada dalam keadaan baik jika komponen-komponen dasarnya berada dalam keadaan berikut :

  1. Pugaknya betul-betul tegak apabila gelembung udara penyilang ufuk berada di tengah-tengah.
  2. Komponen sangga mestilah bersudut tepat dengan garisan kolimatan dalam satah ufuk dan bersudut tepat dengan paksi pugak dalam satah pugak.
  3. 3. Apabila teropong berada dalam keadaan mendatar dan gelembung pugak (di atas teleskop) berada di tengah-tengah, bacaan sudut pugak sepatutnya 0°/90° (bergantung kepada jenis alat).
  • Pengukuran situasi

Pengukuran situasi adalah mengambil data-data situasi lapangan pada daerah yang akan dipetakan . Data-data  tersebut harus dapat digambarkan lagi pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Pengukuran situasi merupakan pemindahan bayangan sebagian atau seluruh permukaan bumi yang tidak teratur tersebut keatas suatu bidang datar yang dinamakan peta.

Dalam pengukuran situasi ada beberapa macam ukuran yang harus dilakukan untuk kepentingan detail penggambaran dan situasi dari lapangan tersebut. Sehingga untuk penyajian peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran :

  1. Penentuan titik fundamental (xo,yo,hoo)
  2. pengukuran kerangka horizontal
  3. pengukuran kerangka ketinggian
  4. pengukuran titik detail(arah,beda tinggi dan jarak terhadap titik detail yang dipilih sesuai dengan permintaan sekala)
  • Pengukuran lintasan geogfisika

Alat ini juga dapat digunakan untuk pengukuran lintasan geofisika. Untuk membuat lintasan ini lebih sederhana dibandingkan dengan pengukuran situasi. Dalam pengukuran situasi pengamat  bisa langsung  mengukur beberapa titik dengan arah azimuth yang berbeda-beda. Sedangkan dalam pengukuran lintasan geofisika pengamat megukur satu arah dengan azimuth yang sama pada beberapa titik yang telah ditentukan interval jarak datarnya.

Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-lin).

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis lengkung horisontal.

Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu.

Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Jadi kontur adalah suatu garis yang digambarkan diatas bidang datar melalui titik –titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi tertentu. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi atau garis khayal yang menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.Penarikan garis kontur bertujuan untuk memberikan informasi relief ( baik secara relative maupun absolute )

Sifat-sifat garis kontur adalah :

1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.

2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.

4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.

5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.

6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.

7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang.

Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil.

Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya. Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah:

Interval Kontur =    1/2000 x skala peta

Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.

Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai
titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.

GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter.

1. Sistem GPS

Satelit GPS mengelilingi bumi dua kali sehari dalam orbit yang amat presisi sambil memancarkan sinyal ke bumi. GPS receiver (kita sebut receiver saja) menerima informasi ini menggunakan metode Triangulasi untuk menghitung secara pasti di mana lokasi receiver. Pada dasarnya, receiver membandingkan timing dalam micro second pulsa waktu dari sinyal yang ditransmisikan oleh satelit dengan timing pulsa waktu, yang diterima pada receiver dengan transmisi pseudo random code. Perbedaan waktu inilah yang akan memberitahu receiver seberapa jauh dan arah satelit berada darinya.

Setelah jarak diukur dengan sejumlah satelit GPS lainnya, receiver bisa. menentukan posisinya dalam koordinat lintang dan bujur derajat. Receiver harus mengunci paling tidak 3 satelit untuk menghitung posisi 2 dimensi (garis lintang dan garis bujur) dan lintasan pergerakan. Dengan 4 atau lebih satelit yang dapat di acess, receiver dapat menentukan posisi 3 dimensi (+ ketinggian). Sekali posisi dari pengguna dapat ditentukan, receiver GPS dapat juga menentukan informasi lain seperti kecepatan, lintasan yang telah dilewati, jarak perjalanan yang sudah ditempuh, jarak ke tempat tujuan, waktu sunrise dan sunset dan lain sebagainya.

 

2. Dasar Kerja GPS

Untuk mengetahui posisi dari GPS, diperlukan minimal 3 satelit. Pengukuran posisi GPS didasarkan oleh sistem pengukuran matematika yang disebut dengan Triliterasi. Yaitu pengukuran suatu titik dengan bantuan 3 titik acu. Misalnya anda berada di suatu kota A (disini kota kita anggap sebagai titik), tetapi anda tidak mengetahui dimana anda berada. Untuk mengetahui keberadaan anda, anda bertanya kepada seseorang, dan orang tersebut menjawab bahwa anda 2 km dari kota B. Jawaban ini tidak memuaskan anda karena anda tidak tahu apakah anda di sebelah selatan, utara, barat, atau timur kota B. Kemudian anda bertanya kepada orang ke-2 dan mendapat jawaban bahwa anda berada 5 km dari kota C. Dengan jawaban ini anda sudah dapat membayangkan dimana posisi anda, hanya ada kemungkinan 2 titik berbeda yang berpotongan antara lingkaran dengan radius kota A dengan kota B dan lingkaran dengan radius kota A dengan kota C. Untuk lebih memperjelas lagi anda mumerlukan orang ke-3, misalnya anda berada di 1 km dari kota D. Dengan demikian anda mendapatkan perpotongan antara lingkaran dengan radius jarak kota A ke kota B, lingkaran antara kota A dan kota C, dan lingkaran antara kota A dan kota D. Dalam GPS kota A adalah alat penerima GPS, kota B, C, dan D adalah Satelit.

 

3. Metoda penentuan posisi dengan GPS

Metoda penentuan posisi dengan GPS pertama-tama terbagi dua, yaitu metoda absolut, dan metoda diferensial.  Masing-masing metoda kemudian dapat dilakukan dengan cara real time dan atau post-processing. Apabila obyek yang ditentukan posisinya diam maka metodenya disebut Statik.  Sebaliknya apabila obyek yang ditentukan posisinya bergerak, maka metodenya disebut kinematik.  Selanjutnya lebih detail lagi kita akan menemukan metoda-metoda seperti SPP, DGPS, RTK, Survei GPS, Rapid statik, pseudo kinematik, dan stop and go, serta masih ada beberapa metode lainnya.

 

4. Sinyal GPS

Satelit GPS mengirim dua sinyal transmisi gelombang radio dengan emisi “Code-Phase”dan “Carrier-Phase” untuk menghitung jarak Satelite dan GPS Receiver agar lebih akurat, dengan frekuensi L1(1,57542 GHz ) GPS transmisi Signal diperuntukan pengguna sipil dan L,2.(1227.60 MHz) US GPS transmisi Sinyal untuk keperluan militer dengan spesifikasi keakuratan serta Eror Correction lebih baik. Sinyal satelite GPS Navstar memancar menyorot permukaan bumi sesuai dengan karakter signal Microwave pada band sekitar 1.2- 1,5 GHZ, menembus awan, kaca dan plastic namun tidak akan bisa menembus benda padat/keras seperti bangunan atau gunung.

Sinyal GPS mengandung tiga informasi yaitu kode pseudorandom, data ephemeris dan data almanak. Sinyal transmisi dari satelit GPS merupakan sinyal identifikasi satelit saat sedang mengirim informasi terhadap GPS Receiver. Selanjutnya Receiver GPS menghitung timing waktu rambatan gelombang dari satelite Navstar dengan menghitung selisih timing pulsa antara “pseudo random code” dari Receiver GPS bangkitkan dengan sinyal yang identik dari satelit GPS Navstar. Kelebaran freqwensi (Bandwidth) yang dibutuhkan untuk mentransmisikan pseudo random code sekitar 1MHz, sehingga transmisi sinyal GPS ditransmisikan pada gelombang 20 cm atau sekitar 1.2 -1.5 GHZ.

Perhitungan Sinyal pseudo random code

-Data ephemeris adalah data yang selalu dikirim satelit, berisi informasi penting mengenai status satelit, data dan waktu terkini dari jam atom yang ada di satelit GPS, Bagian inilah yang sangat penting untuk menentukan posisi.

-Data almanak memberitahu receiver di manakah orbit setiap satelit seharusnya berada setiap waktu sepanjang hari. Faktor yang mengakibatkan error pada receiver sehingga menurunkan keakuratan informasi antara lain:

-Delay di ionosphere dan troposphere: sinyal satelit terganggu saat melewati atmosfir bumi lapisan ini terdapat di permukaan bumi pada ketinggian 50 – 500 km. Partikel partikel yang terionisasi pada lapisan ini membuat pengaruh pada GPS sinyal sehingga mengakibatkan salah satu penyebab eror tertinggi dalam penentuan jarak dan lokasi pada ORARI Daerah Jakarta http://www.odj.or.id Powered by Joomla! Generated: 28 October, 2009, 09:15

GPS Receiver. Sedangangkan lapisan Troposphere berada ketinggian 50 Km kebawah sampai dengan permukaan bumi yang selalu mengalami perubahan temperature tekanan awan ,debu, hanya relatif sedikit sebagai mengganggu sinyal transmisi dari Satelit GPS yang menjadi penyebab eror atau kesalahan perhitungan dari GPS Receiver.

-Signal multipath: terjadi ketika sinyal GPS dipantulkan oleh gedung tinggi atau permukaan padat seperti pegunungan sebelum sinyal mencapai receiver. Hal Ini menambah lama waktu perjalanan sinyal (timing), karena itu menyebabkan error pada perhitungan Receiver GPS.

-Error pada clock di receiver. Built-in Clock di receiver tidak seakurat atomic clock yang ada di satelit GPS. Maka dari itu, akan mudah terjadi error dalam penentuan waktu.

-Orbital (ephemeris) error, hal ini terjadi akibat ketidakakuratan laporan lokasi satelit.-Jumlah satelit terlihat: Semakin banyak satelit yang bisa Acess oleh receiver, semakin akurat informasi yang didapat. Bangunan, kontur bumi, interferensi peralatan elektronika atau bahkan rimbun dedaunan, dapat mengganggu penerimaan sinyal yang menyebabkan kesalahan posisi. Receiver biasanya tidak bisa bekerja di dalam ruangan, di dalam air atau di bawah tanah.

-Geometri satelit: Ini merujuk pada posisi relatif satelit di suatu waktu tertentu. Geometri satelit ideal terjadi ketika satelit berada di sudut yang lebar relatif terhadap satelite lainnya. Geometry yang buruk terjadi ketika satelit berada satu garis atau jarak yang terlalu dekat dengan yang lainnya mengakibatkan melesetnya perhitungan yang dilakukan receiver GPS Teknologi GPS di Eropa telah trend sejak tahun 2000 lalu, semua jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS Receiver sebagai alat Navigator Otomatis. Perkembangan GPS juga telah melibatkan negara Rusia, yang akhitr-akhir ini mencapai kata kesepakatan dengan Amerika untuk mensinergikan system GPS yang telah beroperasi penuh sejak 1994. Selain dua system satelite tersebut Uni Eropa juga merencanakan System Navigasi dengan nama Galileo. Peluncuran pertama akan dilaksanakan akhir tahun 2006,Peluncuran Galileo terdiri dari 30 satelit mengorbit bumi dan diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2012, System GPS Galileo merupakan penyempurnaan dari teknologi terdahulu dengan kelebihan kemampuan di operasikan di celah celah gedung bertingkat dan juga di dalam ruangan sekalipun dan tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti GPS Receiver dapat beroperasi di dalam tanah dan air.(YC0VM)

How GPS Receiver works :  http://www.trimble.com/gps/index.html

 

5. Error Source pada GPS

Pada sistem GPS terdapat beberapa kesalahan komponen sistem yang akan mempengaruhi ketelitian hasil posisi yang diperoleh.  Kesalahan-kesalahan tersebut contohnya kesalahan orbit satelit, kesalahan jam satelit, kesalahan jam receiver, kesalahan pusat fase antena, dan multipath. Hal-hal lainnya juga ada yang mengiringi kesalahan sistem seperti efek imaging, dan noise.   Kesalahan ini dapat dieliminir salah satunya dengan menggunakan teknik differencing data.

1. Teknik Peta KompasOrientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :

      a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok;
      b) Letakkan peta pada bidang datar;
      c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
      d) Cari tanda-tanda medan yang
      paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
      e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan
      yang khas dari setiap tanda medan.

      2. Azimuth dan Back Azimuth

      Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu :
      a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran;
      b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
      c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

      back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat
      atau 360 derajat.

     3. Resection

      Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.
      Langkah-langkah resection :
      a) Lakukan orientasi peta;
      b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah;
      c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu;
      d) Bidik dengan kompas tanda-tanda
      medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth;
      e) pindahkan sudut bidikan yang didapat
      ke peta, dan hitung sudut pelurusnya;
      f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
      posisi kita di peta

      4. Intersection

      Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek
      yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut
      di peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
      obyek yang dimaksud.

      5. Koreksi sudut

      Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya
      tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat,
      selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari
      kompas(azimuth)yaitu :

      A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)

      B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)

      Keterangan:

      Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)

      = dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat
      tanda (+)

      Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)

      =tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.

      Contoh Perhitungan:

      Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit
      ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?

      P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase

      besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit

      = 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)

      sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)

      = 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.
      6. Analisa Perjalanan

      Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui,
      dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

      a. Jarak

      Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang
      sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan)
      lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk
      memperoleh jarak sebenarnya.

      b. Waktu

      Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang
      diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi
      pedoman dalam menempuh perjalanan.

      c. Medan Tidak Sesuai Peta

      Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai
      kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang
      sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.

      Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti,
      lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada
      peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat
      dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah
      (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta
      1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti. 

Navigasi darat merupakan teknik menentukan posisi dan arah lintasan di peta maupun pada medan sebenarnya (khususnya di daratan). Keahlian ini sangat mutlak dimiliki oleh penggemar kegiatan alam terbuka karena akanmemudahkan perjalanan kita ke daerah yang khususnya belum kita kenal sama sekali Disamping itu, keahlian ini sangat berguna dalam usaha pencarian korban kecelakaan tersesat atau bencana alam Untuk itu dibutuhkan pemahaman kompas dan peta serta teknik penggunaannya.

A. Peta

HAKEKAT PETA

Peta adalah gambaran permukaan bumi diatas bidang datar dalam ukuran diperkecil yang kebenaranya dapat dipertanggung jawabkan secara visual atau matematis yang menyajikan informasi tentang bumi.

MACAM PETA

Secara menyeluruh peta dapat digolongkan berdasarkan skala/kedar tujuan penggunaan cakupan daerah proyeksi gambar tanda dan simbol peta kecocokan informasi tingkat ketelitian survei proses terjadinya dan isi/ informasinya

Dari sudut pandang isi/informasi yang dimuat suatu peta terdapat 2

jenis peta berdasar golongan ini, yakni :

1. Peta Topografi

Topografi merupakan gabungan kata topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar yang berasal dari bahasa yunani kuno Jadi peta topografi berarti peta yang menggambarkan posisi mendatar dan posisi tegak dari semua benda yang membentuk atau berada di permukaan bumi. Isinya terdiri dari 4 ciri, yakni : relief (ketinggian), perairan (seperti Sungai danau), Tumbuhan ( Hutan ,semak, kelapa) dan hasil budaya manusia (jalan raya, bangunan, jembatan). Peta ini biasa disebut peta umum karena isinya yang lebih lengkap.

KETERANGAN TEPI PETA

  • Judul peta pada margin atas tengah, yang di ambil dari salah satu nama Geografi atau tempat yeng terbesar/terkenal dari daerah pada peta tersebut.
  • Nama daerah yang dipetakan pada margin atas kiri , yang diambil dari nama daerah tingkat I (tergantung pada versi peta)
  • Nomor helai peta pada margin atas kanan.
  • Petujuk letak peta pada margin bawah kiri, yang menunjukan letak peta tersebut dari peta keseluruhan
  • Pembagian daerah pada mergin bawah kanan yang menjelaskan pembagian daerah dari propinsi hingga kecamatan.
  • Utara pada margin bawah kiri , yang menunjukan utara peta, utara megnetis, serta utara sebenarnya.
  • Legenda pada margin bawah tengah yang menyajikan keterangan/penjeklasan arti simbol yang ada.

ARAH PETA

Untuk mengetahui arah peta yang perlu diperhatikan adalah arah utara peta dengan cara memperhatikan arah huruf-huruf tulisan pada peta yang juga berarti arah utara peta. Pada tanda-tanda peta juga terdapat penunjuk arah utara peta, utara sebenarnya serta utara magnetis

  • Utara sebenarnya (US) adalah arah ke kutub utara bumi yang dilalui oleh garis bujur/meridian.
  • Utara magnetis (UM) adalah arah kekutub utara megnet yang ditunjukan oleh jarum kompas
  • Utara Grid (UG/UP) adalah garis utara yang ditunjukan oleh garis vertikal pada peta yang juga disebut Utara Peta.

Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub megnetis bergeser dari

tahun ke tahun yang menyebabkan terjadinya variasi magnetis. Untuk tujuan praktis variasi magnetis dan iktilaf (Penyimpangan arah utara) dapat kita abaikan. Tetapi untuk kepentingan yang membutuhkan ketelitian yang tinggi, kondisi diatas harus ikut kita perhitungkan juga

  • Iktilaf Peta adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan

utara peta, yang terjadi karena perataan jarak paralel geris bujur

peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang di gambarkan

pada peta, atau sudut antara US dan UP.

  • Iktilaf Magnetis adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara megnetis. IM kebarat apabila ujung jarum kompas ada di sebelah barat US Sebaliknya IM ketimur apabila ujung jarum kompas ada di sebelah timur US
  • Iktilaf Peta-Magnetis, adalah beda sudut utara peta dengan utara magnetis
  • Variasi Magnetis, adalah perubahan/ pergeseran sudut utara megnetis dari waktu ke waktu. Pergeseran positif menunjukan pergeseran kearah timur sedang negatif berarti pergeseran kearah barat.

SKALA

Skala atau kedar adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak mendatar di medan. Terdapat 2 jenis skala pada peta, yakni skala angka dan skala garis. Untuk skala angka, perbandinagan langsung ditunjukan dalam satuan yang sama (cm) sedang pada skala garis terdapat beberapa ruas garis yang masing-masing menunjukan jarak tertentu (km).

JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN

Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.

KONTUR

Adalah garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama. Sifat dari kontur adalah :

  • Pebedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala yang dinyatakan dalam satuan meter.
  • Kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali pada kawah/depresi
  • Antar kontur tidak akan saling berpotongan
  • Kontur yang menjorok kedalam merupakan lembahan dan bisa terdapat sungai
  • Kontur yang menjorok keluar merupakan punggungan.
  • Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2 buah kontur berurut.
  • Makin rapat kontur menunjukan daerah yang makin terjal/curam.

MENGENAL TANDA MEDAN

Disamping legenda sebagai pengenal tanda medan, bentukan-bentukan alam yang cukup mencolok dan mudah dikenali dapat kita pergunakan juga sebagai tanda medan. Tanda medan harus kita ketahui dan kita cocokan pada peta sebelum kita memulai pengembaraan.

Tanda Medan yang cukup mudah untuh di amati dapat berupa :

o Puncakan gunung atau bukit dan bentukan-bentukan tonjolan lain yang cukup ekstrim,

o Punggungan merupakan rangkaian kontur yang menyerupai huruf

o Menjorok menjauhi puncak

o Lembahan merupakan rangkaian kontur yang menyerupai huruf V menjorok mendekati puncak.

o Saddle, daerah pertemuan 2 ketinggian

o Belokan kujalan sungai jembatan ujung jalan

o Garis batas pantai muara sungai, tanjung, dan teluk yang mudah

kita kenali

2. Peta Tematik

Peta tematik adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai dengan topik atau tema dari peta bersangkutan. Umumnya peta ini digunakan sebagai data analisis dari beberapa unsur permukaan bumi didalam pengambilan suatu keputusan untuk pembangunan.

B. Kompas

Kompas adalah alat penunjuk arah, yakni arah utara maknetis bumi yang disebabkan oleh sifat kemagnetisannya karena sifat ini maka jauhkan kompas terutama pada saat mempergunakannya dari pengaruh benda=benda yang terbuat dari baja atau besi, karena akan menyebabkan penunjuk yang salah pada jarumnya.

Bagian-bagian Kompas

o Badan, tempat komponen lain berada dan terlindungi

o Jarum, yang selalu menunjukan arah utara magnetis bumi

  • Skala penunjuk, Menunjukan Pembagian derajat/mil sebagai sistem satuan arah mata angin.

Jenis Kompas

Terdapat banyak jenis kompas yang ada yang dapat kita pergunakan dalam perjalanan secara garis besarnya dapat kita bedakan sebagai

berikut :

  • Kompas orienterring untuk tujuan praktis tetapi mempunyai akurasi yang kurang baik. Sering disebut sebagai kompas Silva (nama merk)
  • Kompas bidik membutuhkan peralatan navigasi lain untuk kelengkapanya, tetapi akurasinya sangat tinggi. Kompas bidik ini dapat kita bedakan berdasar kaca pembacanya : kompas lensa, kompas Prismatik, kompas Optik

CARA PEMAKAIN KOMPAS

Dalam pemakainya, usahakan dalam keadaan Horisontal dengan arah garis utara megnetis bumi. Hindarkan bende-benda yang terbuat dari besi/baja agar tidak terjadi penyimpangan dalam penunjukan jarum kompas.

BUSUR DERAJAT ATAU PROTAKTOR

Busur derajat atau protaktor terdapat beberapa bentuk derajat yang dapat kita gunakan yakni lingkaran setengah lingkaran segi empat dari bujur sangkar, tetapi untuk kepraktisan dan kelengkapannya, protaktor lebih menjanjikan, karena disamping pembagian arah mata angin dalam derajat dan mil juga tersedia skala pengukuran panjang dan tali pusat untuk memperpanjang pengikiran dan pempermudah perhitungan azimuth dan back azimuth.

AZIMUTH DAN BACK AZIMUTH

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:

  • Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
  • Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º

Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

ORIENTASI PETA

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya. Untuk keperluan ini kita perlu mengetahui tanda-tanda medan yang ada di lokasi dan mencocokanya dengan kontur yang ada di peta. Untuk keperluan praktis utara kompas (magnetis) dapat kita anggap sejajar dengan utara sebenarnya tanpa memperhitungkan deklinasinya.

Langkah-langkah orientasi pada peta :

  • Cari tempat yang terbuka untuk melihat tanda-tanda medan yang mencolok (dapat dikenali)
  • Letakan peta pada bidang datar
  • Samakan utara peta dengan utara kompas, sehingga peta sesuai dengan bentang alam yang ada.
  • Cari tanda-tanda medan dilokasi dan himpitkan dengan tanda medan yang ada di peta ( seperti jalan raya, sungai,dll)

C. Resection

Digunakan untuk mengetahui posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang kita kenal.

Langkah-langkah resection :

o Lakukan orientasi peta

o Tentukan minimal dua tanda medan dilapangan dan kita ukur azimut dan back azimutnya. Sudut antara tempat kita dengan dua tanda medan tersebut minimal 30 derajat maksimal 150 derajat

  • Tarik garis back azimut dari kedua titik medan itu sehingga terjadi perpotongan antara keduanya.
  • Perpotongan tersebut adalah kedudukan kita di peta.

D. Intersection

Cara ini digunakan untuk mengetahui atau untuk menentukan posisi suatu titik atau benda di medan pada peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan.

Langkah-langkahnya :

  • Lakukan orientasi peta dan resection untuk menentukan posisi kita dititik A.
  • Bidik obyek dari titk A tersebut, catat azimut dan back azimutnya
  • Bergerak ke posisi lain dan melakukan orientasi serta resection untuk menentukan posisi kita di B.
  • Bidik obyek dari titk B tersebut, catat azimut dan back azimutnya
  • Perpotongan azimut dari titik A dan B tersebut adalah letak obyek yang kita inginkan di peta.

E. Menentukan Arah Tanpa Kompas

1. Kuburan Islam selalu menghadap ke utara

2. Masjid selalu menghadap ke kiblat

3. Bagian tumbuhan yang berlumut tebal menunjukan arah timur karena sinar matahari belum terik pada pagi hari

4. Arah bulan, bintang, dan Matahari yang terbit di timur dan tenggelam di barat.

F. GPS

GPS (Global Positioning System) merupakan sistem navigasi satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD = United States Department of Defense). GPS memungkinkan kita mengetahui posisi geografis kita (lintang, bujur, dan ketinggian di atas permukaan laut). Jadi dimanapun kita berada di muka bumi ini, kita dapat mengetahui posisi kita dengan tepat.

GPS terdiri dari 3 segmen: Segmen angkasa, kontrol/pengendali, dan pengguna., dimana :Segmen angkasa: terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada ketinggian 20.200 km dan inklinasi 55 derajat dengan periode 12 jam (satelit akan kembali ke titik yang sama dalam 12 jam).

Satelit tersebut memutari orbitnya sehingga minimal ada 6 satelit yang dapat dipantau pada titik manapun di bumi ini. Satelit tersebut mengirimkan posisi dan waktu kepada pengguna seluruh dunia. *(Berdasarkan pengalaman penggunaan untuk wilayah Indonesia [pertambangan dari Sumatra sampai Papua], pukul 04.00-08.00 dan 16.00-20.00 merupakan waktu tidak optimal penerimaan sinyal satelit untuk pengukuran teliti.

Segmen Kontrol/Pengendali: terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Stasiun pemantau memantau semua satelit GOS dan mengumpulkan informasinya. Stasiun pemantau kemudian mengirimkan informasi tersebut kepada pusat pengendali utama yang kemudian melakukan perhitungan dan pengecekan orbit satelit. Informasi tersebut kemudian dikoreksi dan dilakukan pemuktahiran dan dikirim ke satelit GPS.

Segmen Pengguna: Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS (selanjutnya kita sebut perangkat GPS) yang biasanya terdiri dari penerima, prosesor, dan antena, sehingga memungkinkan kita dimanapun kita berada di muka bumi ini (tanah, laut, dan udara) dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan kemudian menghitung posisi, kecepatan dan waktu.

Cara Kerja GPS:

Setiap satelit mentransmisikan dua sinyal yaitu L1 (1575.42 MHz) dan L2 ( 1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (perangkat GPS) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur “Anti-Spoofing” diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y.

Perangkat GPS yang dikhususkan buat sipil hanya menerima kode C/A pada sinyal L1 (meskipun pada perangkat GPS yang canggih dapat memanfaatkan sinyal L2 untuk memperoleh pengukuran yang lebih teliti.

Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS.

Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan ketinggian).

Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan semakin tinggi. Untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang terbuka. Apabila perangkat GPS kita berada dalam ruangan atau kanopi yang lebat dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka sinyal yang diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk menentukan posisi dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.

DAFTAR PUSTAKA

Diktat Pendidikan Dasar Astacala. Diakses pada http://astacala.org/astacala/diktat.pdf tanggal 11 Oktober 2008.

Fasko Adventure Training. 2008. IMPK. Diakses pada http://fasko.multiply.com/journal/item/6 tanggal 13 Oktober 2008.

Outdoor Activity. 2006. Pengetahuan Dasar Navigasi Darat. Diakses pada http://penjelajahan.blogspot.com/2006/11/pengetahuan-dasar-navigasi-darat.html tanggal 13 Oktober 2008.

Wikantika, Ketut. 2008. Apa Itu Peta? Diakses pada http://wikantika.wordpress.com/2008/05/06/apa-itu-peta/ tanggal 13 Oktober 2008.

A.MEMBACA GARIS KONTUR
Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimana Ujung dari huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya.
Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang Tajam.
Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.


B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B
Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B)
Hitung jumlah kontur antara A dan B
Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur.

C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah utara peta tersebut. selanjutnya lihat judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

Lembah antara dua puncak
Lembah yang curam
Persimpangan jalan atau ujung desa
Perpotongan sungai dengan jalan setapak
Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai, jembatan dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:

Koordinat titik awal (A)
Koordinat titik tujuan (B)
Sudut peta antara A - B
Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A - B
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah.

Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta
Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya.
Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada koordinat titik A (3989 : 6360) + 1400 m dpl. Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 m dpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0" - 360°) searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna untuk mengorientasikan arah dari A ke T.
Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
Kemiringan lereng dan Panjang lintasan
Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri atau pasir)
Keadaan cuaca rata-rata
Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam)
Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

Cara koordinat peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukan koordinat ini meggunakan:
Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461)
Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)
Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem perhitungan sudut dibagi menjadi dua berdasarkan sudut kompasnya.

I. AZIMUTH SUDUT KOMPAS
Back azimuth: bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1080 =" 37,1km" km =" 3.710.000" 1km =" 3.710.000" 000 =" 74,2" 1 =" 1.855.000cm">

1. Orientasi peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :

a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok;
b) Letakkan peta pada bidang datar;
c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
d) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

2. Azimuth dan Back Azimuth

Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu : a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.

3. Resection

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Langkah-langkah resection :

a) Lakukan orientasi peta;
b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah;
c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu;
d) Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth;
e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya;
f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta

4. Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection :
a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita;
b) bidik obyek yang kita amati;
c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta;
d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;
e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

5. Koreksi sudut

Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas(azimuth)yaitu :

A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)

B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)

Keterangan:

Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)

= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat tanda (+)

Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)

=tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.

Contoh Perhitungan:

Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?

P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase

besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit

= 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)

sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)

= 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.

6. Analisa Perjalanan

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak

Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

b. Waktu

Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

c. Medan Tidak Sesuai Peta

Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.

Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.

Keterampilan dasar pembuatan Peta

Proses pembuatan peta secara konvensional dan digital, persiapan, pelaksanaan pengukuran, dan contoh-contohnya. Tidak ada penugasan. Bahan ajar ini bersifat non tutorial.

Mapel: 
Geografi
Standar Kompetensi: 

Mempraktikkan keterampilan dasar peta dan pemetaan

Kompetensi Dasar: 

Mempraktikkan keterampilan dasar peta dan pemetaan

Indikator Ketuntasan: 
  1.  Membuat peta secara konvensional dan digital
  2. Persiapan dan pengukuran dalam pembuatan peta

Mata pelajaran geografi

  • I. LATAR BELAKANG

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan.  Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek sosial dan ekologis dari eksistensi manusia.  Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat.  Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.

Mata pelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik t5entang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bimu.   Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi.  Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreaktif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.

Pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak tegas, arif dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi dan ekologis.  Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran geografi diberikan sebagi bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ), sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

  • II. TUJUAN

Mata pelajaran geografi bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut :

  • A. Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan
  • B. Menguasai ketrampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.
  • C. Menampilkan prilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan Sumber Daya Alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.
  • III. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Geografi meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

  • A. Konsep Dasar, pendekatan dan prinsip dasar geografi.
  • B. Konsep dan karakteristik dasar serta dinamika unsur geosfer dan pola persebaran spasialnya.
  • C. Jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial, Sumber Daya Alam (SDA) dan pemanfaatannya.
  • D. Karateristik, unsur-unsur, kondisi, ( kualitas ) dan variasi spasial lingkungan hidup, pemanfaatan dan pelestarian.
  • E. Kajian wilayah negara-negra maju dan berkembang.
  • F. Konsep wilayah dan pewilayahan, kriteria dan pemetaannya serta fungsi dan manfaatnya dalam analisis geografi
  • G. Pengetahuan dan ketrampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan Peta, Sistem Informasi Geografi ) SIG ), Citra Penginderaan Jauh.
  • IV. STANDAR KOMPETENSI DAN MOMPETENSI DASAR

PROGRAM UMUM / INTI

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

KELAS X / SEMESTER I
1. Memahami konsep, pendekatan, prinsip dan aspek geografi
  • 1.1. menjelaskan Konsep Geografi
  • 1.2. Menjelaskan pendekatan geografi
  • 1.3. Menjelaskan prinsip geografi
  • 1.4. Mendiskripsikan aspek geografi
2. Memahami sejarah pembentukan bumi
  • 1.1. Menjelaskan sejarah pembentukan bumi
  • 1.2. Mendiskripsikan tata surya dan jagat raya
KELAS X, SEMESTER II
3.  Menganalisis unsur-unsur geosfer
  • 3.1. Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi
  • 3.2. Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.
  • 3.3. Menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

PROGRAM ILMU SOSIAL

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

KELAS XI, SEMESTER I
  • 1. Menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer
  • Menjelaskan pengertian fenomena biosfer
  • Menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan
  • Menjelaskan pengertain fenomena antroposfer
  • Menganalisis aspek kependudukan
  • 2. Memahami Sumber Daya Alam
  • Menjelaskan pengertian Sumber Daya Alam.
  • Mengidentifikasi jenis-jenis SDA.
  • Menjelaskan pemanfaatan SDA secara arif
KELAS XI, SEMESTER II
  • 3.1.
  • 3. Menganalisis Pemanfaatan dan pelestarian Lingkungan hidup
  • 3.2. Mendiskripsikan pemanfaatan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan
  • 3.3. Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannta dengan pembanguan berkelanjutan.
KELAS XII, SEMESTER I
  • 1. Mempraktekkan ketrampilan dasar peta dan pemetaan
  • Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar peta dan pemetaan
  • Mempraktekkan ketrampilan dasar peta dan pemetaan
  • Menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan memanfaatkan peta.
  • 2. Memahami pemanfaatn Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi ( SIG )
  • Menjelaskan pemanfaatan citra penginderaan jauh
  • Menjelaskan pemanfaatan SIG
KELAS XII, SEMESTER II
3.  Menganalisis Wilayah dan pewilayahan
  • Menganalisis pola persebaran, spasial, hubungan serta interaksi spasial antar desa dan kota.
  • Menganalisis kaitan antar konsep wilayah dan pewilayahan dengan perebcanaan pembanguna wilayah.
  • Menganalisis wilayah dan pewilayahan negara maju dan sedang berkembang.
  • V. ARAH PENGEMBANGAN

Standar Kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi  untuk penilaian.  Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan perubahan kurikulum sangatlah perlu, untuk memenuhi tuntutan zaman, tentu saja perubahan tersebut berpengaruh terhadap buku pelajaran maupun diklat. Sebagai media belajar, pengaruh perubahan kurikulum tersebut bukan hanya pada materi tetapi yang lebih penting adalah pada metode atau pendekatannya dalam porses pembelajarannya. Maka untuk memenuhi kebutuhan akan buku -buku pelajaran geografi, baik yang digunakan dalam proses pembelajaran maupun untuk kebutuhan Diklat, maka perlu disusun sebuah modul yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

  • Deskripsi Singkat

Modul geografi ini disusun berdasarkan kurikulum KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) yang digunakan untuk diklat atau proses pembelajaran gerografi kelas XI.IPS.

Materinya terdiri dari dari :

  • 1. BIOSFER

Meliputi pengertian biosfer, perubahan flora dan fauna serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

  • 2. ANTROPOSFER

Meliputi pengertian antroposfer, komposisi penduduk, pertumbuhan penduduk, dan penyajian data penduduk dalam bentuk grafik, tabel/ diagram.

  • 3. SUMBER DAYA ALAM

Meliputi potensi sumber daya alam dan persebarannya, pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan

  • Standar Kompetensi

Menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer

  • Peta Konsep
  • Manfaat
  • Mengetahui pengertian biosfer
  • Dapat menganalisis persebaran flora dan fauna
  • Mengetahui hikmah adanya keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia
  • Dapat mengetahui pengertain Natalitas dan mortalitas serta hal-hal yang mempenagruhinya.
  • Dapat menghitung pertumbuhan penduduk
  • Dapat menyajikan data penduduk dalam bentuk grafik atau tabel.
  • Petunjuk Penggunaan Modul

BAB.II

KEGIATAN BELAJAR 1

  • A. Kompetensi Dasar 1
  • 1. Menjelaskan pengertian biosfer.
  • 2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna.
  • B. Materi Pokok
  • 1. Pengertian fenomena biosfer
  • 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan flora dan fauna
  • 3. sebaran flora dan fauna di dunia
  • 4. Sebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia
  • 5. Dampak kerusakan hewan dan tumbuhan terhadap kehidupan
  • 6. Natalitas dan Mortalitas
  • 7. Pertumbuhan penduduk
  • 8. Masalah kependudukan di Indonesia.
  • C. Uraian Materi
  • 1. Pengertian biosfer

Biosfer adalah lapisan tempat tinggal makhluk hidup, terutama flora dan fauna, baik yang ada di darat maupun udara.

Berbagai macam flora yang hidup dalam suatu kawasan tertentu membentuk suatu persekutuan hidup alam hayati dan lingkungannya yang sering kita sebut hutan.

Klasifikasi hutan

  • a. Menurut fungsinya

1).  Hutan lindung

Hutan yang berfungsi menjaga kelestarian  tanah dan tata airnya.

2). Hutan Suaka Alam

Hutan yang berfungsi untuk perlindungan alam hayati dan manfaat-manfaatnya yang terdiri dari cagar alam ( untuk perlindungan berbagai jenis tumbuhan ) dan suaka margasatwa ( untuk perlindungan berbagai jenis satwa )

3). Hutan Wisata

Hutan yang dipelihara khusus untuk tujuan pariwisata, baik yang ada di darat maupun laut ( contoh Bunaken )

4). Hutan Produksi

Hutan  yang khusus diambil kayu maupun non kayu sebagai hasil industri kayu, obat-obatan, penyamak kulit dll.

  • b. Menurut jenis pohonnya

1). Hutan Hiterogen

Hutan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman, misal hutan rimba, banyak terdapt di luar pulau jawa

2).  Hutan Homogen

Hutan yang ditumguhi oleh satu jenis tanaman saja, pada umumnya hutan ini dibuat untuk tujuan tertentu, misalnya reboisasi/ penghijauan.

  • c. Menurut cara terjadinya

1).  Hutan Asli/Alamiah

Hutan yang terjadi secara alamiah, misal hutan rimba, bakau

2).  Hutan Buatan

Hutan yang sengaja dibuta oleh manusia untuk kepentingan tertentu, misal penghijauan / reboisasi.

  • d. Menurut tempat

1).  Hutan Pantai

2).  Hutan Rawa

3).  Hutan Pegunungan

  • e. Menurut iklim

1).  Hutan Hujan Tropik

Hutan yang terdapat di daerah tropik yang mendapatkan hujan merata sepanjang tahun, banyak terdapat di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, Asia Tenggara.

2).  Hutan Musim

Hutan yang terdapat di daerah tropik dengan musim kemarau yang panjang. Sehingga menggugurkan daunnya, banyak terdapat di India dan Asia Tenggara.

3).  Sabana

Padang rumput di daerah tropis yang diselingi tumbuhan, banyak terdapat di Australia dan Brazilia

4).  Stepa

Padang rumput di daertah tropis

5).  Taiga

Hutan yang ditumbuhi oleh jenis-jenis konifer yang tumbuh di daerah dingin, banyak terdapat di Amerika Utara, Eropa dan Asia.

Tugas     : Buatlah kelompok diskusi yang masing-masing terdiri  4 – 6 orang, dengan materi

Jelaskan manfaat Hutan bagi kehidupan manusia

  • 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna.
  • a. Faktor penyebab

1). Cuaca dan iklim

2). Relief / ketinggian tempat

3). Manusia

  • b. Sarana penyebaran

1). Angin

misalnya biji-bijian yang terbawa oleh hempasan angin

2). Aliran air

misalnya tumbuhan atau biji-bijian yang terbawa oleh    aliran sungai

3). Lahan

misalnya adanya gerakan spesies di daratan

4). Manusia

misalnya flora dan fauna yang dipindah oleh manusia

  • c. Hambatan

1). Geografis

Kondisi geografi yang menjadi penghambat penyebaran flora dan fauna terutama adalah bentang alam yang berupa samudra, padang pasir,  sungai dan pegunungan.

2). Biologis

Faktor yang menjadi penghambat penyebaran flora dan fauna secara biologis antara lain habitat yang tidak sesuai dan tidak cocok lagi untuk kelangsungan hidup, tidak adanya persediaan makanan atau predator.

3). Tanah ( Edafik)

Kondisi tanah yang dapat menjadi penghambat penyebaran flora dan fauna antara lain, ketersediaan unsur hara, udara dan air

  • 3. Persebaran flora dan fauna di dunia

Menurut Alfred Russel Wallace persebaran fauna di dunia dikelompokkan menjadi enam wilayah, yaitu :

  • a. Wilayah Neartik

Meliputi seluruh wilayah Amerika Utara bagian tengah   terdiri atas padang rumput dan bagian utara merupakan hutan konifer seluruh Greenland, sedangkan hewannya berupa antilop, tupai dari Amerika Utara,bison, kalkun dan karibu

b. Wilayah Neotropik

Meliputi Mexico bagian selatan dan tengah serta Amerika Selatan, hewan-hewannya berupa kukang, armadillo, kuda, tapir, siamang dll

c. Wilayah Australis

Meliputi Selandia Baru, Irian, Maluku dan pulau-pulau di sekitarnya.  Hewannya terdiri atas kanguru, trenggiling, koala, cendrawasih, kura-kura, berbagai macam burung dll.

  • d. Wilayah Oriental

Meliputi wilayah Benua Asia, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sri Langka dan Filipina, banyak terdapat hutan hujan tropis dan beraneka macam flora dan fauna, hewan-hewannya berupa harimau, gajah, gibon,orang utan dan badak bercula satu.

  • e. Wilayah Paleartik

Meliputi seluruh Eropa, Afganistan, Himalaya,Afrika, Inggris dan Jepang, hewannya terdiri atas bison, kucing kutub, menjangan kutub, landak

  • f. Wilayah Etiopian

Meliputi seluruh benua Afrika, Madagaskar dan wilayah Arab bagian selatan, banyak terdapat gurun yang menjadi pembatas wilayah satu dg lainnya, sehingga jenis binatangnya berbeda yang terdiri atas Gorilla, Simpanze, antelop, burung unta, zebra, kuda nil dan jerapah.


Luminous Rose


Rosebud


Bedraggled Daisy


Sweet Pea


Daylily


Black Eye Susan


Bee Balm


Chicory


Coltsfoot


Daffodil A


Bugs


Mountain Bluebell


Fruit Tree Blossom – Pipestem State Park – Heritage Point – 2004


Nature’s Q Tip


Do you have food?


Mr. Turtle


Moooo!!


Birdbath Mushroom


Fungus Fan


Brood X – Cyclical Cicadas – Southern West Virginia – Spring 2003

  • 4. Persebaran Fauna di Indonesia
  • a. Fauna Indonesia Barat

Meliputi wilayah  Sumatra, Jawa dan Kalimantan biasanya disebut fauna dangkalan Sunda yang terdiri atas binatang menyusuinya berbadan besar, treinggiling, bunglon, kijang.

  • b. Fauna Indonesia Tengah

Meliputi Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara dibatasi oleh garis Wallace di barat dan garis weber di timur, hewannya meliputi anoa, babi rusa,biawak, kuskus, komodo, buaya, ular dll

c. Fauna Indonesia Timur

Meliputi Papua dan pulau di sekitarnya sering disebut fauna dangkalan Sahul yang terdiri atas Kanguru,kadal, kura-kura dan berbagai jenis burung.

  • 5. Usaha melestarikan

Untuk menghindari kepunahan, maka dilakukan beberapa usaha antara lain larangan berburu dan dibutkan suaka margasatwa sebagai berikut :

NO PROPINSI LOKASI MAGASATWA JENIS HEWAN
1. DI Aceh Kluet

Gunung Leuser

Orang Utan, Gajah

Orang Utan, gajah, tapir, macan, rusa

2. Sumatra Utara Sikindur

Langkat

Gajah, orang utan

Gajah, orang utan, macan

3. Riau Kerumutan

Pulau Berkah

Gajah dan tapir

Burung-burung laut

4. Sumatra Barat Rimbo Pantai Siamang, tapir, harimau
5. Lampung Waykambas Gajah, orang utan, harimau
6. Jawa Barat Panaitan dan ujung Kulon Badak cula satu, babi hutan, banteng dan rusa
7. Kalimantan Barat Gunung Palung Bekantan
8. Kalimantan Tengah Kotawaringin

Tanjun Puting

Bekantan, orang  utan, banteng, babi hutan
9. Sulawesi utara Maspepayaroja Penyu laut
10. Sulawesi Tengah Pati-pati, Lore Lindu Kalamantan dan lombuyan Rusa dan anoa
11. Bali Bali Barat Banteng dan jalak putih
12. Nusa Tenggara Barat Pulau Moyo Rusa, babi hutan, ayam hutan dan burung
13. Nusa Tenggara Timur Padar Rinca dan Walwuul Komodo
14. Papua Gunung Lorentz Walaby, ular sanca, landak, burung nandur,kanguru pohon

Untuk menjaga kelestarian satwa Langka, maka penangkapan hewan-hewan dan juga perburuan haruslah mentaati peraturan tertentu seperti berikut ini :
a.  Para pemburu harus mempunyai lisensi (surat izin berburu).
b. Senjata untuk berburu harus tertentu macamnya.
c. Membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan.
d. Harus menyerahkan sebagian tubuh yang diburunya kepada petugas sebagai tropy, misalnya tanduknya.
e. Tidak boleh berburu hewan-hewan langka.
f. Ada hewan yang boleh ditangkap hanya pada bulan-bulan tertentu
saja. Misalnya, ikan salmon pada musim berbiak di sungai tidak boleh
ditangkap, atau kura-kura pads musim akan bertelur.
g.  Harus melakukan konvensi dengan baik. Konvensi ialah aturan-aturan yang tidak tertulis tetapi harus sudah diketahui oleh si pemburu dengan sendirinya. Misalnya, tidak boleh menembak hewan buruan yang sedang bunting, dan tidak boleh membiarkan hewan buas buruannya lepas dalam keadaan terluka.

  • h. mengembangbiakkan hewan yang hampir punah
  • i. Menyediakan makanan secara alamiah

Sedangkan Suaka alam untuk perlindungan tumbuhan sebagai berikut :

NO PROPINSI SUAKA ALAM JENIS HEWAN
1. DI Aceh Aceh Raflesia Raflesia padma acehensis
2. Sumatra Utara Sibolangit

Dolok Laut

Kebun botanis

Pinus merkusi

3. Bengkulu Bengkulu Raflesia Bengkulu
4. Sumatra Barat Batangalupuh

Beringin Sakti

Raflesia Arnoldi

Pinus benjamina

5. Bengkulu Bengkulu Raflesia Bengkulu
6. Jawa Tengah Wijaya Kusuma Bunga wijaya kusuma
7. Kalimantan Barat Mandor Jenis anggrek

Beberapa usaha untuk melestarikan flora  :

  • a. Melakukan pengawasan secara ketat, terutama terhadap perusak hutan dan penambang liar.
  • b. Melakukan reboisasi terhadap hutan gundul
  • c. Melarang penggembalaan yang merusak hutan
  • d. Menjaga agar tidak terjadi kebakaran
  • e. Menanam pohon pengganti
  • f. Melarang ladang berpindah
  • g. Menetapkan hutan lindung
  • h. Melaksanakan tebang pilih
  • D. Rangkuman
  • E. Latihan / Tugas
  • 1. Apa yang dimaksud dengan Biosfer dan antroposfer
  • 2. Sebutkan 3 faktor yang mempengaruhi penyebaran flora dan fauna
  • 3. Sebutkan ciri khas binatang asli Indonesia
  • 4. Sebutkan 3 tenaga yang membawa penyebaran tumbuhan di permukaan bumi
  • 5. Sebutkan 3 jenis binatang khas Afrika
  • F. Test Mandiri

BAB.III

KEGIATAN BELAJAR 2

  • A. Kompetensi Dasar 2
  • 1. Menjelaskan pengertian fenomena antroposfer
  • 2. Menganalisis aspek kependudukan
  • B. Materi Pokok
  • 1. Pengertian fenomena antroposfer
  • 2. Menganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
  • 3. Menghitung menghitung sex ratio dan dependency ratio
  • 4. Mengidentifikasi tinggi rendahnya kualitas penduduk berdasar tingkat pendidikan dan kesehatan
  • 5. Menghitung tingkat kelahiran penduduk
  • 6. Menghitung tingkat kematian penduduk
  • 7. Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah
  • 8. Menghitung proyeksi penduduk suatu wilayah
  • 9. Menyajikan informasi kependudukan melalui peta tabel dan grafik/diagram
  • 10. Membedakan antara migrasi ekstern dan migrasi intern
  • C. Uraian Materi
  • 1. Pengertian fenomena antroposfer

Antroposfer adalah manusia dan kehidupannya di permukaan bumi, dalam pembahasannya nanti lebih di tekankan pada aspek kependudukannya, yang berkaitan dengan masalah kependudukan, antara lain ; kepadatan, penyebaran yang tidak merata, jumlah dan kualitas penduduk.

  • 2. Menganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin bersifat universal, karena umur dan jenis kelamin selalu menjadi dasar dalam pengelompokan penduduk dan mempunyai perana yang penting dalam kehidupan masyarakat antara lain menentukan kedudukan atau status dalam masyarakat, menentukan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan dll.

Pengelompokan menurut jenis kelamin jelas laki-laki dan perempuan sedangkan berdasarkan umur, menurut beberapa sumber dikelompokkan sebagai berikut :

  • a. Kelompok usia muda / belum produktif antara 0 – 14 tahun
  • b. Kelompok usia dewasa / produktif antara 15 th – 64 tahun
  • c. Kelompok usia tua / tidak produktif diatas 65 tahun

Berdasarkan pengelompokan tersebut dapat diketahui angka ketergantungan atau sering disebut Dependency Ratio dengan menggunakan Rumus sebagai berikut :

Contoh   : Jumlah penduduk Bantul pada tahun 2006 sebanyak 2 juta jiwa dengan komposisi ; jumlah usia muda 250.000, jumlah usia dewasa 1.700.000 jiwa sedangkan jumlah usia tua sebanyak 50.000 jiwa, hitungka angka ketergantungannya.

Jawab     :

Jadi angka ketergantungannya sebanyak 17 artinya setiap 100 penduduk usia dewasa harus menanggung beban kehidupan sebanyak 17 orang disamping harus menghidupi dirinya sendiri.

Dalam kehidupan nyata apakah mungkin itu terjadi ?
  • 3. Menghitung tingkat kelahiran penduduk

Angka kelahiran atau sering disebut dengan Natalitas diartikan sebagai jumlah kelahiran hidup untuk setiap 1000 penduduk dalam waktu 1 tahun , juga disebut angka kelahiran kasar/ CBR ( Cruth Birth Rate ), dengan kriteria sebagai berikut  :

  • a. diatas 30 berarti angka kelahirannya tinggi
  • b. antara 20 – 30 berarti angka kelahirannya sedang
  • c. Dibawah 20 berarti angka kelahirannya rendah

Faktor-faktor yang menambah jumlah kelahiran/Pro natalitas

  • a. Nikah usia muda
  • b. Pergaulan bebas
  • c. Derasnya arus informasi
  • d. Lemahnya iman
  • e. Kurangnya kesadaran ber-KB
  • f. Dll

Faktor yang menghambat jumlah kelahiran/ anti natalitas

  • a. menunda nikah
  • b. Pantang nikah
  • c. Penyakit
  • d. KB
  • e. dll
  • 4. Menghitung tingkat kematian penduduk

Angka kematian atau sering disebut Mortalitas adalah jumlah kematian dalam setiap 1000 penduduk dalam waktu 1 tahun, juga disebut CDR / Cruth DeathRate, dengan kriteria sebagai berikut :

  • a. diatas 20 berarti angka kematiannya tinggi
  • b. 10 – 20 berarti angka kematiannya sedang
  • c. Dibawah 10 berarti angka kematiannya rendah

Faktor yang menambah jumlah kematian/pro mortalitas

  • a. Perang
  • b. Penyakit
  • c. Kriminalitas
  • d. Bunuh diri
  • e. Bencana alam
  • f. Dll

Faktor yang menghambat jumlah kematian /anti mortalitas

  • a. Perdamaian
  • b. Kemajuan bidang kesehatan.kedokteran
  • c. Imunisasi
  • d. Kebersihan
  • e. Makanan bergizi
  • f. Dll
  • 5. Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah
  • a. Pertumbuhan Penduduk alami

Pertumbuhan Penduduk alami adalah pertumbuhan penduduk yang hanya memperhatikan aspek kelahiran dan kematian saja, juga disebut Natural Increase

Pertumbuhan Penduduk L – M

  • b. Pertumbuhan Penduduk Total

Pertumbuhan Penduduk Total adalah pertumbuhan penduduk dengan memperhatikan aspek kelahiran, kematian, migrasi masuk dan  migrasi keluar.

Pertumbuhan Penduduk Total ( L – M ) + ( I – E )

  • c. Proyeksi penduduk

Proyeksi Penduduk adalah memperkirakan jumlah penduduk pada masa yang akan datang.

Proyeksi Penduduk

Pn = Po(1+r)n

Contoh       : Diketahui jumlah penduduk Klaten pada awal tahun 2006 sebanyak 2 juta jiwa, pertumbuhan penduduknya 2 %/tahun.

Hitunglah perkiraan jumlah penduduk Klaten pada tahun 2008.

Jawab         :

Pn=2.000.000(1+2%)2

Pn=2.000.000(1+0,02) 2

Pn=2.000.000(1,02) 2

Pn=2.000.000(1,04 )

Pn=2.080.000

  • 6. Masalah-masalah kependudukan di Indonesia.
  • a. Pertumbuhannya tinggi
  • b. Persebarannya tidak merata
  • c. Komposisinya sebagian usia muda
  • d. Kualitasnya rendah
  • 7. Usaha mengatasi masalah kependudukan di Indonesia
  • a. KB
  • b. Transmigrasi
  • c. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan
  • 8. Menyajikan informasi kependudukan melalui peta tabel dan grafik/diagram
  • a. Simbol Ordinal / bertingkat

Adalah simbul yang menunjukkan adanya tingkatan nilai data, seperti kepadatan penduduk ( padat, sedang dan jarang ), pertumbuhan penduduk dll

  • b. Simbol Kuantitatif

Adalah si,mbol yamg menunjukkan  data secara kuantitatif dan kualitatif, misal jumlah penduduk di berbagai kecamatan di Bantul

Simbol ini dapat berupa diagram batang, lingkaran dll

  • c. Simbol Pictorial

Adalah simbul yang menggunakan bentuk sesuai dengan keadaan yang sesungguhya, misal jumlah penduduk menggunakan simbul bentuk manusia sesuai dengan jumlahnya, dll

  • 9. Membedakan antara migrasi ekstern dan migrasi intern

Migrasi Intern adalah perpindahan penduduk antara satu daerah dengan daerah lain dalam satu negara

Misalnya          : transmigrasi, urbanisasi, evakuasi

Migrasi Ekstern adalah perpindahan penduduk antar negara

Misalnya          : Imigrasi, emigrasi dan remigrasi

  • D. Rangkuman
  • E. Latihan / Tugas
  • F. Test Mandiri

BAB.IV

KEGIATAN BELAJAR 3

  • A. Kompetensi Dasar 3
  • B. Materi Pokok
  • 1. Pengertian Sumber Daya Alam
  • 2. Klasifikasi Sumber Daya Alam
  • 3. Penyebaran Sumber Daya Alam
  • 4. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
  • C. Uraian Materi
  • 1. Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam atau sering disebut Natural Resource adalah Segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan manusia.

  • 2. Klasifikasi Sumber Daya Alam
  • a. Berdasarkan kemungkinan pemulihannya

1).  Renewable Resource /dapat diperbaharuhi

Adalah sumber daya alam yang dapat dikembalikan persediaannya dengan cara yang relatif mudah dan waktunya relatif cepat, misal hasil pertania, perkebunan, kesuburan tanah dll.

2).  Unrenewable Resource/tidak dapat diperbaharuhi

Adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharuhi setelah habis dipergunakan atau pemulihannya memakan waktu yang sangat lama jutaan tahun, misal  minyak bumi, batu bara dan berbagai jenis tambang mineral yang lain.

  • b. Berdasarkan sifatnya

1).  Sumber Daya Alam  Fisik

Adalah sumber daya alam yang berupa benda, misal barang tambang, air, tanah dll

2).  Sumber Daya Alam Hayati

Adalah sumber daya alam yangnberupa makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan.

  • c. Berdasarkan kecepatan habisnya

1).  Sumber daya alam yang cepat habis

sumber daya alam yang cepat sekali  habis, karena nilai konsumtifnya tinggi, sehingga banyak pemakainya. Misal ; minyak bumi, gas alam dan bahan bakar lainnya konsumsinya tinggi.

2).  Sumber Daya Alam yang tidak cepat habis

Sumber daya alam yang nilai nya tidak akan pernah habis, dan biasanya nilai konsumtifnya rendah, misal emas, intan mutiara dll

3).  Sumber Daya Alam yang tidak akan habis

Sumber daya alam yang tidak akan habis karena ada pembaharuan secara alami, misal ; sinar matahari, udara/oksigen.

  • d. Berdasarkan Lokasinya

1).  Sumber Daya Alam Terestrial

Adalah sumber daya alam yang berada di daratan, misalnya bahan galian, tanah, hutan dll

2).  Sumber Daya Alam Akuatik

Adalah sumber daya alam yang berda di lautan, misalnya ikan, rumput laut, garam, energi gelombang dll.

  • e. Berdasarkan UU No 11 tahun 1976 Tentang pertambangan

1).  SDA Golongan A / Strategis

Adalah golongan bahan galian yang strategis untuk pertahanan dan kemanan atau untuk menjamin perekonomian negara, misal minyak bumi, batu bara, nikel, mangaan dll

2).  SDA Golongan B/ Vital

Adalah golongan SDA yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak , misal emas, perak, magnesium dll

3).  SDA Golongan C

Adalah golongan SDA yang termasuk batuan industri , misal  batu, gamping, pasir dll

  • 3. Persebaran Sumber Daya Alam

NO

NAMA

TEMPAT

1 Hutan Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra
2 Minyak bumi Cupu, Cirebon,Plaju, Palembang ,Sorong,Kalimantan
3 Gas Alam ( LNG ) Arun
4 Batu-Bara Ombilin,Kalimantan, Aceh,  Bukit Asam,Jambi,Riau,
5 Emas Perak Tembaga Pura, batu Hijau, Tasikmalaya,Bengkulu, Jampang ( Jabar )
6 Nikel Danau Matana, Towuti, Kolaka
7 Timah
8 Bauksit P. Bintan
9 Marmer Trenggalek, Bayat
10 Tembaga Tembaga Pura, Tirtomoyo Wonogiri, Muara Sipeng( Sulawesi )
11 Mangaan KliripanP. Doi ( Halmahera) Karang Tunggal ( Tasikmalaya)
12 Intan Martapura
13 Platina/Emas Putih Peg. Verbeek
14 Fosfat Cirebon, gunung Ijen,Banyumas
15 Mika Kep. Banggai
  • 4. Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Akhir-akhir ini tampak bahwa penggunaan sumber daya alam cenderung naik terus, karena:

  • a. pertambahan penduduk yang cepat
  • b. perkembangan peradaban manusia yang didukung oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh karena itu, agar sumber daya alam dapat bermanfaat dalam waktu yang panjang maka hal-hal berikut sangat perlu dilaksanakan.
  • 1. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus diusahakan agar produktivitasnya tetap berkelanjutan.
  • 2. Eksploitasinya harus di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi
    sumber daya alam.
  • 3. Diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada agar dapat lestari dan berkelanjutan dengan menanamkan pengertian sikap serasi dengan lingkungannya.
  • 4. Di dalam pengelolaan sumber daya alam hayati perlu adanya
    pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
    a. Teknologi yang dipakai tidak sampai merusak kemampuan sumber daya untuk pembaruannya.
    b. Sebagian hasil panen harus digunakan untuk menjamin
    pertumbuhan sumber daya alam hayati.
    c. Dampak negatif pengelolaannya harus ikut dikelola, misalnya
    dengan daur ulang.

d. Pengelolaannya harus secara serentak disertai proses
pembaruannya.

  • D. Rangkuman
  • E. Latihan / Tugas
  • F. Test Mandiri

Make a Free Website with Yola.